Anda di halaman 1dari 13

BAHASA INDONESIA DAN LITERASI BANGSA: PERAN

BAHASA INDONESIA DALAM MENINGKATKAN


KEMAMPUAN BANGSA BERLITERASI

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Besar I Mata Kuliah Bahasa


Indonesia
Semester Gasal Tahun Akademik 2020/2021

DISUSUN OLEH

NAMA : Teguh Febriyanto


NIM : 2011501190
KELOMPOK : XD

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS BUDI LUHUR
JAKARTA
2020
1

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan judul “Bahasa Indonesia dan
Literasi Bangsa: Peran bahasa Indonesia dalam meningkatkan kemampuan
bangsa berliterasi, yaitu melek huruf serta memahami dengan baik bahan-bahan
bacaan, sehingga mampu menyerap banyak ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
dapat melakukan berbagai macam inovasi di berbagai bidang.” Makalah ini ditulis
untuk memenuhi salah satu tugas besar 1 mata kuliah Bahasa Indonesia pada
Universitas Budi Luhur Jakarta.
Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis menyampaikan rasa
hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas
telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan
penulisan makalah ini, terutama kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa, atas segala petunjuk dan kemudahan-Nya


sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas besar 1 ini.
2. Supriyadi, S.Pd., M.Pd Selaku Dosen Mata Kuliah Bahasa Indoneisa
Universitas Budi Luhur.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik
bentuk, isi, maupun teknik penyajiannya. Oleh sebab itu, kritikan yang bersifat
membangun dari berbagai pihak penulis terima dengan tangan terbuka dan sangat
diharapkan. Semoga kehadiran makalah ini memenuhi sasarannya.

Jakarta, 17 Oktober 2020


Penulis,
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 3
1.2 Permasalahan ............................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 5
2.1 Minat baca yang rendah di Indonesia ....................................................... 5
2.2 Penyebab orang indonesia kurang literasi ................................................ 7
2.3 Solusi mengatasi masalah literasi ............................................................. 8
2.4 Dampak fundamental dari rendahnya budaya literasi masyarakat ........... 9
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 11
3.2 Saran ....................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12
3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dibandingkan negara-negara lain di dunia, tingkat literasi anak-
anak dan orang dewasa di Indonesia sangat rendah.Kemampuan membaca,
berhitung dan pengetahuan sains anak-anak Indonesia berada di bawah
Singapura, Vietnam, Malaysia dan Thailand berdasarkan hasil tes PISA
(The Programme for International Student Assessment) yang dirilis
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) pada
2016. Sementara 70% orang dewasa di Jakarta hanya memiliki
kemampuan memahami informasi dari tulisan pendek, tapi kesulitan untuk
memahami informasi dari tulisan yang lebih panjang dan kompleks. Dan
86% orang dewasa di Jakarta hanya dapat menyelesaikan persoalan
aritmetika yang membutuhkan satu langkah, tapi kesulitan menyelesaikan
perhitungan yang membutuhkan beberapa langkah.
Data ini disimpulkan dari hasil penilaian PIAAC (The Programme
for the International Assessment of Adult Competencies), tes kompetensi
sukarela untuk orang dewasa yang berusia 16 tahun ke atas.
Rendahnya literasi merupakan masalah mendasar yang memiliki
dampak sangat luas bagi kemajuan bangsa. Literasi rendah berkontribusi
terhadap rendahnya produktivitas bangsa. Ini berujung pada rendahnya
pertumbuhan dan akhirnya berdampak terhadap rendahnya tingkat
kesejahteraan yang ditandai oleh rendahnya pendapatan per kapita. Literasi
rendah juga berkontribusi secara signifikan terhadap kemiskinan,
pengangguran dan kesenjangan. Perlu ada upaya-upaya khusus dari
pemerintah untuk meningkatkan tingkat literasi Indonesia.
4

1.2 Permasalahan
Tanpa disadari, minimnya minat baca bisa berdampak sangat fatal
terhadap keutuhan negara. Tidak hanya itu, minat baca juga menjadi
kriteria untuk mengukur kualitas pendidikan di suatu negara. Di beberapa
maju, kualitas pendidikan didorong oleh tingginya minat baca siswa.
Seperti di Italia, minat baca dibiasakan sejak dini yakni sekolah dasar.
Bahkan menjadi kewajiban bagi para pelajar Italia termasuk saat libur
panjang. Tak heran jika buku-buku sejarah Italia dan novel-novel berbobot
diformulasi ke dalam berbagai bahasa, tidak lain tujuannya adalah bisa
dibaca oleh pelajar dari sekolah dasar hingga universitas. Menurut
penelitian Doxa, lembaga peneliti Italia, anak-anak Italia mendapat
julukan "Grandi Lettori" alias pembaca hebat anak-anak karena memang
mereka sangat mencintai budaya membaca.
Hal ini dibuktikan dengan tingginya persentase biaya pembelian
buku orang tua anak. Antara tahun 2015-2016 terjadi kenaikan biaya
sebesar 5.3%. Bahkan, Doxa juga mengatakan bahwa pengeluaran untuk
buku, Koran, dan komik mengalami peningkatan hingga 232 juta euro. Hal
ini menunjukkan bahwa tingkat ketertarikan anak-anak Italia terhadap
buku sangat tinggi. Fakta ini berbanding terbalik dengan anak-anak
Indonesia yang memiliki minat baca sangat rendah dan hal tersebut
berpengaruh pula pada kualitas pendidikan di Indonesia.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi sebagian
tugas besar mata kuliah Bahasa Indonesia. Dan juga mengetahui seberapa
pengaruh literasi terhadap kemajuan bangsa.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah memberi
informasi bahwa literasi sangat berperan penting dalam segala aspek.
5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Minat baca yang rendah di Indonesia


Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia hanya
0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin
membaca!. Ini merupakan jumlah yang mengecewakan karena artinya
masih kecil budaya membaca orang Indonesia.
Riset yang bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked,
dilakukan oleh Central Connecticut State University, Indonesia dinyatakan
menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Padahal
kalau dilihat di pameran-pameran buku, selalu ramai dikunjungi oleh
banyak anak yang antusias membaca.
Ternyata penyebab rendah minat dan kebiasaan membaca itu
karena kurangnya akses, terutama untuk masyarakat Indonesia yang
berada di daerah terpencil. Hal itu merupakan salah satu yang terungkap
dari Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Seorang peneliti di Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan
Kebudayaan Balitbang Kemendikbud mengatakan bahwa ada korelasi
antara akses dengan kebiasaan. Jika tidak akses, bagaimana masyarakat
Indonesia bisa membaca?.
Para pegiat literasi melihat bahwa minat baca orang Indonesia
cukup tinggi, tapi itu potensi yang belum mewujud jadi perilaku,
kebiasaan, dan budaya. Di Indonesia Timur Lebih Parah. Data
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia mengungkapkan,
anak di Indonesia timur menghadapi tantangan multisektoral, salah
satunya karena kesenjangan pendidikan dan kemampuan dasar.
Keterbatasan itulah yang membuat 4 dari 34 provinsi di Indonesia,
terutama di Indonesia timur memiliki tingkat literasi terendah, yakni
Papua, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Barat dan Nusa Tenggara Timur.
6

Salah satu faktor pemicunya adalah kurangnya fasilitas, seperti


buku bacaan dan perpustakaan. Pegiat literasi Nila Tanzil bercerita betapa
minimnya fasilitas pendidikan di Indonesia timur.
Jika secara umum masyarakat tidak mendapatkan akses, bagaimana
dengan perempuan? Perempuan adalah warga yang selalu tertinggal
dibandingkan laki-laki. Bukan tidak tertarik untuk membaca, namun
perempuan tak punya akses untuk itu.Keterbatasan akses ini seharusnya
bisa diatasi, salah satunya yaitu dengan memanfaatkan teknologi internet
dan gawai (gadget) serta perangkat elektronik lain, terutama untuk sekolah
di daerah pelosok desa. Untuk perempuan, tentu tak hanya sekedar
terbukanya akses teknologi, namun juga kesempatan dan waktu. Jika tak
punya waktu dan kesempatan, maka perempuan akan selalu tertinggal.
Kebiasaan masyarakat yang memandang perempuan tak harus membaca
adalah faktor yang menyebabkan perempuan selalu ketinggalan membaca
selama ini. Seolah membaca adalah urusan laki-laki, padahal perempuan
harus diberikan kesempatan yang sama.
Biasanya di daerah terpencil memang masih susah ditemui toko
buku dan perpustakaan yang memadai. Persoalannya bagaimana sekolah-
sekolah dan perpustakaan di seluruh Indonesia bisa mendapatkan bacaan
yang murah bahkan kalau bisa gratis, mendidik dan mudah
penggunaannya. Kita semua mengetahui bahwa harga buku di Indonesia
sangatlah mahal dan jarang buku-buku bermutu yang mudah dan murah
disebarkan ke seluruh Indonesia. Dewa Rai Aribawa, Pustakawan
dari Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Badung, Bali
mempunyai solusi untuk ini, selain sumber koleksi dari perpustakaan
digital yang telah ada, ada salah satu aplikasi yang cukup baik dalam
meningkatkan minat baca. Sebuah aplikasi di komputer yang bisa
dimanfaatkan untuk mengatasi masalah ini dengan mudah & murah.
Aplikasi tersebut bernama Kipin School 4.0 for Windows 10,
penggunaannya cukup mudah, kita hanya perlu menghubungkan komputer
7

berbasis windows 10 milik perpustakaan dengan jaringan WiFi, kemudian


download aplikasi tersebut di komputer.
Di aplikasi tersebut sudah tersedia banyak sekali bacaan literasi
yang berupa komik, semua bersifat mendidik, sangat direkomendasikan
sebagai bacaan yang sehat, mendidik tapi menarik bagi anak-anak di
seluruh Indonesia. Ada sekitar 300 komik pendidikan yg bisa di download,
belum dihitung buku-buku yang dari Kemdikbud, Setelah semua komik di
download, maka pengunjung perpustakaan sudah bisa membaca komik-
komik tersebut tanpa membutuhkan jalur internet lagi, semua komik sudah
ada di harddisk komputer yang bisa dibaca setiap saat kapanpun.
Rai Aribawa mengatakan lagi jika solusi ini bisa dimanfaatkan oleh
semua sekolah-sekolah & perpustakaan daerah di seluruh Indonesia, maka
terjadi penghematan yang sangat besar dan manfaat yang positif dalam
literasi yang mendidik untuk anak-anak.

2.2 Penyebab orang indonesia kurang literasi


Pertama, adalah kurangnya perhatian pemerintah pada budaya
literasi. Kebijakan pemerintah sangat penting untuk mendongkrak
pergerakan-pergerakan baru untuk membangkitkan literasi di Indonesia.
Dukungan pemerintah masih bersifat temporer, yakni pada event-event
tertentu saja. Tepatnya pada Hari Buku Nasional dan hari hari besar
lainnya. Walaupun telah dibentuk sebuah UU No.43 tahun 2007 tentang
perpustakaan memberikan harapan untuk mengembangkan budaya literasi,
tapi implementasinya masih jauh dari harapan. Hal ini terbukti dengan
keberadaan perpustakaan di beberapa daerah tampak sepi pengunjung.
Minimnya kegiatan literasi yang melibatkan pelajar dan masyarakat
umum, Sedikitnya organisasi yang bergerak di bidang literasi yang mampu
meningkatkan budaya baca di lingkungan masyarakat. Tentu berbagai
kegiatan tersebut butuh adanya dorongan baik dari pemerintah daerah
maupun pusat. Karena budaya ini menjadi kendala utama dalam
meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat yang seharusnya mampu
8

mengembangkan diri dalam menambah ilmu pengetahuannya secara


mandiri melalui membaca (Tilaar, 2002).
Kedua, Rendahnya kesadaran orang tua akan pendidikan. Tentu ini
hal ini dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pendidikan para orang tua yang
berdampak pada kebiasaan sang anak. Orang tua yang peduli pada
pendidikan, akan membiasakan anaknya sejak dini untuk rajin membaca,
pergi ke perpustakaan, rajin membelikan buku dan mengajaknya bermain
di dunia literasi. Berbeda dengan orang tua zaman sekarang, mereka lebih
suka membelikan anak-anaknya permainan dengan tujuan agar mereka
terhibur. Namun, justru hal tersebut menghambat perkembangan pola
berpikir anak. Dan itulah yang menyebabkan anak-anak Indonesia
memiliki minat baca yang rendah. Sebagaimana yang dijelaskan oleh
Siauseni (2010), hal-hal yang menjadi kendala dalam
meningkatkankegemaran membaca anak adalah derasnya arus hiburan
serta permainan dari media elektronik. Karena kebiasaan itulah yang
menentukan minat seseorang di masa yang akan datang.
Ketiga, Kurangnya tanggapan dari lembaga pendidikan. Sekolah
dan pengajar merupakan salah satu elemen penting untuk mendorong
tumbuhnya minat baca dalam diri anak. Apalagi dengan fasilitas
perpustakaan. Munaf (2002:247) menyatakan bahwa dalam menumbuhkan
minat baca erat sekali hubungan dengan perpustakaan. Sehingga,
seharusnya sekolah memaksimalkan fungsi perpustakaan tersebut sebagai
tempat untuk meningkatkan budaya literasi di lingkungan sekolah.

2.3 Solusi mengatasi masalah literasi


 Merekrut dan meningkatkan kualitas guru sejalan dengan
Kesepakatan Muscat (Muscat Agreement), sebuah perjanjian yang
disepakati pada 2014 oleh delegasi pertemuan Global Education for
All yang diselenggarakan UNESCO di Muscat, Oman. Salah satu
targetnya adalah: semua negara memastikan bahwa pada 2030,
seluruh pelajar dididik oleh guru-guru yang memenuhi kualifikasi,
9

terlatih secara profesional, memiliki motivasi, dan mendapatkan


dukungan.
 Mengatasi masalah gizi sedini mungkin. Peningkatan anggaran
pendidikan tanpa perbaikan gizi anak ternyata tidak berdampak
terhadap peningkatan kecerdasan dan prestasi belajar–ditandai oleh
peningkatan nilai PISA yang tidak signifikan. Karena itu alokasi
anggaran pendidikan yang cukup besar (untuk tahun 2018
sebesar Rp441 triliun) sebagian perlu dialihkan untuk program
perbaikan gizi melalui penyediaan makanan tambahan di sekolah
mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini sampai sekolah menengah
atas.
 Membangun dan meningkatkan infrastruktur pendidikan terutama
penyediaan listrik, perpustakaan, lab komputer dan akses terhadap
internet serta peningkatan infrastruktur ICT yang saat ini tertinggal
di ASEAN.
 Memasukkan kembali buku bacaan wajib ke dalam kurikulum.
Untuk menjamin ketersediaan buku bacaan bermutu, maka fungsi
penerbit milik negara Balai Pustaka perlu dikembalikan ke posisi
sebelumnya sebagai penerbit dan penyedia buku bacaan bermutu
bagi sekolah-sekolah.

2.4 Dampak fundamental dari rendahnya budaya literasi masyarakat


 Tingginya angka putus sekolah. Karena tanpa budaya literasi yang
kita maka kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan
menjadi lemah, terlalu mudah untuk berhenti sekolah akibat
ketidak-mampuan ekonomi.
 Merebaknya kebodohan yang tidak berujung. Karena rendahnya
budaya literasi menjadi sebab ketidak-tahuan di berbagai bidang
imu pengetahuan. Sehingga sulit menjadikan masyarakat untuk
sadar dan paham tentang peradaban.
10

 Meluasnya kemiskinan. Karena budaya literasi rendah menjadi


sebab rendahnya kompetensi dan lemahnya akses ekonomi.
Kemiskinan akan terus-menerus merongrong dan kian sulit
dipecahkan.
 Meningginya angka kriminalitas. Tindakan kriminal atau kejahatan
menjadi konsekuensi logis dari pendidikan yang rendah dan
kemiskinan yang tidak berujung. Sehingga norma dan nilai
kehidupan pun diabaikan.
 Rendahnya produktivitas kerja. Karena tanpa dukungan budaya
literasi yang memadai maka ilmu pengetahuan gagal diubah
menjadi kreativitas yang produktif. Sehingga gagal
mengoptimalkan potensi diri yang dimilik.
 Rentannya sikap bijak dalam menyikapi informasi. Akibatnya
hoaks dan ujaran kebencian mendominasi kehiduoan dan media
sosial. Hanya budaya literasi yang rendah pada akhirnya membuat
sulit menyeleksi informasi benar atau tidak benar.
11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Patut diketahui, budaya literasi bukanlah sebatas kegiatan
membaca atau melek huruf. Tapi lebih dari itu, budaya literasi pun
mencakup kesadaran akan pemahaman terhadap realitas kehidupan, Untuk
lebih berorientasi pada solusi bukan hanya sensasi. Karena masyarakat
yang literat adalah masyarakat yang mampu memecahkan masalah,
menumbuhkan daya kreatif. Sehingga mampu mengangkat daya saing
sebagai individual maupun organisasi. Maka, budaya literasi harusnya
dijadikan gaya hidup orang Indonesia. Bukan gaya hidup konsumtif atau
hedonisme.
Tanpa melakukan upaya perbaikan terhadap tingkat literasi akan
sangat sulit bagi Indonesia untuk dapat menurunkan angka kemiskinan dan
menurunkan tingkat kesenjangan.
Oleh karena itu kunci dalam meningkatkan produktivitas bangsa
dan menurunkan angka kemiskinan serta menurunkan tingkat kesenjangan
terletak pada keberhasilan kita dalam mengatasi masalah literasi.

3.2 Saran
Pemerintah harus bisa mendanai di bidang literasi atau bacaan
karena bagaimanapun banyak orang-orang diluar sana berkeinginan
membaca namun tidak adanya buku, bahkan sampai banyak orang
pencipta buku yang turun langsung membagikan buku miliknya kepada
orang yang ingin membaca. Dan juga kita sebagai generasi penerus bangsa
harus mau membaca karena dapat memperluas ilmu yang kita miliki.
12

DAFTAR PUSTAKA

https://www.konde.co/2020/03/minat-baca-orang-indonesia-
paling.html#:~:text=Menurut%20data%20UNESCO%2C%20minat%20baca,kecil
%20budaya%20membaca%20orang%20Indonesia.

https://theconversation.com/yang-harus-dilakukan-untuk-meningkatkan-tingkat-
literasi-indonesia-83781

https://www.kompasiana.com/nuriariry/5c335c48bde5755a767cf299/indonesia-
krisis-literasi-di-era-revolusi-industri-4-0?page=all

https://kumparan.com/syarif-yunus/budaya-literasi-masyarakat-indonesia-rendah-
inilah-6-dampak-mengenaskan-1tTiZc5cDeT/full

Permatasi, Ane. 2015. Membangun Kualitas Bangsa Dengan Budaya Literasi.


(http://repository.unib.ac.id/11120/ ). Online. Diakses Pada Tanggal 10 November
2018

AA, Olynda. 2012. Peningkatan Minat Dan Kemampuan Membaca Melalui


Penerapan Program Jam Baca Sekolah Di Kelas Vii Smp Negeri 1 Puri.
(http://jurnal-
online.um.ac.id/data/artikel/artikelE43071515F93A9AC37E1DEEDB096D065.pd
f ). Online. Diakses pada tanggal 10 November 2018

Anda mungkin juga menyukai