Anda di halaman 1dari 11

PENTINGNYA LITERASI UNTUK GENERASI Z DALAM KONSUMSI BERITA DI

SOSIAL MEDIA
Ahlul Lestiyani, Nurlita Olyvia, Cahaya Puti Melati, Nuriah Sinta Dewiani, Erika Indianita
Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta
Email:
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Pentingnya literasi untuk generasi z dalam
konsumsi berita di sosial media. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif-induktif. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua cara, yaitu Dokumentasi dan studi
pustaka. Pada penelitian ini akan digunakan teknik analisis kualitatif induktif yang dilakukan
untuk mengeksplorasi dan menganalisis fokus penelitian. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa peneliti menjelaskan dan mengkategorikan perubahan perilaku komunikasi, khususnya
yang terjadi di kalangan Milenial dan Gen Z pada khususnya. dilihat dari beberapa
pemberitaaan terutama di media sosial yang sering muncul menampilkan perilaku kekerasan,
pencurian, kasus korupsi, pornografi, provokasi, pelecehan, gaya hidup bahkan berita yang
populer dikatakan sebagai berita hoax, yang jelas-jelas tidak bernilai. Generasi Z selalu ingin
meng-update perangkat digital mereka, hingga rela menabung uang jajan sekolah hanya
untuk membeli game baru atau gadget. Mereka sangat menghargai dan menikmati inovasi
yang hadir tersebut.
Kata Kunci: Literasi, Gen Z, Media Sosial

PENDAHULUAN
Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada serangkaian kemampuan dan
keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan
masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa. Dalam bahasa Latin,
istilah literasi disebut sebagai literatus, artinya adalah orang yang belajar.
Selanjutnya, National Institute for Literacy menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
literasi adalah kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan
memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan
masyarakat (wikipedia, 2023).
Education Development Center (EDC) juga turut menjabarkan pengertian dari literasi,
yakni kemampuan individu menggunakan potensi yang dimilikinya, dan tidak sebatas
kemampuan baca tulis saja. UNESCO juga menjelaskan bahwa literasi adalah seperangkat
keterampilan yang nyata, khususnya keterampilan kognitif dalam membaca dan menulis yang
terlepas dari konteks di mana keterampilan yang dimaksud diperoleh, dari siapa keterampilan
tersebut diperoleh dan bagaimana cara memperolehnya. Menurut UNESCO, pemahaman
seseorang mengenai literasi ini akan dipengaruhi oleh kompetensi bidang akademik, konteks
nasional, institusi, nilai-nilai budaya serta pengalaman. Kemudian, di dalam kamus online
Merriam—Webster, dijelaskan bahwa literasi adalah kemampuan atau kualitas melek
aksara di mana di dalamnya terdapat kemampuan membaca, menulis, dan mengenali serta
memahami ide-ide secara visual (Wikipedia, 2023).
Berdasarkan Pasal 28F Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
untuk memgembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia (dpr.go.id). Dalam era saat ini, sosial media
telah menjadi sumber berita utama bagi banyak orang. Khususnya Generasi Z, banyak
menggunakan media sosial. Tetapi, tidak semua berita yang tersebar di sosial media dapat
diandalkan kebenarannya. Literasi media sosial sangat penting untuk membantu generasi Z
dalam mengonsumsi berita di sosial media. Sosial media masih menjadi tempat yang mudah
untuk penyebaran berita palsu atau hoax. Generasi Z harus memahami bagaimana cara
memilih berita yang dapat dipercaya dan benar di sosial media. Mereka harus mampu
membedakan antara berita yang faktual dan berita palsu. Dengan memahami hal ini, generasi
Z dapat memilih sumber berita yang dapat dipercaya dan menghindari penyebaran informasi
yang salah. Generasi Z harus memiliki literasi media sosial yang baik, agar menjadi
konsumen media sosial yang kritis, cerdas, dan bertanggung jawab. Dengan meningkatkan
literasi media sosial, generasi Z dapat menggunakan media sosial dengan bijak dan dan
mendapatkan manfaat.
Di kutip dari berita Kemenko PMK (2021), meneurut Didik persoalan literasi masih
menjadi hal yang harus dibenahi di Indonesia. Berdasarkan survei yang dilakukan Program
for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-
operation and Development (OECD), Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara,
atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. Berdasarkan
masalah tersebut, pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) tengah merancang "Peta Jalan Pembudayan
Literasi Nasional". Deputi Didik menyampaikan, literasi memiliki makna yang luas. Ada
makna kemampuan memahami informasi, kemampuan berkomunikasi, ataupun kemampuan
baca tulis. Literasi juga bermakna kedalaman pengetahuan seseorang terhadap suatu subjek
ilmu pengetahuan. Beliau menyampaikan, kemampuan literasi perlu dimiliki untuk
meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Termasuk literasi kedaerahan menurutnya juga perlu
dimiliki. Karena itu, menurutnya, pembudayaan literasi harus dilakukan.
Darurat literasi di Indonesia harus diatasi secara sistematis dan melibatkan semua pihak
agar mampu mengakselerasi peningkatan kemampuan literasi anak bangsa secara nyata.
Berdasarkan hasil Asesmen Nasional (AN) tahun 2021, Indonesia saat ini sedang mengalami
darurat literasi, yakni satu dari dua peserta didik jenjang SD sampai SMA belum mencapai
kompetensi minimum literasi.
Sejumlah langkah terobosan, seperti penyediaan buku dan tenaga pustakawan di lembaga
pendidikan dalam upaya peningkatan literasi yang dilakukan pemerintah harus konsisten
dilakukan. Selain itu, pihak swasta dan masyarakat juga harus berkolaborasi dengan
pemerintah dalam penyediaan bahan bacaan yang bermanfaat bagi para peserta didik. Dengan
penguatan dari sisi ketersediaan bahan bacaan dan peningkatan minat baca para peserta didik
yang konsisten. (Publikasi MPR, 2023)
Secara etimologis, istilah literasi berasal dari kata latin “literatus” yang berarti
pembelajar, (Sevima, 2020). Dalam hal ini literasi dikaitkan dengan proses membaca dan
menulis. Literasi merupakan kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami
informasi melalui proses membaca dan menulis. Dalam perkembangannya, pengertian literasi
selalu berkembang sesuai dengan tantangan zaman. Sebelumnya, pengertian literasi adalah
kemampuan membaca dan menulis. Saat ini istilah literasi mulai digunakan dalam arti yang
lebih luas. Meluasnya ke kegiatan budaya yang berkaitan dengan masalah sosial dan politik.
Saat ini, istilah “literasi” memiliki banyak variasi, seperti literasi media, literasi komputer,
literasi sains, literasi sekolah, dan lain-lain.
Berdasarkan uraian diatas, maka literasi sangat penting untuk generasi Z, baik yang
sedang menempuh pendidikan maupun tidak. Mereka itulah yang lahir diantara tahun 1996 –
2012, (Business Insider, 2021). Mereka yang lahir pada tahun tersebut, rata-rata saat ini
sudah menginjak remaja atau sedang duduk di bangku kuliah. Besar dari mereka telah
menyelesaikan pendidikan menengah dan tinggi dan hingga sudah menjadi bagian dari
workforce pada saat ini, (Luqman Hafidz, 2022). Sebagai Mahasiswa generasi Z kita perlu
mempraktikkannya hingga nanti timbul lah menjadi kebiasaan. Pada diri mereka ini rentan
mengalami tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi dibandingkan generasi
sebelumnya. Perlu dicatat bahwa mereka memiliki kelemahan, yaitu ketergantungannya pada
teknologi digital.
Teknologi tidak dapat diabaikan dan tidak dapat dijadikan pilihan. Nyatanya, teknologi
telah merambah di segala sektor kehidupan. Dalam aspek pendidikan, peranan teknologi yang
saat ini begitu terasa adalah beralihnya sistem pembelajaran konvensional menjadi sistem
pembelajaran digital. Meskipun perkembangan teknologi merupakan hal yang pesat dalam
kehidupan, kedudukannya dalam dunia pendidikan serta peranannya masih terpengaruh
dengan teori-teori dalam pendidikan, seperti teori-teori pembelajaran.Dalam
mengintegrasikan teknologi ke dalam desain instruksional, Ellis dan Goodyear (2010)
menyatakan bahwa instruktur yang memiliki pemahaman tentang bagaimana siswa belajar
lebih mampu membuat pilihan berdasarkan informasi sehubungan dengan jenis teknologi
yang akan digunakan dan integrasinya ke dalam kurikulum. Kebutuhan untuk mengadopsi
teori belajar untuk desain pedagogis yang baik dijabarkan lebih lanjut oleh Mayes dan de
Freitas (2013) yang mengemukakan bahwa perlu adanya pedoman tentang bagaimana menilai
apakah proses belajar dan mengajar akan benar-benar mencapai hasil belajar yang diinginkan.
Mereka menunjukkan bahwa hasil yang diinginkan pertama-tama harus didefinisikan, diikuti
oleh pedagogi yang dipandu oleh teori belajar dan asumsi yang mendasarinya dalam
pemilihan kegiatan yang memungkinkan siswa mencapai hasil belajar.
Sosmed adalah suatu bentuk aplikasi yang di buat dari berbagai delevopment /
pengembang perusahaan yang berbeda dan dengan pencipta yang berbeda, yang terus ada
suatu pembaharuan dari sosial media itu atau bisa di sebut sosmed, sosmed rata-rata di
gunakan oleh masyarakat umum yang ada di Negara Indonesia ini, sosmed ini mayoritas di
gunakan oleh kalangan remaja dan dewasa, sampai anak-anak juga menggunkan sosmed,
tidak kalah orang tua juga tidak ketiggalan gaul untuk menggunkan sosmed, sosmed
mempunyai nama yang berbeda-beda , rata-rata sosmed menghubungkan orang yang berada
di bumi, bukan hanya orang Indonesia berhubungan dengan orang Indonesia saja tetapi juga
terjadi antar orang Indonesia dengan orang luar negeri.
Pengertian literasi secara sederhana dapat dipahami sebagai literasi, kemampuan
membaca dan menulis, serta kemahiran membaca dan menulis. Namun hal tersebut tidak lagi
berlaku saat ini karena kebutuhan pengetahuan setiap individu sangat berbeda-beda. Nur
Widayani dkk (2016) dimana literasi berkembang menjadi kemampuan membaca, menulis,
berbicara, mendengarkan dan menggunakan teknologi.
Kebutuhan akan pengetahuan yang lebih dalam bidang pendidikan di Indonesia saat ini
memperluas makna literasi. Dalam perkembangannya, literasi dalam berbagai bidang
keilmuan menggunakan beragam media sebagai alat komunikasinya, dan pemaknaan
terhadap pemahaman kritis tidak hanya dipraktikkan diungkapkan dengan menggunakan
media berupa bahasa cetak. Pemahaman bahasa lebih baik melalui berbagai media seperti
gambar, video, film, pertunjukan dan 11 media lain yang mendukung literasi. Bosman dalam
Yunus Abidin dkk (2017: 2) mencontohkan Encyclopedia Britannica yang dikenal di media
cetak selama 244 tahun, kini telah menjelma menjadi kamus versi online yang didukung
komponen multimedia.
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2004), buta huruf didefinisikan sebagai
keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan tidak hanya untuk dapat hidup secara
finansial tetapi juga diperlukan untuk berkembang secara sosial, ekonomi dan budaya dalam
kehidupan modern”. Dengan adanya pernyataan tersebut bertujuan pada kemampuan
seseorang untuk berkembang dalam bidang sosial, ekonomi, dan budaya dari proses literasi.
Gen Z atau generasi z adalah seluruh generasi yang lahir mulai tahun 1996 hingga 2012.
Artinya, Gen z adalah generasi setelah milenial. Jadi, pada tahun 2022 ini, anak-anak yang
berusia 9-26 tahun termasuk ke dalam gen z. Namun demikian, sejumlah lembaga seperti
badan statistik Kanada, agensi Sparks and Honey, Mccrindle Research Centre mengatakan
bahwa gen z adalah generasi yang lahir mulai tahun 1995.
Gen z disebut juga dengan iGeneration. Sebutan itu terinspirasi dari nama-nama produk
teknologi terkemuka di dunia, yakni Apple. Jadi, iGeneration maksudnya adalah generasi z
adalah generasi internet yang memanfaatkan internet dan teknologi untuk menjalani
kehidupan.
Generasi z ini memiliki keunggulan mampu melakukan multitasking alias bisa
melakukan berbagai kegiatan dalam satu waktu, misalnya menggunakan komputer,
memainkan sosial media, dan mendengarkan musik dalam satu waktu yang sama. Hal itu
dikarenakan gen z sudah menjumpai teknologi sejak lahir sehingga mampu mengaplikasikan
teknologi dengan maksimal.
Media sosial adalah media yang ada di internet yang dapat memberikan kelebihan untuk
penggunanya agar dapat berkomunikasi, berbagi, bekerja sama atau berinteraksi sesama
pengguna media sosial media lainnya sehingga dapat terbentuk ikatan virtual antar pengguna.
Layanan yang disediakan oleh setiap website jejaring sosial berbeda-beda. Tetapi biasanya
layanan yang ada di jejaring sosial yaitu chatting, email, berbagi pesan (messaging), berbagi
foto atau video, blog, forum diskusi (Kindarto, 2010).
Sejak awal diciptakan, media sosial diperuntukkan sebagai wadah bagi para
penggunanya agar dapat dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan bertukar informasi dan
ide di komunitas dan jejaring virtual. Media sosial menjadikan pola perilaku masyarakat
mengalami pergeseran baik budaya, etika dan norma yang ada, meliputi penduduk yang besar
dengan berbagai kultur suku, ras dan agama yang beraneka ragam, serta memiliki banyak
sekali potensi perubahan sosial (Wikipedia, 2023).
Selain itu, media sosial merupakan alat yang sangat cocok untuk melakukan pemasaran.
Dengan segala kemudahan untuk mengakses berbagai penjuru tempat hanya melalui berbagai
macam gadget yang dapat memudahkan pemasar untuk berkomunikasi dengan konsumen
lebih dekat. Segala kenyamanan yang kita dapatkan melalui media sosial ini bisa
mengakibatkan perkembangan pesat pemakaiannya (Puntoadi, 2011).
Berdasarkan uraian di atas dengan judul Pentingnya Literasi Generasi Z Dalam
Konsumsi Berita di Sosial Media maka dinyatakan Literasi adalah kemampuan dan
keterampilan individu dalam berbagai bidang, seperti membaca, menulis, berbicara,
menghitung, dan memecahkan masalah. Literasi media sosial sangat penting untuk membantu
generasi Z dalam mengonsumsi berita di sosial media. Pemerintah melalui Kementerian
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) saat ini
tengah merancang "Peta Jalan Pembudayan Literasi Nasional" untuk meningkatkan kualitas
SDM Indonesia. Literasi harus ditingkatkan karena literasi memiliki makna yang luas, seperti
kemampuan memahami informasi, kemampuan berkomunikasi, ataupun kemampuan baca
tulis. Literasi juga bermakna kedalaman pengetahuan seseorang terhadap suatu subjek ilmu
pengetahuan. Sangat penting literasi untuk generasi Z, baik yang sedang menempuh
pendidikan maupun tidak. Dalam aspek pendidikan, peranan teknologi saat ini terasa
beralihnya sistem pembelajaran konvensional menjadi sistem pembelajaran digital.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif-
induktif. Pendekatan ini menggunakan metode kualitatif yang berfokus pada kajian pustaka
atau library research. Penelitian ini bermaksud untuk mengeksplorasi data melalui buku-buku
referensi dan jurnal penelitian dan analisis dilakukan secara bersamaan. Data sangat penting
dalam sebuah penelitian. Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah
sumber referensi dari buku-buku, jurnal, dan penelitian relevan. Berbagai sumber tersebut
dipilih karena dianggap berkaitan dengan penelitian mengenai literasi media pada generasi
milenial di era digital. Selainitupenelitianini juga memasukkan data dari sumber berita yang
ada di beberapa media massa, diantaranya Kompas dan Tempo. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua cara, yaitu
Dokumentasi dan studi pustaka.
Pada penelitian ini akan digunakan teknik analisis kualitatif induktif yang dilakukan
untuk mengeksplorasi dan menganalisis fokus penelitian. Teknik ini merujuk pada metode
analisis yang interaktif dan lebih secara konseptual untuk menemukan, mengidentiikasi,
mengelola, dan menganalisis dokumen dan pustaka untuk memahami makna yang
sebenarnya. Sesuai dengan sifat dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini, maka data
yang diperoleh akan dianalisis dengan tahapan, yaitu Reduksi data yang meliputi proses
pemilihan, penyajian data berupa penampilan sekumpulan informasi yang tersusun sehingga
memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan, penarikan kesimpulan atau verifikasi data
penelitian, dan peneliti juga akan melakukan triangulasi data berupa perbandingan hasil
penelitian dengan realitas atau fenomena sebelum menarik suatu kesimpulan.
Analisis data dilakukan dengan menemukan, mengumpulkan, dan mengkomparasikan
secara kualitati berbagai temuan-temuan yang didapatkan. Temuan hasil penelitian ini akan
dilakukan secara komprehensi serta mengkaitkannya dengan berbagai konsep dan kajian
literature atau pustaka yang berkaitan. Hasil penelitian diharapkan dapat menemukan dan
melihat perkembangan literasi media pada generasi milenial di era digital, khususnya melalui
media sosial di Indonesia.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gen Z pada Era digital
Maksud dari perilaku adalah mengacu pada tindakan dan perkataan seseorang yang dapat
diamati, digambarkan, dan dicatat oleh orang lain atau orang yang melakukannya (Arifin,
2015). Komunikasi merupakan hal yang penting bagi manusia, bahkan kualitas hidup
manusia ditentukan oleh pola komunikasi yang dilakukannya (Takariani, 2011). Dahulu
masyarakat cenderung mengandalkan komunikasi tatap muka untuk menyampaikan pesan
kepada orang lain dalam kehidupan sosialnya. Teknologi internet berkembang pesat dan
membawa perubahan dalam interaksi komunikasi dan tatanan komunikasi antar manusia.
Dahulu hanya berbasis komunikasi tatap muka, namun kini sudah bergeser pada
penggunaan media khususnya internet (Takagliani, 2011). Sebelum generasi Milenial dan
Gen Z terbiasa dengan gadget, mereka lebih mengandalkan komunikasi tatap muka
dibandingkan interaksi media sosial di lingkungan sosial. Dampak perkembangan komunikasi
tidak lepas dari perkembangan teknologi yang menjadi bagian dari komunikasi publik. Aspek
terbesar dari teknologi adalah lahirnya era digital yang memungkinkan penggunaan teks dan
kode secara bersamaan terbagi dalam proses produksi, distribusi, dan pelestarian (Syahputra,
2017).
Milenial dan Gen Z merupakan generasi yang akan menggantikan pemimpin masa kini.
Perubahan perilaku juga akan menentukan arah masa depan negara. Selain itu, generasi
Milenial dan Gen Z semakin terlibat dalam penggunaan media sosial. Pola interaksi multiarah
inilah yang menggairahkan remaja untuk menggunakan media sosial sebagai aktivitas
interaksi sosial sehari-hari. Memang terdapat pergeseran mendasar di kalangan informan
mengenai pengalaman komunikasi generasi Milenial dan Gen Z seperti yang diungkapkan
para peneliti. Lihatlah kebiasaan digital yang ditemukan peneliti di antara 10 responden
Milenial dan Gen Z. Kebiasaan digital merupakan catatan berapa lama seorang informan
menggunakan suatu perangkat per hari.
Waktu putar minimum untuk kedua generasi adalah 4 jam, dan waktu putar maksimum
hingga 18 jam. Tingginya angka ini sungguh luar biasa, bagi salah satu informan kami yang
memainkan perangkat tersebut dalam waktu yang angat lama, hampir lebih dari setengah
hari. Gadget kini sudah menjadi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Seluruh informan
sepakat bahwa gadget diperlukan untuk pendidikan, pekerjaan, hiburan, dan aktivitas bisnis.
Kebutuhan untuk berbagi dimedia sosial. Ketika kita “berbagi” kehidupan kita secara online,
kita mendistribusikan materi digital tentang kehidupan kita kepada orang lain dan
mengomunikasikan kehidupan kita kepada khalayak luas).
Berdasarkan temuan penelitian, muncul beberapa tema perubahan perilaku komunikasi
berdasarkan pengalaman 10 informan. Fenomena perubahan perilaku komunikasi terungkap
melalui observasi mendalam dan wawancara. Pertama, peneliti menjelaskan dan
mengkategorikan perubahan perilaku komunikasi, khususnya yang terjadi di kalangan
Milenial dan Gen Z pada khususnya. Namun, setelah melakukan wawancara mendalam, kami
menemukan kesamaan antara pengalaman generasi Milenial dan Gen Z dalam hal
pengalaman berkomunikasi di era digital
Literasi Media di Era Digital
Di Indonesia sendiri, kegiatan literasi media sudah dikenal sejak tahun 2000-an seiring
dengan bermunculannya dampak media massa kepada khalayak. Saat itu media massa
menjadi bagian kehidupan yang akrab di kalangan masyarakat umumnya dan remaja
khususnya. Pertumbuhan dan perkembangan masyarakat bisa dipengaruhi dari segi mental
tidak hanya secara fisik. Segi mental bisa dilakukan melalui apa yang didapat dan baca dari
media massa. Namun, fenomena yang saat ini terjadi di tengah-tengah masyarakat
kita, mental masyarakat lebih banyak informasi dari media massa bahkan sering disuguhi
informasi yang belum jelas kebenarannya atau bisa kita katakana sebagai "racun informasi".
Hal ini bisa dilihat dari beberapa pemberitaaan terutama di media sosial yang sering
muncul menampilkan perilaku kekerasan, pencurian, kasus korupsi, pornografi, provokasi,
pelecehan, gaya hidup bahkan berita yang populer dikatakan sebagai berita hoax, yang jelas-
jelas tidak bernilai. Tidak saja di media sosial, tayangan media massa yang menarik bagi
masyarakat pun kurang karena dianggap tidak mencerminkan budaya
mereka. Padahal, idealnya, mental dan pikiran masyarakat dalam keseharian harus disuguhi
"makanan bergizi" dalam hal ini adalah informasi.
Interaksi Generasi Z Di Media Sosial
Adanya kehadiran generasi Z menyebabkan banyak pengguna internet di dunia ini
menjadi sangat tinggi pada saat ini. Disebabkan karena generasi Z mampu menguasai
bermacam-macam aplikasi, generasi Z juga memiliki perangkat digital lebih dari satu yang
dapat menghubungkan dengan internet. Kurang lebig ada delapan norma utama para generasi
Z berhubungan kuat dengan kebutuhan di internet. Kebebasan generasi Z adalah generasi
yang biasa dikenal suka dengan kebebasan. Mereka memiliki rasa percaya diri yang tinggi
untuk menentukan masa depan dan tidak ingin dikekang. Seperti, kontrak kerja dalam
pekerjaan dapat membuat jenuh dan berani memilih meninggalkan pekerjaan mereka dan
beralih dengan pekerjaan yang memberikan kebebasan bagi mereka.
Integritas, generasi Z peduli adanya nilai integritas seperti setia kepada komitmen,
keprihatinan, transparan dan kejujuran.Genarasi Z merupakan generasi yang punya rasa
toleransi yang begitu tinggi. Integritas tersebut mereka dapatkan karena internet yang
merupakan teman hidup generasi Z dan dapat menyediakan bermacam informasi tanpa batas.
Mereka dapat menggunakan komunitas-komunitas sosial dan dapat menemukan seperti
Facebook untuk memberitahu informasi kepada semua teman mereka. Kolaborasi, generasi Z
adalah kolaborator alami. Generasi Z berkolaborasi secara online dalam bermain video game
untuk multi user, menggunakan miling list, dan kelompok chat. Mereka saling
mempengaruhi melalui Tapscot (2009) sebagai N-Fluence network.
Internet dapat memberikan generasi Z kesempatan yang banyak untuk menghibur diri di
dunia online. Web menyediakan alat menyenangkan yang dapat dipilih,mencari sesuatu di
Google,tempat orang membaca judul-judul berita, memeriksa email, dan berkirim pesan
dengan orang lain. Bagi generasi Z, bekerja sangatlah menyenangkan dan pekerjaan dapat
memberikan kepuasan emosi. Kecepatan, generasi Z selalu mengutamakan kecepatan. Dalam
interaksi di ruang chat seperti, mereka saling berinteraksi dengan cepat. Pesan-pesan tersebut
yang dikirimkan melalui instan messenger secepat mungkin akan dibalas.
Generasi Z selalu ingin meng-update perangkat digital mereka, hingga rela menabung
uang jajan sekolah hanya untuk membeli game baru atau gadget. Mereka sangat menghargai
dan menikmati inovasi yang hadir tersebur. Kehadiran media sosial menjadi faktor pengaruh
tingginya konsumsi internet di kalangan generasi Z. Media sosial misalnya Youtube, Twitter,
Facebook, Whatsapp, Instagram menjadi media generasi Z menjalin minat serta pertemanan
sesama jejaring mereka. Ada hal yang tidak kalah penting juga untuk dipahami yaitu generasi
Z memiliki karakter manajemen kerja yang berbeda dengan generasi lainnya. Memiliki cara
pandang yang berbeda dan kemampuan jejaring yang luas dan kuat. Generasi Z cenderung
menyampaikan ide secara terang-terangan dan gagasan. Generasi ini terkadang menganggap
dunia kerja terlalu birokratis dan menghambat perkembangan potensi yang mereka miliki.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di atas, kesimpulannya adalah Fenomena perubahan
perilaku komunikasi terungkap melalui observasi mendalam dan wawancara. Pertama,
peneliti menjelaskan dan mengkategorikan perubahan perilaku komunikasi, khususnya yang
terjadi di kalangan Milenial dan Gen Z pada khususnya. dilihat dari beberapa pemberitaaan
terutama di media sosial yang sering muncul menampilkan perilaku kekerasan, pencurian,
kasus korupsi, pornografi, provokasi, pelecehan, gaya hidup bahkan berita yang populer
dikatakan sebagai berita hoax, yang jelas-jelas tidak bernilai. Generasi Z selalu ingin meng-
update perangkat digital mereka, hingga rela menabung uang jajan sekolah hanya untuk
membeli game baru atau gadget. Mereka sangat menghargai dan menikmati inovasi yang
hadir tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Moerdijat, 2023. Tingkat Literasi Indonesia Memprihatinkan, Kemenko PMK Siapkan Peta
Jalan Pembudayaan Literasi Nasional. https://www.kemenkopmk.go.id/tingkat-
literasi-indonesia-memprihatinkan-kemenko-pmk-siapkan-peta-jalan-pembudayaan-
literasi
Novrizaldi, 2021. Darurat Literasi Harus Segera Diatasi Bersama.
https://www.mpr.go.id/berita/Darurat-Literasi-Harus-Segera-Diatasi-Bersama
Muhaimin, et. al., Manajemen Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2009), 349.
Abidin, Yunus dkk. 2017. Pembelajaran Literasi: Strategi Meningkatkan Kemampuan
Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis. Jakarta: Bumi Aksara.
Kementerian Pendidikan Nasional (2004)
(Wikipedia, 2023) https://id.m.wikipedia.org/wiki/Literasi
(Wikipedia, 2023) https://id.m.wikipedia.org/wiki/Media_sosial
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (2016). Diakses pada 2
November 2023 dari https://www.dpr.go.id/jdih/uu1945
Kindarto, A. (2010). Efek Blogging Dengan Aplikasi Facebook. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Puntoadi, Danis. (2011). Meningkatkan Penjualan Melalui Media Sosial. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
(Sampoerna University, 2022). Mengenal Generasi Z Beserta Karakteristiknya
Sevima, (2020). Pengertian Literasi Menurut Para Ahli, Tujuan, Manfaat, Jenis dan Prinsip.
Diakses https://sevima.com/pengertian-literasi-menurut-para-ahli-tujuan-manfaat-
jenis-dan-prinsip/[12 November 2021]
Business Insider. (15 Maret, 2021). Generation Z News: Latest Characteristics, Research,
and Facts. Insider Inc. https://www.businessinsider.com/generation-z?IR=T
Luqman Hafidz, (2022). Talentics Insight: Analisis Tingkat Emosi Generasi Z di Dunia
Kerja. https://talentics.id/resources/blog/analisis-emosi/
Takariana, C. S. S (2011). Studi Eksplanatori Survei tentang pengaruh Chatting memalui
Facebook terhadap Komunikasi Tatap Muka Remaja dalam Keluarga di Provinsi Jawa
Barat dan Banten. Jurnal Penelitian Komunikasi, 14(2), 128.
Triantoro, D. A. (2019). Konflik Sosial dalam Komunitas Virtual di Kalangan Remaja.
Jurnal Komunikasi, 13(2), 135-150.
https://doi.org/10.20885/komunikasi.voll3.iss2.art2
Syahputra, I. (2017). Paradigma Komunikasi Profektif Gagasan dan Pendekatan. Simbiosis
Rekatama Media,
Arifin, B. S (2015). Psikologi Sosial. Pustaka Setia.
Adiarsi, G. R., & Silsa, H. (2018). Fenomena Bergabungnya Anak Muda Jakarta ke dalam
Organisasi Sinergi Muda Secara Suka Rela. Profetik: Jurnal Komunikasi, 11(2), 99.
https://doi.org/10.14421/pjk.v11i2.1474
Sari, S (2019). Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial. Jurnal
Profesional FIS UNIVED Vol.6 No.2

Anda mungkin juga menyukai