Untuk mencapai sebagai negara maju dibutuhkan persyaratan. Hal ini tidak datang
tiba-tiba. Salah satunya yaitu dibutuhkan kualitas sumber daya manusia yang baik. Ucapan
tersebut dikatakan oleh Sri Mulyani, Menteri keuangan Indonesia tahun 2020. Kalimat
tersebut tentu berdasar pada fakta dari hasil sensus penduduk oleh BPS tahun 2020 yang
menunjukkan bahwa penduduk Indonesia saat ini didominasi oleh kelompok generasi Z dan
milenial. Jumlah pendudukgenerasi Z (berusia 8-23 tahun) sebanyak 75,49 juta atau 27,94%
dari total 270,20 juta penduduk Indonesia, sedangkan penduduk milenial (berusia 24-39
tahun) mencapai 69,90 juta (25,87%). Indonesia akan diisi oleh generasi yang memiliki usia
produktif dalam jumlah yang mayoritas di antara usia penduduk sekarang masih jenjang
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA)
(Abi, 2017). Pada tahun 2045, diprediksi bahwa angka penduduk usia produktif dapat
mencapai 70%, sedangkan 30%-nya merupakan penduduk dengan usia yang tidak produktif.
Dengan pengklasifikasian tersebut, Indonesia memiliki bonus demografi pada tahun 2045
nanti. Tentunya bonus demografi ini harus disikapi dengan baik agar kedepannya tidak terjadi
bencana demografi seperti pengangguran dan kesenjangan.
Indonesia Emas 2045 telah menjadi impian bangsa Indonesia untuk mewujudkan
negara maju yang dapat menyelesaikan masalah-masalah mendasar seperti kemiskinan,
pendidikan, kesehatan dan lainnya. Kunci untuk mewujudkan Indonesia emas berada pada
sumber daya manusia, khususnya pemuda. Pada 24 tahun mendatang, generasi muda yang
sekarang berada di bangku sekolah akan memegang kendali keputusan pembangunan bangsa.
Sehingga perlu upaya-upaya untuk mewujudkan generasi emas 2045.
Salah satu upaya mewujudkan generasi emas yaitu dengan peningkatan mutu
pendidikan. Dalam peningkatan mutu pendidikan, diperlukan Upaya peningkatan literasi
pada pelajar (Siti Wahyuni dan Ahmad Pramudiyanto, 2017). Sayangnya, budaya baca di
Indonesia masih menjadi suatu andai-andai belaka. Minimnya literasi yang terjadi saat ini
menjadi masalah yang sangat serius. Menurut hasil penelitian program penilaian pelajar
internasional (PISA) 2015 yang menyatakan bahwa kemampuan membaca siswa Indonesia
peringkat 69 dari 76 negara yang disurvei. Kemudian, Badan pusat Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) UNESCO mencatat indeks minat baca di Indonesia mencapai 0,001. Artinya,
pada setiap 1.000 orang, hanya ada satu orang yang punya minat membaca. Masyarakat di
Indonesia rata-rata membaca nol sampai satu buku per tahun. Kondisi ini lebih rendah
dibandingkan penduduk di negara-negara anggota ASEAN lainnya, yang membaca dua
sampai tiga buku dalam setahun.
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa tingkat minat baca di Indonesia saat ini
sangatlah rendah. Bangsa Indonesia masih mengandalkan apa yang dilihat dan didengar
dalam berpikir, bersikap, dan bertindak (Siti Wahyuni dan Ahmad Pramudiyanto, 2017).
Menurut Kepala Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan Badan Pemasyarakatan dan
Pengembangan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Yeyen
Muryani hal ini dikarenakan budaya masyarakat Indonesia yang lebih sering menonton
dibandingkan membaca apalagi menulis. Apalagi kasus Covid-19 mulai melanda Indonesia
pada Maret 2020. Sehingga mengharuskan belajar mengajar di sekolah terpaksa diliburkan
dan diubah menjadi belajar di rumah melalui pembelajaran daring atau jarak jauh. Sekolah
yang seharusnya wadah pembiasaan budaya baca malah menjadi tidak efektif karena pandemi
Covid-19. Padahal budaya baca Indonesia sudah minim dan sekarang malah harus
dihadapkan dengan pandemi Covid-19. Dengan alasan minimnya budaya baca, Kemendikbud
menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23
Tahun 2015 tentang pembiasaan membaca selama 15 menit sebelum belajar.
Selain itu, teknologi yang semakin berkembang sekarang ini memberikan kemudahan
untuk mengakses segala bentuk informasi kapan saja dan di mana saja (Safitral, 2018).
Informasi dan pengetahuan yang diperoleh melalui buku sekarang ini dapat diakses melalui
media apa saja. Misalnya, untuk mendapatkan informasi berita, masyarakat tidak harus
membeli koran tetapi dapat melalui media sosial. Selaras dengan teknologi yang terus
berkembang, hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) periode
2019-kuartal II/2020 mencatat, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 196,7 juta
jiwa. Jumlah ini meningkat 23,5 juta atau 8,9% dibandingkan pada 2018 lalu.
Teringat suatu peristiwa, kala Bung Hatta akan dipenjara, beliau berkata, “Aku rela
dipenjara asalkan bersama buku, karena dengan buku, aku bebas”. Hal ini buku dianggap
sebagai jimat yang membuat Bung Hatta menjadi kuat menjalani tekanan kolonial Belanda.
Lalu bagaimana dengan kita? Generasi yang dilahirkan dengan kemajuan teknologi yang
pesat dan serba cepat. Sebagai generasi muda yang akan menyongsong generasi emas 2045,
kita harus terbiasa dengan membaca dan mengakses informasi dari berbagai media elektronik
maupun tertulis. Perpustakaan merupakan garda terdepan dalam pembinaan budaya literasi,
jangan sampai orang-orang terpelajar kita terjerumus dalam kesalahpahaman seperti hoax
karena kurangnya kemampuan literasi.
Saat ini gadget merupakan alat yang sangat dengan generasi muda, oleh karena itu
sebagai mahasiswa yang melek teknologi dan terbuka akan perubahan untuk mendukung
budaya literasi di sekolah, upaya yang dapat dilakukan adalah dengan membuat dan
menerapkan aplikasi LIDI (Literasi Digital). Aplikasi ini praktis dan di dalamnya terdapat
program literasi yang tidak hanya membaca saja, akan tetapi juga menulis. Untuk program
membaca, terdapat berbagai macam fitur buku online seperti: majalah, cerita sains, ilmiah,
maupun buku fiksi, dan berita terkini. Pada aplikasi ini terdapat fitur yang dapat mengetahui
berapa buku yang telah dibaca dan kata-kata motivasi yang dapat meningkatkan semangat
membaca serta belajar siswa. Di sini guru juga dapat memantau perkembangan siswa dengan
melihat berapa buku yang telah dibaca oleh siswa.
Selain fitur membaca, pada aplikasi ini juga terdapat fitur menulis resume dan ulasan
buku yang dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan menulis dan berpikir kritis
yang mengekspresikan emosi dan proses kognitif untuk mengorganisasikan ide-idenya
setelah membaca. Guru juga dapat membaca serta memberikan umpan balik terhadap ulasan
siswa. Dengan tanggapan oleh guru, diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
serta mengurangi kesalahpahaman yang diterima siswa. Bentuk umpan balik ini juga dapat
ditanggapi kembali oleh siswa sehingga dapat terjadi diskusi dua arah yang sangat membantu
pemahaman serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Selain itu, pada aplikasi ini
dikembangkan agar menjadi interaktif dengan menambahkan fitur chat grup yang dapat
digunakan siswa untuk mendiskusikan sebuah buku atau bahan bacaan lainnya.
Pelaksanaan penggunaan aplikasi ini tentunya akan dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan tidak lepas dari dukungan berbagai elemen seperti guru,orang tua, pemerintah,
sekolah dan masyarakat. Penggunaan aplikasi ini dapat dikembangkan oleh guru dengan
memperhatikan peserta didik secara berkala dan tetap menjaga respons baik dengan siswa
agar siswa tidak menjadi bosan. Orang tua juga turut berperan aktif dalam mengawasi
kegiatan membaca anak selama di rumah. Masyarakat sebagai agen sosialisasi berupaya
untuk meningkatkan partisipasi dan penerapan aplikasi ini melalui media massa. Selain itu,
pelaksanaan aplikasi secara berkelanjutan dan rutin didukung dengan kebijakan dan
dukungan dari pemerintah akan mampu meningkatkan budaya baca pada generasi muda.
Aplikasi ini diharapkan dapat membantu menyongsong generasi Indonesia emas 2045
serta meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, karena kualitas pendidikan sangat
penting dalam menentukan kualitas bangsa, di mana proses pendidikan bergantung pada
kemampuan dan kesadaran literasi. Budaya literasi yang tertanam pada siswa akan
mempengaruhi tingkat keberhasilannya baik di sekolah maupun di masyarakat nanti.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! (Soal dan jawaban)
Jawaban.
Jawaban
1. Lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, termasuk di
dalamnnya manusia dan perilakunya yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya (Undang-Undang No. 23
Tahun 1997).
2. Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya.
3. Komponen biotik adalah komponen yang terdiri atas makhluk hidup, terdiri atas
tumbuhan, hewan, manusia, dan mikroorganisme. Adapun komponen abiotik adalah
komponen yang tidak hidup, terdiri atas tanah, air, udara, cahaya matahari, topografi,
dan iklim.
4. Karena air berperan sebagai pelarut zat-zat dalam tubuh, sistem pengangkut, dan
tempat berlangsungnya reaksi-reaksi biokimia di dalam tubuh. Selain itu, air juga
berperan sebagai tempat hidup organisme perairan.
5. Cahaya matahari dibutuhkan tumbuhan hijau untuk proses fotosintesis, kemudian
hasil foto sintesisnya digunakan oleh hewan dan manusia sebagai sumber makanan.
Selain itu, juga memengaruhi suhu bumi sehingga menjadi sesuai untuk kehidupan
sebagai makhluk hidup.
6. Tumbuhan hijau disebut organisme autotroph karena memiliki klorofil, membuat
tumbuhan hijau bisa membuat makanannya sendiri melalui proses fotosintesis.
7. Tanda dekomposer, organisme mati tidak akan pecah dan didaur ulang menjadi bahan
organik sebagai makanan makhluk hidup lainnya.
8. a. persediaan makanan yang tersedia
b. habitat atau lingkungan tempat tinggal
c. migrasi atau perpindahan
d. kelahiran
e. komunitas
f. ekosistem
9. Syarat-syarat makhluk hidup dikatakan sejenis:
a. memiliki persamaan morfologi, anatomi, dan fisiologi;
b. mampu melakukan perkawinan dan menghasilkan keturunan yang fertil (keturunan
yang mampu berkembang biak secara kawin);
c. menempati daerah (habitat) yang sama.
10. Individu adalah suatu makhluk hidup tunggal yang dapat hidup secara fisiologis.
Individu merupakan satuan fungsional terkecil penyusun ekosistem. Sedangakan
komunitas adalah Kumpulan dari populasi-populasi yang berbeda dan hidup bersama
di suatu tempat atau daerah tertentu.