Anda di halaman 1dari 3

MEDIA PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DIMASA PANDEMI COVI 19

DITINJAU DARI SISI POSITIF DAN NEGATIFNYA

Oleh : Jamin
Guru SMP Negeri 1 Belitang

Semenjak awal februari 2020 hingga saat ini negara-negara di dunia yang terdampak
wabah virus corona, yang pertama kali berasal dari Wuhan negara China, dapat merasakan
dampaknya dari berbagai bidang kehidupan. Tidak terkecuali negara Indonesia yang juga
merasakan dampak dari penyebaran virus covid 19 tersebut. Akibatnya semua aspek-aspek
kehidupan juga terkena imbas dari adanya pandemi covid 19 tersebut, tidak terkecuali dunia
pendidikan. Karena pada masa pandemi covid 19 semua aktivitas kegiatan pembelajaran
dilakukan melalui daring atau work from home (WFH). Dalam hal ini Pendidik harus
memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun peserta didik berada di rumah.
Solusinya, pendidik dituntut mendesain media pembelajaran sebagai inovasi dengan
memanfaatkan media daring (online).

Ini sesuai dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia terkait Surat
Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat
Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19). Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui
perangkat personal computer (PC) atau laptop yang terhubung dengan koneksi jaringan internet.
Pendidik dapat melakukan pembelajaran bersama di waktu yang sama menggunakan grup di
media sosial seperti WhatsApp (WA), telegram, instagram, aplikasi zoom, webinar ataupun
media lainnya sebagai media pembelajaran.

Dengan demikian, pendidik dapat memastikan peserta didik


mengikuti pembelajaran dalam waktu bersamaan, meskipun di tempat yang berbeda. Pendidik
pun dapat memberi tugas terukur sesuai dengan tujuan materi yang disampaikan kepada peserta
didik. Kondisi pandemi Covid-19 ini mengakibatkan perubahan yang luar biasa, termasuk bidang
pendidikan. Seolah seluruh jenjang pendidikan 'dipaksa' bertransformasi untuk beradaptasi
secara tiba-tiba drastis untuk melakukan pembelajaran dari rumah melalui media daring
(online).Ini tentu bukanlah hal yang mudah, karena belum sepenuhnya siap. Problematika dunia
pendidikan yaitu belum seragamnya proses pembelajaran, baik standar sarana dan prasarana
maupun kualitas capaian pembelajaran yang diinginkan.

Berbagai aplikasi media pembelajaran pun sudah tersedia, baik pemerintah maupun
swasta. Pemerintah mengeluarkan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
9/2018 tentang Pemanfaatan Rumah Belajar. Pihak swasta pun menyuguhkan bimbingan belajar
online seperti ruang guru, Kahoot, quizzi dan lainnya. Selain itu pemerintah dalam hal ini
kementrian pendidikan dan kebudayaan juga meluncurkan program pembelajaran bersama
melalui siaran program TVRI yang ditayangkan mulai dari senin sampai Jum’at dengan
pembagian jadwal disesuaikan dengan tingkatan mulai dari TK/PAUD, SD/MI, SMP/MTs dan
SMA/SMK/MA. Semua akses-akses tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan
pengetahuan dan wawasan. Sangat diperlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia
(SDM). Keberhasilan pembangunan negara salah satu tolak ukurnya adalah keberhasilan
pendidikan. Dan disini juga guru harus dituntut dapat menguasai dan mengikuti perkembangan
yang dalam dunia IPTEK, agar tidak dikatan guru yang gagap teknologi (Gaptek), dan guru
harus belajar demi menggembangkan kualitas dirinya untuk kemajuan pendidikan Indonesia.

Namun pembelajaran online atau daring dimasa pandemi covid 19 ini memunculkan
polemik dalam masyarakat. Mengapa demikian, karena hal ini tentu dirasa berat oleh pendidik
dan peserta didik. Terutama bagi pendidik, dituntut kreatif dalam penyampaian materi melalui
media pembelajaran daring. Ini perlu disesuaikan juga dengan jenjang pendidikan dalam
kebutuhannya. Dampaknya akan menimbulkan tekanan fisik maupun psikis (mental). Pola pikir
yang positif dapat membantu menerapkan media pembelajaran daring, sehingga menghasilkan
capaian pembelajaran yang tetap berkualitas. Belajar di rumah dengan menggunakan media
daring mengharapkan orangtua sebagai role model dalam pendampingan belajar anak, dihadapi
perubahan sikap.

Masa pandemi Covid-19 ini bisa dikatakan sebagai sebuah peluang dalam dunia
pendidikan, baik pemanfaatan teknologi seiring dengan industri 4.0, maupun orangtua sebagai
mentor. Harapannya, pasca-pandemi Covid-19, kita menjadi terbiasa dengan sistem saat ini
sebagai budaya pembelajaran dalam pendidikan kedepan.

Tantangan Terberat Bagi Guru, Dosen dan Orang Tua

Kenapa dikatakan tantangan terberat karena pada masa pandemi covid 19 ini semua
elemen harus terlibat langsung demi terlaksananya pendidikan meskipun tidak melalui tatap
muka. Seorang guru mau tidak mau harus mampu menguasai dan mengikuti perkembangan IT
saat ini. Karena kalau seorang guru tidak dapat menguasai IT yang ditakutkan nanti tidak
menyampaikan materi secara daring. Begitu juga dengan seorang dosen dituntut setiap harinya
dalam menyampaikan materi pembelajarannya harus selalu berinovasi agar tidak membuat
mahasiswanya bosen atau jenuh. Guru atau dosen bukan satu-satunya tonggak penentu. Itu
tantangan berat bagi gurudan dosen.

Demikian juga tidak terkecuali orang tua siswa ikut merasakan beratnya tantangan
menjadi guru di rumah untuk anak-anknya. Tidak sedikit orangtua pun mengeluhkan media
pembelajaran jarak jauh melalui daring (internet) ini. Terlebih bagi orangtua yang work from
home (WFH), harus tetap mendampingi anak-anaknya, khususnya anaknya yang masih usia dini.
Ini mengingat belum meratanya diperkenalkan teknologi dalam pemanfaataan media belajar,
seperti laptop, gadget, dan lainnya. Selain ini juga kita harus tahu bahwa tidak semua orang tua
dan siswa memiliki sarana dan prasarana seperti laptop dan android atau yang lainnya. Dan
sering kita temukan langsung di lapangan banyak orang tua yang mengeluh dengan adanya
pembelajaran daring tersebut, misalnya orang tua tidak menguasai IT tersebut, waktu untuk
bekerjaanya tersita untuk mendampingi anaknya belajar, dan pemakaian pulsa data yang begitu
boros sehingga banyak penggeluaran untuk pembelajaran daring tersebut.

Kendala lain yang dapat dirasakan yaitu terutama anak usia dini hingga sekolah
menengah belum merata ketersediaan fasilitas teknologi sebagai media belajar mengajar di
sekolah. Selain itu jaringan komunikasi/sinyal yang tidak mendukung untuk mealsanakan
pembelajaran online tersebut. Meskipun sebagian besar sudah mengenal digital, sisi
operasionalnya namun belum diterapkan secara optimal dalam media pembelajaran tersebut.

Bagi guru sekolah PAUD/TK, dituntut menciptakan media pembelajaran yang


menyenangkan dengan kreativitasnya. Fasilitas video, voice note, dan Youtube dapat dijadikan
media pembelajaran. Namun disini peran orang tua sangat diperlukan dalam mendampingi
secara penuh anaknya belajar secara daring tersebut.

Di samping itu juga guru sekolah dasar juga harus mampu menciptakan media
pembelajaran yang inovatif. Namun yang jadi kendala saat ini belum semua Anak Sekolah Dasar
(SD) mampu menggunakan media-media tersebut yang ditambah dengan penggunaan aplikasi
Zoom. Bukanlah hal yang mudah, karena anak belum bisa mengoperasikannya secara mandiri.
Bahkan masih banyak anak-anak yang tinggal pedesaan yang tidak memiliki barang-barang
teknologi seperti laptop, gadged atau android. Inilah yang akan membuat kesulitan seorang guru
menyampaikan materinya dimasa pandemi covid 19 saat ini. Untuk Jenjang Sekolah Menengah
pertama dan atas serta Pendidikan Tinggi tidak begitu banyak menemukan kesulitan karena pada
usia ini siswa tersebut sudah memiliki barang-barang IT tersebut dan sudah banyak memahami
pengoperasiannya. Namun disini peran guru dan dosen sangat dibutuhkan untuk selalu
memberikan inovasi pembelajaran agar peserta didik tidak jenuh, tanpa menghilangkan poin
capaian pembelajaran. Sehingga akan tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan tujuan
pendidikan meskipun tanpa adanya pembelajaran tatap mukka secara langsung.

Anda mungkin juga menyukai