Anda di halaman 1dari 12

PENTINGNYA PENDIDIKAN LITERASI DALAM MENGHADAPI

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI


Dini Dayanti
Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Makassar
Email: dinidayanti11@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pentingnya pendidikan literasi dalam


menghadapi perkembangan teknologi informasi. Metode dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif berupa penelitian kepustakaan. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan literatur (kepustakaan), baik berupa buku,
catatan, maupun laporan hasil penelitian terdahulu. Pentingnya Pendidikan literasi agar
siswa maupun mahasiswa dapat membedakan mana informasi yang palsu atau hoax
dan mana informasi yang tervalidasi, akurat, dan kredibel di tengah masifnya paparan
miring arus teknologi dan informasi yang menimbulkan keberlimpahan informasi yang
dengan mudah untuk diakses sehingga juga tidak muda asal menerima pengetahuan
tertentu yang diyakininya benar dan menutup kemungkinanakan kebenaran yang lain.

Kata kunci: Pendidikan Literasi, Perkembangan Teknologi Informasi

PENDAHULUAN

Pada saat ini, pendidikan di Indonesia memiliki peringkat yang masih terbilang
rendah dibandingkan dengan negara lain dalam aspek sistem pendidikan. Ada beberapa
penyebab pendidikan di Indonesia masih rendah dibanding dengan negara-negara
lainnya. Salah satunya yaitu pengaruh kurangnya literasi pada siswa maupun
mahasiswa.
Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan akibat perkembangan tekhnologi
informasi menuntut setiap siswa maupun mahasiswa memiliki kemampuan baca dan
tulis yang lebih, dengan tujuan agar siswa maupun mahasiswa memiliki wawasan dan
pengetahuan yang cukup untuk dapat bersaing dan mengikuti perkembangan zaman.
Kemampuan membaca memiliki andil dan merupakan salah satu penentu sukses
tidaknya seseorang, hal ini disebabkan karena semua akses informasi dan ilmu
pengetahuan yang dimiliki selalu berkaitan dengan kegiatan membaca (Rohman,
2017).

Pada hakikatnya, membaca merupakan gudang ilmu atau jendela dunia. Karena
dengan banyak membaca, kita dapat mengetahui banyak hal yang tidak kita ketahui
sebelumnya. Semakin kita rajin membaca, maka dapat dipastikan kita akan semakin
banyak tahu dan banyak bisa. Ini artinya, jika seseorang memiliki banyak pengetahuan,
maka pengetahuan itu secara tidak sadar akan membantu dirinya dalam melakukan
banyak hal yang sebelumnya bahkan belum dikuasai. Pengaruh rendahnya minat baca
atau literasi yang terjadi Indonesia ini juga disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor
pertama, belum ada kebiasaan membaca sejak dini. Kedua, fasilitas pendidikan yang
masih minim. Dan yang terakhir adalah karena masih kurangnya produksi buku di
Indonesia.

Perubahan dunia kini tengah memasuki era revolusi industri 4.0 atau revolusi
industri dunia keempat di mana teknologi informasi telah menjadi basis dalam
kehidupan manusia. Segala hal menjadi tanpa batas (borderless) dengan penggunaan
daya komputasi dan data yang tidak terbatas (unlimited), karena dipengaruhi oleh
perkembangan internet dan teknologi digital yang massif sebagai tulang punggung
pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin (Kemristekdikti,2018a). Seturut
dengan pandangan tersebut (Zhong, et al., 2017) menyatakan Generasi di era industri
4.0 memegang komitmen peningkatan fleksibilitas di bidang manufaktur,
secaramassal, dengan kualitas dan produktivitas yang lebih baik. Imbasnya, Perubahan
pesat yang di-alami masyarakat khusunya mahasiswa karena pesatnya
perkembanganteknologi informasi membawa banyak dampak pada kehidupan
manusia, secara umum bersifa tpositif dan negatif (Hariastuti et al., 2017).

Eksistensi teknologi menjadi sebuah keniscayaan dalam kehidupan masyarakat


di era global. Begitu sentralnya peran dan fungsi teknologi bagi generasi masa kini,
maka konsep kebutuhan pokok (basic needs) yang hanya mengelaborasi kebutuhan
sandang, pangan dan papan tentu menjadi hal klasik. Lebih dari itu, teknologi telah
bertransformasi menjadi objek yang lebih monumental dalam membentuk identitas
masyarakat global (global identity). Teknologi tidak sekadar menjadi alat dan pelayan
manusia (tools and human services), tetapi secara konstruksionis seperti teori yang
dikemukakan oleh Peter L. Berger telah merepresentasikan status sosial-ekonomi
personal yang mengelaborasi gengsi sosial (social prestige) masyarakat secara
universal. Derasnya proses produksi teknologi yang signifikan terhadap dorongan arus
adopsi, justru terjustifikasi oleh eksistensi industri media massa yang semakin
kapitalistik. Hal ini membuat rasa konsumsifitas publik terus terpapar secara massif
dan sistemik.

Kurangnya literasi yang dimiliki siswa juga mahasiswa di Indonesia ini pada
akhirnya akan mempengaruhi mereka dalam kemampuan berpikir kritis. Seperti yang
telah kita ketahui, berpikir kritis merupakan sebuah peningkatan kemampuan yang kita
miliki dalam menganalisis serta mengekspresikan suatu ide-ide yang kita punya. Masih
rendahnya kemampuan dalam berpikir kritis ini dapat kita buktikan dengan masih
banyaknya masyarakat Indonesia yang sering mempercayai informasi-informasi hoax
atau palsu yang diterima tanpa mengecek kebenarannya terlebih dahulu.

Pendidikan literasi guna meningkatkan minat baca mahasiswa sehingga


menghasilkan kemampuan berpikir kritis dapat menjadi alternatif solutif di tengah
masifnya paparan miring arus teknologi dan informasi. Sebagaimana dalam berbagai
pandangan teoritisi globalis bahwa dalam dunia yang datar saat ini, tidak ada lagi batas
sekat antara desa dan kota. Karena teknologi informasi dan jaringan internet telah
berinfiltrasi dalam setiap aktivitas kehidupan manusia. Realitas sosial tersebut
menimbulkan keberlimpahan informasi yang dengan mudah untuk diakses dan
keberlimpahan informasi ini tentu saja menimbulkan banyaknya beredar informasi
palsu atau hoax maka diperlukan pentingnya Pendidikan literasi bagi mahasiswa
maupun masyarakat agar dapat membedakan mana informasi yang palsu atau hoax dan
mana informasi yang tervalidasi, akurat, dan kredibel.

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pentingnya


Pendidikan literasi dalam menghadapi perkembangan teknologi informasi, bagaimana
dampak dari rendahnya literasi di era pesatnya arus perkembangan teknologi informasi
dan bagaimana upaya dalam meningkatkan minat baca atau Pendidikan literasi bagi
masyarakat Indonesia.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Sesuai dengan obyek kajian, maka
jenis penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kepustakaan (library research),
penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan
literatur (kepustakaan), baik berupa buku, catatan, maupun laporan hasil penelitian
terdahulu.

Teknik kepustakaan adalah “penelitian kepustakaan yang dilaksanakan dengan


cara membaca, menelaah dan mencatat berbagai literatur atau bahan bacaan yang
sesuai dengan pokok bahasan, kemudian disaring dan dituangkan dalam kerangka
pemikiran secara teoritis”. Teknik ini dilakukan guna memperkuat fakta untuk
membandingkan perbedaan dan atau persamaan antara teori dan praktek yang sedang
penulis teliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Salah satu yang sangat menarik dari beberapa istilah pendidikan yang muncul
belakangan adalah pendidikan literasi. Pendidikan literasi menjadi penting, sebab
pengesampingan terhadap literasi akan berdampak pada pembentukan kecenderungan
mahasiswa yang gemar membeo pada pengetahuan tertentu yang diyakininya benar
dan menutup kemungkinanakan kebenaran yang lain. pendidikan literasi diharapkan
mampu menjawab persoalan yang muncul akibat rendahnya minat baca siswa. Survei
UNESCO pada 2012 menunjukkan bahwa indeks membaca masyarakat maupun
mahasiswa Indonesia adalah 0,001. Artinya setiap 1000 pendudukhanya satu orang
yang memiliki minat baca. Hasil tes Proggrammefor International StudentAssesment
(PISA) pada tahun yang sama tentang literasi matematika, membaca, dan sains
menempatkan Indonesia pada urutan 64 dari 65 negara yang disurvei. Selain itu, skor
literasi membaca siswa Indonesia (usia 15 tahun) hanya 396, jauh di bawah standar
rata-rata 496. Alasan lain yang kemudian juga menjadikan literasi itu penting adalah
bahwa literasi menjadi salah satu kecakapan yang harus dikuasi untuk menghadapi
abad 21, di samping kecakapan kompetensi dan karakter. Ini sebagaimana laporan
yang dikeluarkan oleh Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum-WEF) pada
2015 mengenai keterampilan yang harus dimiliki untuk menghadapi abad 21.
Keterampilan itu mencakup literasi,kompetensi, dan karakter (Antoro,2017:5).

Selain itu, ada beberapa hal yang menurut penulis penting untuk menganggap
bahwa pendidikan literasi itu penting. Pertama, bahwa dengan pendidikan literasi
orang jadi melek terhadap informasi yang kemudain akan berimbas pada peningkatan
kualitas SDM. kedua, bahwa pendidikan literasi memungkin bagi orang untuk
menyampaikan kebenaran dalam skala yang luas. Ketiga, dengan pendidikan literasi,
sangat mungkin seseorang mempengaruhi orang lain di sekitarnya, bahkan orangyang
tidak dikenalnya sekalipun. Hal-hal tersebut sangat mungkin, sebab literasi berkaitan
erat dengan komunikasi. Kern (2000) menyatakan bahwa
“Literacyinvolvescommucation” (literasi melibatkan komunikasi). Karena itulah,
literasi meliputi keaksaraan dan kewicaraan atau lisan dan tulisan.

Literasi berasal dari bahasa Latin literatu yang berarti orang yang belajar.
Secara tradisional, literasi dipandang sebagai kemampuan membaca dan menulis.
Dalam perkembangannya literasi dimaknai sebagai kemampuan menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis (Abidin, 2017:1). Dalam konsep literasi, membaca diartikan
sebagai usaha untuk memahami, menggunakan, merefleksi, dan melibatkan berbagai
jenis teks untuk mencapai tujuan (Abidin, 2017:165). Menyimak dalam literasi
dimaksudkan untuk memperluas wawasan dan pengetahuan. Keterampilan menyimak
dapat menjadi cara untuk memahami lebih mendalam informasi yang
berkembang. Kemampuan menulis dimaksudkan sebagai kemampuan dalam
menuangkan dan mengkomunikasikan ide dan gagasan kepada orang lain.
Sedangkan kemampuan berbicara berkaitan dengan kemampuan dalam
memproduksi gagasan secara lisan dengan isi yang berkualitas dan cara yang tepat.

Dengan demikian, literasi identik dengan kemampuan berbahasa secara


menyeluruh, yaitu kemampuanmenyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Seseorang dapat dikatakan literate, yang secara luas dapat diartikan terdidik, jika ia
menguasai keempat keterampilan berbahasa tersebut sekaligus. Karenanya,
kemampuan literasi harus menjadi jantung dari seluruh proses pendidikan (Tilaar, dkk,
2011:196). Dengan demikian pendidikan literasi dapat diartikan sebagai pendidikan
yang menerapkan keseluruhan keterampilan berbahasa dalam proses pembelajarannya
untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Wells (1987) menyebutkan empat tingkatan literasi, yaitu performative,


functional, informational, dan epistemic. Pada tingkat performative, kemampuan
literasi yang dimiliki seseorang adalah membaca dan menulis serta berbicara dengan
simbol-simbol yang digunakan (bahasa). Ini merupakan tingkatan literasi yang paling
dasar. Pada tingkat functional, orang diharapkan mampu menggunakan bahasa untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pada tingkat informational, orang diharapkan dapat
mengakses pengetahuan. Dan pada tingkat epstemic, orang diharapkan dapat
mentransformasikan pengetahuan yang dimilikinya.

Ada sejumlah persyaratan untuk menjadikan literasi sebagai jantung dalam


proses pendidikan (mewujudkan pendidikan literasi). Pertama, keberadaan guru-
guru yang memiliki keterampilan berbahasa. Kedua, daftar dan ketersediaan buku-
buku. Ketiga, ada jadwal dan waktu yang memadai untuk melaksanakan program
tersebut (Tilaar, dkk, 2011:197). Persyaratan tersebut tentu tidak mudah, mengingat
bahwa tidak semua guru menguasai keterampilan berbahasa. Belum lagi persoalan
bahwa pada kenyataannya tidak semua guru bahasa Indonesia (yang umumnya sarjana
pendidikan bahasa Indonesia) dapat dipastikan memiliki kompetensi berbahasa
Indonesia yang baik. Banyak faktor yang menjadi latar belakang kondisi tersebut. Di
samping itu, Kern (2000) menjelaskan bahwa pembelajaran literasi memiliki ciri 3R,
yaitu Responding, Revising,dan Reflecting. Respondingberkaitan dengan respon baik
dari pihak siswa maupun dari pihak guru. Respon siswa berkaitan dengan tugas
yang diberikan dan teks yang dibacanya. Respon guru berkaitan dengan bagaimana
guru merspon jawaban siswa agar siswa dapat mencapai pemahaman yang diharapkan.
Termasuk juga respon guru, adalah respon terhadap hasil dari tugas siswa.
Revisingmeliputi berbagai aktifitas berbahasa, yang dimaksudkan di sini adalah
merevisi. Sedangkan Reflectingberkaitan dengan evaluasi terhadap semua komponen
dalam proses pembelajaran.

Seiring perkembangan zaman perkembangan teknologi informasi dapan


memudahkan manusia untuk beraktifitas melihat berita dan mencari berbagai informasi
yang beredar di dunia maya.dengan kemajuannya teknologi ada dua dampak negatif
dan positif tentang teknologi saat ini. Mulai dari berita apapun yang mungkin bisa kita
lihat pada social media banyak sekali beredar informasi informasi yang bermanfaat
bagi kita untuk bisa memaksimalkan segala aktifitas yang ada saat ini. Perlu kita
ketahui juga bahwa dengan teknologi segala aktifitas bisa berjalan dengan mudah dan
praktis sehingga membantu banyak untuk kegiatan kita kedepannya.

Dampak positif Perkembangan teknologi di kalangan saat ini dapat


memudahkan mencari informasi dan memudahkan pekerjaan tergantung bagainama
kita menggunakan teknologi yang dapat bermanfaat bagi kita dan orang lain. namun
disatu sisi ada juga dampak negatifnya yaitu, Dampak negatif perkembangan teknologi
di kalangan saat ini banyak remaja yang salah menggunakan teknologi ini yang hanya
untuk kepentingan pribadi yang dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak bertanggung
jawab atas apa yang mereka kerjakan. Melalui teknologi yang menggunakan jaringan
internet ini dapat memudahkan kita bertransaksi dengan mudah dan cepat,serta dapat
mendidik remaja untuk mengenali teknologi dengan baik,sehingga remaja tidak
terjerumus perkembangan teknologi yang menjerumuskan mereka kearah yang negatif.

Agar kita tidak terjerumus kearah yang negatif tentang perkembangan teknologi
saat ini,kita harus mempelajari apa itu teknologi supaya kita paham tentang teknologi
dan cara menggunakan teknologi dengan baik,sehingga kita tidak salah menggunakan
teknologi saat ini.

Apabila kita menggunakan teknologi dengan benar kita dapat melalukan


pekerjaan, penjualan, dan lainnya, sehingga kita dapat menjadikan teknologi sebagai
mata pencarian kita sehinnga kita akan mendapatkan uang dengan cara berjualan
dengan menggunakan teknologi yang berkembang saat ini. Kita harus menggunakan
teknologi dengan baik dan benar sehinga kita juga bisa mendapatkan uang dengan
menggunakan teknologi yang berkembang saat ini.

Jangan sampai teknologi informasi yang mempunyai segudang manfaat ini


malah disalah gunakan untuk aktifitas tidak bertanggung jawab yang menyebabkan
banyak dampak yang ditimbulkan terutama seperti informasi hoax yang bisa memecah
belahkan banyak pihak dan tentunya bisa merugikan banyak orang yang terkena
banyak dampak terhadap hal ini disinilah pentingnya literasi digital kepada masyarakat
dan mahasiswa agar tidak mudah membeo atas keberlimpahan informasi akibat dari
kemajuan teknologi informasi.

Menurut Witanto menyatakan bahwa dampak yang terjadi apabila tidak


memiliki minat dalam membaca yang sangat merugikan terutama bagi masyarakat
yaitu sebagai berikut:

1. Sering terjadinya suatu masalah dalam memahami, menguasai, serta


menggunakan sebuah ilmu pengetahuan serta teknologi untuk memanifestasikan
produk yang berkualitas.

2. Kurangnya wawasan dan keilmuan yang terbatas akan minimnya cara pola
pikir positif seseorang sehingga orang tersebut mudah dipengaruhi oleh berbagai
doktrin dan pemahaman negatif.

3. Minimnya minat baca mengakibatkan kreativitas pada seseorang tidak akan


berkembang. Seperti yang kita ketahui bahwasanya pola pikir kreatif akan terwujud
bila orang tersebut mengembangkan pola pikirnya serta mampu merespon lingkungan
sekitar dengan cepat dan hal ini kita bisa melatih dengan menggunakan kegiatan
membaca. Dengan adanya ide-ide kreatif tentu akan membuat seseorang menjadi lebih
produktif dan memberikan manfaat bagi dirinya juga orang-orang di sekitarnya.

4. Dampak dari tidak adanya memiliki rasa minat baca kedepannya tidak akan
mengetahui informasi teraktual sehingga mengalami kesulitan untuk meningkatkan
kualitas diri.

5. Dengan adanya ketidaktahuan karena ketidakmauan menambah ilmu


pengetahuan serta meningkatkan kualitas diri dengan informasi akan menimbulkan
sikap ketidakpedulian. Hal ini akan membuat orang tersebut menutup diri dan sibuk
dengan dunianya sendiri serta mengabaikan lingkungan di sekitarnya.

6. Seseorang yang tidak memiliki wawasan yang luas maka orang tersebut
cenderung akan mengalami sebuah kesulitan di kehidupan sosialnya, karena seseorang
tersebut tidak dapat berkomunikasi dengan baik karena input yang dimilikinya tidak
sebanyak lingkungan yang ada di sekitarnya. Jika seseorang memiliki sikap yang
menyenangkan dalam pergaulan biasanya orang tersebut akan cocok untuk diajak
berdiskusi karena memiliki pengetahuan yang luas.

7. Dampak yang lebih besar dari ketidakmauan untuk membaca pada generasi
muda ini menyebabkan kerugian bagi negara yang kehilangan aset sumber daya
sebagai kontribusi generasi muda dalam kemajuan bangsa yang berkualitas dan
mempunyai produktivitas yang tinggi.

Adapun beberapa cara agar budaya literasi di Indonesia dapat meningkat adalah
dengan menanamkan kesadaran bahwa dengan membaca kita dapat mendapatkan
informasi yang jelas, akurat dan juga logis. Pengoptimalan peran perpustakaan juga
menjadi salah satu cara agar literasi di Indonesia dapat meningkat karena perpustakaan
memiliki peranan yang penting dalam pergerakan juga budaya literasi. Sosialisasi
mengenai pentingnya gemar membaca bagi kehidupan sehari-hari juga dapat dilakukan
oleh para volunteer muda yang cerdas dan sukses sebagai wujud nyata keberhasilan
dari gemar membaca. Pembangunan dan pemerataan perpustakaan atau tempat belajar
umum di seluruh wilayah terutama di wilayah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar) di
Indonesia juga perlu diperhatikan sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia melalui aspek literasi.

Dengan memiliki minat baca yang tinggi, seseorang tidak akan merasa
kesulitan dalam mencari informasi yang valid karena telah terbiasa dalam memilah-
milah informasi. Selain itu, kemampuan berpikir kritis yang dimiliki seseorang juga
cukup mempengaruhi dalam mencari informasi yang valid. Seseorang yang memiliki
kemampuan dalam berpikir kritis dalam menangkap informasi biasanya tidak akan
langsung percaya dengan informasi yang didapat sebelum memeriksa kembali berita
yang diterima ke sumber-sumber lain yang bisa lebih dipercaya. Memiliki kemampuan
dalam berpikir kritis ini tentu sangatlah penting untuk dimiliki oleh seorang
siswa/mahasiswa karena dengan berpikir kritis, mahasiswa akan jauh lebih bisa
membuka pola pikir yang jauh lebih baik dalam menanggapi suatu hal sehingga
kualitas pemikiran yang dimiliki juga akan menjadi lebih baik dan dapat
mempengaruhi karakter intelektual. Sehingga untuk membentuk generasi penerus
bangsa yang berkualitas serta memiliki kritis terhadap suatu permasalahan yang ada,
kita harus memulainya dengan membiasakan kebiasaan membaca sejak dini sehingga
gerakan membaca menjadi sebuah budaya yang dimiliki oleh Indonesia.

KESIMPULAN

Pentingnya pendidikan literasi dalam menghadapi perkembangan teknologi


informasi untuk masa depan penerus bangsa demi menghasilkan siswa dan mahasiswa
yang memiliki kemampuan berpikir kritis kritis dapat menjadi alternatif solutif di
tengah masifnya paparan miring arus teknologi dan informasi. Karena teknologi
informasi dan jaringan internet telah berinfiltrasi dalam setiap aktivitas kehidupan
manusia. Realitas sosial tersebut menimbulkan keberlimpahan informasi yang dengan
mudah untuk diakses dan keberlimpahan informasi ini tentu saja menimbulkan
banyaknya beredar informasi palsu atau hoax maka diperlukan pentingnya Pendidikan
literasi bagi mahasiswa maupun masyarakat agar dapat membedakan mana informasi
yang palsu atau hoax dan mana informasi yang tervalidasi, akurat, dan kredibel.

Pendidikan literasi juga menjadi penting, sebab pengesampingan terhadap


literasi akan berdampak pada pembentukan kecenderungan mahasiswa yang gemar
membeo pada pengetahuan tertentu yang diyakininya benar dan menutup
kemungkinanakan kebenaran yang lain. Sehingga dengan ilmu-ilmu yang didapat dari
hasil membaca di kehidupan sehari-hari yang akan menghasilkan siswa dan mahasiswa
yang cerdas dan sukses dan mampu menjadikan diri sebagai sumber daya manusia yang
unggul yang tidak muda terpapar dampak negative perkembangan teknologi informasi
yang sangat pesat.
DAFTAR PUSTAKA

Azmi Rizky Anisa, Ala Aprila Ipungkarti, dan Kayla Nur Saffanah. 2021. Pengaruh
Kurangnya Literasi serta Kemampuan dalam Berpikir Kritis yang Masih
Rendah dalam Pendidikan di Indonesia. Pendidikan Sistem dan Teknologi
Informasi, Universitas Pendidikan Indonesia, Purwakarta, Indonesia.

Lailatul Fitriyah, Marlina, dan Suryani. 2019. Pendidikan Literasi pada Pembelajaran
Kitab Kuning di Pondok Pesantren Nurul Huda Sukaraja. STKIP Nurul Huda.

https://www.kompasiana.com/annisacorry/5c07fb79aeebe12cee7c3025/pentingnya-
budaya-literasi-dalam-menyambut-era-globalisasi

Bagaimana Perkembangan Teknologi Informasi Saat ini? (idcloudhost.com)

Anda mungkin juga menyukai