Anda di halaman 1dari 10

ISSN : 2798-9100

VOL. 1 | AGUSTUS 2021

“PELUANG DAN TANTANGAN PEMBELAJARAN


DIGITAL DI ERA INDUSTRI 4.0 MENUJU ERA 5.0”

PEMAANFAATAN TAYANGAN VIDEO BUKAN EMPAT MATA UNTUK


PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA PADA ERA DIGITAL

I Mastura1, B Firmansyah2, B Wulandari3


Universitas PGRI Wiranegara
e-mail: intanmastura1499@gmail.com1, firmansyahbayu970@gmail.com2,
diahwulan1988@gmail.com3

Abstrak
Mata pelajaran bahasa Indonesia salah satunya berperan dalam perkembangan
sosial, intelektual, dan emosional siswa. Masalah terbesar pada kurikulum bahasa
Indonesia adalah kurangnya kreativitas dalam metode dan media pengajaran yang
membuat siswa merasa bosan saat mengikuti proses belajar mengajar di kelas.
Penulis mencoba mengungkapkan perlunya memperbarui media belajar mengajar
di kelas. Jejaring sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah YouTube.
Metode yang digunakan merupakan metode deskriptif kualitatif. Pada era digital
ditekankan pada kesiapan agar lebih berpikir kritis dan meningkatkan kreativitas.
Era globalisasi dan teknologi media sosial bermula dari kehidupan masyarakat
modern. Kebiasaan menggunakan jejaring sosial ini secara tidak langsung dapat
memungkinkan penggunanya untuk memperoleh informasi dan belajar dari
informasi yang telah diperolehnya, sehingga tidak heran jika kecepatan
perkembangan dan penyebaran bahasa saat ini sangat pesat. Era digital ini
menandai bahwa masyarakat saat ini telah memasuki masyarakat modern.
Berdasarkan berbagai penjelasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa
pentingnya mempersiapkan pembelajaran pada era digital siswa harus selalu
mengenalkan dan mengetahui cara berpikir untuk beradaptasi dengan masa
depan, yaitu analitis, kritis dan kreatif.
Kata kunci: Bahasa Indonesia, Media Pembelajaran, Sosial Media.
Abstract
One of the Indonesian language subjects plays a role in the social, intellectual,
and emotional development of students. The biggest problem in the Indonesian
language curriculum is the lack of creativity in teaching methods and media
which makes students feel bored when participating in the teaching and learning
process in class. The author tries to reveal the need to update teaching and

66
P E M A A N F A A T A N T A Y A N G A N V I D E O B U K A N E M P A T M A T A | 67

learning media in the classroom. The social network used in this research is
YouTube. The method used is a qualitative descriptive method. In the digital era,
it is emphasized on readiness to think more critically and increase creativity. The
era of globalization and social media technology begins with the life of modern
society. The habit of using this social network can indirectly allow users to obtain
information and learn from the information that has been obtained, so it is not
surprising that the speed of development and dissemination of language is
currently very fast. This digital era marks that today's society has entered a
modern society. Based on these various explanations, the authors conclude that
the importance of preparing for learning in the digital era students must always
introduce and know ways of thinking to adapt to the future, namely analytical,
critical and creative.
Keywords : Indonesian Language, Learning Media, Social Media.

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara berkembang di Asia. Lebih tepatnya, Asia Tenggara juga
merupakan kawasan berkembang. Suatu negara membutuhkan beberapa faktor untuk menjadi
negara maju, yaitu sumber daya alam dan sumber daya manusia. Namun, sumber daya alam
tidak ada gunanya tanpa dukungan sumber daya manusia Anda sendiri. Atas dasar itu, Indonesia
sebagai negara berkembang harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Salah
satu cara untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia adalah dengan meningkatkan
kualitas pendidikan Indonesia sesegera mungkin. Namun, pendidikan Indonesia masih sangat
sedih dan sebab itu ada banyak hal yang harus diperbaiki.
Fasilitas teknologi belum merata di seluruh wilayah Indonesia. Tidak mudah memberikan
fasilitas yang cukup bagi lebih dari 17.000 penduduk Indonesia terutama di daerah terpencil,
namun setidaknya pendidikan Indonesia harus memiliki fasilitas yang cukup untuk menunjang
kualitas pendidikan dan membantu pembangunan negara Indonesia. Pengembangan teknologi ini
mempercepat pengembangan negara Indonesia dan ingin menjadikan negara Indonesia negara-
negara maju di Asia. Namun, semuanya akan sia-sia terbuang percuma tanpa motivasi dan
kontribusi sebagai bagian dari sumber daya manusia.
Bahasa Indonesia memegang peranan penting dalam perkembangan sosial, intelektual, dan
emosional siswa. Pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan dapat membantu siswa membentuk
budaya dan kepribadian kebahasaan yang terdidik, pandai mengungkapkan pendapat, serta
meningkatkan kemampuan analisis dan imajinatifnya. Masalah terbesar dalam pembelajaran
bahasa Indonesia adalah kurangnya kreativitas dalam metode dan media pengajaran, yang
membuat siswa bosan saat mengikuti proses pengajaran di kelas.
Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
berkomunikasi secara benar dan akurat dalam komunikasi tertulis dan lisan. Pembelajaran bahasa
Indonesia juga diharapkan dapat menumbuhkan apresiasi terhadap sastra Indonesia. Menurut
P E M A A N F A A T A N T A Y A N G A N V I D E O B U K A N E M P A T M A T A | 68

Sugono (2009), standar bahasa yang baik dan benar adalah baik dan tepat dalam pemilihan kata
berdasarkan situasi lisan dan tulisan.
Pada umumnya siswa menganggap mata pelajaran bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran
yang sederhana. Bahkan, sebagian siswa meremehkan mata kuliah bahasa Indonesia. Siswa
percaya bahwa pembelajaran bahasa Indonesia umumnya hanya fokus pada tata bahasa dan
penulisan. Padahal, jika melihat fakta bahwa banyak siswa yang gagal dalam ujian bahasa
Indonesia pada tahun ajaran SD, SMP, SMA/MAN/MA.
Beberapa bukti dari banyaknya siswa yang gagal dapat mengarah pada kesimpulan bahwa
pembelajaran bahasa Indonesia tergolong sulit. Pada hakikatnya pembelajaran bahasa Indonesia
di sekolah bertujuan agar siswa peka terhadap keberadaan bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasi dan alat pemersatu di negeri ini. Dari hasil pembelajaran ini diharapkan dapat
meningkatkan sikap positif masyarakat terhadap Indonesia sebagai simbol identitas dan
kebanggaan bangsa, serta menumbuhkan rasa solidaritas kemanusiaan dan sebagai sarana untuk
mempererat persatuan dan kesatuan bangsa.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari setiap kegiatan. Perkembangannya yang cepat membuatnya tak tertahankan bagi
sebagian orang, tetapi cakupan pengaruh yang besar tidak memungkinkan orang atau organisasi
mana pun untuk mengabaikannya. Selain itu, masyarakat semakin sadar bahwa perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi dapat membawa banyak manfaat; organisasi yang peka
terhadap perkembangan teknologi dapat bertahan, dan keberhasilan organisasi lebih tinggi dari
rata-rata organisasi lainnya. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah lembaga, bukan
lembaga yang tidak peka dengan keberadaan teknologi ini, melainkan lembaga yang
memanfaatkannya untuk kepentingan pembelajaran
Masyarakat Indonesia terutama di kalangan anak muda sudah tidak asing lagi dengan dunia
online, dari jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, dan Youtube, hingga pesan instan seperti
Line, Whatsapp, WeChat, dan BBM. Dapat dikatakan bahwa anak muda Indonesia mendominasi
jumlah pengguna layanan Internet. Hasil studi yang dilakukan oleh Lembaga Enkripsi Nasional
Indonesia (STSN) dan Yahoo menunjukkan bahwa remaja usia 15-19 mendominasi pengguna
internet di Indonesia (64%). Pesatnya perkembangan dunia online mulai dianggap sebagai
peluang emas oleh berbagai kalangan termasuk para penggiat pendidikan.
YouTube adalah layanan berbagi video yang disediakan oleh Google untuk penggunanya,
yang dapat mengunggah, melihat, dan membagikan klip video secara gratis. YouTube
merupakan wujud transformasi teknologi Internet (jaringan World Wide Web) dari “jaringan
hanya baca” menjadi “jaringan baca dan tulis” (Wilson, 2015:10), Internet menyediakan cara
bagi pengguna Anda untuk membuat dan berbagi sumber bacaan untuk pengguna lain. Agaknya,
inilah yang menjadikan YouTube menjadi salah satu jejaring sosial yang paling berguna dan
mudah diakses, itulah sebabnya YouTube saat ini menjadi situs web paling popular dengan 4,444
juta orang melihatnya setiap hari. Tren orang yang menonton YouTube meningkat 60% setiap
tahun dan 40% setiap hari. Selanjutnya, jumlah penonton YouTube meningkat tiga kali lipat
setiap tahun (Faiqah et al., 2016: 260). orang menonton 100.000 video per hari dan 65.000 video
P E M A A N F A A T A N T A Y A N G A N V I D E O B U K A N E M P A T M A T A | 69

diunggah setiap jam. Sekitar 20 juta pemirsa mengunjungi YouTube setiap bulan, di mana 4.444
di antaranya berusia antara 12 dan 17 tahun (Lestari, t.t., 609).
Populer dan favoritnya YouTube di kalangan pengguna internet menunjukkan bahwa ada
hal-hal tertentu yang ditawarkan oleh YouTube. Willmont, dkk. (dalam Wilson, 2015:11)
menemukan bhawa video dapat menginspirasi sekaligus mengaktifkan siswa ketika video
tersebut diintegrasikan ke dalam aktivitas pembelajarn yang berpusat pada siswa, yakni
meningkatkan motivasi, memperkaya kemampuan komunikasi, dan menambah rata-rata nilai.
Senada dengan Willmot, Young dan Asensio (dalam Wilson, 2015:11) menemukan bahwa video
telah menjadi media penyebaran pendidikan arus utama yang diakibatkan oleh semakin
rendahnya biaya produksi. Sumber daya seperti YouTube telah memungkinkan setiap orang yang
dapat mengunakan kamera dan komputer untuk membuat dan menyebarkan video. Mereka
menemukan bahwa banyak kegunaan video untuk pembelajaran seperti catatan harian video,
stimulasi, dan urutan pembelajaran. Terdapat banyak kegunaan video yang dapat dengan mudah
dibawa ke dalam ruang kelas dengan teknologi, dengan demikian video tidak lagi semata-mata
untuk menyajikan, akan tetapi juga untuk membuat jaringan pelajar. Dalam kaitan ini mereka
menciptakan kerangka I-3 (imaji, interaktivitas, dan integrasi) untuk menyediakan bantuan
praktis bagi guru berupa rancangan pedagogis mereka dan pengembangan video untuk
pembelajaran.
Media sosial adalah alat media online yang digunakan untuk dengan mudah berpartisipasi,
berbagi, dan membuat konten, termasuk blog, media sosial, wiki, forum, dan dunia virtual.
Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai seperangkat aplikasi
berbasis Internet yang didasarkan pada teknologi eb 2.0 dan fondasi ideologis yang dapat
membuat dan berbagi konten yang dibuat pengguna. Media sosial merupakan media online yang
membantu masyarakat memperoleh dan menyampaikan informasi. Melalui media sosial dapat
dijadikan sebagai sarana berbisnis dan dapat membentuk suatu komunitas.
Di era digital saat ini tidak sedikit komunitas yang berawal dari pertukaran bahkan aksi
solidaritas di dunia maya, saat ini banyak yang memulai dari dunia maya atau media sosial ini
(Aspari, 2016:11). Penulis akan memaparkan bagaimana guru bahasa Indonesia dapat
meningkatkan minat belajar siswa. Menciptakan suasana belajar yang inovatif dan efisien. Salah
satu inovasi yang mendekati siswa atau mahasiswa adalah jejaring sosial. Media pembelajaran
melalui media sosial akan memberikan sinergi baru bagi kegiatan pembelajaran bahasa
Indonesia.
Program talk show sangat bermanfaat bagi pemirsa yang memberikan informasi dan
hiburan di dunia. Misalnya talk show Bukan Empat Mata yang membahas permasalahan yang
sedang terjadi dan dikemas secara ringan. Acara talk show Bukan Empat Mata di Trans7 ini
tayang mulai hari Senin hingga Jumat pukul 22.00 WIB. Acara talk show ini menghadirkan para
bintang tamu dari berbagai latar belakang, seperti artis, pejabat, praktisi, dll.
Talk show yang menarik pasti mampu mengundang perhatian para penonton, begitu pula
sebaliknya. Jika suatu acara tidak bisa menarik perhatian penonton, maka acara tersebut akan
diabaikan oleh penonton. Talk show Bukan Empat Mata merupakan sebuah talk show yang
P E M A A N F A A T A N T A Y A N G A N V I D E O B U K A N E M P A T M A T A | 70

menarik perhatian penontonnya. Keberhasilan talk show Bukan Empat Mata tidak hanya dari
sudut pandang pemandu acara atau pembawa acaranya saja, tetapi juga dari sudut pandang
pendukung lainnya seperti bintang tamu, band pendamping, suasana studio yang nyaman, co-
host, dan kru.
Program talk show Bukan Empat Mata ini sudah berdiri sejak lama. Pembawa acaranya
sering dianggap "ndeso" oleh penonton yang memiliki sifat komedian yang mampu
membawakan program talk show tersebut dengan ciri khasnya. Biasanya kita tahu bahwa
pembawa acara harus berpenampilan good looking, ber-IQ dan pengetahuan yang luas, namun
dalam talk show Bukan Empat Mata tersebut menghadirkan gaya dan konsep yang berbeda oleh
seorang komedian Tukul Arwana. Oleh karena itu, respon dari penonton yang menyaksikan talk
show Bukan Empat Mata sangat baik.
Bukan Empat Mata adalah acara talk show yang dipandu oleh Tukul Arwana yang
ditayangkan di televisi Trans 7. Bukan Empat Mata tidak jauh beda dengan “pendahulunya”
Empat Mata, ada tambahan segmen pembacaan berita atau Current Issue, yang dibawakan oleh
Marcella Lumowa sebagai penambah informasi yang isinya mengangkat tema kehidupan
masyarakat yang dibawakan secara ringan dan jenaka, dan konsep ini diberi nama “Bukan
Berita, Bukan Empat Mata”. Selain itu di talk show Bukan Empat Mata ini juga menghadirkan
penyanyi solo maupun group band sebagai bintang tamu yang secara khusus dapat menghibur
pemirsa di studio maupun pemirsa di rumah dengan lagu-lagu andalan mereka. Tapi jargon
“kembali ke laptop” masih dipertahanan.
Dengan adanya segment Current Issue pihak Trans7 berharap acara ini akan semakin
menghibur pemirsa dan dapat memberikan informasi tentang permasalahan yang terjadi di
masyarakat saat ini. Sosok Tukul banyak penggemarnya karena leluconnya yang khas, hal
tersebut dapat dilihat dari penonton yang datang dan bertahannya acara tersebut sampai
bertahun-tahun. Tentunya hal ini juga dipengaruhi oleh pemandu acaranya. Peneliti tertarik
memilih talk show ini karena Tukul juga sering melakukan campur kode saat berbincang-
bincang.
Percakapan di televisi (seperti wawancara atau talk show) seringkali menggunakan bahasa
lisan yang tidak standar. Pembawa acara sangat berpengaruh menciptakan suasana percakapan
yang diinginkannya untuk menanggapi percakapan dan mewawancarai peserta untuk menjawab
pertanyaannya. Dalam hal ini, peneliti akan fokus pada acara talk show Tukul Arwana “Bukan
Empat Mata” yang dibawakan dari tahun 2005 hingga sekarang. Tukul Arwana tampil di layar
televisi dalam acara talk show Trans7 "Bukan Empat Mata" yang tayang hampir setiap hari. Talk
show ini dulunya adalah "Empat Mata", kini menjadi "Bukan Empat Mata" yang menyita
perhatian karena acara ini memuat ciri khas Tukul yang Ndeso. Setiap acaranya menyampaikan
tema tertentu yang diselingi dengan humor. Seperti contoh gayanya Tukul saat mengucapkan:
1)"kembali ke lap top" atau "balik maning nang laptop (bahasa Banyumasan)” karena dalam
acara tersebut ia menggunakan laptop. Kata lainnya di acara ini adalah “puas-puas, tak sobek-
sobek mulutmu, silent please, kerja, kerja, kerja, dan Susi Similikiti”. 2) “Talk about nostalgia
ternyata dulunya, mbak Rita Sugiarto penyanyi pop, ya?”. (ingin mengetahui apakah Rita
Sugiarto sebelum menjadi penyanyi dangdut, adalah seorang penyanyi pop).
P E M A A N F A A T A N T A Y A N G A N V I D E O B U K A N E M P A T M A T A | 71

Karena Tukul Arwana membawakannya secara luwes, mengajukan beberapa pertanyaan


mudah namun menarik, talk show Bukan Empat Mata bisa bersaing dengan acara TV lainnya.
Tukul sering mengalihkan atau mencampurkan bahasa dalam komunikasi, seperti menggunakan
bahasa Indonesia, Inggris, dan Jawa. Hal ini karena Tukul adalah anak Jawa yang lahir di
Perbalan, Purwosari, Semarang, sehingga bisa berbahasa Jawa dengan lancar. Bahkan saat
membawakan program talk show, ia akan tetap terpengaruh oleh bahasa yang sering dia gunakan
sewaktu hidup di Jawa.
Tujuannya adalah untuk dapat menggambarkan peran YouTube dalam mendukung sekolah
untuk belajar bahasa dan sastra Indonesia. Topik ini sangat layak mendapat perhatian, karena
kajian sastra tidak terlepas dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Sebagai
orang yang memegang peranan penting dalam pembelajaran, guru tidak boleh ketinggalan dalam
pemanfaatan teknologi oleh siswa. Kelebihannya resmi sebagai masukan dapat mempromosikan
materi pembelajaran bahasa di youtube dan lembaga independen yang dapat memberikan
informasi, sehingga Anda dapat berpartisipasi dengan menyediakan video yang bermanfaat
untuk pembelajaran dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia.

METODE
Metode penelitian artikel ini menggunakan “metode penelitian kualitatif”. Penelitian
dengan metode kualitatif lebih menitikberatkan pada proses daripada hasil. Proses ini memegang
peranan penting dalam penelitian kualitatif, karena jika penelitian dilakukan pada saat proses
observasi, maka isi penelitian akan lebih jelas (Moleong dalam Sustainable, 2017:196).
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif, Nawawi dan Martini (1994)
mengatakan bahwa metode deskriptif dapat diartikan sebagai suatu prosedur pemecahan masalah
yang diselidiki, dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat
sekarang yang berdasarkan kepada fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Sehingga,
data penelitian yang didapatkan pun tidak akan kehilangan sifat ilmiahnya.
Jenis penelitian deskriptif kualitatif ini merupakan jenis penelitian yang benar-benar hanya
memaparkan apa yang terjadi dalam sebuah data. Data yang terkumpul diklasifikasikan menurut
jenis, sifat, atau kondisinya. Setelah datanya lengkap, kemudian dibuat kesimpulan.
Data yang akan diperoleh dari penelitian berupa bentuk-bentuk dan fungsi campur kode
tuturan Tukul Arwana dalam Bukan Empat Mata di Trans 7. Dalam penelitian ini, peneliti
bermaksud menemukan gejala campur kode tuturan Tukul Arwana dalam Bukan Empat Mata di
Trans 7.
Sumber data penelitian ini terdapat sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber
data primer adalah sumber data yang mengandung data primer dari objek yang akan diteliti. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tuturan Tukul Arwana dalam acara Bukan Empat
Mata di Trans 7. Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh orang lain yang digunakan sebagai rujukan dalam proses penyelesaian
P E M A A N F A A T A N T A Y A N G A N V I D E O B U K A N E M P A T M A T A | 72

penelitian ini. Sumber data sekunder berasal dari tugas siswa kelas IX sesuai dengan KI KD
yaitu mengontruksi kritik atau esai dengan memperhatikan sistematika dan kebahasaan.
adalah video Bukan Empat Mata di youtube. Metode yang digunakan adalah kualitatif,
datanya berupa tayangan video Bukan Empat Mata di youtube dan datanya berasal dari tugas
siswa kelas IX sesuai dengan KI KD yaitu mengontruksi kritik atau esai dengan memperhatikan
sistematika dan kebahasaan. Penelitian kualitatif lebih menitikberatkan pada proses menghargai
hubungan antara konsep-konsep penelitian empiris. Teknologi yang digunakan untuk mengolah
data penelitian adalah untuk memperoleh hasil dengan cara mendengarkan, menyeleksi data,
menganalisis dan meneliti data tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penggunaan media sosial sebagai sarana pembelajaran dapat meningkatkan semangat siswa
untuk belajar dan mengerjakan tugas bahasa Indonesia. Jejaring sosial yang digunakan dalam
penelitian ini adalah YouTube.
Langkah-langkah menggunakan jejaring sosial sebagai media pembelajaran adalah sebagai
berikut: Siswa melihat tayangan video bukan empat mata; Mentranskrip tuturan Tukul Arwana
yang mengandung sistematika dan kebahasaan kritik dan esai agar memudahkan siswa untuk
mencari data; Mengontruksi kritik atau esai dengan memperhatikan sistematika dan kebahasaan
tayangan Bukan Empat Mata; Mempresentasikan hasil analisisnya di depan siswa yang lain

Tabel Struktur Kritik dan Esai dalam Acara Bukan Empat Mata di Trans 7.

No Tesis Rangkaian Argumen Penegasan Ulang

1 Data Data Data

Tabel Kaidah Kebahasaan Kritik dan Esai dalam Acara Bukan Empat Mata di Trans 7.

Kaidah
No Interpretasi
Kebahasaan
1 Data Data

Selain guru melakukan penilaian sistematika dan kebahasaan, guru juga melakukan
penilaian lisan dengan meminta peserta didik mengungkapkan kesan dan informasinya saat
menggunakan media sosial YouTube sebagai bahan ajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan
30 siswa, 30 orang menyatakan antusias mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia karena dapat
menampilkan tayangan video youtube. Peserta didik juga menyatakan bahwa dengan
menggunakan media sosial dapat menumbuhkan kecintaan terhadap bahasa Indonesia dan
P E M A A N F A A T A N T A Y A N G A N V I D E O B U K A N E M P A T M A T A | 73

berharap dapat belajar lebih baik dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Selama ini
peserta telah diajarkan bahwa bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah
bahasa, namun salah dalam penafsiran dan praktiknya. Bahasa Indonesia yang benar tergantung
pada situasi pembicara dan lawan bicara. Dari tayangan di YouTube memungkinkan peserta
belajar untuk benar-benar belajar kritik atau esai menggunakan bahasa Indonesia dan
merangsang rasa ingin tahu tentang konteks yang benar ketika tokoh dalam tayangan tersebut
bertutur kata. Dalam hal ini, guru bertindak sebagai fasilitator bagi siswa dan memberikan
arahan kepada siswa untuk menemukan solusi. Semoga solusi yang muncul bukanlah solusi yang
ketinggalan jaman, atau malah hanya copy paste. Tetapi solusi dengan nilai baru cocok untuk
situasi baru.
Penggunaan jejaring sosial atau jejaring sosial sebagai bahan ajar berdampak positif
terhadap proses belajar mengajar di dalam kelas. Media sosial tidak terlepas dari keseharian anak
muda. Penggunaan media sosial menimbulkan pandangan positif bahwa bahasa Indonesia
bukanlah mata pelajaran yang membosankan, melainkan menarik, bahkan dapat membangun
kepribadian sosial dan kerjasama antar peserta didik. Oleh karena itu, media sosial dapat
digunakan sebagai media pengajaran untuk meningkatkan minat siswa dalam mempelajari
bahasa Indonesia.

SIMPULAN DAN SARAN


Salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia adalah meningkatkan
kualitas pendidikan Indonesia sedini mungkin, persiapan hingga perguruan tinggi. Pembelajaran
bahasa Indonesia memainkan peran penting dalam perkembangan emosional, sosial dan
intelektual siswa di SMA. Pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan dapat membantu siswa
membentuk bahasa, budaya, dan kepribadian yang terdidik, mengungkapkan pendapat dengan
baik, serta meningkatkan kemampuan analisis dan imajinasi. Masalah terbesar dalam
pembelajaran bahasa Indonesia adalah kurangnya kreativitas dalam metode dan media
pengajaran, yang membuat siswa merasa bosan dalam partisipasi kelas dalam proses pengajaran.
Pembaruan media sangat penting bagi guru. Alat peraga yang digunakan harus berkaitan erat
dengan kehidupan sehari-hari siswa, seperti media sosial. Belajar dan sering menggunakan
media sosial untuk mengobrol santai dengan keluarga. Saat ini, media sosial telah menjadi
bagian dari masyarakat modern. Kebiasaan menggunakan jejaring sosial ini akan menyebabkan
pengguna secara tidak langsung memperoleh informasi dan belajar dari informasi yang
diperolehnya, sehingga tidak heran jika perkembangan dan kecepatan penyebaran bahasa saat ini
sangat cepat. Era digital ini menandai bahwa masyarakat saat ini telah memasuki masyarakat
modern.
P E M A A N F A A T A N T A Y A N G A N V I D E O B U K A N E M P A T M A T A | 74

DAFTAR PUSTAKA
Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.
Bagus, I Gusti Ngurah (ed). 1997. Masalah Budaya dan Pariwisata dalam Pembangunan.
Denpasar: Kajian Budaia UNUD
Bungin, Burhan. (2009). Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Couillard, C. (2009). Facebook: The Pros and Cons of use in Education. Thesis, University of
Wisconsin-Stout: tidak diterbitkan.
Danim, S. 2002. Inovasi Pendidikan, dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga
Kependidikan. Bandung: Penerbit Pustaka Setia.
Erjavec, K. (2013). Informal Learning through Facebook among Slovenian Pupils, Scientific
Journal of Media Education, 21:117-126.
Ku, Pei-Yi, Lin, Yu-Tzu & Tsai, Yu-Hsin. 2012. Social-Media-
Assisted Learning: A Case Study of Teaching Computer Science on Facebook,
International Journal of e-Education, e-Business, e-Management and e- Learning, 2(3):262-
265.
Kemendikbud. (2008). Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran. Jakarta:
Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderat Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.
Kemendikbud. (2017). Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas X. Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Lestari, Erma. (2017). Representasi Wujud Budaya di Masyarakat Multikultural dalam Novel
Burung-burung Rantau Karya Y.B Mangunwijaya. Kembara Jurnal Keilmuan Bahasa,
Sastra, dan Pengajarannya, 1 Nomor 196-209.
Madge, C., Meek, J., Wellens, J. & Hooley,
T. (2009), Facebook, social integration and informal learning at university: 'It is more for
socialising and talking to friends about work than for actually doing work'', Learning,
Media and Technology, 34(2):141 — 155.
McQuail, D. (2011). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba Humanika. Munadi, Yudhi.
(2008). Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta :Bumi Aksara.
Mohamed, M. & Guandasami, W. (2014). The Influence of Peer-to-Peer Social Networks and
Computer Supported Collaborative Learning (CSCL) in Mathematics, Proceeding of the
International Conference on Computing Technology and Information Management, Dubai.
Mundofir. (2015). Problematika Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kurikulum 2013 di SMAN
6 dan SMAN 7 Banjarmasin (The Problematics Of Learning Indonesian In Curriculum
P E M A A N F A A T A N T A Y A N G A N V I D E O B U K A N E M P A T M A T A | 75

2013 In SMA Negeri 6 And SMA Negeri 7 Banjarmasin)”. Jurnal Bahasa, Sastra dan
Pembelajarannya Vol 5 no.1.
Munir. (2017). Pembelajaran Digital. Bandung: Alfabeta.
Pilgrim, J., & Bledsoe, C. 2011. Learning through facebook: A potential tool for educators. Delta
Kappa Gamma Bulletin, 78(1): 38-42. Rozhana, K,M & Sari, N,K. 2018. Pelaksanaan
Pendidikan Karakter dalam Proses Pembelajaran untuk Menumbuhkan Sikap
Nasionalisme. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Profesionalisme Dosen dan
Guru Indonesia, Volume 2 (Online) (https://semnas.unikama.ac.id/fip/un
duhan/2018/47851298.pdf), di akses 21 Juni 2019.
Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: Diponegoro.
Selwyn, N. (2009). Faceworking: exploring students' education-related use of Facebook.
Learning Media and Technology, 34(2), 157-174.
Puja Astawa, IBG. 2005. Pariwisata Terpadu. Denpasar: UNUD. Tilaar, H.A.R. 2005. Manifesto
Pendidikan Nasional. Jakarta: Kompas.
Wibowo. 2006. Manajemen Perubahan. Jakarta: Grafindo Press

Anda mungkin juga menyukai