Anda di halaman 1dari 45

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia saat ini tengah dihadapkan dengan tantangan era revolusi

industri, tidak hanya sektor ekonomi, sosial dan teknologi, sektor pendidikan

saat ini juga sedang beradaptasi dengan era ini. Perkembangan ini

dimanfaatkan oleh instansi pendidikan di Indonesia dalam penyelenggaraan

program pendidikannya. Salah satunya program dari pemerintah yaitu

pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran daring.

Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan sesorang yang

nantinya menjadi bekal dalam menghadapi tantangan masa depan yang lebih

besar dan penuh dengan persaingan. Pendidikan merupakan pendewasaan

peserta didik agar dapat mengembangkan bakat, potensi, dan keterampilan

yang dimiliki dalam menjalani kehidupan, oleh karena itu pendidikan

didesain untuk memberikan pemahaman serta dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa.

Pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat

belajar dengan baik. Proses pembelajaran yang direncanakan meliputi silabus

dan materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil

belajar. Maka dalam menciptakan pendidikan dan pembelajaran yang

berkulitas seyogyanya sejalan dengan perkembangan teknologi pendidikan

yang saat ini telah berkembang.

1
2

Pada abad ke-21 ini perkembangan teknologi di bidang pendidikan

semakin maju, hal ini menjadi pertimbangan guru sebagai salah satu strategi

baru dalam mengembangkan sebuah pembelajaran. Teknologi pendidikan

merupakan bidang yang berkepentingan dengan usaha memudahkan proses

belajar dan peningkatan kinerja melalui perancangan, pengembangan,

pemroduksian, pendayagunaan, dan pengelolaan sumber dan teknologi secara

tepat. Sebagaimana dikemukakan Nurkholis (2013:17) Teknologi pendidikan

adalah proses bersistem dalam membantu memecahkan masalah belajar

manusia sepanjang hayat, di mana saja, kapan saja, dengan cara apa saja, dan

oleh siapa saja.

Teknologi yang saat ini digunakan dalam pembelajaran diantaranya;

Kamera digital, kamera video, kamera dokumen, media elektronik, dan

proyektor LCD. Kombinasi dari teknik-teknik ini termasuk blog, perangkat

lunak kolaboratif, ePortfolios, dan ruang kelas virtual. Konteks

membelajarkan kompetensi abad 21, peran teknologi pendidikan dapat

diwujudnyatakan dalam aplikasi fungsi penciptaan, pemanfaatan, dan

pengelolaan sumber dan teknologi untuk meningkatkan mutu pembelajaran

dalam jangka pendek dan peningkatan kinerja sebagai capaian pembelajaran

jangka panjang.

Dunia Saat in khususnya di Indonesia sedang dihadapkan dengan

wabah penyakit yang disebabkan oleh virus yang bernama Coronavirus

Diseases atau dikenal dengan istilah Covid-19. Pada tanggal 30 Januari 2020

WHO menetapkan sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat yang

meresahkan dunia (Fathiyah: 2020: 12). Dampak Covid-19 di Indonesia saat


3

ini cukup besar bagi seluruh masyarakat. Dengan terus melonjaknya kasus

positif virus corona di Indonesia mendesak pemerintah Indonesia untuk

segera menangani pandemi Covid-19 dengan membuat berbagai kebijakan

seperti menerapkan phsycal distancing, PSBB (pembatasan sosial berskala

besar), dan lockdown. Melalui penerapan pembatasan sosial berskala besar

mendorong pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan terhadap pelaksanaan

pendidikan di Indonesia, karena bagaimanapun proses pembelajaran harus

tetap berlangsung agar tujuan dari proses pembelajaran dapat tercapai secara

utuh.

Pada tanggal 24 Maret 2020, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia mengeluarkan surat edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang

pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran Covid-19,

dalam surat edaran tersebut dijelaskan bahwa proses pembelajaran

dilaksanakan di rumah melalui pembelajaran daring atau dalam jaringan. Hal

tersebut dilakukan untuk mencegah penyebaran virus corona. Untuk

memperkuat surat edaran ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia menerbitkan Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 tentang

pedoman penyelenggaraan pembelajaran dari rumah dalam masa darurat

penyebaran Covid-19.

. Pandemi Covid-19 ini sangat mempengaruhi sektor pendidikan yang

kini mau tidak mau harus mulai beradaptasi dengan era ini. Sehingga kegiatan

pembelajaran yang semula dilakukan secara tatap muka beralih menjadi

pembelajaran non tatap muka. Program tersebut dikenal dengan pembelajaran

daring atau sistem E-learning atau online learning. Diberlakukannya


4

pembelajaran daring oleh pemerintah ini mengharuskan seluruh kegiatan

belajar mengajar dilakukan dari rumah. Pelaksanaan pembelajaran daring

dilakukan sebagai salah satu upaya pencegahan penyebaran virus covid-19.

Adanya pandemi Covid-19 ini menuntut lembaga pendidikan untuk

melakukan inovasi dalam proses pembelajaran. Salah satu bentuk inovasi

tersebut adalah dengan melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau dalam

jaringan (daring). Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 15,

dijelaskan bahwa PJJ adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari

pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui

teknologi komunikasi, informasi dan media lain. Dalam pelaksanaannya, PJJ

dibagi menjadi dua pendekatan, yaitu pembelajaran jarak jauh dalam jaringan

(daring) dan pembelajaran jarak jauh luar jaringan (luring).

Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dalam proses

pembelajarannya menggunakan teknologi multimedia, class virtual, video,

teks online animasi, email, pesan suara, telepon konferensi, dan video

streaming online”. Melaui pembelajaran daring guru dan peserta didik

melakukan pembelajaran bersama, waktu yang sama, dengan menggunakan

berbagai aplikasi, seperti Whatsapp, Edmodo, Telegram, Zoom Meeting,

Google Meet, Google Classroom, Quiepper School, Ruang Guru dan aplikasi

lainnya”.

Pembelajaran daring merupakan sebuah tantangan baru bagi para

tenaga pendidik dimasa pandemi ini, karena pada satuan pendidikan setingkat

Sekolah Menengah Pertama (SMP) pelaksanaan pembelajaran berbasis daring

masih terbilang jarang atau bahkan belum pernah dilaksanakan. Sehingga


5

penerapan pembelajaran daring di SMP Islam Terpadu Mathla’ul Anwar pasti

akan menemui berbagai kendala. Kendala yang paling menonjol adalah

perubahan kebiasaan yang terjadi pada diri siswa, awalnya diterima dengan

baik, antusias karena kegiatan akan dilakukan di rumah, namun seiring

berjalannya waktu akan menimbulkan sebuah kejenuhan dalam diri siswa

karena melakukan sebuah rutinitas yang sama setiap hari. Selain itu,

intensitas guru dalam menyampaikan sebuah materi dalam salah satu mata

pelajaran menjadi berkurang dan kurang masksimal.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22 Tahun

2006 pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik untuk dapat berkomunikasi secara verbal secara

baik dan benar, baik lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi

terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Kemampuan

berkomunikasi didukung dengan empat keterampilan berbahasa yaitu

menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

Lahirnya pembelajaran secara online menuai pro-kontra diberbagai

pihak, karena mereka berfikir anak-anak mereka akan aman jika belajar

dilakukan di rumah masing-masing. Namun ternyata banyak kerumitan yang

terjadi. Salah satunya adalah para pelajar yang mengalami kesulitan dalam

memahami pembelajaran dalam metode daring ini. Berbagai tantangan belajar

daring pada masa Pandemi ini, siswa diharuskan lihai terhadap teknologi,

karena pembelajaran daring bisa dilaksanakan jika siswa tahu dasar-dasar

bermain internet. Salah satu hambatannya adalah tidak semua siswa

mempunyai handphone berbasis android. Sebagaiman dikemukakan Kepala


6

Dinas Pendidikan DKI Nahdiana (2020) menyebutkan enam tantangan dalam

menghadapi metode belajar diantaranya; Kondisi psikologi anak, peran orang

tua atau wali siswa, kompetensi guru dalam menjalankan sistem pembelajaran

jarak jauh, fasilitas penunjang, penyusunan kurikulum, pengaturan jam

belajar yang tepat. Selain itu tantangan yang lain muncul seperti; Keterbatasan

SDM, keterbatasan sarana prasarana seperti laptop atau HP yang dimiliki

orangtua peserta didik, kesulitan akses internet, kondisi listrik yang tidak

stabil, dan keterbatasan kuota internet yang bisa disediakan oleh orangtua.

Kemendikbud RI menyatakan terdapat beberpa hambatan yang

dihadapi guru, orangtua, dan peserta didik selama PJJ setidaknya meliputi;

Guru cenderung fokus kepada penuntasan kurikulum, waktu


pembelajaran menjadi berkurang, guru mengalami kesulitan
komunikasi dengan orangtua, belum semua orangtua mampu
mendampingi anak belajar di rumah, Orangtua mengalami kesulitan
dalam memahami pelajaran dan memotivasi anak, peserta didik
mengalami kesulitan untuk konsentrasi belajar dari rumah dan
mengeluhkan banyaknya penugasan soal dari guru, meningkatnya rasa
stress dan jenuh akibat isolasi di rumah secara berkelanjutan
berpotensi menimbulkan rasa cemas dan depresi bagi anak, akses ke
sumber belajar baik disebabkan karena masalah jangkauan listrik atau
internet, maupun dana untuk aksesnya.

Pelaksanaan pembelajaran daring tentu memiliki kelebihan dan

kekurangan baik dalam persiapan maupun dalam pelaksanaannya.

Sebagaiman kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran daring yang

dikemukakan Sadikin (2020: 219 ) Kekurangannya yaitu: Adanya keluwesan

waktu dan tempat belajar, dapat mengatasi permasalahan mengenai jarak,

tidak ada batasan dan dapat mencakup area yang luas. Sedangkan

kekurangannya seperti; anak sulit untuk fokus pada pembelajaran karena


7

suasana rumah, keterbatasan kuota internet atau wifi serta adanya ganguan

sinyal.

Proses pembelajaran pada masa pandemi Covid-19, ternyata disisi lain

membawa dampak negatif seperti meningkatnya rasa malas belajar anak. 

Belajar secara online justru malah menambah rasa malas dan juga sulit untuk

berkonsentrasi bagi siswa. Selain karena sudah pusing dengan tugas-tugas

yang diberikan, siswa juga menjadi lebih banyak waktu untuk bermain gawai.

Seperti bermain game, membuka instagram, twitter, youtube, dan sosial

media lainnya dibandingkan dengan belajar. Akibatnya muncul rasa malas

yang sangat susah untuk dilawan dan juga sulitnya berkonsentrasi ketika

belajar, terlebih ketika guru malah sering memberikan banyak tugas akan

membuat siswa semakin bosan dan stress ketika belajar.

Tingkat pemahaman materi ajar pada pembelajaran daring sangat

berpengaruh terhadap tujuan pembelajaran. Penguasaan konsep materi awal

akan sangat berpengaruh terhadap penguasaan materi selanjutnya, apabila

siswa kesulitan memahami materi yang sedang di pelajari maka akan banyak

siswa yang kurang mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Sehingga

siswa cenderung memiliki tingkat pemaham materi yang rendah. Rendahnya

tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari karena guru

hanya memberikan materi dan tidak menjelaskan materi tersebut. Hal tersebu

karena materi ajar dalam pembelajaran jarak jauh di berikan guru tetapi

tidak dijelaskan, sedangkan pemikiran setiap siswa berbeda. Mungkin juga

dipengaruhi beberapa hal diantaranya; banyaknya tugas yang diberikan guru,

tidak ada teman belajar atau sebaya yang membangun semangat belajar siswa,
8

kurangnya konsentrasi belajar karena radiasi handphone, tablet, laptop dan

komputer.

Berbagai solusi yang dalam mengantisipasi pembelajaran daring

diantaranya: Pemerintah harus memberikan arahan kepada pemimpin sekolah

terkait pembelajaran jarak jauh yang efektif, dan produktif.. meminta kepada

Kementrian Pendidikan untuk membuat modul pembelajaran online,

pemerintah harus memberikan fasilitas pembelaran online, guru harus

menggunakan metode belajar yang menarik dan dapat dipahami oleh siswa,

orang tua harus memantau anak-anaknya dalam belajar onlinen, sekolah harus

memberikan keringanan pembiyaan yang berkaitan dengan pembelajaran.

Solusi dari pembelajaran daring kuncinya adalah membuat

pembelajaran yang simpel, mudah diakses, menyenangkan dan jangan sampai

siswa merasa jenuh. Banyak sekali kasus orang tua protes karena terlalu

banyak tugas yang diberikan oleh guru. Yang paling mengerikan adalah ada

siswa yang sampai bunuh diri karena diduga depresi tugas daring..

Pembelajaran daring ini dapat terlaksana dengan maksimal asalkan semua

pihak yang terkait bisa bekerjasama dengan baik dan lancar dalam

memberikan hak-hak siswa.

Pembelajaran bahasa Indonesia dalam prosesnya memang sudah

berjalan dengan baik, tetapi fakta ini bertolak belakang dengan kondisi

pembelajaran sastra Indonesia khususnya di SMP. Apalagi pada kurikulum

2013, dengan dijadikannya bahasa Indonesia sebagai penghela mata pelajaran

lain maka keberadaan materi sastra dalam pelajaran bahasa Indonesia

semakin kehilangan tempat. Secara khusus, perbaikan Kurikulum 2013


9

bertujuan menyelaraskan KI-KD, silabus, pedoman mata pelajaran,

pembelajaran, penilaian, dan buku teks. Sedangkan bahasa Indonesia dalam

Kurikulum 2013 digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan

kemampuan dan keterampilan menalar dengan menjadikan bahasa sebagai

ilmu pengetahuan dan pembelajaran berbasis teks. Adanya Perubahan dalam

pembelajaran bahasa Indonesia tersebut diiringi dengan kompetensi guru

dalam penerapan pembelajaran bahasa dengan paradigma baru yaitu

pembelajaran berbasis teks. Mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar

peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien

sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, dengan

demikian tujuan utamanya adalah dapat menghargai dan bangga

menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, penulis tertarik mengambil

judul penelitian “Efektivitas Pembelajaran Daring Pada Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Islam Terpadu Mathla’ul Anwar

Malingping Tahun Pelajaran 2020-2021”

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah yang dapat diangkat pada penelitian ini adalah:

1. Dunia pendidikan Indonesia yang menjadi salah satu korban dari Covid-

19

2. Penerapan pembelajaran online (daring) disemua lembaga pendidikan di

Indonesia
10

3. Pemerataan penerapan pembelajaran daring berdampak pada daerah yang

kekurangan infrastruktur

4. Tidak semua tenaga pendidik paham dengan penerapan pembelajaran

daring

5. Penerapan pembelajaran daring pada pembelajaran mata pelajaran Bahasa

Indonesia mempengaruhi sistem belajar siswa yang berdampak pada

proses menumbuhkan keterampilan proses berbahasa siswa.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini dibuat untuk mencegah kajian penelitian agar tidak

mengkaji terlalu jauh dan apa yang di inginkan oleh peneliti tepat pada kajian

yang diharapkan.

Berdasarkan paparan permasalahan di latar belakang di atas, maka

fokus penelitian, sebagai berikut:

1. Keefektivan pelaksanaan pembelajaran daring pada mata pelajaran bahasa

Indonesia ,menurut Guru kelas VII SMP IT Mathl’ul Anwar Malingping

2. Kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran daring pada

mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas VII SMP IT Mathl’ul Anwar

Malingping.

3. Perbaikan pelaksanaan pembelajaran daring ini agar berjalan dengan lebih

baik
11

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan permasalahan di atas, maka rumusan masalah

penelitian tersebut, sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pembelajaran daring pada mata pelajaran bahasa

Indonesia di kelas VII SMP IT Mathl’ul Anwar Malingping?

2. Bagaimanakah kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan

pembelajaran daring pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas VII

SMP IT Mathl’ul Anwar Malingping?

3. Bagaimanakah keefektifan pembelajaran daring pada mata pelajaran

bahasa Indonesia di kelas VII SMP IT Mathl’ul Anwar Malingping?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian

tersebut, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pembelajaran daring pada mata pelajaran bahasa

Indonesia di kelas VII SMP IT Mathl’ul Anwar Malingping.

2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan

pembelajaran daring pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas VII

SMP IT Mathl’ul Anwar Malingping.

3. Untuk mengetahui keefektifan pembelajaran daring pada mata pelajaran

bahasa Indonesia di kelas VII SMP IT Mathl’ul Anwar Malingping.


12

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoritis pada penelitian ini untuk mengembangkan ilmu

pendidikan, yakni pendidikan bahasa Indonesia di kelas VII SMP IT

Mathl’ul Anwar Malingping, khususnya sekolah yang menyelenggarakan

pembelajaran daring dan menambah pengetahuan dibidang pembelajaran

daring mata pelajaran bahasa Indonesia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

1) Sebagai masukan yang dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan

pelaksanaan pembelajaran daring terhadap pembelajaran Bahasa

Indonesia terutama di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).

2) Mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran daring,

sehingga ada perbaikan agar pembelajaran berjalan lebih baik.

3) Mengetahui perbaikan pada beberapa bidang agar pembelajaran

daring berjalan dengan baik

b. Bagi Sekolah

Sebagai masukan bagi sekolah berdasarkan hasil yang didapat

peneliti selama melakukan penelitian, guna mengembangkan

pelaksanaan pembelajaran daring pada pembelajaran bahasa Indonesia

di kelas VII SMP IT Mathl’ul Anwar Malingping

c. Bagi Peneliti

Menjadi acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya. Peneliti


13

selanjutnya dapat melakukan perbaikan dan penyempurnaan bagi

penelitian ini dan memberikan manfaat di dunia pendidikan

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran penelitian ini,

maka penulis menjelaskan beberapa istilah-istilah yang ada dalam judul

skripsi. Untuk memberikan beberapa pengertian dan gambaran umum judul

skripsi yang nantinya lebih mudah dipahami. Maka penulis menguraikan arti

kata-kata yang terangkum di dalam setiap variabel, sebagai berikut:

1. Efektivitas

Menurut Masruri (2014:11). Efektivitas merupakan sebuah tolak

ukur seberapa baik suatu pekerjaan dilakukan. Artinya suatu pekerjaan

dianggap efektif jika diselesaikan sesuai dengan perencanaan, baik waktu,

biaya, maupun mutunya.

Pengertian efektivitas sesuai dengan Permendagri Nomor 59 Tahun

2007 adalah merupakan pencapaian hasil program dengan target yang

telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan

hasil. Efektivitas menunjukkan pada taraf tercapainya hasil, atau dalam

bahasa sederhana hal tersebut dapat dijelaskan bahwa: efektifitas dari

pemerintah daerah adalah bila tujuan pemerintah daerah tersebut dapat

dicapai sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan.

Bersadarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

efektivitas adalah sebagai sebuah pencapaian yang ingin dicapai oleh


14

organisasi. Efektivitas berorientasi pada aspek tujuan suatu organisasi,

jika tujuan tersebut tercapai, maka dapat dikatakan efektif.

2. Pembelajaran Daring

Kata daring berasal dari dua kata yaitu dalam dan jaringan.

Pembelajaran daring sendiri dapat dipahami sebagai pendidikan formal

yang diselenggarakan oleh sekolah yang peserta didiknya dan

instrukturnya (guru) berada di lokasi terpisah sehingga memerlukan

sistem telekomunikasi interkatif sebagai media penghubung keduanya dan

berbagai sumber daya yang diperlukan didalamnya (Sobron dkk,2019:1).

Pembelajaran

Berdasarkan teori di atas pembelajaran daring adalah teknik

pembelajaran yang menggunakan pemanfaatan jaringan internet dalam

proses pembelajarannya.

3. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Istilah pembelajaran sering diidentikkan dengan pengajaran, seperti

yang dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 20 (tentang

standar proses) bahwa “Perencanaan proses pembelajaran meliputi

silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran, materi ajar, metode

pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar.” Kata atau sitilah

pembelajaran masih terbilang baru semenjak lahirnya. UndangUndang

Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa

pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.


15

Sedangkan menurut Susanto (2013:19) dalam bukunya menyatakan

bahwa pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar

dapat belajar dengan baik. Pengertian lai bahwa pembelajaran pada

hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi

lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga dapat

menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar.

Pembelajaran juga diartikan sebagai proses memberikan bimbingan atau

bantuan kepada peserta didik dalam melakukan proses belajar.

Sedangkan bahasa adalah satu alat komunikasi, melalui bahasa,

manusia dapat saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling

belajar dari yang lain, dan meningkatkan kemampuan intelektual. Oleh

karena itu belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi.

Pembelajaran diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran

dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tertulis, ini sesuai pendapat

Resmini dkk, (2006:49) yang mengemukakan bahwa, Pembelajaran

bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai sebuah pembelajaran untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam komunikasi dengan bahasa baik

lisan maupun tulis.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22 Tahun

2006 pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik untuk benar, baik secara lisan maupun tulis,

serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia

Indonesia. Kemampuan berkomunikasi didukung dengan empat


16

keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca dan

menulis.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai proses belajar atau perubahan

kemampuan berbahasa, meliputi: menyimak, berbicara, membaca dan

menulis.
17

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Kajian Teori

1. Efektivitas Pembelajaran

Pengertian efektivitas secara umum menunjukkan sampai seberapa

jauh ketercapain suatu tujuan yang telah ditentukan. Kata efektivitas lebih

mengacu pada tujuan yang telah ditargetkan. Efektivitas merupakan faktor

yang sangat penting dalam pelajaran karena menentukan tingkat

keberhasilan suatu model pembelajaran yang digunakan

Efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu

proses interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru dalam

situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Efektivitas

pembelajaran seringkali diukur dengan tercapainya tujuan pembelajaran,

atau ketepatan dalam mengelola suatu situasi.

Senada dengan yang dikemukakan Masruri (2014:11), bahwa

efektivitas merupakan sebuah tolak ukur seberapa baik suatu pekerjaan

dilakukan. Artinya suatu pekerjaan dianggap efektif jika diselesaikan

sesuai dengan perencanaan, baik waktu, biaya, maupun mutunya.

Pengertian efektivitas sesuai dengan Permendagri Nomor 59

Tahun 2007 adalah merupakan pencapaian hasil program dengan target

yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran

dengan hasil. Sedangkan secara efektivitas menunjukkan pada taraf

tercapainya hasil, atau dalam bahasa sederhana hal tersebut dapat

17
18

dijelaskan bahwa: efektifitas dari pemerintah daerah adalah bila tujuan

pemerintah daerah tersebut dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan yang

direncanakan.

Efektivitas pembelajaran menurut Rohmawati (2015:17) adalah

ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa maupun antara

siswa dengan guru dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Efektivitas pembelajaran dapat dilihat dari aktivitas siswa

selama pembelajaran berlangsung, respon siswa terhadap pembelajaran

dan penguasaan konsep siswa. Untuk mencapai suatu konsep

pembelajaran yang efektif dan efisien perlu adanya hubungan timbal balik

antara siswa dan guru untuk mencapai suatu tujuan secara bersama, selain

itu juga harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah, sarana dan

prasarana, serta media pembelajaran yang dibutuhkan untuk membantu

tercapainya seluruh aspek perkembangan siswa.

Jadi, efektivitas pembelajaran dapat diartikan sebagai tolak ukur

keberhasilan dari sebuah proses pembelajaran antara siswa dengan siswa,

atau siswa dengan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

efektivitas dapat diartikan sebagai sebuah pencapaian yang ingin dicapai

oleh organisasi. Efektivitas berorientasi pada aspek tujuan suatu

organisasi, jika tujuan tersebut tercapai, maka dapat dikatakan efektif.

2. Pembelajaran Daring (dalam jaringan)

Kata daring berasal dari dua kata yaitu dalam dan jaringan
19

Menurut Isman (2016:587) pembelajaran daring merupakan suatu proses

pembelajaran yang memanfaatkan jaringan internet saat pelaksanaannya.

Pembelajaran Daring Learning sendiri dapat di pahami sebagai

pendidikan formal yang diselenggarakan oleh sekolah yang peserta

didiknya dan instrukturnya (guru) berada di lokasi terpisah sehingga

memerlukan sistem telekomunikasi interkatif sebagai media penghubung

keduanya dan berbagai sumber daya yang diperlukan didalamnya (Sobron

dkk, 2019:1).

Pembelajaran daring atau yang lebih dikenal dengan nama online

learning merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan

internet ataupun jaringan. Di bawah ini ada beberapa pengertian

pembelajaran daring menurut para ahli, antara lain:

a. Jamaludin dkk (2020:3) menyatakan bahwa pembelajaran daring

merupakan proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam

bentuk digital sehingga memiliki tantangan dan peluang tersendiri.

b. Menurut Syarifudin (2020:32) memberikan argumen pembelajaran

daring pada dasarnya adalah pembelajaran yang dilakukan secara

virtual yang tersedia. Meskipun demikian, pembelajaran daring harus

tetap memperhatikan kompetensi yang akan diajarkan.

c. Syarifudin (2020:33) juga menjelaskan bahwa pembelajaran daring

adalah bentuk pembelajaran yang mampu menjadikan siswa mandiri

tidak bergantung pada orang lain.

d. Isman (2016:587) menjelaskan bahwa pembelajaran daring

merupakan pemanfaatan jaringan internet dalam proses pembelajaran.


20

e. Bilfaqih (2015:1) berpendapat bahwa pembelajaran daring merupakan

pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dalam jaringan agar

mencakup target yang luas.

Menurut Syarifudin (2020:31) pembelajaran daring untuk saat ini

dapat menjadi sebuah solusi pembelajaran jarak jauh ketika terjadi

bencana alam atau keadaan seperti social distancing. Kegiatan

diaplikasikannya pembelajaran daring menjadikan kegiatan belajar

mengajar dalam konteks tatap muka dihentikan sementara, dan diganti

dengan sistem pembelajaran daring melalui apliaksi yang sudah tersedia.

Pembelajaran daring mengedepankan akan interaksi dan pemberian

informasi yang mempermudah peserta didik meningkatkan kualitas

belajar. Selain itu, pembelajaran berbasis daring mempermudah satu

sama lain meningkatkan kehiduoan nyata dalam proses pembelajaran.

Oleh karena itu sangat bermanfaat pembelajaran daring untuk kalangan

pendidik dan peserta didik.

Menurut Bilfaqih (2015:4) pada umumnya pembelajaran daring

memiliki tujuan memberikan layanan pembelajaran bermutu secara

dalam jaringan yang bersifat massif dan terbuka untuk menjangkau target

yang lebih banyak dan lebih luas.

Pembelajaran daring untuk saat ini telah menjadi populer karena

itu potensi yang dirasakan untuk menyediakan layanan akses konten

lebih fleksibel, sehingga memunculkan beberapa keuntungan dalam

penerapannya. Berikut beberapa keuntungan dalam penerapan

pembelajaran daring, antara lain:


21

Menurut Bilfaqih (2015:4) manfaat dari pembelajaran daring

adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan mutu pendidikan dan pelatihan dengan

b. memanfaatkan multimedia secara efektif dalam pembelajaran.

c. Meningkatkan keterjangkauan pendidikan dan pelatihan yang

bermutu melalui penyelenggaraan pembelajaran dalam jaringan.

d. Menekan biaya penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang

bermutu melalui pemanfaatan sumber daya bersama.

Menurut Mutia dan Leonard, 2013:282) juga menyebutkan

beberapa keuntungan E-learning/pembelajaran daring, antara lain:

a. Mengurangi biaya. Dengan menggunakan E-learning, kita

menghemat waktu dan uang untuk mencapai suatu tempat

pembelajaran. Dengan E-learning kita dapat diakses dari berbagai

lokasi dan tempat

b. Fleksibilitas waktu, tempat dan kecepatan pembelajaran. Dengan

menggunakan E-learning, pengajar dapat menentukan waktu untuk

belajar dimanapun. Dan pelajar dapat belajar sesuai dengan

kemampuan masing-masing.

c. Standarisasi dan efektivitas pembelajaran. E-learning selalu

memiliki kualitas sama setiap kali diakses dan tidak tergantung

suasana hati pengajar. E-learning dirancang agar pelajar dapat lebih

mengerti dengan menggunakan simulasi dan animasi.

Di samping kelebihan di atas, Putra (2020:3) mengutarakan

kekurangan penggunaan E-learning antara lain:


22

a. Interaksi secara tatap muka yang terjadi antara peserta didik dengan

pengajar atau antara peserta didik dengan peserta didik menjadi

minim.

b. Pembelajaran yang dilakukan lebih cenderung ke pelatihan bukan

pendidikan.

c. Aspek bisnis atau komersial menjadi lebih berkembang

dibandingkan aspek sosial dan akademik.

d. Pengajar dituntut lebih menguasai teknik pembelajaran dengan

menggunakan teknologi, informasi dan komunikasi (TIK)

e. Belum meratanya fasilitas internet yang tersedia di tempat yang

bermasalah dengan listrik, telepon dan komputer.

f. Sumber daya manusia yang memiliki keahlian untuk

mengoperasikan komputer masih kurang

g. Bahasa komputer yang belum dikuasai

h. Perasaan terisolasi dapat terjadi pada peserta didik

i. Terjadinya variasi kualitas dan akurasi informasi oleh sebab itu

diperlukan panduan pada saat menjawab pertanyaan.

j. Kesulitan mengakses grafik, gambar dan video karena peralatan

yang dipakai tidak mendukung sehingga menyebabkan peserta didik

menjadi frustasi.

Selain kekurangan-kekurangan tersebut, Pangondian (2019:57)

juga menyebutkan beberapa kelemahan dalam pelaksanaan

pembelajaran daring, yaitu:


23

a. Kurang cepatnya umpan balik yang dibutuhkan dalam kegiatan

belajar mengajar

b. Pengajar perlu waktu lebih lama untuk mempersiapkan diri

c. Terkadang membuat beberapa orang merasa tidak nyaman

d. Adanya kemungkinan muncul perilaku frustasi, kecemasan dan

kebingungan.

Pembelajaran daring dilakukan melalui berbagai aplikasi yang

dapat menunjang proses pembelajaran seperti google classroom,

whatsapp group, zoom dan lain sebagainya. Pembelajaran daring ini

akan membentuk pembelajaran yang menajdikan siswa mandiri dan

tidak bergantung pada orang lain. Hal ini karena siswa akan fokus pada

gawai untuk menyelesaikan tugas ataupun mengikuti diskusi yang

sedang berlangsung. Semua yang didiskusikan dalam proses belajar

mengajar melalui daring penting untuk menuntaskan kompetensi yang

akan dicapai. Oleh karena itu, melalui pelaksanaan pembelajaran daring

ini siswa diharapkan mampu mengkonstruk ilmu pengetahuan

(Syarifudin, 2020:33).

Berdasarkan beberapa paparan teori pembelajaran daring di atas,

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring merupakan pembelajaran

yang dilakukan tanpa tatap muka dan melalui jaringan atau internet yang

telah tersedia.
24

3. Pembelajaran Bahasa Indonesia

a. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia

Istilah pembelajaran sering diidentikkan dengan pengajaran,

seperti dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 20

(tentang standar proses) dinyatakan bahwa “Perencanaan proses

pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran,

materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil

belajar.” Kata atau sitilah pembelajaran masih terbilang baru semenjak

lahirnya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun

2003 yang menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi

peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar.

Pembelajaran memiliki pengertian yang mirip dengan

pengajaran, walaupun konotasinya berbeda. Dalam konteks

pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar,

memahami dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai tiga aspek

yakni: kognitif, afektif dan psikomotor. Pengajaran memberi kesan

sebagai pekerjaan guru saja, namun pembelajaran merupakan interaksi

antara guru dengan peserta didik (Rahyubi, 2014:7).

Menurut Susanto (2013:19) menyatakan bahwa pembelajaran

adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan

baik. Sedangkan pengertian lain bahwa pembelajaran pada hakikatnya


25

adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi

lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga dapat

menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses

belajar. Pembelajaran juga diartikan sebagai proses memberikan

bimbingan atau bantuan kepada peserta didik dalam melakukan proses

belajar.

Sedangkan bahasa adalah satu alat komunikasi, melalui

bahasa, manusia dapat saling berkomunikasi, saling berbagi

pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan

kemampuan intelektual. Oleh karena itu belajar bahasa pada

hakikatnya adalah belajar komunikasi. Pembelajaran diarahkan untuk

meningkatkan kemampuan pembelajaran dalam berkomunikasi, baik

lisan maupun tertulis, ini sesuai pendapat Resmini dkk. (2006:49)

yang mengemukakan bahwa, pembelajaran bahasa Indonesia dapat

diartikan sebagai sebuah pembelajaran untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam komunikasi dengan bahasa baik lisan

maupun tulisan.

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan

intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan

penunjang keberhasilan dalam mencapai semua bidang studi. Menurut

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.24

Tahun 2006 pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik

mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan

gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang


26

menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan

keterampilan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22

Tahun 2006 pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk

meningkatkan kemampuan peserta didik untuk benar, baik secara lisan

maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya

kesastraan manusia Indonesia. Kemampuan berkomunikasi didukung

dengan empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara,

membaca dan menulis.

Berdasarkan paparan teori di atas bahwa pembelajaran bahasa

Indonesia adalah proses belajar mengajar yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai

keterampilanketerampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara,

membaca dan menulis.

b. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pada Kurikulum 2013, pembelajaran bahasa Indonesia

digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan dan

keterampilan menalar dengan menjadikan bahasa sebagai ilmu

pengetahuan dan pembelajaran berbasis teks. Adanya Perubahan

dalam pembelajaran bahasa Indonesia tersebut diiringi dengan

kompetensi guru dalam penerapan pembelajaran bahasa dengan

paradigma baru yaitu pembelajaran berbasis teks.

Mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai


27

dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, dengan

demikian tujuan utamanya adalah dapat menghargai dan bangga

menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa

Negara, dalam memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya

dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, Pembelajaran bahasa

Indonesia dalam kurikulum 2013 disajikan dengan menggunakan

pendekatan berbasis teks.

Teks merupakan ungkapan pikiran manusia yang lengkap yang

di dalamnya memiliki situasi dan konteks, dengan kata lain belajar

bahasa Indonesia tidak sekadar memakai bahasa Indonesia sebagai

alat komunikasi, tetapi perlu juga mengetahui makna atau bagaimana

memilih kata yang tepat yang sesuai tatanan budaya dan masyarakat

pemakainya. Sejalan dengan pembelajaran bahasa indonesia tidak

lepas dari penggunaan kurikulum yang berlaku, karena secara

langsung keduannya saling berkaitan.

Berdasarkan pendapat teori di atas bahwa bahwa pembelajaran

bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa

dalam berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika

yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis. Juga dapat menghargai

dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan

dan bahasa Negara.

c. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22

Tahun 2006 pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk


28

meningkatkan kemampuan peserta didik untuk benar, baik secara lisan

maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya

kesastraan manusia Indonesia. Kemampuan berkomunikasi didukung

dengan empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara,

membaca dan menulis. Seperti yang dikemukakan oleh Tarigan

(2015:1), empat komponen keterampilan berbahasa tersebut yaitu;

keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara

(speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan

keterampilan menulis (writing skills)

1) Menyimak

Don Brown, dalam disertasinya yang berjudul “Auding as

the Binary Language Ability” pada Standford University (1954)

dalam Tarigan (2015:30) menyatakan bahwa istilah-istilah hearing

dan listening kedua-duanya terbatas pada makna mendengarkan

dan auding, yang diturunkan dari kata kerja neologis to aud, lebih

tepat melukiskan, memberikan keterampilan yang ada sangkut

pautnya dengan para guru. “Auding is to the ears what reading is

to the eyes”. Kalau membaca merupakan proses besar dalam

melihat, mengenal, serta menginterpretasikan atau menafsirkan

lambang-lambang tulis, dapatlah kita membatasi menyimak

sebagai proses besar mendengarkan, mengenal, serta

menginterpretasikan lambanglambang lisan.

Menyimak dan membaca berhubungan erat karena

keduanya merupakan sarana untuk menerima informasi dalam


29

kegiatan komunikasi; perbedaannya terletak dalam jenis

komunikasi: menyimak berhubungan dengan komunikasi lisan,

sedangkan membaca berhubungan dengan komunikasi tulis.

Dalam hal tujuan, keduanya mengandung persamaan yaitu

memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, dan memahami

makna komunikasi (Tarigan, 1986:9-10).

Secara praktis empat tujuan utama menyimak adalah

sebagai berikut:

a) Untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan

profesi

b) Membuat hubungan antarpribadi lebih efektif

c) Mengumpulkan data agar dapat membuat keputusan yang

masuk akal

d) Agar dapat memberikan responsi yang tepat.

Selain tujuan utama di atas, berikut ada delapan tujuan

menyimak menurut Tarigan, (2015:62), yaitu:

a) Menyimak untuk belajar

b) Menyimak untuk menikmati

c) Menyimak untuk mengevaluasi

d) Menyimak untuk mengapresiasi

e) Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide f

f) Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi

g) Menyimak untuk memecahkan masalah


30

h) Menyimak untuk meyakinkan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

menyimak merupakan kegiatan mendengarkan dengan penuh

perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk

memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta

memahami makna yang telah disampaikan oleh sang pembicara.

2) Berbicara

Menurut Tarigan (2015:3) berbicara sebagai keterampilan

merupakan suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada

kehidupan anak, yang didahului oleh keterampilan menyimak, dan

pada masa tersebut kemampuan berbicara dipelajari. Tarigan juga

berpendapat bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan

bunyibunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,

menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan

(Tarigan, 2015:16)

Tujuan utama dari berbicara adalah komunikasi.agar dapat

menyampaikan pikiran secara efektif, maka sebaiknya pembicara

memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan.

Pada dasarnya berbicara memiliki tiga maksud umum, yaitu:

a) Memberitahukan dan melaporkan

b) Menjamu dan menghibur

c) Membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (Tarigan,

2015:17).
31

Berdasarkan pendapat teori di atas, dapat disimpulkan

bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi

artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau

menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan

3) Membaca

Menurut Tarigan, 2015:9) secara singkat dapat dikatakan

bahwa reading adalah bringing meaning to and getting meaning

from printed or written material, memetik serta memahami arti

atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis. Sedangkan

menurut Tarigan, 2015:9) “membaca ialah memahami pola-pola

bahasa dari gambaran tertulisnya”.

Tujuan utama membaca adalah mencari dan memperoleh

informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Berikut

beberapa tujuan dari membaca:

a) Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-

penemuan yang telah dilakukan oleh tokoh; apa-apa yang telah

dibuat oleh tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus,

atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh

tokoh

b) Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik

yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita,

apa-apa yang dipelajari atau yang dialami tokoh


32

c) Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi

pada setiap bagian cerita

d) Membaca untuk mengetahui mengapa para tokoh merasakan

seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh

pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh

berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang

membuat mereka berhasil atau gagal.

e) Membaca untuk mengetahui apa yang tidak biasa, tidak wajar

mengenai tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah

cerita itu benar atau tidak benar

f) Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup

dengan ukuran-ukura tertentu, apakah kita ingin berbuat

seperti yang diperbuat oleh tokoh, atau bekerja seperti cara

tokoh bekerja dalam cerita itu.

g) Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh

berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang

kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, dan

bagaimana tokoh menyerupai pembaca.

Berdasarkan paparan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa

sasaran utama dari kegiatan membaca adalah mencari dan

memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.

Berikut beberapa tujuan dari membaca:


33

4) Menulis

Tarigan (2013:3) berpendapat bahwa menulis merupakan

suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk

berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka

dengan orang lain. Tarigan juga berpendapat bahwa menulis ialah

melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu

bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat

membaca lambang grafik tersebut, jika mereka memahami bahasa

dan gambaran grafik itu.

Hugo hartig sebagaimana dikutip oleh Tarigan (2013:25-

26) memaparkan bebrapa tujuan penulisan, antara lain:

a) Tujuan penugasan, penulis menulis karena ditugaskan, bukan

kemauan diri sendiri

b) Tujuan alturistik, menyenangkan pembaca, menghadirkan

kedukaan para pembaca, membantu pembaca memahami,

menghargai perasaan, dan penalarannya

c) Tujuan persuasif, meyakinkan para pembaca akan kebenaran

gagasan yang diutarakan

d) Tujuan informasional, memberi informasi atau penerangan

pada pembaca

e) Tujuan pernyataan diri, memperkenalkan diri sang pengarang

kepada pembaca

f) Tujuan kreatif, mencapai nilai-nilai artistik dan nilai-nilai

kesenian
34

g) Tujuan pemecahan masalah, menjelaskan, menjernihkan serta

meneliti secara cermat pikiran dan gagasannya sendiri agar

h) merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan

dapat dipahami pembaca.

Berdasarkan pendapat teori di atas dapat disimpulan bahwa

bahwa kegiatan menulis untuk berkomunikasi secara tidak

langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.

B. Penelitian yang Relevan

Peneliti dalam penyususnan skripsi kualitatif ini, mencari informasi

dari penelitian-penelitian terdahulu dengan judul skripsi yang relevan

sebagai perbandingan baik dari segi kekurangan maupun kelebihan.

Penelitian terdahulu yang peneliti ambil meliputi:

1. Penelitian Nurul Lailatul Khusniyah dan Lukam Hakim (2019) dari

jurnalnya yang berjudul Efektivitas Pembelajaran Berbasis Daring:

Sebuah Bukti Pada Pembelajaran Bahasa Inggris. Penelitian ini

menggambarkan efektifitas pembelajaran berbasis daring terhadap

kemampuan mahasiswa dalam memahami teks berbahasa Inggris.

Pembelajaran daring yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pembelajaran yang memanfaatkan penggunaan web blog. Paparan pada

artikel ini adalah bagian dari laporan penelitian tindakan kelas yang

fokus utamanya adalah melihat efektivitas pembelajaran berbasis daring

yang ditinjau dari dua pendekatan, yaitu perbandingan distribusi data

dan uji-t pada data sebelum tindakan (pretest) dan setalah tindakan
35

(posttest). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan

kemampuan pemahaman mahasiswa terhadap teks berbahasa Inggris

antara sebelum dan sesudah penggunaan web blog. Dalam hal ini,

pembelajaran daring berbantuan web blog tersebut memberikan

pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan membaca bahasa

Inggris mahasiswa.

2. Penelitian Riskey Oktavian dkk (2020) dalam jurnalnya yang berjudul

Efektivitas Pembelajaran Daring Terintegrasi di Era Pendidikan 4.0.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran

daring yang menekankan integrasi dengan lingkungan dari berbagai

sumber yang ditinjau dari berbagai aspek selama era pendidikan 4.0.

Menggunakan metode berupa meta-analisis jurnal, melalui berbagai

macam jurnal yang berhubungan dengan variabel penelitian

dikumpulkan kemudian dikaji dan ditarik suatu kesimpulan. Hasil kajian

menunjukkan bahwa pembelajaran daring akan efektif jika menerapkan

komponen esensial dari Laurillard yang mencangkup aspek diskursfi,

adapftif, interaktif dan reflektif. Namun 76,07% memilih kombinasi

pembelajaran daring sehingga penting adanya inovasi berupa integrasi

dengan lingkungan mengacu pada komponen digital learning ecosystem

dari Hammond yang dapat mengakomodasi gaya belajar, fleksibilitas

dan pengalaman belajar peserta didik sehingga dapat memunculkan

perasaan positif.

C. Kerangka Berpikir
36

Efektivitas adalah sebuah pencapaian yang ingin dicapai oleh

organisasi. yang berorientasi pada aspek tujuan, jika tujuan tersebut tercapai,

maka dapat dikatakan efektif. Sedangkan Efektivitas pembelajaran dapat

dilihat dari aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, respon siswa

terhadap pembelajaran dan penguasaan konsep siswa.

Ketercapaian suatu konsep pembelajaran yang efektif dan efisien

perlu adanya hubungan timbal balik antara siswa dan guru untuk mencapai

suatu tujuan secara bersama, selain itu juga harus disesuaikan dengan kondisi

lingkungan sekolah, sarana dan prasarana, serta media pembelajaran yang

dibutuhkan untuk membantu tercapainya seluruh aspek perkembangan siswa.

Efektivitas pembelajaran asumsinya sebagai tolak ukur keberhasilan dari

sebuah proses pembelajaran antara siswa dengan siswa, atau siswa dengan

guru dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran daring ini akan membentuk pembelajaran yang

menajdikan siswa mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Hal ini

karena siswa akan fokus pada apa yang diperintahkan untuk menyelesaikan

tugas ataupun mengikuti diskusi yang sedang berlangsung.

Sedangkan pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk

meningkatkan kemampuan peserta didik untuk benar, baik secara lisan

maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan

manusia Indonesia. Kemampuan berkomunikasi didukung dengan empat

keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis


37

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Penyusunan sebuah skripsi atau karya ilmiah tidak lepas dari penggunaan

metode penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan.

Penelitian dapat dikatakan berhasil jika peneliti mampu memahami dan

mengetahui metode yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan. Metode

penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

A. Metode Penelitian

Penelitian pada skripsi ini menggunakan metode penelitian deskriptif

dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan

peneliti adalah penelitian kualitatif. Menurut Sutopo (2006:179), penelitian

kualitatif yaitu penelitian yang mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan

mendalam baik kondisi maupu proses, dan juga hubungan atau saling

keterkaitannya mengenai hal-hal pokok yang ditemukan pada sasaran

penelitian. Tipe penelitian ini menurut Moleong, (2014:4) merupakan

penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata baik tertulis maupun lisan

dari orang-orang, serta perilaku yang dapat diamati.

Digunakannya penelitian kualitatif ini untuk dapat memahami

tindakan-tindakan pada subjek dan objek yang diteliti melalui teknik-teknik

penelitian kualitatif seperti wawancara secara mendalam dan dokumentasi.

Sebab untuk mendapatkan hasil dari penelitian yang mendalam tentang

efektivitas pembelajaran daring dalam pembelajaran bahasa Indonesia akan

lebih baik jika dilakukan dengan cara wawancara dan dokumentasi.

37
38

B. Sumber Data Penelitian

Menurut Sutopo (2006:56-57) sumber data adalah tempat data

diperoleh dengan menggunakan metode tertentu baik berupa manusia,

artefak, ataupun dokumen-dokumen. Sedangkan Menurut Moleong

(20014:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata,

dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Pencatatan sumber data melalui wawancara atau pengamatan merupakan hasil

gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya.

Adapun data yang diambil dalam penelitian ini, Peneliti mengambil

Sumber dari tempat sasaran di kelas VII SMP IT Mathl’ul Anwar

Malingping, Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak Prov. Banten. Dengan

jangka waktu penelitian dilaksanakan dari tanggal 24 April 2021 sampai

dengan 30 juni 2021.

Dalam skripsi kualitatif kegiatan-kegiatan ini dilakukan secara sadar,

terarah dan senantiasa bertujuan memperoleh informasi yang diperlukan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sumber data primer dan data

sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan

langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang

bersangkutan yang memerlukannya (Hasan, 2002:82). Data primer

diperoleh dari sumber informan atau perseorangan seperti hasil

wawancara yang dilakukan peneliti. Data primer dalam penelitian ini

antara lain:
39

a. Catatan hasil wawancara

b. Hasil observasi lapangan

c. Data-data mengenai infroman

2. Data Sekunder

Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh atau

dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber

yang telah ada (Hasan, 2002:58). Data sekunder digunakan untuk

mendukung informasi data primer yang telah dieproleh yaitu dari bahan

pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku, jurnal dan sebagainya.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu kegiatan penunjang

pelaksanaan kegiatan penelitian, dimana pengumpulan data dilakukan untuk

menentukan berhasil tidaknya suatu penelitian. Prosedur pengumpulan data

yang digunakan peneliti antara lain:

1. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden, dan

jawabanjawaban responden dicatat atau direkam (Hasan, 2002:85).

Kegiatan wawancara biasanya diajukan secara lisan kepada subjek yang

diteliti. Wawancara menurut Basrowi dan Suwandi, (2008: 127) adalah

percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara

sebagai pengaju/pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai sebagai

pemberi jawaban atas pertanyaan itu. Selain itu maksud wawancara

sebagaimana yang dijelaskan oleh Licoln dan Guba (dalam Basrowi dan
40

Suwandi, 2008:127) ialah mengkonstruksi perihal orang, kejadian,

organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan dan kepedulian, merekonstruksi

kebulatan-kebulatan harapan pada masa yang akan datang, memverifikasi,

mengubah dan memperluas informasi dari orang lain. Wawancara dalam

penelitian ini digunakan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran

daring dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VII SMP IT

Mathl’ul Anwar Malingping.

2. Dokumentasi

Selain dengan menggunakan metode wawancara, dalam prosedur

pengumpulan data untuk memeproleh informasi juga bisa diperoleh

melalui fakta yang bisa tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian,

arsip foto hingga jurnal kegiatan. Data berupa dokumen ini menjadi data

yang dapat digunakan peneliti untuk menggali informasi-informasi silam.

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang

tertulis. Metode dokumentasi adalah prosedur pengumpulan data yang

digunakan untuk menelususri data historis. Dokumentasi menurut

Sugiyono (2015:329) adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh

data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan

gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung

penelitian.

Pengambilan data dalam penelitian ini, yaitu dokumentasi internal

berupa deskripsi profil sekolah yang diteliti, sarana dan prasarana,

pendidik dan tenaga kependidikan, jumlah siswa, hingga gambaran umum

letak SMP Islam Terpadu Mathla’ul Anwar Malingping. Sedangkan


41

dokumentasi ekstrenal berupa buku referensi, jurnal-jurnal terkait

penelitian terdahulu, buku-buku yang bersumber dari internet.

D. Instrumen Penelitian

Intrumen Pengumpulan data merupakan salah satu unsur penunjang

dalam pelaksanaan kegiatan penelitian, dimana pengumpulan data dilakukan

melalui instrument untuk menentukan berhasil tidaknya suatu penelitian.

Kisi-kisi Instrumen penelitian adalah pedoman pemberian batasan terhadap

kegiatan yang telah dilaksanakan, kegiatan yang dimaksud adalah

keikuterstaan Kepala Sekolah, guru, siswa dan pasilitas sebagai bahan

informasi data lembaga sekolah tersebut.

Tabel 1
Kisi-kisi Pengumpulan Data

Data
Sasaran Data volume
Penelitian
1.Catatan hasil wawancara 1. Kepala/guru 4

2. Hasil observasi lapangan 2. Guru/Siswa 4

3. Data-data mengenai infroman 3. Papan 6


informasi
JUMLAH 14

E. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Sugiyono, (2015:332) menjelaskan bahwa

analisis data dalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,

sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada

orang lain. Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan analisis data
42

dengan model menurut Prastowo, (2012:242-249) yaitu melalui beberapa

proses, antara lain:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data awal yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Selama proses reduksi

data berlangsung, ada beberapa tahapan selanjutnya, antara lain:

a. Memilah-milah setiap satuan data ke dalam bagian-bagian yang

memiliki kesamaan atau mengkategorikan data

b. Inteprestasi data merupakan penjelasan yang terinci tentang arti yang

sebenarnya dari data penelitian.

2. Penyajian Data (Data Display)

Dalam tahap penyajian data, peneliti mengembangkan deskripsi

dari informasi-informasi tersusun untuk menatik sebuah kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Penyajian data yang digunakan menggunakan

bentuk teks naratif.

3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion/Verying)

Peneliti membuat kesimpulan dan melakukan verifikasi dengan

mencari makna dari setiap gejala yang telah diperoleh dan menarik

kesimpulan dari data yang telah disimpulkan di awal kemudian

mencocokkan catatan dan pengamatan yang dilakukan peneliti saat

kegiatan penelitian berlangsung.


43

F. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas VIII SMP Islam Terpadu

Mathla’ul Anwar Malingping. Rencana penelitian akan dimulai pada minggu

ke tiga Bulan April 2021 samapai minggu ke tiga Bulan Juni 2021.

Tabel 1
Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian

Bulan
April 2021 Mei 2021 Juni 2021
No. Kegiatan
Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan proposal
penelitian
2 Pengajuan Persetujuan
3 Seminar Proposal
4 Survai Tempat Sumber
5 Pengumpulan data
6 Analisis data
7 Perkiraan ujian skripsi
8 Perbaikan laporan
44

DAFTAR PUSTAKA

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka


Cipta.

Bilfaqih, Yusuf. 2015. Esesnsi Pengembangan Pembelajaran Daring.Yogyakarta:


Deepublish

Depdiknas.2006. Permendiknas No 22 Tahun 2006 TentangStandar Isi. Jakarta :


Depdiknas.

Fathiyah Isbaniah, d. (Maret 2020). Pedoman Pencegahan Pengendalian


Coronavirus Disease (COVID-19). Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Haryono. 2005. “Aplikasi Teori Belajar dalam Desain Pembelajaran”. Makalah.


Diunduh Juni 2017 dari http://blog.unnes.ac.id/fransharyono.

Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan


Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Isman, Mhd. 2016. Pembelajaran Media dalam Jaringan (Moda Jaringan). The
Progressive and Fun Education Seminar, 586.

Jamaludin, Dindin dkk. 2020. Pembelajaran Daring Masa Pandemik Covid-19


Pada Calon Guru: Hambatan, Solusi Dan Proyeksi. Karya Tulis Ilmiah
LP2M UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Khusniyah,NL (2019) dari jurnalnya yang berjudul Efektivitas Pembelajaran


Berbasis Daring

Masruri. 2014. Analisis Efektifitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat


Mandiri Perkotaan.Padang: Akademia Permata.

Moleong, L. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Mutia, Intan dan Leonard. 2013. Kajian Penerapan E-learning Dalam Proses
Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Faktor Exacta 6(4).

Nurkholis. 2013. Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi. Jurnal


Kependidikan, 25.Pengetahuan.

Oktavian, Riskey (2020) dalam jurnalnya yang berjudul Efektivitas


Pembelajaran Daring Terintegrasi di Era Pendidikan 4.0.
45

Pangondian, Roman A. 2019. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesuksesan


Pembelajaran Daring Dalam Revolusi Industri 4.0. Seminar Nasional
Teknologi Komputer & Sains (SAINTEKS). 57

Prastowo, Andi. 2012. Metode Penelitian Penelitian Kualitatif Dalam Persektif


Rancangan Penelitian. Jogjakarta : Ar-ruzzmedia.

Putra, Made. 2020. Kurang Efisiennya Pembelajaran Daring/E-Learning.3

Rahyubi, H. 2014. Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik.


Bandung: Penerbit Nusa Media.

Resmini, Novi dkk. 2006. Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa


dan Sastra Indonesia. Bandung: UPI PRESS.

Rohmawati, Afifatu. 2015. Efektivitas Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Usia


Dini,

Sadikin, (2020), kekurangan dam pembelajaran daring, di masa pandemic covid-


19

Sobron A.N, B. R. 2019. Persepsi Siswa dalam Studi Pengaruh Daring Learning
terhadap Minat Belajar IPA. Pendidikan Islam dan Multikulturalisme.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:


Alfabeta.

Susanto, A. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di SD. Jakarta: Kencana


Prenada Media Group.

Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS.

Syarifudin, Albitar S. 2020. Implementasi Pembelajaran Daring Untuk


Meningkatkan Mutu Pendidikan Sebagai Dampak Diterapkannya Social
Distancing. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Tarigan, H. G. 2013. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:


CV Angkasa

Anda mungkin juga menyukai