Anda di halaman 1dari 12

URGENSI PENERAPAN LITERASI DIGITAL BAGI PEMUDA SEBAGAI

WUJUD PENGUATAN PENDIDIKAN DI MASA PANDEMI

Aisyah Anggreni*1
Grace Marlina Tanjung*2
Putri Cuancy Saragih*3
*
Universitas Negeri Medan
1
aisyahanggreni346@gmail.com _085372416000
2
gracetanjung15@gmail.com_081265438741
3
putricuancy4@gmail.com_082275626038

ABSTRAK
Enam literasi dasar yang disepakati oleh World Economic Forum pada tahun 2015 yaitu;
literasi baca tulis, literasi numerisasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, serta
literasi budaya dan kewargaan. Salah satu cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia
dalam dunia pendidikan adalah melalui literasi digital. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana pentingnya penerapan literasi digital bagi pemuda sebagai wujud
penguatan pendidikan di masa pandemi. Metode penelitian menggunakan studi literatur
dengan langah-langkah kegiatan yaitu pengumpulan data pustaka, kemudian membaca dan
mencatat sampai pada mengolah bahan penelitian. Sumber data dalam penelitian ini yaitu
artikel ilmiah, serta berbagai literature review yang berisikan konsep yang diteliti. Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwasannya urgensi penerapan literasi digital bagi pemuda
memang sangat penting dilakukan sebagai wujud penguatan pendidikan di masa pandemi.
Pemuda dalam melaksanakan perannya harus bisa menjadikan generasi yang mampu
menciptakan tatanan masyarakat dengan pola pikir dan pandangan yang kritis dan kreatif.
Generasi yang tidak akan mudah termakan oleh isu yang provokatif, menjadi korban
informasi hoaks, sehingga lewat itu, generasi muda dikatakan berkualitas sebagai sumber
daya manusia yang berpendidikan.

Kata kunci : generasi muda,penerapan literasi digital, pendidikan

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan modal dasar dari seseorang untuk mengembangkan
potensi dalam dirinya yang bermanfaat untuk kepentingan hidupnya. Pendidikan juga
berperan penting dalam pembangunan bangsa dan keberlangsungan hidup suatu
bangsa. Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan dari mulai pendidikan dasar
sampai dengan perguruan tinggi. Melalui pendidikan di harapkan bisa mencetak
generasi yang unggul dan dapat berkontribusi yang positif bagi kehidupan bangsa.
Pendidikan juga adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai
yang ada didalam masyarakat dan kebudayaan.
Pendidikan menjadi salah satu acuan yang menjadi titik untuk
memperlihatkan kualitas sumber daya manusia dalam suatu bangsa. Umumnya,
output pendidikan itu sendiri dilihat dari kualitas sumber daya manusia dari setiap
generasi muda di kebanyakan wilayah tempat tinggal suatu bangsa dan negara.
Generasi muda merupakan cerminan kualitas bangsa dan negara. Generasi muda juga
sebagai salah satu kekuatan bagi bangsa dan negara. Oleh karena itu setiap negara
berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan memberikan sarana
dan prasarana yang mendukung peningkatan kualitas anak mudanya.
Akhir-akhir ini, semua negara dilanda dengan kecemasan setiap bidang
pembangunan. Salah satunya adalah bidang pendidikan. Kecemasan itu barangkali
sudah ada sejak lama, namun diperjelas lagi saat pandemi covid-19 meroket yang
melumpuhkan hamper semua sistem di semua negara. Pada bagian pendidikan, covid-
19 membuat proses distribusi pendidikan, ilmu pengetahuan dan keterampilan sesaat
lumpuh. Dimana yang tadinya belajar secara tatap muka dengan fasilitas dan waktu
belajar yang lama menjadi pembelajaran daring dengan fasilitas belajar yang berbeda
dari sebelumnya dan dengan waktu belajar yang bisa dibilang tidak teratur.
Tidak dapat dipungkiri bahwa segala sektor terkena dampak dari adanya
Covid-19, bahkan cenderung terjadi perubahan rencana dan harapan karena adanya
kenyataan yang harus dihadapi. Wabah Covid-19 (Coronavirus Disease 2019)
melanda dunia sejak akhir tahun 2019 lalu. Saat awal pandemi Covid-19, segala
aktivitas tatap muka di berbagai sektor harus dialihkan menjadi aktivitas melalui
daring atau online. Ketika keadaan yang secara tiba-tiba dan mendesak untuk harus
dilakukan oleh setiap lapisan masyarakat, timbul lah adanya kesenjangan karena rasa
ketidakpahaman dan ketidaksiapan terhadap penggunaan media digital yang baik dan
benar.
Berdasarkan data Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (APJII), jumlah
pengguna internet Indonesia naik 8,9% dari 171,2 juta pada 2018 menjadi 196,7 juta
per kuartal II 2020. Porsi pengguna internet di Tanah Air juga meningkat dari 64,8%
menjadi 73,7% dari total populasi sebanyak 266,9 juta. Peningkatan tersebut
memberikan dampak pada berbagi informasi dengan cepat tanpa menyaring benar
tidaknya informasi tersebut, karena tidak disertai dengan kemampuan generasi
milenial yang seharusnya dapat memfilter informasi. Hal ini dapat dilihat berdasarkan
data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) merilis temuan isu hoaks
covid-19 sebanyak 1.606 kasus per 24 Mei 2021 dan pengajuan takedown sebaran
hoaks di media sosial sebesar 3.475.
Sejalan dengan hal tersebut, bahwa benar adanya generasi muda mendominasi
atas terjadinya peningkatan pengguna internet. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
UNICEF dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Riana Mardina, 2017),
pengguna internet di Indonesia yang berasal dari anak-anak dan remaja diprediksi
sekitar 30 juta. Tingginya penetrasi internet tentu meresahkan banyak pihak belum
lagi perilaku berinternet yang tidak sehat, ditunjukkan dengan menyebarnya berita
atau informasi hoaks, ujaran kebencian, dan intoleransi di media sosial. Hal-hal
tersebut tentu menjadi tantangan besar dalam mempersiapkan generasi abad ke-21,
generasi yang memiliki kompetensi digital.
Hasil riset yang dilansir oleh Mitchell Kapoor (Kemdikbud, 2017)
menunjukkan bahwa generasi muda yang memiliki keahlian untuk mengakses media
digital, saat ini belum mengimbangi kemampuannya menggunakan media digital
untuk kepentingan memperoleh informasi pengembangan diri. Generasi milenial
merupakan aset bangsa yang menjadi agent of change sekaligus calon pemimpin di
masa depan (Danil, 2020). Sementara itu, Pyöriä dkk. (2017) berpendapat bahwa
generasi milenial pada umumnya berpendidikan lebih tinggi dan lebih sadar teknologi
daripada generasi sebelumnya (Jati, 2021). Dan pada dasarnya generasi milenial lebih
banyak menggunakan teknologi karena usia keterpaparan mereka dengan teknologi
baru lebih mudah dibandingkan dengan generasi lain. Dari beberapa pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa generasi milenial adalah suatu kelompok individu yang
dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkup dunia digital, seiring dengan perkembangan
media massa dan TIK. Akan tetapi, hal tersebut bertolak belakang dengan kenyataan
yang ada bahwa penggunaan internet tidak disertai dengan kemampuan generasi
milenial yang seharusnya dapat memfilter informasi.
Sebagian besar kemampuan teknologi yang sekarang berkembang dengan
pesatnya hanya digunakan dengan mendapatkan kesenangan pribadi, pelampian
emosi dan amarah serta memperburuk keadaan orang lain. Hal ini justru meresahkan
kalangan orang tua dan masyarakat. Maka dari itu, sebagai pemuda yang terpelajar
yang memiliki segudang pengalaman dalam dunia pendidikan. Penting dilakukan
suatu peran yang nyata oleh pemuda dalam hal penerapan literasi digital yang baik
demi pendidikan yang maju dan sumber daya manusia yang baik pula.

Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah mengapa penerapan literasi
digital bagi pemuda sebagai wujud penguatan pendidikan di masa pandemi penting
dilakukan?
Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pentingnya
penerapan literasi digital bagi pemuda sebagai wujud penguatan pendidikan di masa
pandemi.
Manfaat
Dengan hasil pembahasan dari rumusan masalah yang diangkat, diharapkan
akan ada solusi dan masukan berupa ide yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan
nyata yaitu mengenai penerapan literasi digital yang baik sebagai wujud penguatan
pendidikan di masa pandemi.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi literatur, dengan
langkah-langkah kegiatan yang dilakukan adalah melakukan pengumpulan data
Pustaka, membaca dan mencatat, kemudian mengolah bahan penelitian. Alat
pengumpulan data yang digunakan adalah labtop, daftar literatur yang ingin dicari
yang sesuai dengan konsep, serta sumber data penelitian yaitu artikel ilmiah.
PEMBAHASAN
Dunia saat ini sedang berada dimasa revolusi industri 4.0. Menurut Risdianto
(2019) “beberapa ciri dari revolusi industri 4.0 adalah internet of thing yaitu
kecepatan yang dikendalikan oleh internet. Beberapa orang menyebut revolusi indutri
4.0 sebagai revolusi digital dan era disrupsi. Menurut Kasali (2018) “pada era ini
teknologi informasi telah menjadi basis atau dasar dalam kehidupan manusia.
Dampak yang sangat terasa dari era digital adalah berlimpahnya sumber informasi
yang dapat diakses secara tidak terbatas”. Di sisi lain, perkembangan teknologi
informasi diibaratkan seperti dua sisi mata uang yang memberikan efek positif dan
negatif kepada masyarakat.
Perlu digarisbawahi bahwa perkembangan era revolusi industri 4.0 tidak
sekadar wacana. Namun, memberikan tantangan sekaligus peluang terhadap
perkembangan pendidikan. Selain itu juga, dunia saat ini masih dilanda pandemi
covid-19. Akibat dari pandemi ini adalah terjadinya perubahan bentuk pembelajaran
dari pembelajaran tatap muka langsung menjadi pembelajaran daring. Keadaan
tersebut menjadikan teknologi sebuah pilihan wajib yang harus diaplikasikan dalam
dunia pendidikan. Perkembangan teknologi informasi di era 4.0 sekaligus keadaan
pandemi covid-19 adalah kolaborasi keadaan yang berpengaruh besar pada sektor
pendidikan, yang harus dijawab dengan literasi digital. Karena, kemampuan literasi
digital tidak bisa dielakkan lagi (Anggraini, 2016).
Tuntutan inilah yang kemudian melahirkan sebuah pemikiran tentang
pentingnya literasi digital, termasuk juga dalam dunia pendidikan. Literasi digital
menjadi suatu kebutuhan bagi sektor pendidikan di Indonesia saat ini. Seperti yang
dikatakan diatas bahwa di masa pandemi covid-19 pemerintah membuat kebijakan
agar seluruh kegiatan belajar mengajar tidak dilakukan secara tatap muka namun
menggunakan media digital (secara daring). Jelas terlihat bahwa di masa pandemi
covid-19 ini, sektor pendidikan membutuhkan para pemuda yang berliterat digital
untuk menjalankan setiap proses pendidikan menuju pendidikan yang berkualitas
dengan harapan dapat menghasilkan agent of change.
Dimana, konsep literasi digital telah ada sejak tahun 1990. Menurut Gilster
(1997:1-2), literasi digital dijelaskan sebagai kemampuan untuk memahami dan
menggunakan informasi dari berbagai format. Pada dasarnya, dalam konsepsi Potter
literasi digital bukan hanya sekadar mengenal media digital, tetapi juga
menyinergikan dengan kegiatan sehari- hari (termasuk organisasi) yang berujung
pada peningkatan produktivitas. Seseorang yang memiliki literasi digital diharapkan
mampu mencari serta membangun strategi dalam menggunakan search engine guna
menemukan informasi yang sesuai dengan kebutuhan informasinya. Dengan
demikian, literasi digital dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mencari,
mempelajari, dan memanfaatkan berbagai sumber media dalam berbagai bentuk
(Silvana dan Darmawan, 2018).
Menjadi literat digital berarti dapat memproses berbagai informasi, dapat
memahami pesan dan berkomunikasi efektif dengan orang lain dalam berbagai
bentuk. Dalam hal ini, bentuk yang dimaksud termasuk menciptakan, mengolaborasi,
mengomunikasikan, dan bekerja sesuai dengan aturan etika, dan memahami kapan
dan bagaimana teknologi harus digunakan agar efektif untuk mencapai tujuan.
Termasuk juga kesadaran dan berpikir kritis terhadap berbagai dampak positif dan
negatif yang mungkin terjadi akibat penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-
hari. Literasi digital akan menciptakan pemuda dengan pola pikir dan pandangan
yang kritis-kreatif. Mereka tidak akan mudah termakan oleh isu yang provokatif,
menjadi korban informasi hoaks, atau korban penipuan yang berbasis digital. Dengan
demikian, keberlangsungan pendidikan pada masa pandemi covid-19 akan cenderung
aman dan kondusif.
Dan dapat ditarik benang merah bahwa di masa pandemi covid-19 ini,
dipandang perlu untuk menjadi pemuda yang memiliki kemampuan literasi digital.
Karena pada dasarnya, pemuda merupakan salah satu komponen yang sangat
berpengaruh dalam jalannya proses pendidikan. Karena sejatinya, pemuda merupakan
generasi milenial yang menjadi aset suatu bangsa menuju agent of change sekaligus
calon pemimpin di masa depan (Danil, 2020). Dan karena selain membantu
berjalannya proses pendidikan, literasi digital akan menciptakan pola pikir kreatif dan
kristis dalam menghadapi pandemi covid-19. Karena dengan kemampuan literasi
digital akan membantu pemuda mendapatkan informasi yang akurat dan mendapatkan
bahan bacaan yang berkualitas dalam mengisi waktu di tengah pandemi covid-19.
Karena pada hakikatnya, pemuda dengan kemampuan literasi digital yang baik akan
berupaya untuk mencari dan menyeleksi informasi yang penting dan memahami,
mengkomunikasikan, dan menyampaikan gagasan-gagasan dalam ruang digital.
Ada hal yang perlu diperhatikan oleh pemuda untuk menjadi literat digital,
sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Beetham, Littlejohn dan McGill ada tujuh
elemen literasi digital (JISC, 2017), diantaranya:
1. Information literacy adalah kemampuan mencari, mengevaluasi dan
menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif (Hasugian, 2008).
2. Digital scholarship adalah elemen yang mencakup partisipasi aktif pengguna
media digital dalam kegiatan akademik untuk menjadikan informasi dari
media digital tersebut sebagai referensi data, misalnya pada praktik penelitian
atau penyelesaian tugas kuliah (Stefani, 2017).
3. Learning skills merupakan belajar secara efektif berbagai teknologi yang
mempunya fitur-fitur lengkap untuk aktivitas pembelajaran formal maupun
informal.
4. ICT literacy atau disebut dengan melek teknologi informasi dan komunikasi
yang fokus pada cara-cara untuk mengadopsi, menyesuaikan dan
menggunakan perangkat digital dan media berbasis TIK baik aplikasi dan
layanannya.
5. Career and identy management berkaitan dengan cara-cara mengelola
identitas online. Identitas seseorang dapat diwakili oleh sejumlah avatar
berbeda yang mampu melakukan hubungan dengan lebih dari satu pihak
dalam waktu yang hampir bersamaan (Damayanti, Maria Nala; Yuwono,
2013)
6. Communication and collaboration merupakan bentuk partisipasi secara aktif
untuk pembelajaran dan penelitian melalui jaringan digital.
7. Media literacy atau literasi media mencakup kemampuan kritis membaca dan
kreatif komunikasi akademik dan profesional dalam berbagai media. Adanya
literasi media membuat khalayak tidak mudah terperdaya oleh informasi-
informasi yang secara sekilas memenuhi dan memuaskan kebutuhan
psikologis dan sosialnya (Rianto, 2016).
Dalam hal ini, Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) pada tahun 2018
merumuskan 10 (sepuluh) kompetensi literasi digital. Komunitas yang terbentuk pada
26 Januari 2017 ini sebagian besar beranggotakan akademisi, peneliti, dan aktivis
literasi digital yang berasal dari 39 Perguruan Tinggi di 14 kota seluruh Indonesia.
Aktivitas utama Japelidi adalah melakukan berbagai kegiatan literasi digital secara
sukarela (Kurnia dkk., 2020). Diharapkan pemuda yang berliterat digital memiliki
sepuluh kompetensi ini sebagai hasil yang dicapai dari adanya kemampuan berliterasi
digital yang sangat membawa pengaruh pada pendidikan yang berkualitas untuk
menghasilkan agent of change.

Peran Pemuda dalam Penerapan Literasi Digital


Di zaman sekarang yang era modern perlu ditanamkan pemikiran kritis pada
semua masyarakat terutama anak muda sebagai pemakai internet teringgi. Edukasi
literasi digital ini bertujuan untuk menyikapi setiap informasi dan interaksi yang ada
yang berkenaan dengan aturan dan cara main yang digunaka ketika memanfaatka
sosial media dalam kehidupan sehari-hari dengan menelusuri serta mencari berbagai
informasi yang sesuai fakta.
Literasi digital merupakan kemampuan untuk memahami dan menggunakan
informasi dari berbagai sumber digital. Konsep literasi digital bukan hanya mengenai
kemampuan untuk membaca saja melainkan membaca dengan makna dan mengerti.
Literasi digital bertujuan untuk mencakup berbagai penguasaan serta pemahaman ide.
Literasi digital lebih ditekankan pada proses berpikir kritis serta menekankan evaluasi
kritis dari apa yang ditemukan serta keterampilan saat mengakses media digital
tersebut.
Literasi Digital menjadi suatu kebutuhan bagi sektor pendidikan di Indonesia
saat ini. Di masa pandemi covid-19 pemerintah membuat kebijakan agar seluruh
kegiatan belajar mengajar tidak dilakukan secara tatap muka namun menggunakan
media digital (secara daring). Hal tersebut dilakukan agar meminimalisir penyebaran
virus covid-19 di lingkungan masyarakat. Menurut Brian tahun 2015 terdapat manfaat
literasi digital yaitu sebagai berikut :
a. Menghemat Waktu
Dalam penggunaan literasi digital pengguna tidak harus mengunjungi
langsung tempat tujuan untuk mendapatkan informasi. Proses itu
membutuhkan waktu yang sangat jauh lebih lama dibandingkan
memanfaatkan media elektronik. Dalam masa pandemi salah satu
manfaat ini dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat pada umumnya.Bagi
pelajar dan mahasiswa literasi digital ini pun dirasakan dapat menghemat
waktu salah satunya adalah saat mahasiswa akan melakukan bimgingan semua
dilakukan dengan daring. Sehingga tidak butuh waktu lama untuk berdiskusi
dengan dosen pembimbing.
b. Belajar Lebih Cepat,
Dalam literasi digital seseorang yang ingin menemukan informasi dapat
dilakukan dengan cepat hanya dengan menggunakan media elektronik seperti
komputer dan smartphone. Pada masa pandemi ini literasi digital ini lah yang
menjadi sarana dalam menjawab soal-soal yang diberikan oleh pengajar.
c. Menghemat Uang
Penghematan uang dapat dirasakan jika pengguna menggunakan media digital
dalam melakukan pembelian secara online. Tuntutan di masa pandemi covid
19 adalah agar seluruh kalangan masyarakat dapat melakukan segala aktivitas
di rumah saja dan meminimalkan kegiatan di luar rumah ternyata memiliki
manfaat yang menguntungkan. Dalam berbagai aktivitas pembelian kebutuhan
pun dapat dilakukan secara online sekaligus dapat membandingkan harga
secara cepat dan mudah.
d. Selalu Memperoleh Informasi Terkini,
Kehadiran informasi digital terpercaya akan membuat seseorang akan selalu
memperoleh informasi baru. Dalam masa pandemi ini masyarakat dapat
mendapatkan informasi dengan cepat berita mengenai perkembangan ilmu
pengetahuan yang dapat menambah wawasan terutama bagi pelajar.

DAFTAR PUSTAKA
Ak, Lestari. 2021. Literasi Digital Sebagai Penangkal Infodemi Covid-19: Sebuah
Literature Review. Jurnal Libria 13 (1). 1-16.

Alfin, Jauharoti. 2018. Membangun Budaya Literasi dalam Pembelajaran Bahasa


Indonesia Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0. Pentas: Jurnal Ilmiah Pendidikan
dan Sastra Indonesia 4 (2). 60-66.

Astuti, Eka Zuni Lusi. 2019. Gerakan Literasi Digital: Studi Pemberdayaan Pemuda
Melalui Program Sistem Informasi Potensi Kreatif Desa di Kulonprogo. Jurnal
Pemberdayaan Masyarakat Media Pemikiran dan Dakwah Pembangunan 3 (2). 331-
352.

A'yuni, Q. Q. (2015). Literasi Digital Remaja Di Kota Surabaya: Studi Deskriptif


Tentang Tingkat Kompetensi Literasi Digital Pada Remaja Smp, Sma Dan
Mahasiswa Di Kota Surabaya (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS
AIRLANGGA).

Dinata, Karsoni Berta. 2021. Literasi Digital dalam Pembelajaran Daring. Jurnal
Eksponen 11 (1). 20-27.
Helaluddin. 2019. Peningkatan Kemampuan Literasi Teknologi dalam Upaya
Mengembangkan Inovasi Pendidikan di Perguruan Tinggi. Jurnal Pendais 1 (1). 44-
55.
Raharjo, Novianto Puji dan Bagus Winarko. 2021. Analisis Tingkat Literasi Digital
Generasi Milenial Kota Surabaya dalam Menanggulangi Penyebaran Hoaks. Jurnal
Komunika: Jurnal Komunikasi, Media dan Informatika 10 (1). 33-43.

Silvana, H., & Darmawan, C. (2018). Pendidikan literasi digital di kalangan usia
muda di kota bandung. Pedagogia, 16(2), 146-156.
Setyaningsih, Rila.dkk. 2019. Model Penguatan Literasi Digital Melalui Pemanfataan
E-Learning. Jurnal Aspikom 3 (6). 1200-1214.

Sumiati, Eti dan Wijonarko. 2020. Manfaat Literasi Digital bagi Masyarakat dan
Sektor Pendidikan pada Saat Pandemi Covid-19. Jurnal Buletin Perpustakaan
Universitas Islam Indonesia 3 (2). 65-80.

Sutrisna, I Putu Gede. 2020. Gerakan Literasi Digital pada Masa Pandemi Covid-19.
Jurnal Stilistika 8 (2). 268-283.

Widyastuti, Dhyah Ayu Retno.dkk. 2016. Literasi Digital pada Perempuan Pelaku
Usaha Produktif di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Aspikom 3 (1). 1-15.

Winarsih, Eni dan Yunita Furinawati. 2018. Literasi Teknologi dan Literasi Digital
untuk Menumbuhkan Keterampilan Berwirausaha bagi Kelompok Pemuda di Kota
Madiun. Jurnal Seminar Nasional Edusainstek. 23-29.

Winarsih, E., & Furinawati, Y. (2018). Literasi Teknologi dan Literasi Digital untuk
Menumbuhkan Keterampilan Berwirausaha bagi Kelompok Pemuda di Kota Madiun.
In Prosiding Seminar Nasional & Internasional (Vol. 1, No. 1).

Anda mungkin juga menyukai