Anda di halaman 1dari 13

EFEKTIFITAS TECHNOPRENUERSHIP DAN SIKAP

ENTREPRENEUR SISWA MELALUI MODEL INKUIRI


SOSIAL PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI

Titik Rusyanti
SMK Negeri 1 Belitang III Sumatera Selatan
titksmkbelga@gmail.com

Abstrak

Teknologi bergulir dengan sendirinya tanpa bisa dibendung. Primadona anak-anak


milenial zaman sekarang seperti gawai merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan.
Mengawali aktivitas sampai dengan istirahat tidak lepas dari gawai. Keresahan akan
teknologi terjadi dari berbagai latar belakang profesi, sehingga menuntut ketepatan
aplikasi guna menyentuh kebutuhan anak dalam menggunakan gawai lebih sempurna.
Hal ini berimbas pada lingkungan sosial masyarakat dalam berinteraksi langsung menjadi
berpengaruh tidak sehat karena efek negatif gawai. Penelitian ini bertujuan mengetahui
bagaimana proses terampil dan berpikir kritis serta pengembangan sikap peduli
lingkungan sosial dan efektifitas technoprnuership siswa dengan penerapan inkuiri sosial.
Metode yang digunakan berupa tindakan kelas, dengan siklus terdiri dua pertemuan pada
setiap siklusnya. Disiklus pertama akan menggunakan proses perencanaan, tindakan,
observasi dan berikutnya refleksi. Model inkuiri yang biasanya dilaksanakan pada muatan
pelajaran adabtif, peneliti menerapkan model ini pada muatan pelajaran Produktif
Akuntansi. Dengan harapan siswa kedepannya terbiasa melakukan penelitian sederhana.
Tes serta observasi menjadi teknik pengumpulan dan pengolahan data. Hasil penelitian
berupa: pertama, terdapat peningkatan nilai psikomotorik dalam berpikir kritis siswa pada
siklus mencapai hingga 76,51, dari indikator keberhasilan ≥ 75 serta nilai capaian klasikal
78,20%, dengan indikator keberhasilan ≥ 80%. Kedua peningkatan sikap etreprenuer
pada siklus akhir skor siswa 3,14 dengan indikator keberhasilan ≥ 3,00. Ketercapaian
klasikal 96,40% dengan indikator keberhasilan 85%. Kesimpulan penelitian terungkap
bahwa penggunaan pendekatan inkuiri sosial efektif meningkatkan cara berpikir kritis dan
sikap entreprenuer siswa.

Kata kunci : kreatifitas berfikir; technoprenuership; entrepreneur, inkuiri sosial;


produktif akuntansi

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Upaya pemerintah Indonesia dalam bidang pemanfaatan teknologi untuk
pendidikan disusun sedemikian hingga guna menghadapi era digitalisasi. Inovasi
terus dikembangkan untuk mempermudah kehidupan sosial manusia. Guru
sebagai fasilitator langsung yang wajib mampu menyampaikan harapan Negara
yang diwujudkan dalam karya inovatif supaya siswa mampu berkompetisi,
memiliki sikap kritis serta berkarakter guna menghadapi Era revolusi industri 4.0.
Sekolah, guru dan siswa dituntut untuk mampu memenuhi kebutuhan teknologi
tersebut. Guru diharapkan dapat berpikir kritis dan kreatif serta mampu membuat
inovasi pembelajaran yang berbasis teknologi.
“Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang
mempersiapkan siswa untuk bekerja dalam bidang tertentu”, merupakan
penjelasan pasal 15 dari undang-undang Sisdiknas No 20 tahun 2003.
Implementasi dari undang-undang diatas dirasa perlu dikembangkan suatu bentuk
pendidikan kejuruan yang bukan hanya mampu menyajikan pengetahuan, tetapi
juga terampil sikap dan keterampilan yang professional serta berwawasan luas.
Pendidikan tidak hanya mengutamakan kemampuan pengetahuan dan
keterampilan akan tetapi mampu menyiapkan siswa yang mempunyai sikap kritis
serta berkarakter terhadap lingkungan sekitar. Mampu mengkreasi dan
memodifikasi penemuan lama hingga menjadi sebuah inovasi sehingga berfikir
kedepan mengikuti perubahan teknologi adalah mutlak.
Pendidikan merupakan bagian dari proses pen-transformasi-an seluruh
lini kepribadian yang ada pada setiap individu manusia, didalamnya mencakup
nilai dan sikap. Seperti yang disampaikan oleh Sadulloh pendidikan merupakan
proses transformasi nilai dari satu level generasi ke generasi selanjutnya, dengan
proses transformasi nilai tersebut menjadikan generasi berikutnya memiliki bekal
untuk membangun peradaban baru dengan warisan nilai nilai tadi (Sadulloh,
2012).
Mengajarkan materi kejuruan pada program keahlian akuntansi untuk
pendidikan menengah kejuruan dibutuhkan stimulan dan variasi pendekatan sehingga
anak didik menjadi lebih aktif. Kasmadi (2001), “Stimulan yang dimaksud berupa
media pembelajaran, konsep pembelajaran dan model pembelajaran yang
dapat menarik perhatian siswa serta merangsang siswa agar lebih
berkonsentrasi serta berminat untuk secara aktif terlibat dalam proses
pembelajaran”.
Baik model dan media yang digunakan pada pembelajaran produkti
akuntansi materi produktif pada sekolah menengah kejuruan seperti paparan
Arsyad (2006) dituntut dapat membangkitkan hasrat ingin dan minat baru,
membangun motivasi, memeri rangsangan kegiatan belajar serta memberikan
pengaruh baik pada siswa.
Proses pembelajaran produktif yang terintegrasi pada pelajaran akuntasi
memiliki posisi yang sangat strategis guna pembentukan karakter dan pewaris
nilai-nilai kebangsaan dan bermuara pada rasa cinta tanah air dan bangsa. Bagian
terpenting pelajaran produktif akuntansi saat ini kurang dipahami secara lengkap
oleh siswa dan masyarakat. Sebagian masih menganggap bahwa terampil dalam
melakukan transaksi akan dapat dilakukan dengan sendirinya. Padahal dibutuhkan
sebuah peristiwa yang bukan hanya dicatat, diingat, dihapal dan kemudian
dijawab pada lembaran kertas ujian semata, akan tetapi pada sisi lain materi
produktif akuntansi dalam berupa buku teori juga terkesan berat serta
menjemukan sehingga para siswa memiliki kesulitan untuk mempelajarinya.
Mengkreasi media pembelajaran yang kekinian seperti video dan CD
Interaktif adalah upaya dengan harapan dapat membantu proses pembelajaran
materi produktif akuntansi. Keterlibatan anak didik pada media pembelajar diatas
umumnya hanya sebatas objek, tetapi belum melibatkan langsung anak didik
menjadi subjek yang membuat dan mengelola sendiri media pembelajaran
tersebut, dari banyak media pembelajaran baik video juga CD interaktif sebagaian
besar membutuhkan waktu panjang untuk menayangkan atau memutarkannya,
ada juga sekolah yang belum dilengkapi fasilitas dengan kelengkapan audio
visual kadang kala menyulitkan proses pembelajaran dalam memaksimalkan
media tersebut.
Pilihan media yang sangat tepat untuk dapat digunakan dengan
keterbatasan adalah dengan menggunakan personal gawai. Siswa dapat
bereksplorasi dalam memaksimalkan kelas ebterpreneur melalui aplikasi
sederhana sekolah yang tersedia. Dengan bantuan aplikasi berbasi android ini
siswa diharapkan mampu memeaksimalkan serta memasarkan produk dan jasa
melalui aplikasi sekolah.
“Media pembelajaran berbasis aplikasi efektif digunakan pada proses
belajar untuk meningkatkan minat, hasil serta apresiasi dalam pembelajaran.”
Menurut Sudjana dan Rivai (2011)
Kelebihan pemanfaatan media pembelajaran menggunakan aplikasi adalah
sebagai berikut:
a. Menyajikan pilihan-pilihan dalam satu genggaman
b. Menarik untuk dipelajari sebagai pebisnis baru
c. Mengikuti perkembangan zaman dan teknologi
d. Menyediakan gambar secara nyata
e. Memperjelas suatu produk baik jasa ataupun barang.
f. Mampu dengan mudah penggunaannya
“TVET is important as a set of approaches to learnin, both as
preparation for the world of work, and for well-being later in adult
live.” Pendidikan kejuruan sangat penting dalam pembelajaran, karena
bertujuan untuk mempersiapkan memasuki dunia kerja dan memenuhi
kesejahteraan dimasa depan. (Unesco, 2013)
SMK diharapkan bekerjasama dengan industri, digadang sebagai
pusat pengembangan embrio untuk mempersiapkan lulusan dengan
kualitas dan daya saing tinggi. Mempersiapkan lulusan dengan
Sumber Daya Manusia tingkat menengah yang produktif, kreatif,
efektif, dan inovatif, maka dibutuhkan upaya penguatan entrepreneur
baik baik terhadap siswa melalui technopreneurship.
Secara prinsip antara pelajaran Akuntansi yang memuat materi produktif
dengan media aplikasi online merupakan dua hal yang berbeda, namun saling
mendukung. Jika toeri akuntansi dengan system hitungannya maka system
akuntansi akan serta merta terkait dalam pembejaran ketika adanya transaksi.
Menjenuhkan ketika belajar dengan cara biasa, maka siswa diajak untuk membuat
aplikasi sederhana untuk media penjualan dan promosi melalui digital berbasis
android. Menumbuhkan jiwa technoepreneurship dalam aplikasi “SMK
Belga Online Centre”, melalui proses pembuatanya mengikutkan anak didik
untuk membuat aplikasi dalam pembelajaran maka hal tersebut akan
menjadi inovasi tersendiri dalam pembelajaran produktif akuntansi, serta
ketertarikan anak didik untuk berminat dan fokus pada mata pelajar
akuntansi akan bertambah.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan model inkuiri sosial untuk meningkatkan
kemampuan tecnopreneurship dan sikap entrepreneur siswa pada
pembelajaran produktif akuntansi di kelas XI Akuntansi.?
2. Bagaiamana peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa setelah
mendapatkan pembelajaran model inkuiri sosial pada pembelajaran
produktif akuntansi di kelas XI.?

3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Pelaksanaan model inkuiri sosial untuk meningkatkan kemampuan
technopreneurship dan sikap entrepreneur siswa pada pembelajaran
produktif akuntansi di kelas XI.
2. Meningkatan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran model
inkuiri sosial pada pembelajaran produktif akuntansi di kelas XI.

4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian dapat dilihat dari segi teoritis adalah pembaharuan
teori-teori keilmuan, khususnya ilmu tentang model, serta pendekatan atau media
pembelajaran dan teori-teori baru yang relevan dan mendukung. Pertama bagi
siswa yang mendapatkan pengalaman belajar langsung mencari terutama tentang
masalah-masalah sosial sekitar. Kedua, bagi tenaga pendidikan sebagai bahan
pengetahuan tambahan serta referensi dan masukan tambahan guru dalam
meningkatkan mutu pembelajaran produktif akuntansi dan menambah wawasan
ketika mencoba pembelajaran inkuiri sosial dengan muatan isu-isu sosial lainya.
Ketiga, bagi kelompok kerja guru sebagai bahan wacana dan referensi pada
kelompok kerja guru pada masing-masing kelompok belajar.

B. Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
Desain penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif, berupa
strategi tindakan kelas berulang, dengan tujuan penelitian ini merancang
pembelajaran dengan beberapa siklus seperti: pertama menyusun rencana adalah
merencanakan dan meyiapkan desain, RPP, media dan penilaian hasil proses
pembalajaran. Kedua, kegiatan pelaksanaan rencana tindakan dengan cara
sistematis. Ketiga, observasi merupakan kegiatan mengamati proses belajar
dengan format pengamatan untuk mencatat hal khusus yang terjadi. Keempat,
refleksi adalah mengevaluasi kekurangan atau kegagalan yang perlu diperbaiki
untuk tahapan berikutnya.
Proses tindakan kelas adalah gambaran atas keresahan pendidik pada
kekurangan serta berbagai problema di kelasnya. Untuk menjadikan inovasi
media pembelajaran “Aplikasi SMK Belga online center ” lebih efektif dalam
proses pembelajaran diperlukan model pembelajaran yang bisa mendukung,
dari sekian banyak model pembelajaran, inkuiri sosial menjadi tumpuan
model pembelajaran, pada metode pembelajaran ini siswa diajak untuk lebih
intens serta proaktif dalam proses pembelajaran. Selain itu juga siswa juga
diberikan ruang gerak yang luas, demokratis sehingga kelas akan lebih berasa
hidup serta hangat dan memberikan porsi yang besar kepada siswa dalam proses
pembelajaran.

1. Subjek Penelitian
Rekam jejak penelitian diawali observasi kegiatan prasiklus antara 10
Agustus–September 2019. Subjek penelitian kelas XI Program keahlian akuntansi
terdiri 30 orang siswa, 8 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan, SMK Negeri 1
Belitang III terletak di Jalan Raya Nusa Bakti desa Nusa Bakti kecamatan
Belitang III kabupaten Ogan Komering Ulu Timur provinsi Sumatera Selatan.
Penelitian kelas XI ini berdasarkan pada observasi dalam kelas, observasi bersama
guru dan kecocokan materi pelajaran.

1. Instrumen dan Alat Pengumpul Data


Penggunaan instrumen penilaian pada sebuah penelitian dipengaruhi data
valid dan reliabelitas hasil penelitian. Alat pengukur nilai dapat berupa kegiatan
tes tertulis dan nontes. Penilaian dengan menggunakan tes dapat dilakukan untuk
mengetahui hasil berpikir konsep, kognitif yang berbentuk soal uraian terbuka.
Soal dalam tes dirancang dan didesin dengan orientasi Higer Other Thinking Skill
dipadukan dengan sintaks dari pilihan model inkuiri sosial. Sedangkan instrumen
nontes dipergunakan untuk mengukur peningkatan sikap entrepreneur siswa
terhadap model yang sedang diterapkan.
Data didapatkan dari proses awal sebelum pelaksanaan penelitian,
tindakan, maupun setelah tindakan, kemudian akan dianalisis dengan teliti dan
seksama. Berikut merupakan jenis dan metode pengumpul data yang digunakan:
1. Perencanaan, dilaksanakan dengan cara pengamatan dan menggunakan
alat ukur lembar pengamatan
2. Kegiatan siswa, dilaksanakan dengan cara pengamatan dan
menggunakan alat ukur lembar observasi siswa
3. Kegiatan guru, dilaksanakan dengan cara pengamatan dan
menggunakan alat ukur lembar observasi guru
4. Kegiatan siswa dengan kemampuan berpikir kritis, dilaksanakan
dengan cara tes dan menggunakan alat ukur soal uraian terbuka
1. Kegiatan siswa dalam menerapkan sikap entrepreneur dapat delakukan
dengan cara pengamatan dan wawancara yang menggunakan alat ukur
lembar pengamatan sikap dan lembar pengamatan sikap.

2. Teknik Analisis Data


Pengolahan data berawal dari pengambilan angka-angka pada saat
rangkaian persiklus, selanjutnya data diolah dan dianalisis untuk mendapatkan
kesimpulan akhir penelitian. Data yang sudah diolah dengan benar akan menjadi
sebuah makna yang dapat membantu dalam menjawab pertanyaan penelitian.
(Purwanto, 2012)
Metode pengumpulan data observasi untuk mendapatkan informasi
tentang aktivitas dan motivasi elajar, kreatifitas berfikir, dan menejerial siswa
selama mengikuti proses pembelajaran. Tahapan dalam menganalisis data dapat
dilakukan dengan cara seperti; menyeleksi data, mengelompokkan data, mengolah
data, membaca data dan, evaluasi data. Instrumen penelitian yang digunakan RPP
yang disusun dengan merujuk pada silabus dan sesuai dengan kurikulum 2013.
C. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Kemampuan Berpikir Kritis
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama observasi,
kemampuan berpikir kritis dapat ditampilkan secara rinci dengan gambaran hasil
sebagai berikut:
Tabel 1
Hasil Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI A1 SMKN1
Belitang III

Indikator Kriteria penilaian Siklus Ket


I II III
Kemampuan siswa dalam Siswa dapat mendefinisikan 34,30% 56,50% 85,50% Sangat
mendefinisikan masalah masalah dengan kontekstual kritis
Kemampuan siswa Siswa mampu menemukan 45,40% 68,60% 87,30% Sangat
menyeleksi informasi ide pemecahan masalah kritis
Kemampuan siswa Siswa mampu menyadari 50,89% 71,80% 83,70% Sangat
mengenali konsep dasar permasalahan yang disajikan kritis
Merumuskan hipotesis Siswa mampu merumuskan 38,80% 60,90% 69,60% Kritis
hipotesis
Membuat kesimpulan Siswa mampu menarik 40,90% 65,80% 66,67% Kritis
kesimpulan
Rata-rata 42,09% 64,72% 78,75% Kritis
Data primer peneliti (2019)
Keterangan kategori
No Nilai (%) Kategori
1 81-100 Sangat kritis
2 71-80 Kritis
3 61-70 Cukup kritis
4 0-60 Kurang kritis
(Modifikasi data)
Berdasarkan dari data di atas, diperoleh hasil dengan lima indikator cara
berpikir kritis diantaranya kemampuan siswa dalam mendefinisikan masalah
dengan kontekstual, mengalami peningkatan yang signifikan berkisar 50%
meningkat menjadi 85,50% pada sesi akhir siklus, kemudian dapat diambil
kesimpulan bahwa siswa sangat kritis. Sehingga ketika mendefinisikan suatu
masalah dengan cukup baik. Demikian halnya yang terjadi pada indikator
kemampuan siswa dalam menemukan ide gagasan untuk memecahkan suatu
masalah sebesar 87,30% pada level tingkatan sangat kritis. Pada sisi kedua aspek
lainnya siswa terindikasi masih kesulitan dalam merumuskan hipotesis. Kemudian
membuat kesimpulan yaitu hanya 69,60% berada pada level cukup kritis. Dapat
ditarik kesimpulan bahwa angka peningkatan daya berpikir kritis siswa kelas
sebelas sebesar 78,75% berada pada kategori kritis. Hasil ketercapaian nilai siswa
secara klasikal dengan data sebagai berikut:
Grafik 1
Nilai Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Kelas XI Akuntansi SMKN 1 Belitang III

80 65 71.3 78.52
Column2
60
40
20
0
siklus I
siklus II
siklus III

Data primer peneliti (2019)

Hasil grafik diatas memberikan gambaran pada bagian nilai sigma,


memperoleh hasil kekuatan berpikir kritis siswa ditiap siklus mengalami
peningkatan. Dimulai dari rerata nilai 65 pada level cukup kritis, kemudian
beranjak naik menjadi 71,30 dilevel kritis pada siklus III, dan dengan capaian nilai
klasikal diperoleh 78,52% dinyatakan tuntas.

2. Hasil Sikap Entrepreneur


Disesi akhir pembelajaran, pada pertemuan awal, I, dan II, guru
memberikan soal untuk melihat ketuntasan belajar pada bahasan tersebut
dan menutup kegiatan tersebut dengan mereview kembali garis-garis besar
pokok bahasan tersebut.
Berdasarkan proses pembelajaran diatas dapat diketahui bahwa pengunaan
aplikasi ini dalam menentukan sikap enterprenueur memiliki nilai kebermanfaatan
sebagai berikut.:
a) Siswa diajak untuk lebih akrab terhadap produk-produk tekhnologi serta
informasi yang dapat digunkana untuk proses pembelajaran serta
memakainya secara positif
b) Siswa diberikan ruang yang luas dan tidak berbatas untuk aktif, kreatif
dan dinamis dalam proses pembelajaran.
c) Siswa diberikan hak dan kebebasan yang sama dalam mengkreasi serta
menunjukan kemampuan secara individu maupun kelompok.
d) Memberikan pengalaman baru pada siswa untuk berinteraksi secara
individu maupun kelompok.
e) Memberikan gambaran yang konkrit mengenai bagaimana siswa
memahami materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru.
f) Memberikan pengayaan bagi siswa guna mengingat kembali materi
belajar yang sebelumnya diperoleh.
g) Guru dan siswa diajak untuk memaksimalkan dan menciptakan konsep
serta media pembelajaran yang berbasis dari teknologi yang berkembang
saat ini.
h) Mengadakan kegiatan produk kreatif expo secara berkala dan mengajak
pihak industri untuk mengkonsep kurikulum yang sesuai kebutuhan.

D. Pembahasan
Technopreneurship merupakan kemampuan seseorang dalam
mengembangkan jiwa wirausaha dengan pemanfaatan teknologi baik dalam
proses pembuatan maupun pemasaran yang sesuai dengan kompetensi keahlian
masing-masing. (Triono, 2015)
Hasil dari penelitian memperoleh temuan yang dirumuskan guna menjadi
rujukan permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Kemampuan berbasis
teknologi yang dipadukan secara optimal untuk seluruh potensi kegiatan bisnis
merupakan defenisi dari technopreneurship. Pembahasan Pertama, pelaksanaan
pembelajaran dengan menerapkan inkuiri sosial untuk meningkatkan kemampuan
technopreneurship dan sikap entrepreneur siswa. Proses pembelajaran di kelas
dengan menggunakan desain pembelajaran yang memuat langkah-langkah model
inkuiri sosial. Model ini didaulat cukup efektif untuk kreteria masalah sosial,
dibandingkan dengan model pembelajaran lainnya. Proses penyampaian pada
siswa dapat berupa rangsangan menemukan masalah terkhusus untuk mengatasi
permasalahan sosial, baik melalui media gambar, cerita profil technopreneurship,
gambaran lingkungan sekitar atau tayangan dari video yang guru sediakan. Jadi
metode inkuiri sosial merupakan model pembelajaran dengan memaksimalkan
tokoh lingkungan sekitar serta media dan sumber belajar yang ada.
Penelitian model inkuiri sosial diharapkan yang dapat membangkitkan
pola pikir tingkat tinggi HOTS, memotivasi, merngsang pertumbuhan sikap sosial
serta menciptakan suasana belajar di kelas yang interaktif, sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Penggunaan model inkuiri sosial
didasarkan atas beberapa hal salah satunya karena model ini mampu merangsang
kognitif HOTS siswa, melalui pembiasaan, meneliti, menemukan dan
menyelesaikan permasalahan. (Herlambang, 2015)
Rumusan masalah kedua seperti, peningkatan kemampuan berpikir kritis
dan sikap entrepreneur siswa setelah menerima pembelajaran model inkuiri sosial
pada pembelajaran Akuntansi kelas XI Akuntansi. Sementara data yang telah
diolah dari siklus awal sampai dengan terkhir menunjukkan data peningkatkan
daya kritis siswa. Nilai akhir silkus rata-rata siswa 78,52 berada pada level kritis.
Dapat dilihat dari keberhasilan siswa mampu mendefinisikan masalah dengan
bahasa kontekstual, kemudian siswa mampu menemukan ide sebagai pemecahan
masalah, selanjutnya menyadari permasalahan yang disajikan, berikutnya
merumuskan hipotesis, dan akhirnya dapat membuat kesimpulan sendiri.
Terdeskripsi dengan jelas dari duapuluh tiga orang siswa dinyatakan semuanya
tuntas, memenuhi beberapa aspek keterampilan berpikir kritis mampu
menganalisis, mensitesis, mengenal permasalahan dan pemecahan sehingga
kegiatan akhir dapat menarik kesimpulan individu atau kelompok.
Peningkatan sikap entrepreneur siswa ditunjukan dengan angka cukup baik
terlihat dari hasil penelitian baik. Dibuktikan dengan angka-angka yang didapat
dari siklus per siklus menunjukkan tren meningkat positif. Pada siklus I skor 2,14
(cukup) naik pada siklus III menjadi 3,14 (baik), artinya 99,44% siswa mendapat
skor ≥ 3,00 yang dinyatakan tuntas.

E. Simpulan
Efektifitas technopreneurship melalui aplikasi “SMK Belga Online
Centre” di yakini mampu meningkatkan keterlibatan aktivitas siswa dalam
proses belajar yang berimbas pada meningkatnya ketuntasan belajar para
siswa serta menumbuh kembangkan sikap berpikir kritis melalui kegiatan
entrepreneur, fakta tersebut dibuktikan dengan hasil belajar para siswa
yang Nilai rata-ratanya 78,52 atau 85% dari 30 siswa telah tuntas.
Naiknya aktivitas siswa dalam proses belajar ditunjukan dengan skor
aktivitas siswa sebesar 32,5, hal ini tercermin pada kenterlibatan siswa
sebagai subjek pembelajaran tercapai melalui penggunaan media
pembelajaran “SMK Belga Online Centre”.

Aplikasi “SMK Belga Online Centre” dirasa cukup praktis dan


mudah, karena aplikasi ini dapat dioperasikan semua orang, seperti
bertanskasi online saja dan sebagaian besar siswa sudah sangat familiar
dengan aplikasi android.

Dengan demikian media pembelajaran “SMK Belga Online Centre”


siswa lebih aktif belajar, kreatif dan mampu berpikir kritis dalam hal
peluang usaha. Harapan terbesar adalah siswa termotivasi untuk belajar
technopreneurship pada pelajaran produktif akuntansi, serta kemampuan
mengurai masalah sosial dan bisnis meningkat.

F. Saran dan Rekomendasi


Mengkaji paparan hasil penelitian, maka saran peneliti sebagai berikut:
1. Memahami dan mendalami konsep model inkuiri sosial dalam
penerapannya
2. Menstimulasi siswa dengan pertanyaan yang meningkatkan siswa
untuk berpikir kritis.
3. Berdiskusi dan berkonsultasi dengan guru dan teman sejawat guna
meminimalisir kesalahan.
4. Persiapan yang matang pada bagian perencanaan harus teruji dengan
baik.
G. Daftar Referensi
1. Buku
Afandi & Sajidan. (2017). Stimulasi Keterampilan Tingkat Tinggi: UNSPRESS
Triono, M. B. (2015). Model Edupreneurship Pelopor SMK Techno,
Teacher, and Schoolpreneur.
Yogyakarta:Penelitian ilmiah hibah Pascasarjana tahun pertama
UNY
Wiriatmaja, R. (2014). Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk
Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Kementrian Pendidikan Nasional. (2013). Undang-undang Sisdiknas 2003.
Jakarta: Sinar Grafika
UNESCO. (2013). Technical and Vocational Educationa and Training.
Netherlands: Sandiago Office
Sadulloh, Uyoh 2012, Pengantar Filsafat Pendidikan, Jakarta: Alfabeta
Purwanto. (2012). Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Arsyad,Azhar. 2010. Media Pembelajaran, Jakarta, Rajawali Press

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2009. Media Pengajaran. Bandung : Sinar
Baru Algesindo
Undang-undang No. 20 Tahun 2003
Kasmadi,Hartono. 2001. Pengembangan Pembelajaran dengan Pendekatan
Model-model Pengajaran Sejarah
Semarang: Prima Nugraha Prtama

2. Jurnal
Purnomo, S. (2019). Efektifitas Technopreneurship dengan Model
Pembelajaran Cooperative Learning.
Jurnal Taman Vokasi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Yogyakarta (vol.6 no1 tahun 2018)

Herlambang, H. (2015). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui


penggunaan Model Guided Discovery Berbantuan Media
Gambar.Jurnal Utile Jurnal Pendidikan (vol., No.2 Desember
2015). ISSN 2460-2086.

Anda mungkin juga menyukai