KELOMPOK 3 :
Amara Anindya Syifa (XII MIPA 2)
Ayyesya Rizka Ramadhani (XII MIPA 2)
Eka Wulandari (XII MIPA 2)
Zahraturramadhani (XII MIPA 1)
Hafizh Afriza Naftali (XII MIPA 2)
Christian Immanuel Admojo (XII MIPA 2)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada kehadirat tuhan yang maha ESA, karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat membuat makalah ini sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan tanpa ada hambatan. Yang berarti makalah ini bertujuan untuk
menambah pengetahuan tentang hobi yang dapat menjadi peluang prestasi, dan juga
makalah ini disusun bertujuan sebagai persyaratan untuk memenuhi salah satu tugas
mata pelajaran “Sastra Indonesia” di SMA NEGERI 1 SAMARINDA.
Harapan kami dari isi makalah ini dapat membantu para untuk mendapatkan arahan
dan pemberian manfaat yang nyata bagi saya maupun pembacanya.
Kami sendiri menyadari, bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat beberapa
kekurangan atau kelemahan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat
mendukung dan membangun sangat diperlukan demi perbaikan makalah ini.
Tertanda Pembuat
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Gempuran era digitalisasi ini menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia,
salah satunya yakni dari aspek pendidikan. Era digital yang menawarkan segala bentuk
kemudahan, nyatanya masih belum bisa meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia
yang masih relatif kurang daripada negara lainnya. Salah satu penyebabnya yaitu
kurangnya literasi dan daya berpikir yang kritis (critical thinking) pada masyarakat,
khususnya pelajar terlihat dari tingkat minat baca siswa di Indonesia, tingkat minat baca
siswa di Indonesia hanya menduduki posisi ke-57 dari 65 negara. Sementara budaya
literasi di Indonesia berkedudukan pada ranking 64 dari 65 negara yang disurvei.
Dalam membangun bangsa yang berkualitas, budaya literasi memiliki peranan yang
fundamental untuk mewujudkan masyarakat yang cerdas. Oleh karena itu, dengan
mengetahui faktor-faktor penyebab rendahnya budaya literasi diharapkan mampu
mengetahui solusi dari permasalahan tersebut. Mahasiswa sebagai agent of change juga
diharapkan dapat meningkatkan budaya literasi yang menjadi penentu kualitas bangsa
Indonesia.
4
1.2 TUJUAN MAKALAH
Makalah ini disusun agar pembuat dan pembaca dapat
mengetahui :
- Pengertian literasi.
- Faktor penyebab rendahnya literasi.
- Dampak dari rendahnya literasi.
- Peran remaja untuk meniingkatkan literasi Masyarakat.
- Upaya untuk meningkatkan budaya literasi.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Umumnya, budaya suatu bangsa berkaitan erat dengan budaya literasi. Budaya baca yang
dihasilkan dari temuan-temuan kaum cendekia mempengaruhi faktor kebudayaan dan peradaban.
Hasil temuan tersebut dituangkan dalam bentuk tulisan yang menjadikan warisan literasi
bermanfaat bagi dinamika kehidupan sosial. Oleh karena itu, bisa dipastikan bahwa budaya literasi
memiliki peranan penting dalam melahirkan bangsa yang berkualitas melalui masyarakat yang
intelek.
International Education Achievement (IEA) meneliti 31 negara di Asia, Afrika, Eropa, dan
Amerika pada tahun 2022, hasilnya memperlihatkan bahwa kualitas baca anak-anak di Indonesia
masih rendah dimana Indonesia menduduki peringkat dua terbawah. Hal tersebut relevan dengan
temuan yang dihasilkan UNDP pada tahun 2005 bahwa tingkat kualitas sumber daya manusia
(Human Development Index/HDI) di Indonesia hanya menduduki posisi ke-117 dari total sejumlah
175 negara. Sayangnya, masih belum banyak yang mengkritisi dan mendiskusikan lebih jauh
mengenai fenomena tersebut.
Data dan fakta di atas memperlihatkan bahwa masih kurang mumpuninya kualitas sumber daya
manusia di Indonesia. Keadaan tersebut diperburuk lagi dengan budaya tutur (lisan) yang
mendominasi budaya literasi. Akibatnya, masyarakat Indonesia memiliki kendala dalam
mengoptimalksan diri dan meningkatkan wawasannya secara mandiri melalui literasi. Rendahnya
minat literasi tersebut mampu menghambat kemampuan masyarakat dalam menjajaki
perkembangan teknologi informasi di dunia. Permasalahan tersebut akhirnya berdampak pada
semakin tertinggalnya bangsa Indonesia dari negara lainnya. Oleh karena itu, sudah saatnya
masyarakat perlu menumbuhkan minat literasi sejak usia dini, terutama kepada generasi yang
kelak akan melanjutkan peradaban bangsa ini, sehingga diharapkan bangsa Indonesia dapat
mencapai kemajuan seperti yang didapatkan dari negara-negara lainnya.
6
2. FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA BUDAYA LITERASI
MASYARAKAT
Terdapat beberapa faktor yang diperkirakan menjadi penyebab budaya literasi pada masyarakat
yang rendah. Salah satu faktor utama yang paling mendasar adalah masyarakat Indonesia yang
belum memiliki kebiasaan membaca, kebanyakan masyarakat masih memandang aktivitas
membaca bukan secara sukarela untuk mengisi waktu (to full time), tetapi hanya sekadar untuk
menghabiskan waktu (to kill time). Artinya, kegiatan membaca masih belum ditumbuhkan
sebagai kebiasaan (habit) tetapi hanya sebagai kegiatan ‘iseng’ semata. Padahal, membangun
masyarakat membaca (reading society) merupakan salah satu cara yang dijalankan untuk
mengoptimalkan kualitas sumber daya manusia sehingga cerdas beradaptasi atas kemajuan
tingkat universal yang melibatkan seluruh sektor kehidupan manusia
Beberapa faktor lain yang menyebabkan budaya literasi pada masyarakat Indonesia masih rendah
adalah :
1. penggunaan teknologi informasi elektronik yang lebih canggih sehingga buku tidak lagi
menjadi media utama untuk mendapatkan informasi yang diharapkan. Menurut Zati
(2018: 19) dengan adanya teknologi informasi, seperti mesin pencari Google, Yahoo, dll
semakin membuat manusia melupakan keberadaan buku. Situs mesin pencari daring
tersebut dianggap lebih mudah dan praktis sehingga melunturkan minat literasi
masyarakat dan beralih menggunakan teknologi yang serba instan dan cepat.
2. sarana dan prasarana pendidikan yang belum merata. Faktor penyebab rendahnya
kemampuan literasi yang lainnya adalah infrastruktur yang tersedia kurang mencukupi
untuk mendukung kegiatan literasi. Terbatasnya sarana dan prasarana untuk kegiatan
literasi, seperti perpustakaan yang belum sesuai standar dan kurangnya variasi buku-buku
bacaan dapat menjadi penyebab kurangnnya minat literasi pada pelajar. Sarana dan
prasarana ini merupakan komponen pendukung pendidikan yang penting bagi
keberlangsungan proses pembelajaran. Sayangnya, tidak seluruh sekolah di Indonesia
mempunya infrastruktur dan fasilitas yang bisa mengoptimalkan kegiatan literasi.
3. perkembangan kegiatan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dari pemerintah yang masih
belum sesuai dari harapan. Sebagaimana diketahui bahwa kebijakan terkait dengan
budaya literasi telah diupayakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti,
Gerakan Literasi Sekolah telah disebarluaskan kepada seluruh sekolah di Indonesia yang
terdiri dari 3 proses yaitu: 1) penumbuhan minat baca, 2) meningkatkan kemampuan
literasi buku pengayaan, dan 3) meningkatkan kemampuan literasi buku pelajaran
(Kemdikbud, 2016). Namun masih banyak sekolah yang belum mengimplementasikan
kegiatan GLS sesuai panduan dan sisanya tidak konsisten dalam mempraktikkannya.
7
4. kemampuan daya beli masyarakat terhadap buku yang belum menyeluruh. Bagi sebagian
masyarakat, buku masih dipatok harga yang relatif cukup mahal, khususnya bagi
kalangan ekonomi menengah ke bawah. Apalagi pada masa kini, banyak masyarakat
yang merasakan kesulitan ekonomi pasca pandemi sehingga buku bukanlah menjadi
suatu kebutuhan. Terlebih dengan harga buku yang tidak sebanding dengan kebutuhan
pokok membuat sebagian masyarakat marasa berat hati untuk menyisihkan uang untuk
membeli buku. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila buku masih dianggap
sebagai ‘barang mewah’ bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.
beberapa hal dampak yang timbul dari rendahnya budaya literasi masyarakat yaitu :
1. Berkurangnya sikap bijak dalam menyikapi informasi. Akibat kurangnya sikap bijak dalam
menyikapi informasi sehingga hoaks dan ujaran kebencian mendominasi kehidupan dan media
sosial. Budaya literasi yang rendah pada akhirnya akan sulit menyeleksi suatu informasi benar
atau tidaknya.
4. Meluasnya kemiskinan. Karena budaya literasi masyarakat yang rendah menjadi penyebab
rendahnya kompetensi dan akses ekonomi. Kalau sudah seperti itu keadaannya kemiskinan akan
terus menerus merongrong dan kian sulit untuk dipecahkan. Kemiskinan itu akan abadi dan sulit
untuk terselesaikan. Akibat besar dari semua itu adalah kemiskinan cenderung mendekatkan
orang pada kekafiran.
5. Rendahnya produktivitas kerja. Tanpa dukungan budaya literasi yang memadai maka ilmu
pengetahuan akan gagal diubah menjadi kreativitas yang produktif. Sehingga akibatnya gagal
mengoptimalkan potensi diri yang dimilikinya.
6. Tingginya angka putus sekolah. Tanpa budaya literasi maka kesadaran masyarakat akan
pentingnya pendidikan menjadi lemah. Sehingga terlalu mudah bagi orang tua untuk
memberhentikan anaknya sekolah akibat ketidak mampuan ekonomi
8
4. PERAN REMAJA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI
MASYARAKAT
Remaja harus untuk lebih aktif memberikan kontribusi nyata mengenai permasalahan yang
terjadi ini. Sebagai agent of change, remaja diharapkan mampu membuat perubahan di
lingkungan sekitarnya, khususnya dalam meningkatkan literasi. Remaja sebagai kaum akademis
dengan intelektual yang tinggi seharusnya mampu memberikan ide-ide inovatif dan kreatif yang
nantinya menjadi solusi untuk mengatasi berbagai persoalan bangsa.
Peranan para remaja dalam publikasi ilmiah sangat dibutuhkan dalam menciptakan pembaharuan
suatu bangsa. Publikasi ilmiah juga bisa dilakukan sebagai salah satu upaya remaja dalam
meningkatkan budaya literasi. Publikasi ilmiah membutuhkan tingkat literasi yang tinggi agar
para remaja mampu menuangkan ide-ide kreatif dan gagasan intelektualnya yang disajikan
dalam bentuk karya tulis ilmiah. Dengan publikasi ilmiah, mahasiswa dapat memberikan
referensi dan bahan rujukan yang bermanfaat untuk generasi selanjutnya.
Upaya lain yang bisa dilakukan para remaja dalam meningkatkan literasi di lingkungan sekitar
adalah dengan menyediakan “pojok literasi” di halaman rumah. Kegiatan ini dapat dilakukan
dengan memfasilitasi buku-buku bacaan gratis di lingkungan sekitar rumah. Selain itu, remaja
juga dapat mengajarkan materi-materi pelajaran sekolah dalam kegiatan “pojok literasi”.
Kegiatan ini dapat dilakukan di sore hari atau akhir pekan. Target dalam tujuan tersebut adalah
masyarakat umum, khususnya anak-anak yang masih dalam tahap tumbung kembang. Tujuan
dari dibentuknya kegiatan tersebut adalah mengembangkan ketrampilan berbahasa dan
menciptakan kebiasaan literasi. Melalui proses pembelajaran di pojok literasi ini dapat
diharapkan mampu meningkatkan kebiasaan masyarakat dalam berliterasi, khususnya literasi
baca.
Kemudian, para remaja juga dapat kerkontribusi dengan menyebarkan pentingnya literasi di
masa kini melalui media sosial. Reamaja yang telah bergabung dengan organisasi intra maupun
ekstra kampus bisa menjalin kerjasama dengan pemerintah setempat untuk lebih
mempromosikan gerakan literasi, tidak hanya baca tulis tetapi juga literasi digital. Canggihnya
teknologi seharusnya bukan menjadi halangan untuk mengejar ketertinggalan, tetapi justru bisa
menjadi kesempatan agar masyarakat Indonesia bisa lebih melek literasi. Dengan demikian,
literasi di kalangan masyarakat tidak hanya berbau konvensional, tetapi bisa memanfaatkan basis
digital.
9
5.MANFAAT DARI BANYAKNYA LITERASI
Buku adalah jendela dunia merupakan pribahasa yang sudah sangat dikenal di Indonesia karena
memang hanya lewat membacalah seseorang bisa memperoleh wawasan yang luas, lewat
membacalah seseorang bisa belajar.
Dengan literasi akan menambah kualitas belajar, dengan begitu pengetahuan juga akan bertambah.
Saat ini ada banyak sekali informasi yang terdengar meyakinkan namun ternyata hanya hoax saja.
salah satu manfaat dari tingginya membaca akan memberikan seseorang kemampuan literasi yang
baik sehingga akan lebih mudah memahami informasi yang diterima.
4. Menumbuhkan Kesadaran Diri tentang Memilah Mana yang Baik dan Tidak
Dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat penyebaran informasi juga cepat. Kemampuan
seseorang dalam memilah informasi mana yang baik dan mana yang tidak sangatlah diperlukan.
Salah satu cara untuk meningkatkan nilai kepribadian diri adalah dengan cara meningkatkan
kemampuan literasi dengan cara rajin membaca, rajin menambah pengetahuan serta memperluas
wawasan.
Kemampuan literasi masyarakat suatu negara juga bisa menjadi penentu pembentukan suatu
budaya. Semakin tinggi kemampuan literasi masyarakatnya maka semakin baik budaya yang
dimiliki oleh negara tersebut.
Semakin tinggi kemampuan literasi seseorang maka semakin baik kemampuan verbalnya. Hal ini
berkaitan dengan kosakatan yang diserap oleh seseorang ketika banyak membaca. Hal tersebut
juga berpengaruh kepada kemampuan public speaking-nya. Dengan kata lain jika Anda ingin
meningkatkan kemampuan verbal jangan hanya fokus dengan bagaimana berbicara di depan
publik tapi juga meningkatkan pengetahuan dan wawasan dengan cara meningkatkan kemampuan
literasi.
10
8. Membantu Mengembahkan Daya Fokus dan Konsentrasi
Orang dengan kemampuan literasi yang baik akan lebih cenderung diam karena dengan begitu
mereka bisa lebih fokus dalam melihat atau menafsirkan sesuatu serta lebih baik dalam
pengambilan keputusan.
Tak hanya meningkatkan kemampuan verbal seseorang, manfaat membaca buku atau memiliki
kemampuan literasi yang baik juga akan berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan
menulis seseorang.
Salah satu manfaat literasi yang bisa didapatkan oleh mereka yang memiliki kemampuan literasi
yang baik adalah kemampuan analisis yang juga lebih baik.
11
BAB III
PENUTUP
2.2 KESIMPULAN
Budaya literasi masih menjadi permasalahan bangsa Indonesia di era digitalisasi saat ini. Berikut
beberapa alasan yang diperkirakan menjadi pemicu kurangnya tingkat budaya literasi masyarakat,
yaitu :
(2) penggunaan teknologi informasi elektronik yang lebih canggih sehingga tidak lagi
mengutamakan buku.
(4) perkembangan kegiatan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang masih belum sesuai dari
harapan.
(5) kemampuan daya beli masyarakat terhadap buku yang belum menyeluruh.
Tingkat literasi masyarakat yang rendah seharusnya menjadi tantangan kita bersama untuk
mengupayakan solusi yang terbaik. Untuk dapat memperbaikinya, bisa dimulai dari kesadaran
masyarakat mengenai pentingnya menumbuhkan budaya literasi mulai sejak usia dini. Dengan
demikian, aktivitas literasi diharapakan akan menjadi kebiasaan untuk mengisi waktu, bukan lagi
hanya sekadar untuk menghabiskan waktu. Mulai sekarang masyarakat harus memperkenalkan
kegiatan literasi sejak kepada generasi penerus mulai sejak dini sehingga minat literasi bisa
terbentuk sedari kecil.
Rendahnya literasi disebabkan oleh kurangnya sarana prasarana untuk literasi dan meningkatnya
penggunaan teknologi internet. Yang dimana jika rendahnya literasi akan berdampak buruk bagi
Masyarakat seperti kurangnya dalam hal menerima informasi, kebodohan menyebar luas, tidak
bisa memahamibahasa sendiri maka dari itu literasi sangat dibutuhkan bagi masyarakat untuk
memperluas wawasan, mengurangi tingkat kebodohan, dan menghindari dampak buruk lainnya.
Para remaja pun harus ikut andil dalam proses peningkatan budaya literasi ini sebagai agen
perubahan yang diharapkan mampu untuk ikut serta membuat perubahan di lingkungan sekitarnya,
khususnya dalam meningkatkan literasi. Ide-ide inovatif dan kreatif mahasiswa bisa menjadi solusi
12
untuk mengatasi berbagai persoalan bangsa. Dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi
informasi, para remaja dapat menyebarluaskan pentingnya penguasaan literasi untuk menciptakan
pendidikan di Indonesia yang lebih berkualitas sehingga mampu mengejar ketertinggalan dari
negara-negara lain.
https://www.gurusiana.id/read/asrilssosi/article/akibat-yang-timbul-dari-
rendahnya-budaya-literasi-masyarakat-indonesia-5408197
https://manfaat.co.id/manfaat-literasi
https://jurnalpost.com/rendahnya-budaya-literasi-masyarakat-indonesia-di-
era-digital/42109/
13