Anda di halaman 1dari 7

TEMA: MENINGKATKAN MINAT MEMBACA DAN MENULIS

LITERASI

1. Pengertian Literasi.
➢ Dari Wikipedia Bahasa Indonesia Literasi dalam bahasa Latin disebut
sebagai literatus, artinya adalah orang yang belajar.
➢ Selanjutnya, National Institute for Literacy menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan literasi adalah kemampuan seseorang untuk membaca,
menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat
keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.
➢ Sedangkan Education Development Center (EDC) menjabarkan pengertian
dari literasi, yakni kemampuan individu menggunakan potensi yang
dimilikinya, dan tidak sebatas kemampuan baca tulis saja.

Pada dasarnya literasi bukanlah suatu istilah baru, hanya saja bagi sebagian
orang kata tersebut adalah kata-kata asing yang belum diketahui maknanya.
Sebenarnya ini bukan suatu hal yang mengherankan juga, mengingat kata tersebut
memang memiliki makna yang komplek dan dinamis, sementara masih banyak orang
pula yang terus mendefinisikannya dengan berbagai cara serta sudut pandang.
Intinya literasi bukan hanya sebatas membaca dan menulis saja, tetapi juga bisa
bermakna kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, membuat,
menyimak, berkomunikasi dan menghitung, memecahkan masalah, dan lain-lain.

2. Pentingnya Literasi
Jika dilihat dari pengertian yang sudah disebutkan sebelumnya, memang
literasi hanya tampak berkaitan dengan kegiatan membaca dan menulis saja.
Namun sekarang sudah berbeda, karena literasi juga mencakup pengetahuan
seseorang berkomunikasi di dalam masyarakat, sehingga tidak heran bila
kemudian gerakan literasi mulai digalakkan. Ya, literasi ini begitu penting di
dalam kehidupan manusia apalagi manusia-manusia yang hidup di zaman yang
diwarnai kecanggihan teknologi saat ini. Literasi ini sangat diperlukan dalam
segala lini kehidupan manusia karena kemampuan literasi ini bisa menjadi
kunci manusia untuk berproses menjadi manusia yang lebih berpengetahuan
dan berperadaban.

Salah satu cara yang bisa ditempuh meningkatkan kemampuan literasi ini
adalah dengan banyak membaca buku. Hanya saja yang sangat disayangkan
adalah membaca tampaknya bukanlah budaya masyarakat Indonesia,
mengingat masih banyak daerah di Indonesia yang minat bacanya rendah, dan
alhasil kemampuan literasinya juga rendah. Padahal begitu banyak manfaat
yang bisa kita dapat andai kita mau meningkatkan kemampuan literasi, antara
lain:
1. Menambah perbendaharaan kosa kata.
2. Mengoptimalkan kinerja otak karena sering digunakan untuk kegiatan
membaca dan menulis.
3. Mendapat berbagai wawasan dan informasi baru.
4. Kemampuan interpersonal seseorang akan semakin baik.
5. Memperkuat nilai kepribadian dengan membaca dan menulis.

6. Meningkatkan pengetahuan yang dimiliki dengan cara membaca segala


macam informasi yang bermanfaat.
7. Dan masih banyak lagi.

Pentingnya Membaca Dan Menulis Untuk Kemajuan

Riset yang dilakukan oleh UNESCO pada tahun 2016 menyebutkan bahwa
Negara kita, Indonesia ini termasuk sebagai negara dengan minat baca yang paling
rendah di dunia. Hasil riset tersebut menunjukan bahwa Indonesia menempati urutan
terendah kedua setelah Finlandia. Tentu saja ini sangat mencengangkan sekaligus
juga sebagai tamparan bagi kita.
Bagaimana tidak? Lembaga pendidikan di Indonesia ini sangat beragam dan
banyak jumlahnya. Mulai dari sekolah umum, madrasah hingga pesantren dengan
potensi massa dan perkembangan keilmuan yang sangat besar. Lembaga pendidikan
itu ada yang dikelola oleh pemerintah dan ada yang dikelola secara mandiri oleh
swasta.

Di Indonesia pun banyak terdapat Perguruan Tinggi, baik yang di bawah


naungan Kementerian Agama (Kemenag) maupun Kementerian Riset dan Teknologi
Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Namun, ternyata jumlah lembaga pendidikan
yang sangat banyak itu tidak berbanding lurus dengan tingginya minat membaca dan
menulis.

Sebenarnya banyak informasi yang disajikan dalam ragam bacaan. Kualitas


membaca akan menunjukan luasnya wawasan seseorang. Maka semakin rendah
minat membaca, akan semakin rendah juga wawasan. Begitupun sebaliknya, semakin
tinggi kualitas jam baca seseorang maka akan semakin luas pengetahuan serta
wawasannya. Tidak berlebihan jika disebutkan bahwa cinta baca berbanding lurus
dengan kemajuan, karena semakin banyak membaca akan semakin luas wawasan
pengetahuan dan akan semakin mampu menuliskan kembali pengetahuan itu. Oleh
sebab itu, pepatah mengatakan “Buku adalah jendela dunia”

Di Kalimantan Selatan, sebagai pulau yang berjarak cukup jauh dari ibu kota
Negara, sangat sulit ditemukan sumber bacaan yang mapan. Berburu buku-buku dan
referensi yang aktual tidaklah mudah, bahkan terbatas. Hal ini cukup dimengerti.
Jarak antar pulau yang cukup jauh turut mempersulit pengiriman buku-buku atau
referensi plus ongkos pengiriman yang tidak murah bahkan cenderung lebih tinggi
dari harga buku yang sebenarnya.

Mahalnya harga buku akibat beban biaya pengiriman tersebut berdampak pada
minat beli masyarakat dan kecintaan mereka terhadap buku. Maka membeli hal dan
barang lain seperti makanan, tas, baju dianggap lebih bermanfaat daripada sekedar
membeli buku. Buku menjadi konsumsi tersier, yang tidak semua orang berkenan
membeli.

Disadari atau tidak, kondisi tersebut cukup berpengaruh pada minat baca. Jika
minat baca sudah kurang, lantas bagaimana penulis dapat terlahir? Bagaimana
seseorang akan menulis jika miskin literasi? Sedangkan menulis adalah hasil buah
pikiran, perenungan, analisa terhadap suatu teori dan fenomena.

Jika Kalimantan Selatan dihuni oleh mayoritas Muslim dengan tingkat


religiusitas yang masih sangat tinggi, maka tentunya literatur yang dibutuhkan juga
meliputi buku-buku agama Islam yang kekinian. Dengan demikian, siswa-siswa
madrasah dan pesantren memiliki alternatif bacaan selain kitab wajib yang diajarkan
oleh ustadz/ustadzahnya saja.

Islam sangat akrab dengan seruan membaca. Seperti yang tersurat dalam wahyu
pertama Surah Al Alaq ayat 1-5. Membaca hakikatnya bukan hanya diartikan pada
hal-hal yang tertulis (ayat qauliyah) tetapi termasuk juga mengamati dan menganalisa
tanda-tanda alam (ayat kauniyah). Sehingga pada akhirnya akan mempertebal
keimanan akan kebesaran dan ke-Maha Kuasaan Allah swt.

Islam juga sangat konsen dengan budaya penulisan. Seperti yang tersebut dalam
Surah Al-Qalam ayat 1. Penyebutan kata ‘pena’ di ayat tersebut menegaskan bahwa
Islam adalah agama yang sangat melek dengan literasi dan kepenulisan.
Maka sebenarnya, ketika Muslim menjadi miskin literasi dan tidak akrab dengan
kepenulisan, sesungguhnya pertanda mulai menjauhnya umat dari semangat Al-
Quran yang modern dan berkemajuan.

Membaca dapat memperluas wawasan, mempertajam gagasan dan


meningkatkan kreativitas. Maka tidak heran seseorang yang gemar membaca dengan
keluwesan wawasannya tentu akan sangat jelas arah bicaranya, tajam gagasan dan
ide yang disampaikannya dan kreatif dalam mengemas kata baik pada saat berbicara
maupun menyajikannya dalam karya tulis.

Menulis adalah buah dari pikiran yang merupakan kesimpulan dari berbagai
macam gagasan yang dipetik dari beragam bacaan. Ketika seseorang banyak
membaca, maka sudah tentu ia akan dapat menuliskan kembali ilmu yang
diperolehnya dari bahan bacaan itu dengan gaya bahasanya sendiri. Semakin banyak
hasil karya tulis, maka menunjukan semakin banyak hasil buah dari pemikiran, maka
diketahui di situlah ilmu pengetahuan berkembang. Ketika ilmu pengetahuan
berkembang, maka secara perlahan peradaban akan maju pula.
Bagaimana Muslim di daerah ini akan dapat membangun peradaban ketika ilmu
tidak berkembang disebabkan oleh miskin literasi dan lemahnya wawasan berfikir?

Dampak Buruk Rendahnya Tingkat Literasi Masyarakat Indonesia

1. Kebodohan yang tidak berujung. Karena rendahnya literasi menjadi sebab


minimnya pengetahuan di berbagai ranah kehidupan sehingga sulit menjadikan
masyarakat tertib dan beradab.
2. Produktivitas manusia yang rendah, karena tanpa dukungan literasi maka
informasi dan pengetahuan yang diserap pun rendah alias terbatas. Sehingga
gagal mengoptimalkan potensi diri dan masyarakatnya.
3. Pendidikan mudah berhenti atau angka putus sekolah tinggi, karena tanpa
literasi kesadaran akan pentingnya pendidikan tidak dibangun dari dalam diri
sendiri.
4. Kemiskinan yang meluas, karena literasi rendah menjadi sebab rendahnya
kompetensi dan lemahnya akses ekonomi untuk membangun ekonomi kreatif.
5. Tingkat Kriminalitas yang meninggi. Tindakan kriminal biasanya terjadi karena
kurangnya informasi tentang norma dan nilai yang harus dijunjung tinggi dalam
masyarakat. Terlalu banyak tidak tahu norma dan kondisi ekonomi itulah sebab
timbulnya kriminalitas.
6. Sikap bijak dalam menyikapi informasi dan perilaku komunikasi yang rendah.
Hanya literasi rendah yang membuat sulit menyeleksi informasi benar atau
tidak, maraknya hoax dan ujaran kebencian bersumber dari literasi yang rendah,
persis seperti yang terjadi di media sosial hari ini.

Tips Meningkatkan Minat Literasi Pada Diri Sendiri

• Alokasikan Waktu Khusus Untuk Membaca


Punya niat saja tidak cukup. Agar minat membaca kita tumbuh subur, kita perlu
memastikan bahwa kita benar-benar akan rutin membaca. Oleh karena itu,
rencanakan dengan baik kapan waktu khusus yang akan digunakan untuk
membaca. Dari 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu, kapan kita
benar-benar bebas? Misalnya meluangkan waktu beberapa menit sebelum tidur
malam. Dengan begitu, minat membaca yang selama ini terpendam mulai
berkembang dan menjadi kebiasaan. Kuncinya pada disiplin. Lakukan setiap
hari minimal selama 15 sampai 30 menit, dan kita akan semakin berminat
melahap buku lain manakala kita berhasil menyelesaikan sebuah bacaan.

• Membeli/Meminjam Buku
Korbankan dana untuk membeli buku minimal satu bulan sekali. Dengan
membeli buku terus menerus, mau tidak mau kita pun akan ‘dipaksa’ untuk
membaca (karena kalau nggak dibaca sayang 😊). Atau kita bisa meminjam
buku pada teman/perpustakaan, menginstall aplikasi baca, dan lain-lain. Paksa
diri kita untuk terus mencari bahan bacaan.

• Buat Diri Kita Terpaksa Membaca


Salah satu halangan terbesar bagi orang-orang yang minat bacanya masih sangat
kecil adalah kebiasaan menunda-nunda. Karena memandang kegiatan membaca
sebagai sesuatu yang tidak penting, biasanya orang tidak segera melakukannya
dan kemudian benar-benar melupakannya tanpa merealisasikan minat yang
terpendam. Maka, kita harus memaksa diri kita untuk terus membaca, lawan
rasa malas tersebut. Percayalah, lama-kelamaan keterpaksaan itu akan berubah
menjadi kebiasaan.

• Baca Review-Review Tentang Buku


Agar minat kita semakin berkembang, sebaiknya kita mulai membaca review-
review buku di internet. Dengan membaca kelebihan dan kekurangan buku, kita
dapat mengetahui kualitas buku sehingga kita tidak akan mendapatkan zonk
ketika sudah menentukan buku bacaan yang ingin dibaca. Dan minat membaca
akan tumbuh jika kita membaca buku-buku dengan review terbaik.
Kita pun bisa menulis review buku sendiri. Nah, di sinilah kita bisa mulai belajar
menulis. Rasanya menyenangkan ketika bisa menyampaikan pendapat kita
tentang buku-buku yang telah kita nikmati. Selain bisa membantu orang lain
menemukan buku-buku terbaik, kita pun akan sungguh-sungguh ketika
membaca agar penilaian tidak bias. Secara tidak langsung, pemahaman kita
mengenai bacaan akan menjadi lebih baik lagi.

• Bergabung dengan Komunitas


Bergaul dan berdiskusi tentang bacaan akan membuat kita tetap bersemangat
untuk menyelesaikan lebih banyak bacaan. Kita pun bisa termotivasi jika
melihat buku-buku yang sudah dibaca oleh teman-teman lainnya. Sudah
kodratnya jika manusia itu tidak mau kalah. Jika kita melihat teman kita telah
menyelesaikan lebih banyak buku, maka kita pun akan termotivasi untuk
membaca/menulis lebih banyak juga.
Saat ini banyak komunitas-komunitas literasi di internet yang tidak
membutuhkan biaya untuk bergabung. Atau kita bisa bergabung di komunitas-
komunitas membaca di daerah kita sendiri. Yang jelas, untuk menjaga dan
menumbuhkan minat membaca/menulis, kita harus berada di lingkungan yang
mendukung di mana semua orang menjadikan membaca/menulis sebagai
bagian dari rutinitas mereka.

Anda mungkin juga menyukai