Anda di halaman 1dari 6

A.

Jenis Tulisan : Artikel


B. Tema : Hari Pendidikan Nasional
C. Topik : Non Fiksi
D. Judul : Menumbuhkan Budaya Literasi Kepada Generasi Muda
E. Pendahuluan
Mengapa Literasi dipandang sangat penting?
F. Isi
1. Pengertian Literasi
2. Tantangan dalam melaksanakan budaya Literasi
3. Peranan Pemerintah dalam mewujudkan budaya Literasi
G. Penutup (Saran)
Langkah – langkah yang harus dilakukan untuk menarik minat siswa
terhadap budaya Literasi
Menumbuhkan Budaya Literasi Kepada Generasi Muda

“Buku adalah jendela dunia.”


Ungkapan ini menyiratkan kepada kita bahwa dengan membaca buku, kita
bisa melihat dunia dari ilmu yang kita dapatkan di dalamnya. Misalnya ketika kita
sedang membaca buku “Janji” karya Tere Liye, maka seolah – olah kita diajak
berimajinasi sesuai isi cerita yang ada di bukul tersebut. Tentunya, bukan hanya
imajinasi kita saja yang diajak oleh penulis. Namun kemampuan kita dalam
menyimak dan memahami pesan atau amanat yang terkandung di dalamnya juga
menjadi target tersendiri dari diciptakannya buku tersebut.
Kebiasaan membaca bisa disebut juga dengan budaya literasi. Hal ini
bahkan ditegaskan oleh pemerintah dengan menetapkan setiap tanggal 17 Mei
sebagai Hari Buku Nasional. Namun pada kenyataannya Penelitian UNESCO pada
2016 menunjukkan, kebiasaan membaca di Indonesia tergolong sangat rendah.
Hasil studi berjudul "The World’s Most Literate Nations" menyebutkan, Indonesia
berada di peringkat ke-60 dari 61 negara. Selain itu, berdasarkan survei PISA yang
dirilis OECD pada tahun 2019, tingkat literasi Indonesia berada di peringkat 10
terbawah dari 70 negara. Perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat
budaya literasi makin luntur di era gawai atau gadget. Hampir semua orang selalu
menyalahkan teknologi sebagai penyebab anak tidak mau membaca, apalagi
menulis. Apakah memang seperti itu kondisinya?

Menurut Wikipedia, istilah literasi dalam bahasa Latin disebut


sebagai literatus, yang berarti orang yang belajar. Secara garis besar, literasi
sendiri ialah istilah umum yang merujuk pada kemampuan dan keterampilan
seseorang dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, juga memecahkan
masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, literasi tidak bisa
dilepaskan dari kemampuan seseorang dalam berbahasa.
Sedangkan dalam EDC atau Education Development Center, literasi
dijabarkan sebagai kemampuan individu untuk menggunakan potensi yang ia
miliki (kemampuan tidak sebatas baca tulis saja). UNSECO pun turut memberikan
pengertian literasi, yakni seperangkat keterampilan yang nyata, khususnya
keterampilan kognitif seseorang dalam membaca dan menulis yang dipengaruhi
oleh kompetensi di bidang akademik, konteks nasional, institusi, nilai-nilai budaya,
dan pengalaman.

Namun banyak sekali kendala yang harus dihadapi dalam menumbuhkan


budaya literasi terhadap generasi muda. Beberapa diantaranya yaitu;;;

(1) Kecanggihan teknologi


Tak bisa dipungkiri, pesatnya kemajuan teknologi dewasa ini membuat banyak
anak – anak yang terjebak dalam budaya malas. Salah satu yang menyebabkan
kemalasan itu adalah mudahnya dalam mengakses segala hal. Selain itu
kecanduan bermain game juga menjadi penyebab mengapa budaya literasi
kurang berjalan dengan baik.
(2) Program literasi yang belum terlaksana dengan baik di sekolah
Kemudian hal lain yang mendukung adalah belum terlaksananya dengan baik
program literasi di sekolah. Hal ini disebabkan karena akses yang kurang begitu
lancer dan terbatasnya sarana prasarana yang mendukung budaya literasi
tersebut. Sehingga yang terjadi adalah banyak sekolah yang hanya bisa
menerapkan kegiatan literasi secara ala kadarnya.
(3) Kesenjangan dalam praktek literasi di sekolah dan di rumah
Seorang akan senang membaca ketika berada dilingkungan yang senang
membaca yang disebut dengan learning by modelling orang belajar akan
mencontoh prilaku orang yang lain
(4) Sikap malas mengembangkan gagasan
Literasi tidak hanya membaca tetapi dilanjutkan dengan kegiatan menulis.
Menulis membutukan kosa kata yang diperoleh dari membaca. Setelah
memiliki bahan tulisan, tantangan selanjutnya adalah mengembangkan gagasan.
Hal tersebut yang membuat waktu yang untuk mengembangkan ide. Proses
itulah yang biasanya membuat orang malas menulis.
(5) Kurangnya motivasi dalam membaca.
Kurangnya minat membaca merupakan penyebab rendahnya budaya literasi di
Indonesia .Terkadang beberapa orang tidak mengerti manfaat dari membaca
sehinnga tidak tertarik melakukanya. Membaca memang memburuhkan waktu
khusus ,tetapi membaca memiliki banyak manfaat yang dirasakan ketika
sedang melakukannya.

Untuk mendorong dan memajukan budaya literasi ini pemerintah telah


berupaya untuk menciptakan berbagai inovasi, salah satunya melalui Kementrian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi telah meluncurkan sebuah program
yang dirancang unruk menyempurnakan kurikulum 2013, yakni Program Merdeka
Belajar. Program ini menitikberatkan pada aspek literasi dan numerasi yang
terwujud dalam Assesmen Kompetensi Minimum (AKM). Diharapkan dengan
adanya penyempurnaan ini budaya literasi di negara kita akan semakin menguat
dan tentunya akan berujung pada kemajuan sebuah bangsa.

Tentunya kebijakan pemerintah ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa
peran serta kita sebagai warga negara yang baik. Kita dapat menumbuhkan budaya
literasi agar kegiatan literasi di Indonesia dapat membaik dan menjadikan negara
kita sebagai negara dengan tingkat literasi yang tinggi . Kita dapat memulai budaya
literasi di dalam kehidupan sehari-hari contohnya :

(1) Mengadakan event-event  literasi di perpustakaan seperti mengadakan lomba


sederhana untuk segala jenjang dan mengoptimalkan peran perpustakan seperti
menambah buku –buku yang baru serta atau bisa juga menambah jumlah
kunjungan perpustakaan.
(2) Memberikan reward untuk pengunjung perpustakan yang sering berkunjung,
berhasil menjawab kuis atau lain sebagainya.

(3) Menerapkan kebijakan pendidikan untuk menamatkan 1 buku dalam satu bulan
yang kemudian dalam setahun sekali diadakan perlombaan merensensi atau
menceritakan kembali buku yang telah dibaca.

(4) Membiasakan siswa sejak dini untuk membaca dan menulis supaya
menumbuhkan kesadaran pentingnya membaca. Dalam hal ini diperlukan peran
orang tua dan guru untuk bekerjasama dan membantu anak-anak mencintai
membaca dan menulis.

(5) Membudayakan membaca di sekolah untuk membentuk karakter yang cinta


literasi. Contoh menerapkan literasi di sekolah seperti membuat lomba-lomba
yang berbau literasi, pemilihan duta buku dan masih banyak kegiatan untuk
menunjang pemuda terhadap cinta tanah air.

(6) Menghargai karya tulisan ,dengan menghargai karya tulisan berarti anda
mendukung budaya menulis akademik tumbuh dengan baik dinegara kita.
Menghargai tulisan merupakan salah satu langkah untuk mewujudkan budaya
literasi di Indonesia.

(7) Membentuk komunitas membaca yang bermanfaat agar kita memiliki referensi
– referensi terbaru seputar buku-buku yang kita suka.

(8) Membiasakan menulis di buku harian karena literasi tidak hanya membaca
tetapi juga menulis. Pembiasaan dapat kita lakukan dengan menulis buku harian
atau juga di era teknologi ini kita bisa mengajarkan untuk menulis di blog atau
media sosial lainnya, tentunya dengan kaidah – kaidah yang berlaku. Menulis
bisa di dahului dengan membaca karena keduanya adalah suatu keterampilan
yang berkesinambungan. Orang yang terampil menulis biasanya juga pembaca
yang baik.

Hal yang perlu diingat adalah literasi bukan hanya bersifat temporer atau
sementara, tetapi harus dinamis agar tercipta budaya literasi yang baik. Dengan
keterampilan dan pemahaman yang baik maka diharapkan Indonesia dapat lebih
maju dibawah generasi muda yang tangguh dan berwawasan yang luas.

Anda mungkin juga menyukai