Anda di halaman 1dari 9

REMAJA CAKAP MEMBACA

Oleh :

Perkembangan teknologi saat ini sangat masif di dunia. Data


dari we are social menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia saat ini
73,7% menggunakan internet (Social, 2021). Perkembangan zaman
utamanya dalam hal teknologi seringkali tidak sama dengan realitas
masyarakat yang terkadang banyak ketidaksiapan dalam
menghadapi perkembangan tersebut. Kesenjangan digital masih
banyak di alami masyarakat Indonesia (Ariyanti, 2013). Literasi digital
menjadi sebuah hal yang amat penting di era milenial seperti sekarang
ini. Secara umum yang dimaksud dengan literasi digital adalah
kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK),
untuk menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membuat
dan mengkomunikasikan konten/informasi, dengan kecakapan kognitif
maupun teknikal (Syaripudin et al., 2020). Tantangan pun muncul
dalam berbagai sektor teknologi, termasuk dalam Literasi Digital.
Permasalahan-permasalahan seperti sosial, pendidikan, dan ekonomi
menjadi beberapa permasalahan yang tengah dihadapi masyarakat di
daerah tersebut. Permasalahan utama adalah sosial, kondisi pandemi
Covid-19 menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi
masyarakat. Protokol Kesehatan pun harus diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat menjadikan segala aktivitas perlu mengurangi
kontak antar individu. Disisi lain permasalahan pendidikan juga
menjadi permasalahan yang dihadapi para remaja milenial.
Penyesuaian kegiatan pembelajaran yakni dari yang awalnya tatap
muka menjadi online, menjadikan perlunya kecakapan dalam
menggunakan teknologi dalam pelaksanaan pembelajaran.
Kecakapan dalam proses pembelajarn berdasarkan penelitian
sebelumnya juga banyak menjadi sorotan (Hazizah et al., 2021).
Serta permasalahan lain yang mengiringinnya adalah permasalahan
ekonomi, penyesuaian kebiasaan baru di era pandemi seperti
pengurangan pegawai akibat penurunan produktivitas perusahaan
selama pandemi menjadi masalah yang juga perlu diselesaikan.
Pemahaman tentang informasi hoaks berdasarkan penelitian sebelumnya
bagi anak remaja memang sebenarnya pada taraf bagus, akan tetapi
mereka cenderung mendiamkan apabila memperoleh informasi yang
terindikasi hoaks (Dyatmika et al., 2021).Dengan adanya penyuluhan
mengenai Literasi digital dapat menjadisalah satu solusi dari berbagai
permasalahan yang tengah dihadapi masyarakat(Fajar, 2021). Mulai dari
permasalahan sosial, dengan adanya literasi digital ini
masyarakat dapat menyelesaikan permasalahan tersebut khususnya
permasalahan hoaks yang sering beredar di media sosial dan
terkadang mengaggagu kehidupan sosial masyarakat. Perlu adanya
pemahaman kepada masyarakat agara saring sebelum sharing informasi
(Simarmata et al., 2019). Selain itu edukasi untuk melaporkan
informasi yang terindikasi hoaks juga penting dilakukan (Mac, 2019).

Listerasi merupakan keterampilan seseorang dalam hal membaca,


menulis, berbicara, menghitung serta memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Secara umum literasi diartikan sebagai
keterampilan menerima informasi, mengolah informasi, serta
menyampaikan Kembali informasi yang diterimanya. Negara yang kita
cintai ini tengah mengalami krisis literasi. Bahkan sastrawan Taupik
Islamail menyampaikan bahwa bangsa Indonesia saat ini dalam kondisi
“Rabun Membaca dan Lumpuh Menulis”. Dengan kondisi demikian, yang
harus kita lakukan adalah mengatasi krisis literasi dimaksud. Generasi
baru bangsa Indonesia, atau lebih dikenal dengan sebutan generasi
milenial harus didoring dan dipacu untuk mampu menciptakan ide-ide
inovatif dan kreatif, salah satunya dengan terjun secara langsung
mengimplementasikan Gerakan Literasi Nasional yang kini tengah
digalakkan.
Keterampilan literasi perlu dikembangkan dan diintegrasikan dalam
kegiatan pembelajaran di kelas. Pengembangan literasi melalui
pendekatan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Literasi Berbasis Kelas
dilakukan melalui pengembangan metode pembelajaran, pengelolaan
kelas (pengelolaan peserta didik dan penciptaan lingkungan fisik kelas
kaya teks). Keterampilan literasi akan berkembang dengan baik bila guru
memahami literasi dalam arti luas. Dimensi literasi ini perlu diintegrasikan
secara utuh dalam keseluruhan kegiatan pembelajaran sehingga
pembelajaran menjadi pengalaman yang menyenangkan dan menantang
pemikiran kritis dan kreatif dari guru kepada peserta didik.

Pendekatan literasi lainnya dapat dilakukan satuan Pendidikan


melalui Literasi berbasis budaya sekolah. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
membangun atmosfer sekolah dalam mendukung terbangunnya budaya
literasi bagi warga sekolah. Lingkungan sekolah yang merangsang
budaya literasi dibentuk dengan melibatkan seluruh warga sekolah.
Budaya literasi dapat dibangun dengan menciptakan lingkungan sekolah
ramah literasi, membangun budaya membaca kritis dan menulis kreatif,
serta festival literasi. Salah kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan
mengembang satuan Pendidikan yang ramah lierasi antara lain melalui
pojok baca, pemberian label pada setiap tanaman di sekitar sekolah atau
kegiatan lainnya. Melalui lingkungan sekolah ramah literasi dapat
digunakan untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang literat.
Ekosistem pendidikan yang dimaksud adalah lingkungan yang
menyenangkan dan ramah bagi warga sekolah, menumbuhkan semangat
belajar, menunjukkan empati, peduli, dan menghargai sesama,
menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan,
memampukan cakap berkomunikasi, berkontribusi kepada lingkungan
sosial dan mengakomodasi partisipasi seluruh warga sekolah dan
lingkungan eksternal.

Literasi baca tulis merupakan urutan pertama dalam hal


keterampilan literasi. Melalui keterampilan literasi baca tulis kaum milenial
harus mampu memiliki kemampuan memahami isi serta makna naskah
tertulis. Jika kaum milenial sudah memiliki kemampuan ini, maka dengan
sendirinya mereka akan cukup terbantu jika pada saat tertentu harus
menuangkan gagasan dan ide ke dalam tulisan. Oleh karena itu,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerapkan salah satu konsep
literasi dengan “Membaca 15 menit” pada pagi hari menjelang kegiatan
belajar di kelas.

Keterampilan literasi kedua adalah literasi numerasi. Literasi


numerasi menuntut kaum milenial memiliki kecakapan dalam
menggunakan berbagai macam simbol yang terkait dengan Matematika
Dasar. Kemampuan ini bertujuan untuk memecahkan masalah praktis
dalam kehidupan sehari-hari seperti menganalisis informasi yang
ditampilkan dalam bentuk grafik, tabel, dan bagan.

Jenis keterampilan literasi ketiga adalah literasi sains. Literasi sains


dapat diartikan sebagai pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk mampu
mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru,
menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasar fakta,
memahami karakteristik sains, kesadaran bagaimana sains dan teknologi
membentuk lingkungan alam, intelektual, dan budaya, serta kemauan
untuk terlibat dan peduli terhadap isu-isu yang terkait sains. Literasi sains
memiliki tujuan agar kaum milenial memiliki kemampuan untuk memahami
fenomena alam dan sosial di lingkungan sekitar kita.

Literasi finansial merupakan keterampilan literasi yang keempat.


Literasi finansial adalah pengetahuan dan kecakapan untuk
mengaplikasikan pemahaman tentang konsep dan risiko, keterampilan
agar dapat membuat keputusan yang efektif dalam konteks finansial untuk
meningkatkan kesejahteraan finansial, baik individu maupun sosial, dan
dapat berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat. Implementasi literasi
finansial dapat dilakukan kepada peserta didik dengan mengajak mereka
untuk berpikir kritis mengenai bagaimana menemukan hubungan antara
bagaimana usaha menghasilkan uang, membelanjakan, menyimpan, dan
mendonasikan uang tersebut. Keterampilan yang dapat dilatihkan kepada
mereka antara lain mengajak mereka untuk membuat perencanaan
keuangan sendiri. Bagaimana mereka merencanakan uang pemberian
orang tuanya untuk membeli barang kebutuhannya bukan barang
keinginannya.

Keterampilan literasi yang kelima adalah iterasi digital. Literasi


digital adalah keterampilan teknis mengakses, merangkai, memahami,
dan menyebarluaskan informasi. Literasi digital tujuan untuk membangun
kemampuan milenial dalam memahami zaman di era digital saat ini.
Literasi digital dibutuhkan untuk memperoleh atau menyaring informasi
yang tidak terbendung banyaknya. Sejalan dengan konsep lietarsi digital,
Kementerian Pendidikan terus dengan giatnya melakukan upaya
pemenuhan sarana Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada
semua jenjang satuan Pendidikan.

Keterampilan literasi yang keenam adalah literasi budaya dan


kewargaan. Literasi budaya dan kewargaan adalah kemampuan dalam
memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara. Dengan demikian
budaya dan kewargaan merupakan kemampuan individu dan masyarakat
dalam bersikap terhadap lingkungan sosialnya sebagai bagian dari suatu
budaya dan bangsa. Melalui literasi ini, milenial dituntut agar memiliki
kemampuan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara
mencakup pula kemampuan akan keberagaman suku, bahasa, adat
istiadat, kepercayaan, dan berbagai perbedaan lainnya.

Penerapan 6 (enam) keterampilan literasi secara kompreshensip dan


terpola di satuan pendidikan, lambat laun secara pasti maka targer profil
Pelajar Pancasila menjadi semakin nyata. Oleh karena itu satuan
Pendidikan, khususnya sekolah dasar terus secara bertahap
dikembangkan pola-pola pembinaan dalam pemenuhan profil Pelajar
Pancasila. Sehingga pada gilirannya “Pelajar Pancasila” yang merupakan
perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang
memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila, dengan enam ciri utama memiliki karakter: beriman, bertakwa
kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global,
bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif, dapat terwujud.

Dengan kondisi telah terbentuknya “Profil Pelajar Pancasila” serta


dimiliknya keterampilan literasi yang tertanam dan tumbuh pada peserta
didik kita sebagai generasi milenial, maka sangat yakin bahwa generasi
milenial akan mampu berpikir menjaga keseimbangan alam yang kaya
dan indah di bumi nusantara ini. Maka dapat dipastikan sumber daya
alama yang kaya dan indah akan tetap terjaga dan menjadi destinasi
wisata. Dengan dimilikinya keterampilan literasi digital, generasi milenial
akan mampu mengembangkan konten promosi melalui website atau video
vlog, dan lain sebagainya.

Dimilikinya keterampilan literasi finansial pada Pelajar Pancasila, maka


bisa dipastikan pula mereka akan memiliki jika enterpreunership yang
mampu mengelola potensi wisata. Pada gilirannya mereka mampu
mengatur perputaran uang. Keterampilan literasi budaya dan dan
kewargaan yang mereka miliki, maka mereka akan mampu menjaga
keberagaman budaya sebagai potensi kebhinekaan yang harus tetap
lestari di bumi pertiwi dan menjadi daya tarik dunia.

Peningkatan Literasi Digital di Lingkungan Sekolah dapat dilakukan


dengan cara penambahan bahan bacaan literasi digital di perpustakaan,
penggunaan aplikasi-aplikasi edukatif sebagai sumber belajar warga
sekolah, penyediaan situs-situs edukatif sebagai sumber belajar warga
sekolah, dan pembuatan mading sekolah dan mading kelas. Kita terus
meningkatkan literasi digital untuk menyiapkan masyarakat terutama para
siswa agar menggunakan internet dengan baik, aman, bertanggung
jawab, bebas dari misinformasi dan disinformasi, memerangi hoaks berita
bohong. Baca juga: Daring Menyenangkan dengan Crossword Puzzle
Literasi Digital yang baik akan mendorong pemantapan teknologi digital ke
arah yang positif, meningkatnya produktivitas, pembelajaran jarak jauh,
mendorong kegiatan sosial, filantropi, penggalangan donasi untuk
kemanusiaan, meningkatkan gerakan kepedulian, solidaritas dan gotong
royong. Dahulu, memiliki kemampuan dasar bisa membaca dan menulis
mungkin sudah cukup, sekarang, setiap orang yang terkoneksi ke internet,
juga dituntut untuk memiliki kecakapan digital. (ips2/ton)

permasalahan pendidikan juga dapat diselesaikan dengan


adanya pengetahuan mengenai literasi digital pada individu,
pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran jarak jauh menjadi poin
utama, bagaimana dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dalam
jaringan, kemudian bilamana kurang paham materi dimana
harusmengakses materi materi tambahan, hingga pantauan
kehadiran anak dalam kegiatan pembelajaran bagi orang tua.
Apalagi saat ini banyak konten di mediaonlineyang terkadang bisa
memberikan dampak yang positif maupun negatif (Wisnubrata, 2020). Sisi
positif yang dapat diperoleh dari media onlinesebenarnya banyak sekali
mulai dari proses penyampaian pesan dakwah sampai dapat
digunakan sebagaimedia pembelajaran (Cahyono & Hassani, 2019).
Terakhir adalah permasalahan ekonomi, adanya literasi digital dapat
menjadi solusi terpadu untuk membangkitkan perekonomian,
pengetahuan mengenai online shop, bagaimana cara kerjanya,
manajemen publikasinya agar menarik konsumen, dan pemanfaatan
lainnya.Hal tersebut dikarenakan konten yang ada di media online
dapat memberikan pengaruh yang signifikankepada khalayak (David et
al., 2017).Target luaran dari kegiatan ini diharapkan peserta dapat lebih
memehami mengenai literasi digital, utamanya dalam rangka
pemanfaatan teknologi diberbagai aspek, peserta diharapkan dapat
menguasai beberapa software/aplikasi dalam rangka menunjang
pemanfaatan tersebut seperti diantaranya, aplikasi penunjang
kesehatan seperti halo dokter, pengecekan tekanan darah, kemudian
aplikasi perpustakaan online hingga google scholaruntuk menunjang
pembelajaran, serta aplikasi editing gambar untuk pemasaran
produkdalamrangka peningkatan ekonomi.Hal tersebut dikarenakan
literasi digital saat ini sangat penting bagi masyarakat terutama
masyarakat milenial agar lebih melek terhadap teknologi (Yodiansyah,
2017).
REFERENSI

https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/abdimas/article/view/10957/0

http://jurnal.unissula.ac.id › article ›

https://media.neliti.com/media/publications/167387-ID-peran-orangtua-
dalam-krisis-remaja.pdf

Anda mungkin juga menyukai