Abstrak
PENDAHULUAN
Pada saat ini, pendidikan di Indonesia memiliki peringkat yang masih terbilang
rendah dibandingkan dengan negara lain dalam aspek sistem pendidikan. Ada beberapa
penyebab pendidikan di Indonesia masih rendah dibanding dengan negara-negara
lainnya. Salah satunya yaitu pengaruh kurangnya literasi pada siswa maupun
mahasiswa.
Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan akibat perkembangan tekhnologi
informasi menuntut setiap siswa maupun mahasiswa memiliki kemampuan baca dan
tulis yang lebih, dengan tujuan agar siswa maupun mahasiswa memiliki wawasan dan
pengetahuan yang cukup untuk dapat bersaing dan mengikuti perkembangan zaman.
Kemampuan membaca memiliki andil dan merupakan salah satu penentu sukses
tidaknya seseorang, hal ini disebabkan karena semua akses informasi dan ilmu
pengetahuan yang dimiliki selalu berkaitan dengan kegiatan membaca (Rohman,
2017).
Pada hakikatnya, membaca merupakan gudang ilmu atau jendela dunia. Karena
dengan banyak membaca, kita dapat mengetahui banyak hal yang tidak kita ketahui
sebelumnya. Semakin kita rajin membaca, maka dapat dipastikan kita akan semakin
banyak tahu dan banyak bisa. Ini artinya, jika seseorang memiliki banyak pengetahuan,
maka pengetahuan itu secara tidak sadar akan membantu dirinya dalam melakukan
banyak hal yang sebelumnya bahkan belum dikuasai. Pengaruh rendahnya minat baca
atau literasi yang terjadi Indonesia ini juga disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor
pertama, belum ada kebiasaan membaca sejak dini. Kedua, fasilitas pendidikan yang
masih minim. Dan yang terakhir adalah karena masih kurangnya produksi buku di
Indonesia.
Perubahan dunia kini tengah memasuki era revolusi industri 4.0 atau revolusi
industri dunia keempat di mana teknologi informasi telah menjadi basis dalam
kehidupan manusia. Segala hal menjadi tanpa batas (borderless) dengan penggunaan
daya komputasi dan data yang tidak terbatas (unlimited), karena dipengaruhi oleh
perkembangan internet dan teknologi digital yang massif sebagai tulang punggung
pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin (Kemristekdikti,2018a). Seturut
dengan pandangan tersebut (Zhong, et al., 2017) menyatakan Generasi di era industri
4.0 memegang komitmen peningkatan fleksibilitas di bidang manufaktur,
secaramassal, dengan kualitas dan produktivitas yang lebih baik. Imbasnya, Perubahan
pesat yang di-alami masyarakat khusunya mahasiswa karena pesatnya
perkembanganteknologi informasi membawa banyak dampak pada kehidupan
manusia, secara umum bersifa tpositif dan negatif (Hariastuti et al., 2017).
Kurangnya literasi yang dimiliki siswa juga mahasiswa di Indonesia ini pada
akhirnya akan mempengaruhi mereka dalam kemampuan berpikir kritis. Seperti yang
telah kita ketahui, berpikir kritis merupakan sebuah peningkatan kemampuan yang kita
miliki dalam menganalisis serta mengekspresikan suatu ide-ide yang kita punya. Masih
rendahnya kemampuan dalam berpikir kritis ini dapat kita buktikan dengan masih
banyaknya masyarakat Indonesia yang sering mempercayai informasi-informasi hoax
atau palsu yang diterima tanpa mengecek kebenarannya terlebih dahulu.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Sesuai dengan obyek kajian, maka
jenis penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kepustakaan (library research),
penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan
literatur (kepustakaan), baik berupa buku, catatan, maupun laporan hasil penelitian
terdahulu.
Salah satu yang sangat menarik dari beberapa istilah pendidikan yang muncul
belakangan adalah pendidikan literasi. Pendidikan literasi menjadi penting, sebab
pengesampingan terhadap literasi akan berdampak pada pembentukan kecenderungan
mahasiswa yang gemar membeo pada pengetahuan tertentu yang diyakininya benar
dan menutup kemungkinanakan kebenaran yang lain. pendidikan literasi diharapkan
mampu menjawab persoalan yang muncul akibat rendahnya minat baca siswa. Survei
UNESCO pada 2012 menunjukkan bahwa indeks membaca masyarakat maupun
mahasiswa Indonesia adalah 0,001. Artinya setiap 1000 pendudukhanya satu orang
yang memiliki minat baca. Hasil tes Proggrammefor International StudentAssesment
(PISA) pada tahun yang sama tentang literasi matematika, membaca, dan sains
menempatkan Indonesia pada urutan 64 dari 65 negara yang disurvei. Selain itu, skor
literasi membaca siswa Indonesia (usia 15 tahun) hanya 396, jauh di bawah standar
rata-rata 496. Alasan lain yang kemudian juga menjadikan literasi itu penting adalah
bahwa literasi menjadi salah satu kecakapan yang harus dikuasi untuk menghadapi
abad 21, di samping kecakapan kompetensi dan karakter. Ini sebagaimana laporan
yang dikeluarkan oleh Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum-WEF) pada
2015 mengenai keterampilan yang harus dimiliki untuk menghadapi abad 21.
Keterampilan itu mencakup literasi,kompetensi, dan karakter (Antoro,2017:5).
Selain itu, ada beberapa hal yang menurut penulis penting untuk menganggap
bahwa pendidikan literasi itu penting. Pertama, bahwa dengan pendidikan literasi
orang jadi melek terhadap informasi yang kemudain akan berimbas pada peningkatan
kualitas SDM. kedua, bahwa pendidikan literasi memungkin bagi orang untuk
menyampaikan kebenaran dalam skala yang luas. Ketiga, dengan pendidikan literasi,
sangat mungkin seseorang mempengaruhi orang lain di sekitarnya, bahkan orangyang
tidak dikenalnya sekalipun. Hal-hal tersebut sangat mungkin, sebab literasi berkaitan
erat dengan komunikasi. Kern (2000) menyatakan bahwa
“Literacyinvolvescommucation” (literasi melibatkan komunikasi). Karena itulah,
literasi meliputi keaksaraan dan kewicaraan atau lisan dan tulisan.
Literasi berasal dari bahasa Latin literatu yang berarti orang yang belajar.
Secara tradisional, literasi dipandang sebagai kemampuan membaca dan menulis.
Dalam perkembangannya literasi dimaknai sebagai kemampuan menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis (Abidin, 2017:1). Dalam konsep literasi, membaca diartikan
sebagai usaha untuk memahami, menggunakan, merefleksi, dan melibatkan berbagai
jenis teks untuk mencapai tujuan (Abidin, 2017:165). Menyimak dalam literasi
dimaksudkan untuk memperluas wawasan dan pengetahuan. Keterampilan menyimak
dapat menjadi cara untuk memahami lebih mendalam informasi yang
berkembang. Kemampuan menulis dimaksudkan sebagai kemampuan dalam
menuangkan dan mengkomunikasikan ide dan gagasan kepada orang lain.
Sedangkan kemampuan berbicara berkaitan dengan kemampuan dalam
memproduksi gagasan secara lisan dengan isi yang berkualitas dan cara yang tepat.
Agar kita tidak terjerumus kearah yang negatif tentang perkembangan teknologi
saat ini,kita harus mempelajari apa itu teknologi supaya kita paham tentang teknologi
dan cara menggunakan teknologi dengan baik,sehingga kita tidak salah menggunakan
teknologi saat ini.
2. Kurangnya wawasan dan keilmuan yang terbatas akan minimnya cara pola
pikir positif seseorang sehingga orang tersebut mudah dipengaruhi oleh berbagai
doktrin dan pemahaman negatif.
4. Dampak dari tidak adanya memiliki rasa minat baca kedepannya tidak akan
mengetahui informasi teraktual sehingga mengalami kesulitan untuk meningkatkan
kualitas diri.
6. Seseorang yang tidak memiliki wawasan yang luas maka orang tersebut
cenderung akan mengalami sebuah kesulitan di kehidupan sosialnya, karena seseorang
tersebut tidak dapat berkomunikasi dengan baik karena input yang dimilikinya tidak
sebanyak lingkungan yang ada di sekitarnya. Jika seseorang memiliki sikap yang
menyenangkan dalam pergaulan biasanya orang tersebut akan cocok untuk diajak
berdiskusi karena memiliki pengetahuan yang luas.
7. Dampak yang lebih besar dari ketidakmauan untuk membaca pada generasi
muda ini menyebabkan kerugian bagi negara yang kehilangan aset sumber daya
sebagai kontribusi generasi muda dalam kemajuan bangsa yang berkualitas dan
mempunyai produktivitas yang tinggi.
Adapun beberapa cara agar budaya literasi di Indonesia dapat meningkat adalah
dengan menanamkan kesadaran bahwa dengan membaca kita dapat mendapatkan
informasi yang jelas, akurat dan juga logis. Pengoptimalan peran perpustakaan juga
menjadi salah satu cara agar literasi di Indonesia dapat meningkat karena perpustakaan
memiliki peranan yang penting dalam pergerakan juga budaya literasi. Sosialisasi
mengenai pentingnya gemar membaca bagi kehidupan sehari-hari juga dapat dilakukan
oleh para volunteer muda yang cerdas dan sukses sebagai wujud nyata keberhasilan
dari gemar membaca. Pembangunan dan pemerataan perpustakaan atau tempat belajar
umum di seluruh wilayah terutama di wilayah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar) di
Indonesia juga perlu diperhatikan sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia melalui aspek literasi.
Dengan memiliki minat baca yang tinggi, seseorang tidak akan merasa
kesulitan dalam mencari informasi yang valid karena telah terbiasa dalam memilah-
milah informasi. Selain itu, kemampuan berpikir kritis yang dimiliki seseorang juga
cukup mempengaruhi dalam mencari informasi yang valid. Seseorang yang memiliki
kemampuan dalam berpikir kritis dalam menangkap informasi biasanya tidak akan
langsung percaya dengan informasi yang didapat sebelum memeriksa kembali berita
yang diterima ke sumber-sumber lain yang bisa lebih dipercaya. Memiliki kemampuan
dalam berpikir kritis ini tentu sangatlah penting untuk dimiliki oleh seorang
siswa/mahasiswa karena dengan berpikir kritis, mahasiswa akan jauh lebih bisa
membuka pola pikir yang jauh lebih baik dalam menanggapi suatu hal sehingga
kualitas pemikiran yang dimiliki juga akan menjadi lebih baik dan dapat
mempengaruhi karakter intelektual. Sehingga untuk membentuk generasi penerus
bangsa yang berkualitas serta memiliki kritis terhadap suatu permasalahan yang ada,
kita harus memulainya dengan membiasakan kebiasaan membaca sejak dini sehingga
gerakan membaca menjadi sebuah budaya yang dimiliki oleh Indonesia.
KESIMPULAN
Azmi Rizky Anisa, Ala Aprila Ipungkarti, dan Kayla Nur Saffanah. 2021. Pengaruh
Kurangnya Literasi serta Kemampuan dalam Berpikir Kritis yang Masih
Rendah dalam Pendidikan di Indonesia. Pendidikan Sistem dan Teknologi
Informasi, Universitas Pendidikan Indonesia, Purwakarta, Indonesia.
Lailatul Fitriyah, Marlina, dan Suryani. 2019. Pendidikan Literasi pada Pembelajaran
Kitab Kuning di Pondok Pesantren Nurul Huda Sukaraja. STKIP Nurul Huda.
https://www.kompasiana.com/annisacorry/5c07fb79aeebe12cee7c3025/pentingnya-
budaya-literasi-dalam-menyambut-era-globalisasi