Anda di halaman 1dari 7

LANGKAH KECIL UNTUK PANDANGAN LEBIH LUAS

Reycan Nur Putranto


Dan
Khaira Nazifa Az Zahra Purnama
SMA Negeri 1 Purwodadi

Pohon dapat tumbuh subur jika mendapat pupuk yang cukup nutrisi terbaik.
Pemupukan yang tepat dan rutin dapat menjaga vigor pohon sampai akarnya. Kekuatan
akar pohon dapat mencegahnya tumbang sebatang pohon yang tertiup angin. Seperti
itulah hubungan antara mahasiswa dan dunia literasi. Literasi adalah suplemen
terpenting untuk mengembangkan penalaran, pemikiran, dan pemikiran kritis. Begitu
pula dengan literasi yang perlu dikembangkan budaya literasi di Indonesia merupakan
topik yang sangat menarik dibahas Karena budaya literasi di Indonesia masih rendah
dan belum berakar dalam masyarakat. Di tengah maraknya budaya populer

Buku tidak pernah menjadi prioritas lagi. Bahkan masyarakat lebih sederhana
merangkul budaya berbicara dan mendengarkan daripada membaca nanti
menuliskannya. Masyarakat Indonesia jauh lebih banyak diatur oleh komunikasi lisan
atau budaya linguistik. Masyarakat mencoba lebih suka mengecek ponsel untuk update
status dan menonton acara TV bukannya membaca

Minat baca Indonesia yang rendah menjadi kategori yang mengkhawatirkan,


sehingga pemerintah perlu bekerja keras untuk menaikkan ambang batas literasi
negara. Pemerintah menargetkan tingkat literasi dasar Indonesia sebesar 71,04 persen
pada tahun 2024. Jazziray Hartoyo, Asisten Deputi Bidang Literasi, Inovasi dan
Kreativitas Kemenko PMK, menjelaskan hal itu bisa dicapai melalui pengembangan
road map peningkatan budaya literasi yang saat ini sedang berjalan. Peta jalan ini
adalah dokumen yang harus kita sepakati bersama. “Kami berharap base level budaya
literasi kita mencapai target 71,04 pada tahun 2024, yang akan meningkatkan peringkat
Indonesia dalam indikator global dan membangun sinergi antar kementerian/lembaga,”
ujar Jazziray. ,Jumat (21/5/2021).Ia mengatakan, rencana sinergi kementerian/lembaga
untuk “peta jalan literasi-budaya” saat ini sedang disusun. Generasi muda bangsa
Indonesia tentunya memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa. Salah satu ciri
bangsa yang maju adalah bangsa yang cerdas.

Bangsa yang cerdas dapat diwujudkan melalui literasi. Literasi sangat penting
karena merupakan pedoman dan awal untuk menciptakan bangsa yang cerdas. Bangsa
yang cerdas adalah bangsa yang gemar membaca, sebagaimana dalam pembukaan
UUD 1945 khususnya pada Alinea ke – 4, salah satu tujuan bangsa Indonesia adalah
“mencerdaskan kehidupan bangsa”. Keuntungan dari mengembangkan minat literasi
adalah tidak mudah mengkonsumsi berita yang tidak benar ( Hoax ), kita dapat
membedakan mana berita yang benar dan mana yang tidak, kita selalu penasaran dan
haus akan informasi dan insight terbaru. Dan kita tidak mudah bermusuhan karena
pendidikan manusia memiliki prinsip yang kuat dan dapat memajukan bangsa.

Literasi masyarakat suatu bangsa secara vertikal berkaitan dengan kualitas


bangsa tersebut. Minat yang kuat untuk membaca buku memengaruhi cara Anda
melihat, merasakan, dan berperilaku. Bangsa Indonesia memiliki tingkat melek huruf
yang rendah padahal sudah 70 tahun Indonesia merdeka. Ada banyak faktor mengapa
angka melek huruf di Indonesia rendah. Masalah ini harus segera ditanggapi serius
oleh pemerintah. Bagaimana perdebatan ‘literasi’ menjadi perhatian utama di semua
sektor masyarakat. Jika literasi menjadi budaya di Indonesia, bukan tidak mungkin
menjadi bangsa yang sejahtera tidak hanya sebagai negara berkembang tetapi juga
sebagai bangsa yang maju.

Namun, strategi untuk mendorong minat baca khususnya di sekolah dan


perguruan tinggi belum membuahkan hasil yang terbaik. Secara umum, beberapa fakta
menunjukkan bahwa minat baca cenderung menurun. Hal ini berbeda dengan
penggunaan internet yang justru menunjukkan tren yang meningkat.

Pemerintah Indonesia pun tampak lega ketika UNESCO mencatat indeks minat
baca Indonesia hanya mencapai 0,001. Artinya, dari setiap 1000 orang hanya ada satu
orang yang berminat membaca. Rata-rata, orang Indonesia membaca nol hingga satu
buku setahun. Kondisi ini lebih rendah dibandingkan penduduk negara ASEAN (kecuali
Indonesia) yang membaca dua sampai tiga buku dalam setahun. Jumlah ini semakin
terpaut dibanding warga Amerika yang terbiasa membaca 10-20 buku dalam setahun.
Pada saat yang sama, orang Jepang membaca 10-15 buku setahun. (Republika, 12
September 2015).

Faktor Budaya dan Peradaban yang Mempengaruhi Pembaca Penemuan para


ilmuwan yang terus berlanjut adalah salah satu karya yang menjadi warisan yang begitu
banyak bercerita tentang kehidupan masyarakat yang dinamis. Namun anehnya, jumlah
penerbitan buku Indonesia tergolong rendah, tidak sampai 18.000 judul buku per tahun,
angka ini rendah dibandingkan Jepang yang mencapai 40.000 buku per tahun.
(Sumber: Majalah Oase Edisi April 2014) Sebagai warga negara Indonesia, hal ini tentu
saja benar. Sungguh sedih mendengarnya

Hal itu menyeret penghayatan Taufiq Ismail. Keprihatinan akan budaya literasi
yang hampir punah di negeri ini menjadi afeksinya, yang ia tuangkan dalam karya puisi
berjudul Kupu-Kupu di Dalam Buku. Dalam puisi tersebut, Taufiq menuangkan pijakan
besar agar membaca, berliterasi menjadi tradisi populis di semua ceruk masyarakat.
Kegelisahan itu ia sampaikan melalui bahasa imajinasi konseptual akan fundamental
dalam membaca, dengan sedikit sarkasan. Mari kita baca sepenggal dari bait-bait
pusinya.

Ketika singgah di sebuah rumah, kulihat ada anak kecil bertanya tentang kupu-
kupu pada mamanya, dan mamanya tak bisa menjawab keingintahuan putrinya,
kemudian katanya, “tunggu mama baca buku ensiklopedia dulu, yang tahu tentang
kupu-kupu,” dan aku bertanya di rumah negeri mana gerangan aku sekarang.

Setiap anak terlahir jenius, tetapi ketika mereka memasuki dunia sekolah, hanya
sebagian kecil dari mereka yang mendapat gelar jenius. Karena nilai utama
pembelajaran di negeri ini adalah anak-anak perlu tahu bagaimana melakukan
CALISTUNG (membaca, menulis, dan berhitung), meskipun perkembangan ketiga hal
tersebut berbeda-beda pada setiap anak. Beberapa anak mengembangkan
keterampilan berbicara dan minat membaca dengan cepat, sementara beberapa
lainnya lambat
Visi presiden tahun 2019-2024 yang digemakan pada peringatan HUT RI ke-74,
yakni SDM Unggul, Indonesia Maju. Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa fokus
pemerintahannya di periode 2019-2024 ialah pembangunan Sumber Daya Manusia .
Visi tersebut menjadi sangat penting sebagai kiprah awal bagi kemajuan Indonesia
dalam menciptakan lonjakan kemajuan. Oleh karena itu, semua pihak dan berbagai
pengemban kepentingan harus saling bersinergi dan berkontribusi Agar dapat
menggertakkan terwujudnya visi Indonesia Maju

Persoalan sunyinya literasi di Indonesia merupakan masalah mendalam yang


sedang dihadapi pemerintah saat ini. Pada masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo
sebelumnya, berbagai program literasi seperti Gerakan Indonesia Membaca (GIM),
Gerakan Literasi Bangsa (GLB) dan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) digalakkan di
seluruh kalangan masyarakat.

Sungguhpun hal ini terjadi sekarang, namun kenyataannya budaya literasi


masyarakat Indonesia masih rendah di mata kita,suatu hal yang keterbalikan dengan
tidak terbendungnya dengan penggunaan internet dan media sosial yang trennya justru
semakin menjarah.

Pemerintah memanfaatkan literasi digital

Dengan latar belakang tersebut, pemerintah memanfaatkan ekonomi digital


untuk meningkatkan efisiensi rantai produksi hulu dan hilir serta secara agresif
meningkatkan nilai tambah industri manufaktur. Ekonomi digital yang didukung oleh
perubahan digital tidak hanya berbicara tentang teknologi, tetapi juga memperhatikan
elemen sosial seperti budaya dan masyarakat.

Selain itu, Presiden Jokowi memaparkan tiga fokus transformasi digital pada KTT
G20 di Bali (16 November 2022). Pertama, pemerataan akses digital. Presiden
mengatakan bahwa 2,9 miliar orang di dunia masih belum terhubung ke Internet,
termasuk 73 persen populasi di negara kurang berkembang. Fokus lainnya adalah
keahlian digital. Literasi digital bukan hanya pilihan, itu adalah kebutuhan. Presiden
mengatakan, literasi digital harus menjangkau semua orang untuk berpartisipasi dalam
ekonomi masa depan. Fokus ketiga adalah lingkungan digital yang aman. Penipuan
dan intimidasi online dapat memecah belah persatuan dan mengancam demokrasi.
Pelanggaran data yang disebabkan oleh kejahatan dunia maya dapat menyebabkan
kerugian ekonomi hingga $5 triliun pada tahun 2024

Kami mencoba melihatnya dari sudut pandang bagaimana kami memandang


literasi digital sebagai sesuatu yang harus dikuasai oleh anak bangsa. Literasi yang
tidak menaungi nilai sejarah bangsa yang religius dan kooperatif ini. Bahwa dasar
negara ini bukanlah negara ini menjadi pemimpin dunia, tetapi menjadi negara yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Upaya Pemerintah menggalakkan Literasi

Kementerian Komunikasi dan Informatika juga menjalankan kampanye literasi


digital bekerja sama dengan layanan video pendek Tik Tok yang berfokus pada literasi
digital dan melatih pengguna internet untuk mempersiapkan Indonesia dalam literasi
digital. Bahkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
memasukkan literasi digital sebagai salah satu konsep dalam kurikulum 2013 mulai
tahun 2017, dan tahun ini memperkenalkan literasi digital untuk sekolah dasar. Selain
itu, pada Rabu (21/8/2009), Kementerian dan Investasi meluncurkan film seri Mangi-
Mangi. Film ini bertujuan untuk meningkatkan edukasi masyarakat dengan informasi
kelautan Indonesia. Sebelumnya juga ada gerakan seperti Gerakan Baca Indonesia
(GIM), Gerakan Literasi Nasional (GLB) dan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).

Dan ada juga gempusta atau gerakan cinta perpustakaan. Sebagai aksi
penyadaran kolektif yang menjaring masyarakat, khususnya mahasiswa dan guru atau
dosen, agar mau berkunjung ke perpustakaan dan menggabungkan proses
pembelajaran dengan kegiatan literasi. Melalui Gempusta, siswa mendapatkan
pemahaman dan membiasakan diri menjadikan perpustakaan sebagai sumber belajar
yang penting untuk memulai pembelajaran. Dengan demikian, perpustakaan dapat
menjadi pusat pengembangan minat dan kebiasaan membaca seluruh masyarakat.

Ketika akses ke literasi lebih mudah, terserah pada orang untuk memutuskan
apakah akan belajar atau tidak untuk meningkatkan literasi mereka. Sekeras apapun
pemerintah menggalakkan literasi, jika masyarakat tidak mau belajar, literasi akan tetap
rendah.

Pemerintah dan masyarakat harus bersinergi untuk menaikkan tingkat literasi di


Indonesia, pemerintah memberikan kemudahan akses pengembangan literasi,
kemudian masyarakat dapat memanfaatkan peluang tersebut agar literasi di Indonesia
dapat meningkat secara bertahap.

Penutup

Menumbuhkan budaya literasi di masyarakat merupakan ujung tombak


pembangunan sumber daya manusia Indonesia, khususnya di era disrupsi saat ini.
Minat membaca yang tinggi dari masyarakat dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman dan penalaran sekaligus abstraksi informasi secara analitis, kritis dan
reflektif. Namun strategi untuk mengembangkan minat baca khususnya di sekolah dan
perguruan tinggi belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal dalam mendorong
seluruh warga masyarakat untuk gemar membaca. Tentu rendahnya minat baca di
Indonesia bukan hanya karena sarana dan prasarana yang kurang memadai, tetapi
karena masyarakat belum sadar akan pentingnya membaca, maka semua pihak harus
mengkomunikasikan pentingnya membaca agar intensif. Selain itu, mereka bersama-
sama berpartisipasi dalam perencanaan program – program membaca yang kreatif dan
inovatif

DAFTAR PUSTAKA

1. Agustini, Pratiwi “Ini Cara Kemkominfo Capai Target Literasi Digital pada 2024”
aptika.kominfo.go.id Diakses Pada 20 Maret 2023
https://aptika.kominfo.go.id/2022/04/ini-cara-kemkominfo-capai-target-literasi-
digital-pada-2024/#:~:text=Pemerintah%20menargetkan%20pada
%202024%20terdapat,BUMN)%2C%20maupun%20perusahaan%20swasta
2. Islamramah. ( 2022 ) “Cerdas Hidup dengan Berliterasi “
https://www.islamramah.co/2022/04/8919/cerdas-hidup-dengan-berliterasi.html
3. Mansyur, Umar “Gempusta: Upaya Meningkatkan Minat Baca” Artikel Seminar
Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia II (Narasi II) FBS UNM 2019
4. Permatasari, Anne. “Membangun kualitas bangsa dengan budaya literasi.”
Jurnal Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB (2015/12 ):147
5. Purnamasari, Deti “Pemerintah Targetkan Budaya Literasi Indonesia Capai 71,04
Persen Tahun 2024” amp.kompas.com Diakses pada 20 Maret 2023
https://amp.kompas.com/nasional/read/2021/05/21/17510711/pemerintah-
targetkan-budaya-literasi-indonesia-capai-7104-persen-tahun-2024 Kholipah,
6. Suswandari, Meidawati “Membangun budaya literasi bagi suplemen pendidikan
di indonesia.” Jurnal ( 2018/2/1 ): 1
7. “Upaya Pemerintah Meningkatkan Literasi di Indonesia” www.kompasiana.com
Diakses pada 20 Maret 2023
https://www.kompasiana.com/siti01511/61455f5106310e0624505192/u paya-
pemerintah-meningkatkan-literasi-di-indonesia#amp_tf=Dari
%20%251%24s&aoh=16793238997991&refer rer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.kompasiana.com
%2Fsiti01511%2F61455f5106310e0624505192%2Fupaya-pemerintah-
meningkatkan-literasi-di-indonesia
8. Yopie, “Literasi Digital Manusia Indonesia, ditulis oleh Yopie Indra Pribadi”
disdukcapil.pontianak.go.id Diakses pada 20 Maret
2022https://disdukcapil.pontianak.go.id/literasi-digital-manusia-indonesia-ditulis-
oleh-yopie-indra-pribadi

Anda mungkin juga menyukai