Anda di halaman 1dari 5

PENGALAMAN BERMAKNA MENGAJAR

SELAMA MASA PANDEMI COVID-19

Berawal dari Kota Wuhan di Tiongkok, kini menyebar hampir keseluruh penjuru
negeri di Indonesia. Virus ini telah mengubah berbagai lini kehidupan. Tentu saja termasuk
dunia pendidikan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nadiem Anwar
Makarim mengeluarkan sejumlah kebijakan terkait proses pelaksananan belajar mengajar
selama masa pandemi COVID-19 ini.

Dunia pendidikan Indonesia kini harus menekuni kenyataan baru selama


pandemi Covid-19 masih berlangsung. Aktivitas belajar dan mengajar harus dilakukan
secara virtual mengingat institusi pendidikan seperti SD, SMP, SMA, hingga perguruan
tinggi meliburkan aktivitas tersebut. Para guru dan peserta di seluruh Indonesia tidak
terkecuali kami guru di SMP Negeri 1 Belitang, harus beradaptasi dengan kehadiran
pandemi virus corona yang mengakibatkan sekolah-sekolah ditutup dan pembelajaran
dialihkan menjadi jarak jauh (PJJ). Seluruh siswa di Indonesia harus belajar di rumahnya
masing-masing. Di sisi lain, para guru harus memutar otak agar kegiatan belajar dan
mengajar berjalan secara efektif. Di kota besar misalnya, yang segala akses bisa
ditempuh, para guru kerap kelimpungan memberikan materi. Apalagi yang berada di
pelosok, rasanya sulit dibayangkan apalagi dilakukan.
Kini kami guru dan siswa SMP Negeri 1 Belitang harus belajar hal-hal baru, seperti
cara menggunakan aplikasi Zoom, Google Meet, dan Google Classroom yang sebelumnya
belum pernah kami lakukan. Sekarang mau tidak mau semua harus kami pelajari dan
dilaksanakan, apa yang saya bisa ajarkan, saya ajarkan dan lama-lama yang tadinya belum
bisa akhirnya bisa. Belajar dari rumah telah menjadi bagian dari 'new normal' warga
Indonesia dalam menjalani kehidupan di tengah pandemi virus corona. Namun yang menjadi
kendala saat ini adalah infrastruktur dan teknologi membuat adanya sehingga kesenjangan
pendidikan antar daerah. Merebaknya kasus pandemi corona (covid19) sampai saat ini
mengharuskan semua kegiatan belajar mengajar untuk sementara waktu dilakukan di
rumah. Di tempat kami Alhamdulillah sudah bagus untuk masalah jaringan internetnya hanya
yang menjadi kendala keterbatasan kuota untuk guru dan siswa. Di samping itu tidak semua
siswa memeiliki perangkat untuk melaksanakan PJJ selama pandemic virus corona.
Pemeblajaran Jarak jauah itu memang perlu dilakukan agar meminimalisir kontak
fisik secara massal sehingga diharapkan bisa memutus mata rantai penyebaran virus covid 19.
Dalam praktiknya proses belajar mengajar di rumah, siswa dan guru dibantu dengan aplikasi
belajar online. Namun, sejumlah kesulitan ditemui para orang tua murid ataupun guru saat
menjalankan metode belajar dari rumah.  Banyak pengalaman yang mereka rasakan Ketika
harus mendampingi anaknya belajar di rumah, dan menceritakan pengalaman mereka selama
mendampingi anak-anaknya belajar baik positif maupun negative di media sosial.

Dengan adanya PJJ Memberikan kesadaran kepada orang tua bahwa mendidik anak
itu ternyata tidak mudah, diperlukan ilmu dan kesabaran yang sangat besar. Sehingga dengan
kejadian ini orang tua harus menyadari dan mengetahui bagaimana cara membimbing anak
anak-anak mereka dalam belajar, diharapkan setelah mendapatkan pengalaman ini para orang
tua mau belajar bagaimana cara mendidik anak-anak mereka di rumah. Selain hal negatif ibu
mira juga tidak sedikit mendapatkan hal positif yang ia dapatkan Ketika anak diharuskan
belajar dirumah. 

Fungsi rumah saat ini menjadi bertambah yaitu sebagai sekolah, oramgtua harus belajar
bagaimana mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada anak sebab fungsi guru atau
sekolah hanya sebagai fasilitator. Mudah-mudahan kedepannya pandemi ini akan berakhir
dan anak-anak bisa beraktifitas normal seperti biasanya menjadi penerus anak bangsa yang
cerdas dan pastinya membahagiakan orangtua mereka untuk membawa negara Indonesia
lebih baik.

Kami berbincang dengan salah satu guru terkait fenomena tersebut. Banyak
cerita yang dia rasakan, misalnya buruknya jaringan internet yang menyebabkan
percakapan terputus, pengawasan orang tua yang minim, hingga tatap muka secara
virtual yang membikin tatap muka berubah menjadi tatap layar. Sejatinya, pendidikan
merupakan satu usaha untuk membebaskan manusia. Lebih luas lagi, mengutip
pernyataan Paulo Freire, pendidikan adalah usaha untuk "memanusiakan manusia" alias
melawan bentuk dehumanisasi. Konsep Freire berpijak pada usaha penghargaan
terhadap manusia. Pendidikan harus menempatkan pendidik dan peserta didik sebagai
subyek sebab dalam prosesnya, keduanya sejajar.

Dalam situasi seperti sekarang, ada hal yang hilang, yakni dialog secara
langsung antara pendidik dan peserta didik. Dialog secara langsung kini berubah dari
'yang nyata menjadi 'yang maya'. Artinya, baik pendidik dan peserta didik menjadi
pihak yang terdampak. Terdampak dari sistem pendidikan yang tidak siap dengan
kenyataan seperti ini pandemi corona tak berkesudahan, tak bertepi. Salah satu kebijakan
Mas Menteri adalah belajar dari rumah. Kementerian Pendidikan memberikan sejumlah
acuan untuk pelaksanaan belajar dari rumah selama masa pandemi ini. Dalam proses belajar
jarak jauh ini siswa tidak diberi tuntutan untuk menuntaskan seluruh capaian kurikulum agar
bisa naik kelas atau lulus. Belajar dari COVID-19, ungkapan ini memang sangat tepat dalam
situasi seperti ini. Sebagai orang bijak, kita harus selalu mengambil hikmahnya. Sungguh
begitu banyak hal positif yang dapat diambil dari Pandemi COVID-19. Salah satunya adalah
seorang guru harus melek teknologi. Belajar mengomunikasikan pembelajaran dengan efektif
meskipun tanpa bertatap muka dengan peserta didik.

Melalui pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran daring, seorang guru harus tetap
mampu menjalin komunikasi yang baik dengan peserta didik maupun dengan orang tua. Di
sini akan sangat terlihat seberapa besar peran serta dan dukungan orang tua dan keluarga
terhadap dunia pendidikan. Sebab dengan pembelajaran dari rumah ini, orang tua mempunyai
peran tambahan, yakni menjadi seorang guru, yang membimbing serta mengawasi putra
putrinya melaksanakan pembelajaran yang biasanya dilaksanakan di sekolah Ketika pertama
kali saya membaca kebijakan ini, yang terbersit di benak saya adalah rasa ragu, sanggupkah
saya menjalani pembelajaran daring? Ini merupakan hal yang baru dan mempunyai tantangan
tersendiri terutama untuk saya. Mau tidak mau saya harus memanfaatkan teknologi untuk
melaksanakan pembelajaran jarak jauh, sedangkan saya termasuk guru yang agak gagap
teknologi. Mengacu pada kebijakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten OKU
Timur, Kepala SMP Negeri 1 Belitang juga mengeluarkan kebijakan tentang pembelajaran di
rumah untuk memutus rantai pandemi COVID-19 ini. Untuk mensosialisasikan kebijakan ini,
Kepala SMP Negeri 1 Belitang mengeluarkan surat edaran untuk para orang tua peserta didik
yang isinya tentang pembelajaran dari rumah yang dikirimkan melalui WhatsApp grup orang
tua peserta didik, serta menyusun jadwal darurat Pandemi COVID-19 pada tanggal 16 Maret
2020.

Pembelajaran dari rumah dilaksanakan melalui media social WhatsApp karena


lembaga mempertimbangkan akses dan fasilitas belajar yang dimiliki oleh peserta didik
tidaklah sama. Media ini dipilih agar peserta didik, orang tua, serta pendidik merasa nyaman
atau tidak terlalu terbebani dengan biaya kuota. Kami memperoleh jadwal pembelajaran
khusus masa darurat pandemi COVID-19. Kegiatan pembelajaran dari rumah saya awali
dengan menyusun desain pembelajaran yang difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup
terutama terkait dengan penanggulangan pandemi COVID-19. Meskipun demikian, sedapat
mungkin saya tetap menyesuaikan dengan Kompetensi Dasar yang terdapat pada jenjang
kelas tersebut. Pembelajaran yang saya berikan di antaranya adalah berbalas pantun tentang
pandemic COVID-19, menulis surat pribadi yang isinya imbauan tentang penanggulangan
COVID-19, serta menyusun teks cerita inspiratif yang bertema belajar dari COVID-19.
Melalui media sosial WhatsApp ini kami menjalin komunikasi dengan peserta didik.
Sebagaimana halnya dengan pembelajaran di kelas, ada peserta didik yang aktif namun, ada
juga yang sama sekali tidak bisa dihubungi.

Untuk mempermudah pelaksanaan pembelajaran daring, mulai tanggal 20 April 2020,


kami tenaga pendidik di kabupaten OKU Timur banyak yang mempergunakan aplikasi
google classroom, ada juga yang memakai Whatsapp, zoom meeting dan lain-lain. Dengan
banyaknya berbagai aplikasi itu, saya dapat merasakan kemudahan dalam pembelajaran jarak
jauh yang bermakna dan lebih mudah disajikan, karena saya dapat menyajikan pembelajaran
dengan menampilkan gambar-gambar atau tayangan video. Namun dalam penerapan aplikasi
ini saya mengalami berbagai gangguan sehingga terpaksa menggambil PJJ yang semua
peserta didik dapat mengikutinya yaitu Whatsapp Group . kendala yang dialami , seperti sulit
mengakses sumber belajar atau video pembelajaran dan kurangnya biaya untuk kuota
internet. Banyak di antara mereka yang orang tuanya berpenghasilan rendah sehingga tidak
mampu untuk membelikan kuota anaknya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja
mereka kewalahan, apalagi untuk membeli kuota internet. Dalam kondisi seperti ini, kami
tidak berani terlalu memaksakan agar peserta didik tetap aktif mengirimkan hasil
pembelajaran. Ada juga peserta didik yang yatim piatu yang tidak mampu untuk membeli HP
andorid, mereka hidup bersama kakek neneknya, yang dalam keseharian hanya cukup untuk
biaya makan saja.

Untuk mengatasi kendala seperti ini, saya mengupayakan berkunjung ke rumah


peserta didik dan harus tetap memperhatikan protokol kesehatan pencegahan COVID-19.
Dan solusi yang lain saya menyruh orang tua siswa yang tidak memiliki alat komunikasi
untuk PJJ datang kesekolah mengambil tugas dan mengantarkan kemabli ke sekolah jika
sudah selesai dikerjakan dan kami tetap memeperhatikan protocol kesehatan pencegahan
covid-19. Di sini kami berbincang-bincang bukan hanya terkait dengan materi pembelajaran
namun juga menerima keluh kesah dari wali murid tersebut. Beberapa kali saya pun
menerima kunjungan peserta didik, kata mereka, tidak puas kalau tidak mendapat penjelasan
langsung dari guru. Di samping keluhan orang tua, ada juga beberapa orang tua peserta didik
yang mulai berempati terhadap guru. Orang tua mulai menyadari betapa sulitnya mendidik
anak.

Dan Alhamdulillah setelah adanya himbauan dari Mas Menteri untuk pembelajaran
tatap muka, akhirnya sekolah kami melakukan pembelajaran tatap muka dengan dibagi dua
shif dengan dibagi dua kelompok secara bergantian. Dengan begitu mengurangi beban dari
orang tua dan guru yang mengalami berbagai keluhan selama masa belajar daring.

Anda mungkin juga menyukai