Anda di halaman 1dari 49

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

AGAMA
ISLAM BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
(TIK)
DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH
MENENGAH ATAS NEGERI PADA MASA PANDEMI COVID-19
DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

(SURVEI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 10 TANJUNG JABUNG


TIMUR)

PROPOSAL TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Manajemen


Pendidikan Islam

OLEH:

ANATUN NISA MUN’AMAH


NIM : 801201030

PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
MEI 2021

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah


Memasuki era globalisasi berarti memasuki dunia tanpa batas. Demikian juga
abad 21 merupakan melinium ketiga yang ditandai sebagai abad informasi,
dimana ilmu pengetahuan berkembang dan tersebar dengan sangat cepat.
Menyikapi kondisi seperti ini pendidikan islam harus mampu menjawab tantangan
yang dihadapi sehingga mampu bersaing dan bisa menjadi alternative pilihan bagi
masyarakat.
Saat ini dunia pendidikan Indonesia menghadapi empat tantangan besar yang
komplek. Menurut Ali Idrus empat tantangan itu adalah :
1. Tantangan untuk meningkatkan nilai tambah, yaitu bagaimana
meningkatkan nilai tambah dalam rangka meningkatkan produktivitas
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi sebagai upaya untuk memelihara
dan meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan.
2. Tantangan untuk melakukan pengkajian secara komprehensif dan
mendalam terhadap terjadinya perubahan struktur masyarakat dari
masyarakat yang agraris ke masyarakat industri yang menguasai
teknologi dan informasi, yang implikasinya pada tuntutan dan
pengembangan sumber daya manusia.
3. Tantangan dalam persaingan global yang semakin kuat, yaitu bagaimana
meningkatkan daya saing bangsa dalam meningkatkan karya-karya yang
bermutu dan mampu bersaing sebagai hasil penguasaan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni.
4. Munculnya kolonialisme baru di bidang IPTEK dan Ekonomi
menggantikan kolonialisme politik. Dengan demikian kolonialisme kini
tidak lagi berbentuk fisik, melainkan dalam bentuk informasi.
3

Berkembangnya Teknologi Informasi dalam bentuk komputer dan


internet, sehingga bangsa Indonesia sangat bergantung kepada

bangsabangsa yang telah lebih dulu menguasai Teknologi Informasi1.


Richard W. menyebutkan Teknologi Informasi adalah “Pemrosesan
pengelolahan dan penyebaran data oleh kombinasi komputer dan
telekomunikasi”.2 Sedang menurut Eko Ganis “Teknologi Informasi adalah
menyusun dan menyimpan data. Teknologi ini menggunakan seperangkat
komputer untuk mengolah data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu
komputer dengan komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan.3 Teknologi
telekomunikasi digunakan dengan tujuan supaya data dapat disebar dan diakses
secara lebih luas” . Peran yang dapat diberikan oleh aplikasi Teknologi Informasi
ini adalah mendapatkan informasi untuk kehidupan pribadi seperti informasi
tentang kesehatan, hobi, rekreasi, dan rohani, termasuk untuk profesi seperti sains,
teknologi, perdagangan, berita bisnis, dan asosiasi profesi. Sarana kerja sama
antara pribadi atau kelompok yang satu dengan yang lainnya sudah tidak
mengenal batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor
lainnya yang dapat menghambat pertukaran pikiran.
Perkembangan Teknologi Informasi memacu suatu cara baru dalam
kehidupan dan memunculkan fenomena e-life, artinya kehidupan ini sudah
dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik. Bahkan, sekarang ini
sedang semarak kata-kata yang diawali huruf e seperti e-commerce, egovernment,
e-education, e-library, e-journal, e-medicine, e-laboratory, ebiodiversitiy, dan lain-
lain yang berbasis elektronika . Teknologi Informasi dan Internet sudah merasuk
ke dalam kehidupan kita sehari-hari dan perkembangannya dapat meningkatkan
kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan cepat,
tepat dan akurat, sehingga itu diharapkan dapat meningkatkan produktivitas.

1Ali Idrus, Manajemen Pendidikan Global (Visi, Aksi ADAPTASI), ( Jakarta :


Gedung Persada, 2009), 23. 2
Udin Syaefudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan, (Bandung : Alfa Beta, 2010), 183.
3
Eko Ganis, Sistem Informasi Manajemen, (Malang : Pena Surya Gemilang, 2008), 60 .
5

TI bagi dunia pendidikan seharusnya berarti tersedianya saluran atau sarana


yang dapat dipakai untuk menyiarkan program pendidikan. Namun pemanfaatan
TI ini di Indonesia baru memasuki tahap mempelajari berbagai kemungkinan
pengembangan dan penerapan TI untuk pendidikan memasuki milenium ke tiga
ini. Pemanfaatan TI dalam bidang pendidikan sudah merupakan kelaziman di
Amerika Serikat pada dasawarsa yang telah lalu. Ini merupakan salah satu bukti
utama ketertinggalan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa di dunia.
Informasi yang diwakilkan oleh komputer yang terhubung dengan internet
sebagai media utamanya telah mampu memberikan kontribusi yang demikian
besar bagi proses pendidikan. Teknologi interaktif ini memberikan katalis bagi
terjadinya perubahan mendasar terhadap peran guru, yaitu dari informasi ke
transformasi. Yang membuat mereka mampu belajar dengan lebih cepat, lebih
baik, dan lebih cerdas. Teknologi Informasi tersebut menjadi kunci menuju model
sekolah masa depan yang lebih baik.
Dengan adanya perkembangan Teknologi Informasi dalam bidang
pendidikan, maka pada saat ini sudah dimungkinkan untuk diadakan belajar jarak
jauh dengan menggunakan media internet untuk menghubungkan antara siswa
dengan gurunya, melihat nilai siswa secara online, mengecek keuangan, melihat
jadwal mata pelajaran, mengirimkan berkas tugas yang diberikan guru dan
sebagainya, semuanya itu sudah dapat dilakukan. Faktor utama dalam distance
learning yang selama ini dianggap masalah adalah tidak adanya interaksi antara
guru dan siswanya. Namun demikian, dengan media internet sangat dimungkinkan
untuk melakukan interaksi antara guru dan siswa baik dalam bentuk real time
(waktu nyata) atau tidak. Dalam bentuk real time dapat dilakukan misalnya dalam
suatu chatroom, interaksi langsung dengan real audio atau real video, dan online
meeting. Yang tidak real time bisa dilakukan dengan mailing list, discussion
group, newsgroup, dan bulletin board.
Dengan cara di atas interaksi guru dan siswa di kelas mungkin akan tergantikan
walaupun tidak 100%.
6

Dengan adanya sistem ini proses pengembangan pengetahuan tidak hanya


terjadi di dalam ruangan kelas saja di mana secara terpusat guru memberikan
pelajaran secara searah, tetapi dengan bantuan peralatan computer dan jaringan
para siswa dapat secara aktif dilibatkan dalam proses pembelajaran. Mereka bisa
terus berkomunikasi dengan sesamanya kapan dan di mana saja dengan cara akses
ke sistem yang tersedia secara online. Sistem seperti ini tidak saja akan menambah
pengetahuan seluruh siswa, akan tetapi juga turut membantu meringankan beban
guru dalam proses pembelajaran, karena dalam sistem ini beberapa fungsi guru
dapat diambil alih dalam suatu program komputer yang dikenal dengan istilah
agent. Disamping itu, hasil dari proses dan hasil dari pembelajaran bisa disimpan
datanya dalam bentuk database, yang bisa dimanfaatkan untuk mengulang
kembali atau mengkaji ulang (review) proses pembelajaran yang lalu sebagai
rujukan, sehingga bisa dihasilkan penyajian materi pelajaran yang lebih baik lagi.
Setelah mengkaji tentang Teknologi Informasi dan kemungkinan bisa
dilaksanakannya program pembelajaran jarak jauh (distance learning) bagi
pendidikan agama Islam terlebih dahulu perlu di lihat apa hakekat pendidikan
Islam dan apa tujuannya. Beberapa pendapat dikemukakan sebagai berikut:
menurut Derajat ”Pendidikan agama adalah suatu usaha yang secara sadar
dilakukan guru untuk mempengaruhi siswa dalam rangka pembentukan manusia
beragama”. 1
Menurut Wahyuni Nafis pengajaran pendidikan agama yang paling utama
adalah membersihkan, mengingatkan, dan menggugah, serta mengaktifkan
(kembali) fitrah tiap manusia sehingga fitrah itu mampu mempengaruhi dan
mengarahkan pola pikir dan perbuatan/tindakan seseorang. Dengan kata lain,
tujuan utama pengajaran pendidikan agama adalah menggugah “fitrah insaniyah”
dan membantu memunculkan kembali potensi kebaikan yang telah ada di dalam
diri tiap orang. Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan
pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian dan keterampilan peserta didik

1
Zakiyah Derajat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:Bumi Aksara,
2001) 172.
7

dalam mengamalkan ajaran agamanya yang dilaksanakan sekurang-kurangnya


melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
Dari definisi-definisi diatas menurut penulis pendidikan agama Islam
adalah : “Suatu upaya penanaman nilai-nilai ajaran Islam kepada siswa untuk
dijadikan sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat,
melalui pendekatan keimanan, pengamalan, dan pembiasaan.”
Jika dikaitkan dengan tujuan pendidikan nasional, pendidikan agama
merupakan salah satu mata pelajaran yang diharapkan dapat memberikan
kontribusi yang signifikan bagi pencapaian tujuan pendidikan nasional. Salah satu
tujuan utama pendidikan nasional seperti tercantum dalam UUSPN adalah
pembentukan manusia yang bertaqwa dan berbudi pekerti luhur.2 Tujuan ini
merupakan ciri dan watak dasar dari kepribadian bangsa Indonesia. Arah
pendidikan di Indonesia selalu mengedepankan aspek kepribadian dalam semua
jenjangnya. Kepribadian yang kuat merupakan modal utama bagi setiap anak didik
dalam membangun masa depannya serta mampu menghadapi arus besar
globalisasi.
Mewujudkan ide dan keinginan tersebut di atas bukanlah suatu pekerjaan
yang mudah tetapi bila kita melihat negara-negara lain yang telah lama
mengembangkan web based distance learning, sudah banyak sekali institusi atau
lembaga yang memanfaatkan metode ini. Bukan hanya keterampilan yang dimiliki
oleh para insinyur yang diperlukan tetapi juga berbagai kebijakan dalam bidang
pendidikan sangat mempengaruhi perkembangannya. Jika dilihat dari kesiapan
sarana pendukung misalnya hardware, rasanya hal ini tidak perlu diragukan lagi.
Pandemi covid-19 yang melanda dunia membuat seluruh aktivitas harus di
batasi kegiatannya, bahkan kegiatan pendidikan pun harus dihentikan untuk
mencegah terjadinya penularan terhadap virus tersebut, hal ini membuat
pemerintah membuat kebijakan dengan melakukan kegiatan pembelajaran jarak
jauh (daring) agar setiap siswa tetap mendapatkan pendidikan. Dengan adanya
kebijakan ini maka guru harus bisa menjalankan hal tersebut dan tujuan
pembelajaran itu sendiri dapat tercapai dengan baik. Selain itu, guru juga harus
2
UU Republik Indonesia No. 20 Thn 2003 tentang Sisdiknas. 3
8

mampu memotivasi siswa agar tetap menikmati pembelajaran jarak jauh yang
terjadi saat ini.
Proses pembelajaran di SMA Negeri 10 Tanjung Jabung Timur disampaikan
oleh guru sesuai dengan profesinya atau keahliannya dalam mata pelajaran
tertentu dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sesuai dengan
topik—topik yang disajikan. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
cukup bervariasi. Untuk pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah tersebut
masih belum menggunakan alat teknologi informasi dan komunikasi secara
maksimal. Guru hanya menjelaskan materi pada buku paket dengan metode
ceramah. Minat siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan agama Islam
cukup baik namun siswa terkadang bosan untuk mengikuti pembelajaran. Di
tambah kondisi pandemic covid- 19 saat ini yang sedang melanda dunia, dan
mengakibatkan kegiatan belajar mengajar di sekolah harus di batasi bahkan
dihentikan dan membuat guru beralih mengajar secara daring melalui grup
whatsapp, menambah kesan jenuh dan membosankan pada siswa karena siswa
hanya mendapatkan tugas dan harus mencari sendiri jawabannya, tanpa penjelasan
dari gurunya. Pembelajaran tersebut dirasa belum efektif dikarenakan hanya
sebagian kecil siswa yang menyelesaikan tugas dan mengirimkannya ke grup
whatsapp.3
Hasil belajar siswa SMA Negeri 10 Tanjung Jabung Timur pada mata
pelajaran pendidikan agama Islam terbilang standar. Hal ini dapat dilihat dari
kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada mata pelajan pendidikan agama Islam
yang di tetapkan yakni 70, maka setiap siswa harus mendapatkan nilai minimal
yang ditetapkan yakni >70, kalau belum tercapai maka dilakukan remedial.
Dengan adanya pengembangan model pembelajaran PAI berbasis TIK,
semata-mata diharapkan mampu meningkatkan minat dan hasil belajar siswa juga
sebagai solusi bagi guru PAI dalam menghadapi kendala kegiatan pembelajaran
jarak jauh saat ini, bukan untuk menjatuhkan pihak-pihak tertentu. Hal inilah yang
melatar belakangi peneliti untuk melakukan penelitian pengembangan dengan
judul “Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis
3
Nabila, wawancara, 30 april 2021
9

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar


Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Tanjab Timur Pada Masa Pandemi
Covid-19”.

B. Identifikasi Masalah Produk dan Kondisi Awal Siswa


Pandemi covid-19 yang mengakibatkan sekolah di tutup dan proses kegiatan
belajar mengajar dilakukan secara daring (pembelajaran jarak jauh). Kondisi ini
membuat guru harus bepikir kreatif agar pembelajaran tetap terus berjalan dan
minat serta hasil belajar siswa tetap terkondisikan secara maksimal. Pembelajaran
yang berpusat pada guru dan buku paket hanya akan membuat guru saja yang aktif
dan siswa terkesan pasif serta ketersampaian materi dalam hal ini tentu kurang
maksimal, ditambah situasi yang memaksa pembelajaran jarak jauh tentu akan
semakin sulit untuk melihat perkembangan siswa di rumah. Sebagai salah satu
upaya untuk menghadapi kendala tersebut maka peneliti berupaya untuk
mengembangkan model pembelajaran khususnya pendidikan agama Islam
berbasis TIK berupa e-learning yang sudah di sediakan berbagai materi berupa
modul yang bisa diakses dengan mudah oleh siswa disertai dengan penjelasan
materi yang menarik untuk meningkatkan minat serta hasil belajar siswa, meski
harus belajar tanpa tatap muka dengan gurunya. Meskipun demikian, hal ini tentu
juga membutuhkan ketersediaan dan pemahaman TIK oleh siswa serta jaringan
internet yang memadai.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan permasalahan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pengembangan model pembelajaran PAI berbasis TIK
pada siswa di SMA Negeri 10 Tanjab Timur?
2. Bagaimana kevalidan model pembelajaran PAI berbasis TIK yang
dikembangkan pada siswa di SMA Negeri 10 Tanjab Timur?
10

3. Bagaimana keefektifan pengembangan model pembelajaran PAI berbasis


TIK dalam meningkatkan hasil belajar siswa di SMA Negeri 10 Tanjab
Timur?
D. Batasan Pengembangan Produk dan Fokus Penelitian
Batasan pengembangan dan fokus penelitian ini adalah pengembangan
model pembelajaran PAI berbasis TIK yang valid sebagai upaya untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada masa pandemi covid19 di SMA Negeri 10
Tanjung Jabung Timur. Model pembelajaran PAI berbasis TIK ini memiliki
sintaks dengan lima fase, yakni:
1. menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa terarah
jelas dalam program moodle yang telah diformat sedemikian rupa,
2. mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan (siswa membaca dan
mempelajari dengan seksama materi yang telah disiapkan dalam program
moodle,
3. membimbing pelatihan (guru/pengajar membimbing siswa jika mengalami
kesulitan dalam memahami materi, baik melalui bimbingan langsung
maupun melalui forum diskusi yang telah disiapkan dalam program
moodle,
4. mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik (siswa mengerjakan
kuis dan uji kompetensi yang ada pada emateri masing-masing KD),
5. memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Untuk menguji bagaimana proses pengembangan model
pembelajaran PAI berbasis TIK pada siswa di SMA Negeri 10
Tanjab Timur?
11

b. Untuk menguji bagaimana kevalidan model pembelajaran PAI


berbasis TIK yang dikembangkan pada siswa di SMA Negeri 10
Tanjab Timur?
c. Untuk menguji bagaimana keefektifan pengembangan model
pembelajaran PAI berbasis TIK dalam meningkatkan hasil belajar
siswa di SMA Negeri 10 Tanjab Timur?

2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Praktis :
1) Penelitian ini diharapkan dapat membantu para guru, khususnya
guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Menengah Atas Negeri 10 Tanjung Jabung Timur, untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pendidikan agama Islam melalui
pengembangan model pembelajaran pendidikan agama Islam
berbasis TIK
2) Penulis dapat memperkaya wawasan dan pengalaman dalam
penelitian.
3) Untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar magister
Pendidikan Islam di Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
b. Kegunaan Teoritis
1) Menambah khazanah keilmuan tentang pengembangan model
pembelajaran PAI berbasis TIK dalam meningkatkan hasil belajar
siswa.
2) Sebagai bahan referensi dalam bidang pendidikan.
12
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

A. Landasan Teori 1. Pembelajaran PAI berbasis TIK a. Pembelajaran


Berbasis TIK
Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan orang-
orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar
mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. 4 Oleh karena
itu pendidikan diharapkan benar-benar diarahkan untuk menjadikan peserta
didik mampu mencapai proses pendewasaan dan kemandirian.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki pengaruh yang
sangat besar dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Pendidikan sebagai
salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari proses pendewasaan manusia
tentu di satu sisi memiliki andil yang besar bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut, namun di sisi lain pendidikan juga perlu
memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu
mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.
Menurut S. Nasution, teknologi pendidikan dapat ditafsirkan sebagai
media yang lahir dari perkembangan alat komunikasi yang digunakan untuk
tujuan pendidikan. Alat-alat itu lazim disebut "hardware". Ada pula yang
memandang teknologi pendidikan sebagai suatu pendekatan yang ilmiah
kritis, dan sistematis tentang pendidikan. Pendirian itu mengutamakan "soft
ware"-nya. Tanpa alatalat, pendidikan tidak dapat dijalankan.5 Konsep
teknologi pendidikan telah membuka lebar dari perkembangan teoritis,
penelitian dan implementasinya dilapangan pendidikan. Makna teknologi
pengajaran

12

4
Achmad Munib Pengantar Ilmu Pendidikan. (Semarang: UPT MKK UNNES, 2004), 34
5
S. Nasution, Berbagai pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar (Surabaya: Bumi
Aksara, 2000), 12
14

dalam pengertian mutakhir meliputi pengelolaan gagasan, prosedur, biaya,


mesin dan manusia di dalam proses pengajaran yang melibatkan peralatan
fisik yang menyalurkan informasi.6
Dewasa ini pembelajaran di sekolah mulai disesuaikan dengan
perkembangan teknologi informasi sehingga terjadi perubahan dan pergeseran
paradigma pendidikan.7 Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan
teknologi informasi dalam proses pembelajaran di kelas, sudah menjadi suatu
kebutuhan sekaligus tuntutan di era global ini. Guna meningkatkan efektivitas
dan efisiensi pembelajaran, perlu dikembangkan berbagai model pembelajaran
yang kreatif dan inovatif. Hal ini perlu dilakukan agar proses pembelajaran
tidak terkesan kurang menarik, monoton dan membosankan sehingga akan
menghambat terjadinya transfer of knowledge. Oleh karena itu peran media
dalam proses pembelajaran menjadi penting karena akan menjadikan proses
pembelajaran tersebut menjadi lebih bervariasi dan tidak membosankan.
Pada hakikatnya proses pembelajaran merupakan proses komunikasi
atau penyampaian pesan dari pengantar ke penerima. Pesan berupa materi
pelajaran yang dituangkan ke dalam simbolsimbol komunikasi baik verbal
(kata-kata dan tulisan) maupun nonverbal. Pesan inilah yang akan ditangkap
oleh peserta didik sebagai sebuah pengetahuan, keterampilan maupun nilai-
nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Agar pesan tersebut
tersampaikan secara efektif tentu membutuhkan sarana atau media yang
memadai.
Dalam kenyataannya retensi siswa atau daya tangkap siswa sangat
dipengaruhi oleh model aktivitas belajar yang dilakukan guru. Siswa hanya
dapat menyerap 5% bahan pembelajaran apabila aktivitas ceramah dilakukan
oleh guru dalam membelajarkan siswa.

6
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Tekhnologi Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru, 1989), 71.
7
Hujair AH. Sanaky Media Pembelajaran. (Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2009), 73.
13

Sedangkan apabila aktivitas belajar dilakukan dengan teman sebaya, daya


retensi siswa mencapai 90%.

Gambar 2.1. Piramida Pembelajaran

Penelitian Eyler dan Giles8 membuktikan bahwa keefektifan


pembelajaran dipengaruhi oleh media yang digunakan guru. Mereka
menemukan bahwa model pembelajaran yang letaknya paling atas dalam
kerucut, yakni pembelajaran yang hanya melibatkan symbolsimbol verbal
melalui sajian teks adalah pembelajaran yang menghasilkan tingkat abstraksi
paling tinggi. Pembelajaran yang paling efektif adalah pembelajaran yang
berada pada dasar kerucut, yakni terlibat langsung dengan pengalaman-
pengalaman belajar yang bertujuan. Tingkat abstraksi pada model
pembelajaran ini sangat rendah sehingga memudahkan siswa dalam menyerap
pengetahuan dan keterampilan baru.

8
Janet Eyler & Dwight E. Giles, Jr. Where's the Learning in Service-Learning (San
Francisco: Jossey-Bass Publishers, 1999) 157.
16

2. Model-model pembelajaran berbasis TIK


I Ketut Gede Darma Putra mengatakan bahwa ada 2 komponen utama dalam
pembelajaran berbasis TI, yaitu Learning Management
System (LMS), dan Learning Content (LC).9
a. Learning Management System
Ada suatu ungkapan yang menyatakan "if learning content is king, then
infrastructure (LMS) is god". Ungkapan tersebut menunjukkan betapa
pentingnya komponen LMS dalam pembelajaran berbasis TI. LMS merupakan
suatu sistem komputer yang dapat diibaratkan sebagai staff administrasi yang
akan mengatur penyelenggaraan proses belajar mengajar. Berikut adalah
beberapa fungsi dari LMS:
1) Mengelola materi pembelajaran
Setiap mata pelajaran akan memiliki materi pembelajaran. Setiap
materi pembelajaran akan dikelompokkan berdasarkan kelas (seperti kelas
1, 2, 3) dan juga semester. Pada setiap semester, materi pembelajaran akan
dikelompokkan berdasarkan pertemuan pertama, kedua, ketiga, dan
seterusnya. Setiap materi pembelajaran kemudian dapat mengalami
perubahan atas dasar pergantian kurikulum.
Kondisi di atas akan menjadi rumit ketika kita mencoba untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaanberikut ini:
a) Bagaimana kemudian kalau ada puluhan mata pelajaran dengan
ratusan materi pembelajaran?
b) Bagaimana caranya agar peserta (siswa) tidak salah masuk kelas (tidak
salah mengambil materi pembelajaran)?
c) Bagaimana kemudian kalau pengajar ingin menambah atau
memperbaiki materi pembelajaran pada suatu semester tertentu?
d) Bagaimana caranya dalam proses belajar mengajar dapat
membandingkan materi pembelajaran dari kurikulum yang berbeda
atau dari meteri tahun sebelumnya?

9
I Ketut Gede Darma Putra, Pendidikan Berbasis Teknologi Informasi. Makalah ini
disampaikan pada Rakorda Disdikpora Bali – 10 Maret 2009.
17

e) Dan banyak pertanyaan lainnya yang dapat membuat keadaan dalam


proses belajar mengajar berbasis TI menjadi ruwet.
Pertanyaan-pertanyaan ruwet di atas akan menjadi begitu mudah
bila proses pembelajaran memiliki LMS. Inilah peran pertama LMS yang
mampu mengelola materi pembelajaran dan memandu pengajar dan
peserta dalam proses belajar mengajar.
2) Registrasi dan Persetujuan
LMS dapat melakukan pendaftaran para peserta pembelajaran dan
melakukan hal-hal yang bersifat persetujuan apabila ada kondisi yang
membutuhkan persetujuan dalam pembelajaran. Fungsi ini juga
bermanfaat dalam membatasi mereka yang berhak mengikuti pelajaran
dengan mereka yang tidak berhak.
3) Merekam aktifitas belajar mengajar
Peran ketiga dari LMS adalah merekam aktifitas belajar mengajar.
Peran ini akan mampu menjawab pertanyaanpertanyaan seperti: berapa
lama, kapan mulai, kapan berakhir proses belajar mengajar (mengakses
materi pembelajaran), siapa saja yang hadir, proses diskusi (tanya jawab)
yang terjadi, dan memberikan peringatan kepada peserta.
4) Melakukan evaluasi
Fungsi keempat LMS adalah melakukan evaluasi terhadap proses
belajar mengajar menyangkut: mengukur kemajuan peserta antara sebelum
melakukan pembelajaran dengan sesudah pembelajaran, mengukur
seberapa jauh pemahaman peserta terhadap materi, dan atas dasar hasil
evaluasi kemudian memberikan saran ke peserta untuk mengulang kembali
beberapa materi pembelajaran yang dianggap kurang. Aspek evaluasi lain
yang bisa dilakukan adalah mengukur kepuasan atau persepsi peserta
terhadap materi pembelajaran terutama dalam hal penyajian materi.
Bagaimanapun ada korelasi yang tinggi antara kemampuan daya serap
peserta dengan cara penyajian materi pembelajaran.
5) Media komunikasi
18

LMS dapat menjadi media komunikasi, menyampaikan


pengumuman, meningkatkan interaktifitas antara pengajar, peserta, dan
pihak administrator.
6) Pelaporan
Muara akhir dari fungsi-fungsi di atas adalah pembuatan pelaporan
otomatis dan transparan menyangkut hasil dari proses belajar mengajar.
Pembuatan laporan dapat dibuat berdasarkan hak-hak akses dari komponen
sekolah. Sebagai contoh pelaporan untuk pimpinan (pihak atasan),
pengajar, peserta bahkan mungkin orang tua dapat mengakses dengan
fasilitas yang berbeda-beda.
b. Learning Content
Learning content adalah materi pembelajaran itu sendiri, yang akan
disajikan kepada peserta pembelajaran. Isi materi harus dibuat oleh mereka
yang punya kompetensi di bidangnya, tidak peduli apakah mereka memahami
banyak tentang TI atau tidak. Setelah isi materi selesai dibuat baru kemudian
dibuatkan versi elektroniknya oleh para pengembang content (content
developers) sehingga bisa dimasukkan ke LMS.
Penyajian content harus mengandung daya tarik sehingga peserta
memiliki minat untuk membaca (mempelajari), mengandung unsurunsur
animasi, suara, video, interaktif, dan simulasi, namun demikian harus tetap
memperhatikan bandwidth dari internet atau intranet sehingga tidak terlalu
lambat tampil saat dipelajari oleh peserta. Dalam mempelajari materi, peserta
harus memiliki kontrol terhadap penyajian materi, dapat melompat dari satu
topik ke topik yang lainnya. Fasilitas forum, chatting, dan video conference
dapat digunakan untuk menjaga interaktivitas.
1) Media Pembelajaran Berbasis IT
Di era globalisasi dan informasi ini penggunaan media
pembelajaran berbasis Teknologi Informasi (TI) menjadi sebuah
kebutuhan dan tuntutan namun dalam implementasinya bukanlah
merupakan hal yang mudah. Dalam menggunakan media tersebut harus
memperhatikan beberapa teknik agar media yang dipergunakan itu dapat
19

dimanfaatkan dengan maksimal dan tidak menyimpang dari tujuan media


tersebut.
Arief S. Sadiman, dkk10 mengatakan bahwa ditinjau dari kesiapan
pengadaannya, media dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu media jadi
karena merupakan komoditi perdagangan yang terdapat di pasaran luas
dalam keadaan siap pakai (media by utilization) dan media rancangan yang
perlu dirancang dan dipersiapkan secara khusus untuk maksud dan tujuan
pembelajaran tertentu.
I Ketut Gede Darma Putra11 mengemukakan beberapa media yang dapat
digunakan dalam pembelajaran berbasis TI, adalah:
a) Internet
Internet adalah media sesungguhnya dalam pendidikan berbasis TI, karena
perkembangan internet kemudian muncul model-model e-learning, distance
learning, web base learning, dan istilah pendidikan berbasis TI lainnya. Internet
merupakan jaringan komputer global yang mempermudah, mempercepat akses
dan distribusi informasi dan pengetahuan (materi pembelajaran) sehingga materi
dalam proses belajar mengajar selalu dapat diperbaharui. Sudah seharusnya dalam
penerapan pendidikan berbasis TI tersedia akses internet.
Saat ini wilayah Indonesia yang terjangkau jaringan internet semakin meluas
hal ini sebagai dampak dari perkembangan yang pesat dari jaringan
telekomunikasi. Mulai dari jaringan telepon rumah/kantor, jaringan Speedy
telkom, leased line ISP, sampai dengan komunikasi melalui GPRS, 3G, HSDPA
dengan memanfaatkan modem GSM dan CDMA dari provider seluler adalah
sederetan teknologi yang dapat digunakan untuk akses internet. Dengan kata lain,
saat ini tersedia banyak pilihan teknologi untuk melakukan koneksi pada jaringan
global.

10
Arief S. Sadiman, dkk Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Edisi Pertama.(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), 84
11
I Ketut Gede Darma Putra, Pendidikan Berbasis Teknologi Informasi. Makalah ini
disampaikan pada Rakorda Disdikpora Bali – 10 Maret 2009
20

b) Intranet
Apabila penyediaan infrastruktur internet mengalami suatu hambatan, maka
intranet dapat dijadikan alternatif sebagai media pendidikan berbasis TI.
Karakteristik intranet hampir sama dengan internet, hanya saja untuk area lokal
(dalam suatu kelas, sekolah, gedung, atau antar gedung). Model-model
pembelajaran sinkron dan tidak sinkron dapat dengan mudah dan lebih murah
dijalankan pada intranet. Menurut penulis, pada kondisi-kondisi tertentu intranet
justru dapat menjadi pilihan tepat dalam menerapkan pendidikan berbasis TI.
c) Mobile Phone
Pembelajaran berbasis TI juga dapat dilakukan dengan menggunakan media
telepon seluler, hal ini dapat dilakukan karena kemajuan teknologi telepon seluler
yang pesat. Seseorang bisa mengakses materi pembelajaran, mengikuti
pembelajaran melalui telepon seluler. Begitu canggihnya perkembangan teknologi
ini sampai memunculkan istilah baru dalam pembelajaran berbasis TI yang
disebut M-learning (mobile learning).

d) CD-ROM/Flash Disk
Media CD-ROM atau flash disk dapat menjadi pilihan apabila koneksi
jaringan internet/intranet tidak tersedia. Materi pembelajaran disimpan dalam
media tersebut, kemudian dibuka pada suatu komputer.
Pemanfaatan media CD-ROM/flashdisk merupakan bentuk pembelajaran berbasis
TI yang paling sederhana dan paling murah.

3. Pembelajaran PAI berbasis IT


Teknologi dalam pembelajaran PAI dapat diartikan sebagai alat, metode
atau tatacara yang dipergunakan dalam proses pembelajaran PAI yang secara
sistematis oleh guru atau pendidik agama Islam yang diharapkan kepada peserta
didik agar dapat dengan mudah menerima dan mempelajari materi-materi
pendidikan agama Islam dalam aktivitas pembelajaran yang dilakukan.
Model pembelajaran PAI selama ini dinilai sebagai model yang
konvensional, Model pembelajaran PAI konvensional maksudnya ialah model
21

pembelajaran PAI yang masih menggunakan metode, materi dan media


pembelajaran yang sudah lama dan biasa dijalankan dalam proses pembelajaran
PAI selama ini. Seperti metode ceramah, hafalan, tanya jawab, memaknai kitab
dan lain-lain. Pembelajaran PAI konvensional biasanya masih menerapkan model
pembelajaran satu arah yaitu guru mentransfer pengetahuan pada siswa dan murid
wajib mengikutinya, sedangkan pengetahuan guru terbatas pada pengalaman
belajarnya. Bahan yang diajarkan masih menggunakan buku, kitab atau referensi
lain yang sudah kuno sehingga dalam memberikan ulasan menggunakan praktek
keagamaan pada zamannya. Umumnya hal ini terjadi pada pembelajaran fiqih
disekolah-sekolah, sedangkan zaman dan kehidupan manusia akan terus berubah
dan berkembang dari masa kemasa.
Pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran PAI pada masa kini
telah mulai berkembang, beragam bentuk system teknologi informasi dapat
dipergunakan untuk menunjang pembelajaran khususnya PAI. Menurut Hery
Nugroho, Sebenarnya banyak guru PAI yang sudah menguasai ICT, tetapi masih
sekedar dimanfaatkan untuk mengetik.
Padahal manfaat ICT dalam pembelajaran dapat dimanfaatkan lebih dari itu.
Bentuk pemanfaatan ICT dalam pembelajaran PAI yaitu:12
a. Penggunaan program powerpoint dalam proses pembelajaran PAI di kelas.
Melalui proram tersebut, guru tinggal menulis poin-poin penting materi
yang akan disampaikan. Agar lebih menarik, bisa juga guru menggunakan
program macromedia flash. Tidak hanya tulisan yang dapat disampaikan
ke peserta didik, tetapi juga dapat menampilkan suara atau video yang
berkaitan dengan materi tersebut. Misalnya, dalam materi pembelajaran
tentang Iman Kepada Hari Akhir, melalui program ini peserta didik tidak
hanya mendapatkan pengetahuan materi tersebut, tetapi juga dapat
ditampilkan ilustrasi tentang kiamat sughra dan kubra.
b. Menggunakan e-mail untuk mengumpulkan tugas dari peserta didik.
Sekarang ini yang biasa dilakukan guru kepada peserta didik dalam

12
Hery Nugroho, Pembelajaran PAI Berbasis ICT, dalam website:http://herynugrohoyes.
wordpress.com /2012/08/11/pembelajaran-pai-berbasis-ict/, diakses, 20 September 2016
22

mengumpulkan tugas melalui buku atau kertas. Bisa dibayangkan


bagaimana kalau guru mengajar di 18 kelas. Masing-masing kelas
berjumlah 40 siswa. Berarti ada 720 buku tugas atau makalah yang
menumpuk dibawa atau di atas meja guru.
c. Menggunakan mailing list untuk diskusi kelas yang diajarkan. Melalui
mailing list guru dapat membuat grup atau kelompok sendiri, bisa berupa
satu kelas atau satu sekolah untuk berkomunikasi. Di sini guru PAI
menginformasikan materi pembelajaran yang akan disampaikan pada
pertemuan ke depan via mailing list. Sedangkan seluruh anggota grup akan
mengetahuinya dalam waktu yang bersamaan. Saat itu juga peserta didik
dapat mendownload materi tersebut dari rumah atau dimanapun tempatnya
asal ada jaringan internet. Selain itu, melalui mailing list guru dapat
membuka ruang diskusi dengan peserta didik. Selama ini peserta didik
kesempatan bertanya masih terbatas
di ruang kelas, melalui program tersebut guru dapat membantu
permasalahan yang dihadapi peserta didik kapanpun dan dimanapun
mereka berada.
d. Menggunakan web blog untuk pembelajaran di dalam atau luar kelas.
Dibanding dengan fasilitas ICT, web blog lebih sempurna. Diantara
kelebihannya adalah guru dapat menampilkan semua karya atau hasil
pemikiran yang dimiliki. Webblog dapat digambarkan seperti surat kabar
pribadi guru. Surat kabar tersebut mau diisi apa tergantung pada guru.
Hubungannya dengan pembelajaran, guru dapat mengunggah (up load)
semua materi pembelajaran PAI ke website. Melalui media ini peserta
didik dapat belajar tanpa dibatasi dengan ruang kelas. Tidak hanya materi
pembelajaran, tetapi juga latihan soal, hasil ujian/ulangan atau materi lain
yang berhubungan dengan materi PAI. Khusus hasil ujian, selama ini
peserta didik atau orang tua hanya mengetahui hasil ujian miliknya sendiri,
sedangkan hasil ujian temannya belum tentu tahu. Melalui webblog,
peserta didik dapat melihat hasil ujian secara keseluruhan. Sehingga
23

apabila ada kekeliruan, peserta didik atau orang tua dapat konfirmasi ke
guru mata pelajaran tersebut.
Dari keempat penggunaan ICT dalam pembelajaran, apabila dilakukan oleh
guru PAI, maka akan berdampak positif pada ketertarikan peserta didik terhadap
mata pelajaran PAI di sekolah. Sehingga peserta didik dalam mengikuti mata
pelajaran PAI tidak terpaksa, melainkan kesadaran dari diri sendiri.
Selain itu, dalam pendidikan agama Islam pula, seperti yang diungkapkan
oleh Tajul Ariffin Noordin bahwa penggunaan teknologi canggih seperti komputer
sangat penting dan dapat mempengaruhi perkembangan pendidikan agama Islam.
a. Penggunaan komputer dalam PBM dapat berperanan sebagai alat bantu
untuk memungkinkan pendidikan agama Islam meluaskan skop paradigma
ilmunya.
b. Penggunaan teknologi canggih dapat digunakan untuk mewujudkan
kesatuan antara pendidikan agama Islam dengan pendidikan modern dan
juga dengan bidang-bidang lain seperti sains, sosial, ekonomi dan bidang-
bidang profesional yang lain.
c. Bagaimana kita dapat menggunakan dan mengeksploitasi secara positif
segala bentuk teknologi yang ada untuk menjadikan pendidikan agama
Islam sebagai dasar pengajian ilmu pendidikan atau dasar ilmu-ilmu.
d. Kita perlu menguasai teknologi canggih. Khususnya teknologi informasi
seperti penggunaan komputer, internet dan sebagainya untuk mewujudkan
suatu rangkaian pendidikan agama Islam sedunia. Kemudahan teknologi
dapat digunakan untuk merangka dan membina satu paradigma dan
kurikulum pendidikan agama Islam yang sama untuk negara-negara Islam.
Dalam hal ini pertukaran informasi dan program-program pendidikan
agama Islam sedunia dapat dilakukan secara terpadu dan segera,
inputinput yang disetujui bersama akan meluaskan gambaran tentang skop,
konsep, kurikulum dan pedagogi supaya benar-benar memenuhi kehendak
pendidikan agama Islam. Dengan strategi ini kita dapat menangani
24

ideologi Barat khususnya yang bertentangan dengan falsafah pendidikan


Islam.
e. Bagaimana kita dapat memanfaatkan teknologi untuk membina konsep
ketauhidan ilmu-ilmu. Ini bermaksud dengan teknologi kita dapat
menerangkan bahwa ilmu itu sebenarnya bersifat kesatuan. Tahap kelima
ini melengkapkan usaha kita untuk membina peradaban Islam yang maju.13

4. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Hamalik memberikan pengertian tentang hasil belajar adalah


sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat
diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan
tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan
yang lebih baik dari sebelumnya dan yang tidak tahu menjadi tahu.14
Hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil maksimum yang telah
dicapai oleh siswa setelah mengalami proses belajar mengajar dalam
mempelajarinya tidak mutlak berupa nilai saja, akan tetapi dapat berupa
perubahan atau peningkatan sikap, kebiasaan, pengetahuan, keuletan,
ketabahan, penalaran, kedisiplinan, keterampilan dan lain sebagainya yang
menuju kepada perubahan positif. Hasil belajar menunjukkan kemampuan
siswa yang sebenarnya yang telah mengalami proses pengalihan ilmu
pengetahuan dari seseorang yang dapat dikatakan dewasa atau memiliki
pengetahuan. Jadi dengan adanya hasil belajar, orang dapat mengetahui
seberapa jauh siswa dapat menangkap, memahami, memiliki materi pelajaran
tertentu. Atas dasar itu pendidik dapat menentukan strategi belajar mengajar
yang lebih baik.15

13
Tajul Ariffin Noordin dalam http://suarakampus.com/?mod=opini&se=detil&id=13, diakses
pada tanggal 20 September 2016
14
Omar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 30
15
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010), 42
25

Hasil belajar merupakan suatu proses untuk melihat sejauh mana


siswa dapat menguasai pembelajaran setelah mengikuti kegiatan proses
belajar mengajar, atau keberhasilan yang dicapai seorang peserta didik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran yang ditandai dengan bentuk angka, huruf,
atau simbol tertentu yang disepakati oleh pihak penyelenggara pendidikan.16
Jadi, Hasil belajar PAI siswa adalah hasil yang dicapai dari suatu
kegiatan atau usaha tertentu berupa penguasaan materi, pencapaian
kompetensi tertentu, perubahan emosional atau perubahan tingkah laku yang
dapat diukur dengan tes atau ujian tertentu, yang diperoleh dari hasil
pemahaman, penghayatan, dan pengaplikasian siswa yang ditandai dengan
bentuk angka, huruf, atau simbol tertentu yang disepakati oleh penyelenggara
pendidikan.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa


faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu yang berasal dari
dalam siswa yang belajar (faktor internal) dan ada pula yang berasal dari luar
siswa yang belajar (faktor eksternal). Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses dan hasil belajar siswa secara garis besar terbagi dua bagian, yaitu
faktor internal dan eksternal.
1). Faktor Internal Siswa
a) Faktor fisiologis siswa, seperti kondisi kesehatan dan kebugaran
fisik, serta kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan
pendengaran.
b) Faktor psikologis siswa, seperti minat, bakat, intelegensi, motivasi,
dan kemampuan-kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi,
ingatan, berpikir dan kemampuan dasar pengetahuan yang dimiliki.
17

16
Dimyanti dkk, Belajar dan pembelajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 25
17
Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),
54-
26

2). Faktor-Faktor Eksternal Siswa


a) Faktor lingkungan siswa, Faktor ini terbagi dua, yaitu pertama,
faktor lingkungan alam atau non sosial seperti keadaan suhu,
kelembaban udara, waktu (pagi, siang, sore, malam), letak

59
madrasah, dan sebagainya. Kedua, faktor lingkungan sosial seperti
manusia dan budayanya.
b) Faktor instrumental, Yang termasuk faktor instrumental antara lain
gedung atau sarana fisik kelas, sarana atau alat pembelajaran, media
pembelajaran, guru, dan kurikulum atau materi pelajaran serta
strategi pembelajaran.18

c. Indikator Hasil Belajar

Indikator hasil belajar menurut Benjamin S.Bloom dengan Taxonomy


of Education Objectives membagi tujuan pendidikan menjadi tiga ranah, yaitu
ranah kognitif, yakni yang berhubungan dengan otak serta intelektual.
Afektif, yakni semua yang berhubungan dengan sikap, dan psikomotorik,
yakni sesuatu yang berkaitan dengan gerak atau ucapan baik verbal maupun
non verbal.
Dalam penelitian ini difokuskan pada salah satu ranah dalam teori
hasil belajar yaitu pada ranah kognitif. Karena penelitian ini, nantinya akan
mengukur seberapa besar peningkatan hasil belajar AlQur’an Hadist siswa
yang mana dalam hal ini lebih ditunjukkan dari segi kognitifnya.19
Tabel 2.1
Indikator Hasil Belajar
Dimensi Proses Kognitif Indikator

18
Nyayu Khadijah, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 59
19
Karthwohl, A Revision of Bloom’s Taxonomy: an overview, theory into practice. Retrieved
From: http://www.tandfonline.com/loi/htip20, 215
27

C. 1 Mengingat 1. 1 Mengenali
(Remember) 1. 2 Mengingat
C. 2 Memahami 1. 3 Menafsirkan
(Understand) 1. 4 Memberi contoh
C. 3 Mengaplikasikan 1. 5 Meringkas
(Apply) 1. 6 Menarik inferensi
C. 4 Menganalisis (Analyze) 1. 7 Membandingkan
C. 5 Evaluasi (Evaluate) 1. 8 Menjelaskan
C. 6 Membuat (Create) 1. 9 Menjalankan
1. 10 Mengimplementasikan
1. 11 Menguraikan
1. 12 Mengorganisasikan
1. 13 Menentukan makna
tersirat
1. 14 Memeriksa
1. 15 Mengkritik
1. 16 Merumuskan
1. 17 Merencanakan
1. 18 Memproduksi.

d. Alat Ukur Hasil Belajar

Tes merupakan salah satu jenis alat ukur yang biasanya dilakukan
untuk mengetahui ketercapaian sesuatu, biasanya berupa hasil belajar,
prestasi belajar, dan sebagainya. Tujuan tes untuk mengukur sejauh mana
pemahaman siswa dalam memahami materi pelajaran. Tes hasil belajar
digunakan untuk membantu pendidik memberikan dan menentukan nilai yang
akurat terhadap siswa. Dari segi cara pemberian skor, tes dibagi menjadi tes
objektif dan tes subjektif. Yakni sebagai berikut:
1). Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara
objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-
28

kelemahan dari tes bentuk isi. Tes objektif tersebut berbentuk tes benar-
salah, tes pilihan ganda, tes menjodohkan, dan tes isian.
2). Tes subjektif adalah tes hasil penilaiannya relatif tergantung penilaiannya.
Tes subjektif berbentuk esai (uraian) adalah sejenis tes kemampuan belajar
yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-
kata.20
Kedua bentuk tes dapat dipergunakan dalam kegiatan belajar
mengajar PAI, untuk keperluan mendiagnosis dan mendapatkan informasi
tentang objek-objek PAI yang dikuasai siswa sebaiknya menggunakan tes
objektif. Sedangkan untuk mengetahui mengapa dan bagaimana proses
menyelesaikan masalah PAI dan mengungkapkan gagasannya sebaiknya
menggunakan tes subjektif.

B. Model Produk yang Dikembangkan


Ada beberapa komponen perangkat pembelajaran dalam penelitian ini,
yakni silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Materi PAI (Modul),
LKS, Slide presentation dan alat evaluasi. Dan sebagai model produk yang akan
dikembangkan berupa bahan ajar interaktif melalui internet yang digunakan dalam
penelitian ini di sajikan dalam program MOODLE yang telah dirancang untuk
membantu guru dalam mengajar. Menurut Munir, Moodle merupakan software
belajar dinamis dengan menggunakan model berorientasi objek atau merupakan
21
paket lingkungan pendidikan berbasis web yang dinamis.
Sebagai bentuk pengembangan untuk mengoptimalkan pembelajaran pada
masa pandemi covid-19 ini, maka peneliti mengembangkan sebuah aplikasi
software yakni Moodle yang dapat di akses serta dijangkau dengan mudah,
menggantikan kelas biasa yang digunakan untuk kbm secara tatap muka, serta
mengembangkan sebuah modul elektronik dengan materi yang dapat dengan
mudah siswa dapatkan beserta dengan penjelasannya.

20
Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. (Jakarta: Bumi Aksara, 2015),
11-12
21
Munir, Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis TIK, (Bandung : Alfabeta, 2009), 180
29

C. Desain Spesifikasi Pengembangan Produk, Karakter dan Kondisi Yang


Diharapkan
Kerangka model pembelajaran PAI berbasis TIK ini terdiri atas syntax,
system sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dampak instruksional dan
dampak pengiring.
1. Sintaks
Sintaks merupakan fase-fase atau langkah-langkah kegiatan dalam
suatu model yang diwujudkan dalam rangkaian kegiatan pembelajaran.
Sintaks ini dirancang dengan langkah-langkah yang dapat dilakukan guru,
kegiatan pembelajaran yang logis, mencirikan adanya kemampuan yang
bersifat kognitif, afektif dan psikomotorik, serta memuat dengan jelas peran
guru dan siswa.
2. Sistem Sosial
Pola hubungan antara guru dan siswa menunjukkan pola interaksi
dalam pembelajaran dapat berbentuk satu arah, dua arah, atau multi arah.
Dalam komunikasi interaksi dua arah, guru dan siswa dapat berperan sama,
yakni masing-masing sebagai pemberi dan penerima aksi. Hal ini dapat lebih
menghidupkan suasana kegiatan belajar siswa. Dalam komunikasi transaksi
(multi arah), proses pembelajaran lebih memungkinkan siswa berkembang
secara optimal dalam kegiatan belajarnya. Diskusi dan simulasi merupakan
metode yang sesuai dengan jenis komunikasi ini. Syah mengemukakan
perlunya komunikasi multi arah dalam situasi pembelajaran dengan harapan
untuk menggalakkan student active learning. Dalam konteks ini proses
pembelajaran selayaknya dipandang sebagai kegiatan sebuah system yang
memproses siswa sebagai input agar mereka terdorong secara intrinsic untuk
melakukan aktivitas belajar khususnya di dalam kelas. Hasil yang diharapkan
adalah output yang tercermin pada perubahan positif dalam diri siswa, baik
dalam dimensi ranah cipta, rasa maupun karsanya. 22
3. Prinsip Reaksi
22
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. (Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya, 2000)
30

Prinsip reaksi berkaitan dengan teknik yang diterapkan guru dalam


memberi reaksi terhadap perilaku-perilaku siswa dalam kegiatan
pembelajaran, seperti bertanya, menjawab, menanggapi, mengkritik dan
sebagainya. secara garis besar prinsip reaksi merupakan pedoman bagi guru
dalam menghargai dan merespons stimulus berupa perilaku-perilaku siswa
dalam proses pembelajaran. Beberapa perilaku guru yang diharapkan dalam
pembelajaran PAI adalah:
a. menciptakan suasana yang kondusif untuk pembelajaran dan
membangkitkan motivasi siswa untuk belajar, misalnya dengan
menyiapkan siswa untuk belajar (menenangkan siswa) dan
menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pencapaian hasil belajar;
b. menyediakan dan mengelola sumber-sumber belajar yang relevan yang
dapat mendukung kelancaran proses pembelajaran PAI seperti Modul
elektronik, LKS, dan slide presentation;
c. mendemonstrasikan atau mengarahkan siswa untuk mengkonstruksi
pengetahuan melalui internet program moodle;
d. Meminta siswa untuk merefleksikan hasil pembelajaran melalui internet
program moodle dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari;
e. Menghargai segala aktivitas siswa yang mendukung proses pembelajaran
(penguatan positif) dan mengarahkan aktivitas siswa yang menghambat
proses pembelajaran (penguatan negatif).

4. Sistem Pendukung
Sistem pendukung suatu model pembelajaran adalah hal-hal yang
dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran dengan menerapkan
model itu. Hal-hal yang dimaksud berupa sarana, bahan, perangkat, dan alat
bantu atau media. Untuk model PAI TIK ini dibutuhkan sarana pendukung
seperti silabus, RPP, Modul PAI, Slide
Presentation, LKS, lembar evaluasi, dan internet program moodle. 23
23
Suparno dkk, Aplikasi Pendekatan Konstruktivistik Dalam Pembelajaran IPA-Biologi
Sekolah Menengah dan Pengaruhnya Terhadap Minat dan Motivasi Belajar Mahasiswa di
Perguruan Tinggi. Makalah Seminar Nasional , (Makassar: Lembaga Penelitian UNM, 2000).
31

5. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring penerapan suatu model


pembelajaran diarahkan untuk menopang pencapaian secara optimal
sasaran atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pada prinsipnya
pengguna model harus berupaya mensinergikan semua komponen model
itu dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran
terbagi atas tujuan utama yang bersifat segera/mendesak untuk dicapai
(instructional effect) dan tujuan pengikut/pengiring yaitu tujuan yang tidak
segera dapat dicapai atau hasilnya tidak segera dapat dipetik setelah
pembelajaran berlangsung, tetapi diharapkan dalam waktu yang relatif
lama (nurturant effect). Dampak instruksional untuk model PAI TIK ini
adalah tercapainya penguasaan bahan ajar pendidikan Agama Islam
khususnya aspek al-Qur’an yang berkenaan dengan pencapaian
kompetensi dasar dan indikator hasil belajar PAI yang direncanakan dalam
RPP. Sedangkan dampak pengiring dalam model PAI TIK ini adalah
adanya kemandirian siswa dalam belajar PAI, keaktifan belajar dan sikap
positif terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam.
D. Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian oleh Dr. Muljono damopolli, M. Ag dan Dr. Muhammad
Yaumi, S.Hum, MA dengan judul “pengembangan system pembelajaran
jarak jauh berbasis teknologi informasi dan komunikasi sebgai media
penghubung kelas kerjasama pascasarjana UIN Alauddin di Makasar”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis teknologi yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Penelitian ini menggunakan
motode penelitian dan pengembangan. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian yang dikembangkan oleh Dick and Carey dengan
menggunakan model pengembangan yang disempurnakan oleh atwi
suparman. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Analisis data dalam
penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif (Mixed
method).
32

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam penggunaan tik dalam


pembelajaran didukung oleh beberapa hal, diantaranya, sarana dan
prasarana, pelaksanaan dan model interaksi antara mahasiswa dengan
sumber belajar. Desain system pembelajaran jarak jauh berbasis tik
mencakup tik berbasis non-web spserti ppt, audio dan video, lalu tik
berbasis web seperti web-blog dengan mengintegrasikan teks, gambar,
youtube, facebook, dll. Dan hasil evaluasi pembelajaran secara
keseluruhan berada pada titik baik, menarik dan memuaskan.
2. Penelitian oleh Cahyaningrum, Resti. 2016. Dengan judul
“pengembangan bahan Ajar berbasis multimedia interaktif dalam
meningkatkan motifasi belajar Pendidikan agama Islam (PAI) pada siswa
kelas VII di SMP Islam AL-Azhar Tulingagung”. Pembelajaran
berwawasan teknologi akan mempermudah Pembelajaran bagi siswa
dalam menerima segala informasi. Apalagi pendidikan Agama Islam
akan berjalan efektif, efisien dan menarik ketika ada pemberdayaan
Sarana pendidikan yang dipadukan dengan media pembelajaran
teknologi. Salah Satu manfaat dari penggunaan media pendidikan yang
memadai yaitu pengajaran Akan lebih menarik perhatian siswa, sehingga
dapat menumbuhkan motivasi Belajar siswa pada diri siswa. Media yang
digunakan guru pada umumnya yaitu Media presentasi yang dilengkapi
alat untuk mengontrol yang dilakukan oleh Pengguna yang ditemukan
pada penerapan multimedia. Multimedia adalah Kombinasi dari
komputer dan video, sehingga secara prinsip multimedia Merupakan
gabungan dari tiga elemen dasar, yaitu suara, gambar dan teks.Penelitian
ini bertujuan untuk (1) mengembangkan bahan ajar berbasis Multimedia
interaktif dengan langkah-langkah yang sistematis sesuai dengan
Karakteristik pengembangan, (2) mengetahui pengembangan bahan ajar
berbasis Multimedia interaktif dalam meningkatkan motivasi belajar
pendidikan agama Islam (PAI) pada siswa kelas VII di SMP Islam AL-
Azhar Tulungagung.
33

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang


dilakukan Dengan tahap analisis, perancangan, produksi dan revisi. Pada
tahap produksi Dihasilkan produk awal yang kemudian di review oleh ahli
materi dan ahli media. Dari hasil review dilakukan revisi sesuai dengan
saran kedua ahli tersebut. Pada Tahap selanjutnya, produk diuji cobakan
kepada siswa dalam skala kecil dan Dilanjutkan pada uji coba siswa dalam
skala besar, subjek uji coba adalah siswa Kelas VII B di SMP Islam AL-
Azhar Tulungagung. Data diperoleh dengan angket, Skor diberikan dalam
skala 1-5. Data kemudian dianalisa sedangkan saran-saran Dijadikan dasar
merevisi produk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) bahan ajar
berbasis media interaktif Ini telah melalui tahap dan prosedur
pengembangan sesuai dengan karakteristik Pengembangan yaitu diawali
dengan analisis, tahap perancangan, dilanjutkan Dengan tahap produksi
dan revisi produk, (2) pengembangan bahan ajar berbasis Multimedia
interaktif dapat meningkatkan motivasi belajar pendidikan agama Islam
(PAI) di SMP Islam AL-Azhar Tulungagung berdasarkan hasil uji coba
Dengan skor rata-rata 4.6 yang termasuk berkategori baik.

3. Penelitian oleh Oktaria. 2016. Dengan judul “pengembanga bahan ajar


matematika Berbasis teknologi informasi dan komunikasi bagi siswa
SMK pada materi Matriks”. Penelitian dan pengembangan ini bertujuan
menghasilkan bahan ajar Matematika SMK kelas XII berbasis teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) Bagi siswa Prakerin dan untuk
mengetahui efektifitas penggunaan bahan ajar Matematika SMK kelas
XII berbasis TIK oleh siswa Prakerin. Produk yang Dihasilkan pada
penelitian dan pengembangan ini berupa bahan ajar matematika Berbasis
TIK bagi siswa Prakerin pada materi matriks. Penelitian ini
menggunakan model pengembangan ADDIE (Analyze, Design,
Development,
Implementation and evaluatin) subjek penelitian ini adalah siswa Kelas
XII Teknik Kendaraan Rringan di SMK Negeri 2 Bandar Lampung
34

sebanyak 30 siswa. Prosedur penelitian ini adalah penelitian


pendahuluan, mendesain bahan Ajar, penyusunan instrumen, uji ahli, uji
perorangan dan uji terbatas. Data yang Dikumpulkan menggunakan
teknik tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan bahan ajar
matematika berbasis TIK yang dihasilkan efektif untuk Mencapai KKM
dan respon siswa terhadap bahan ajar matematika berbasis TIK Pada
materi matriks tergolong menarik dan mudah dipahami.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian Pengembangan


Jenis penelitian ini adalah Research and Development in Education atau
penelitian dan pengembangan, karena penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan
atau mengembangkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut.
Penelitian pengembangan bukanlah penelitian yang dimaksudkan untuk menguji
teori melainkan untuk menghasilkan produk tertentu.
B. Populasi dan Sampel Penelitian Pengembangan Model (Produk)
1. Populasi
Menurut Gulo, populasi terdiri atas sekumpulan obyek yang menjadi
pusat perhatian, yang dari padanya terkandung informasi yang ingin diketahui.
Obyek tersebut disebut satuan analisis.24 Dalam setiap penelitian, populasi
yang dipilih erat hubungannya dengan masalah yang ingin dipelajari. 25
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa sekolah menengah atas
negeri 10 Tanjung Jabung Timur tahun ajaran 2020/2021 yang duduk dikelas
XI yang berjumlah 215 siswa.
Tabel 3.1 Jumlah Siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Tanjung
Jabung Timur
No Jenis Kelamin
Kelas Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 XI IPA 1 14 13 27
2 XI IPA 2 14 12 26
3 XI IPS 1 13 14 27
4 XI IPS 2 14 15 29
Jumlah 55 54 109

24
W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), 76
25
Mari Singarimbun, Metode Penelitian survai, 152
35

2. Sampel
Menurut Sugiyono sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut.29 Sampel yang baik adalah sampel yang
representatif. Yang artinya sampel tersebut mewakili populasi. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan pengambilan sampel dengan teknik
Stratified Sampling, merupakan teknik pengambilan sampel dengan populasi
yang memiliki strata atau tingkatan dan setiap tingkatan memiliki karakteristik
sendiri, karena jumlah populasi pada setiap strata tidak sama, maka dalam
pelaksanaanya untuk menentukan ukuran sampel dari populasi di gunakan
teknik Solvin30, dengan rumus sebagai berikut:

n=

Keterangan : n = Sampel, N = Populasi, e = Perkiraan tingkat


kesalahan (5%)
Jadi, berdasarkan rumus tersebut di dapatkan sampel yang akan diteliti
adalah dengan perhitungan sebagai berikut:

n = (, )

= 85,6 dibulatkan menjadi 86 sampel.

C. Jenis dan Sumber Data


1. Jenis Data
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan
kuantitatif :
a) Data Kualitatif, yaitu data yang disajikan dalam bentuk verbal bukan
dalam bentuk angka.31 Yang termasuk data kualitatif dalam penelitian
ini yaitu gambaran umum obyek penelitian, meliputi: sejarah singkat
berdirinya, letak geografis obyek, visi

29
37

Ibid, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008) ,81
30
Ibid, 34
31
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rakesarasin, 1996) ,22

36

dan misi, struktur organisai, keadaan guru, keadaan siswa, serta


keadaan sarana dan prasarana.
b) Data kuantitatif, adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung
secara langsung, yaitu berupa informasi atau penjelasan yang
dinyatakan dengan bilangan atau berbentuk angka.26 Dalam hal ini
data kuantitatif yang diperlukan adalah jumlah guru, siswa dan
karyawan, jumlah sarana prasarana, dan hasil angket.
2. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari
mana data dapat diperoleh.27 Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua
sumber data yaitu:
a) Sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh
peneliti dari sumber pertamanya.28 Adapun yang menjadi sumber data
primer dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru PAI dan
siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Tanjung jabung Timur.
b) Sumber data sekunder, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh
peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama.29 Dapat juga
dikatakan data yang tersusun dalam bentuk dokumendokumen.
Dalam penelitian ini, Angket atau quesioner merupakan sumber data
sekunder.

D. Teknik Pengumpulan Data


Langkah pertama adalah mengumpulkan data/informasi penelitian yakni
mengumpulkan teori pendukung, observasi dalam kelas, dan menyiapkan laporan
penelitian studi. Kedua, perencanaan yakni mendefinisikan keterampilan,
menentukan langkah-langkah kegiatan, dan

26
Sugiyono, Statistik Untuk Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010) 15
27
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, 129
28
Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, (Jakarta: Rajawali, 1987) 93
29
Ibid, 94
38

menguji skala kemungkinan pada tingkatan yang lebih kecil. Ketiga,


mengembangkan bentuk alat pendahuluan yakni menyiapkan petunjuk materi,
buku panduan, dan menentukan evaluasi. Keempat, menguji tempat/lapangan
awal penelitian yakni produk diujikan pada 1 sekolah, dengan menggunakan 6
sampai 12 subject. Hasil wawancara, observasi, dan data quistionare dikumpulkan
dan dianalisis. Kelima, merevisi produk yakni merevisi produk dengan
menggunakan hasil uji lapangan awal penelitian. Keenam menguji
tempat/lapangan penelitian inti yakni pengujian ini dilakukan pada 1 sekolah
dengan 25-30 subjek. Ketujuh, merevisi operasional produk yakni merevisi
operasional produk dilakukan melalui hasil uji lapangan inti. Kedelapan, uji
operasional lapangan yakni dilakukan pada 10-30 sekolah termasuk 40-200 subjek
mengumpulkan dan menganalisis hasil intervieu, observasi dan data questionare.
Kesembilan, revisi akhir produk yakni revisi akhir produk dilakukan berdasarkan
hasil uji operasional lapangan. Kesepuluh penyebaran dan pendistribusian yakni
laporkan hasil penelitian pada pertemuan-pertemuan dan jurnal bekerjasama
dengan penerbit yang bisa mendistribusikan hasil secara komersil. Mengawasi
pendistribusian agar tetap terkontrol dan berkualitas.
E. Teknik Analisis Data atau Uji Keterpercayaan Data
Analisis Validitas, Analisis Data Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran
PAI Berbasis TIK/E-learning, Analisis Data Kemampuan Guru dalam
Pengelolaan Pembelajaran PAI Berbasis TIK/E-learning, Analisis Data Aktifitas
Siswa Terhadap pembelajaran PAI Berbasis TIK/Elearning, Analisis Data
Respons Siswa Terhadap Pembelajaran, Analisis Data Penilaian Kinerja Guru
(PKG) dalam proses pembelajaan, dan analisis hasil belajar. Secara umum bahan
ajar diketahui valid dengan melihat hasil validasi e-materi, slide presentation, e-
lks, tes penguasaan bahan ajar, Petunjuk penggunaan moodle, Silabus dan
Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan.
Secara umum tentang penyusunan instrumen yang digunakan dalam
rangka pengembangan perangkat pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Lembar validitas pengembangan model pembelajaran;
39

2. Lembar keberterimaan pengembangan model;


3. Lembar observasi keterlaksanaan pengembangan model pembelajaran;
4. Lembar observasi kemampuan guru mengelola pembelajaran;
5. Lembar obsevasi aktivitas siswa;
6. Angket respons siswa;
7. Instrumen penilaian kinerja guru.

F. Prosedur Pengembangan Produk 1. Studi Pendahuluan


Teknologi informasi beberapa tahun belakangan ini berkembang
dengan pesat, sehingga dengan perkembangan tersebut telah mengubah
paradigma masyarakat dalam mencari dan mendapatkan informasi, yang tidak
lagi terbatas pada informasi media cetak dan media elektronik, tetapi juga
sumber-sumber informasi lainnya seperti informasi dari dunia maya. Salah
satu bidang yang mendapatkan dampak yang cukup berarti dalam
perkembangan riset dan teknologi adalah bidang pendidikan. 30 Teknologi
informasi bukan hanya menjadikan informasi dapat kita akses setiap waktu, ia
juga menjadikan kita dapat diakses oleh informasi. Adanya pengalihan
informasi dari media fisik ke media digital saat ini memungkinkan informasi
dapat diakses melalui sarana komputer dan perangkat kelengkapannya.
Teknologi informasi dan komunikasi berperan pada tiga fungsi:
pertama, menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan dan mengasyikkan
(efek emosi); kedua, membekali kecakapan siswa untuk menggunakan teknologi
tinggi; Ketiga, teknologi berfungsi sebagai learning tools dengan program-
program aplikasi dan utilitas, yang selain mempermudah dan mempercepat
pekerjaan, juga
memperbanyak variasi dan teknik-teknik analisis dan interpretasi.31

30
Asmani, J.M.. Tips Efektif Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Dunia
Pendidikan. (Yogyakarta: DIVA press.2011), 24
31
Ace Suryadi, Pemanfaatan ICT dalam Pembelajaran. ( Jurnal Pendidikan Terbuka dan
Jarak
Jauh. Vol.8 No,2.Jakarta: LPPMUniversitas Terbuka, 2007 ) , 93
40

Karakteristik teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran


adalah memanfaatkan jasa teknologi elektronika yang menjadikan guru dan
peserta didik, peserta didik dan sesama peserta didik atau guru dan sesama
guru dapat berkomunikasi dengan mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang
sifatnya seremonial. Memanfaatkan keunggulan teknologi informasi dan
komunikasi misalnya menggunakan komputer (digital media dan computer
networks) atau laptop, menggunakan bahan belajar yang bersifat mandiri
(self-learning materials) dan yang tersimpan di komputer/laptop sehingga
dapat diakses oleh guru dan peserta didik kapan saja dan dimana saja bila
yang bersangkutan memerlukannya, serta memanfaatkan jadwal
pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan
dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer/laptop.
Dengan teknologi informasi dan komunikasi segala macam bisa diakses,
tetapi dalam pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran untuk
mencapai kompetensi, maka teknologi informasi dan komunikasi ini harus
dimanfaatkan dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada dasarnya
kompetensi adalah sebuah kemampuan yang mencakup aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor.

2. Pengembangan Produk
a) Konsep pengembangan model pembelajaran
Pengembangan adalah proses menerjemahkan spesifikasi desain ke
dalam suatu wujud fisik tertentu 32. Secara utuh, kegiatan pembelajaran
memerlukan desain agar arah dan kegiatan pembelajaran dapat mencapai
tujuan yang diharapkan. Proses desain dimulai dari identifikasi masalah
atau identifikasi kebutuhan pembelajaran dan diakhiri dengan identifikasi
bahan dan strategi pembelajaran, sedangkan proses pengembangan

32
Seels, Barbara B dkk. Instructional Technology: The Definition and Domain of the Field.
(Washington DC: Association for Educational Communication and Technology, 1994) 23
41

dimulai dari memilih atau mengembangkan bahan pembelajaran dan


menuangkannya dalam strategi pembelajaran yang telah didesain,
kemudian diakhiri dengan mengevaluasi strategi berikut bahan
pembelajaran tersebut, untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensinya.
33

Syarat pengembangan sebuah program pembelajaran, menurut


Soedijarto yaitu:
1) memungkinkan peserta didik mengalami proses pembelajaran yang
relevan dengan tujuan yang harus dicapai;
2) dapat memilih bahan dan sumber belajar;
3) harus dapat memilih dan mengembangkan media belajar yang dapat
mendukung makin dipahaminya suatu konsep;
4) harus merancang model interaksi belajar yang menantang peserta
didik untuk berpikir dan berkontemplasi; dan
5) merancang program evaluasi. Bila dilihat dari beberapa teori di atas
terlihat bahwa pengembangan pembelajaran adalah suatu proses
yang meliputi desain, produksi, dan evaluasi.34

b) Konsep Pembelajaran PAI berbasis TIK


Robbins mendefinisikan A model is an abstraction of reality, a
simplified representation of some real word phenomenon.35 Maksudnya,
model merupakan representasi dari beberapa fenomena yang ada di dunia
nyata. Pandangan serupa juga diungkapkan oleh Miarso yang
mendefinisikan model sebagai berikut: "Model adalah representasi suatu
proses dalam bentuk grafis dan/atau naratif, dengan menunjukkan unsur-

33
Dick, Walter, dkk. The Systematic Design Of Instruction (6th ed.). (Boston: Pearson,
2005), 213
34
Sudijarto. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Rineka Cipta. 2008), 146
35
Robbins, Stephen P. Organizational B e h a v i o r : C o n c e p t s , Controversies,
Applications (7m Ed.). (Prentice-Hall International, Inc.1996), 25
42

unsur utama serta strukturnya. Dalam hal ini dimungkinkan penafsiran


model naratif ke dalam bentuk grafis, atau sebaliknya". 36
Pentingnya model dalam pembelajaran dijelaskan Gustafson dan
Branch bahwa model membantu kita mengkonseptualkan representasi
dari kenyataan, menyederhanakan realitas karena kerapkali kondisi nyata
terlalu kompleks untuk dipotret. Penilaian kualitas model pembelajaran
merujuk pada kriteria kualitas kurikulumyakni validitas. Untuk menilai
validitas model dapat digunakan dua kriteria, yaitu:
(a) model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritik yang
kuat dan
(b) model memiliki konsistensi secara internal.
3. Uji Coba
Pelaksanaan uji coba merupakan bagian yang terpenting agar aplikasi
yang dihasilkan layak untuk dipergunakan. Tahapantahapannya sebagai
berikut:
a. Validasi ahli materi, dan ahli media pembelajaran dan Ahli
Teknologi Informasi dan komunikasi (TIK);
b. Analisis konseptual;
c. Revisi pengembangan, berdasarkan penilaian para ahli pada tahap 1
berupa masukan, kritik atau saran ahli materi, ahli media, ahli
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) selanjutnya dilakukan
perbaikan;
d. Uji coba terhadap teman sejawat (guru-guru PAI) dan pebelajar (satu-
satu dan kelompok kecil);
e. Analisis konseptual dan produk;
f. Revisi produk (tahap 2);
g. Uji coba lapangan terhadap pebelajar (siswa);
h. Penilaian pebelajar mengenai keefektifan produk;

36
Miarso, Yusufhadi. Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam Pendidikan di
Era
Globalisasi. (Jakarta: Makalah Seminar Nasional The Power of ICT in Education, PPs
UNJ, 15 April 2008. ) 12
43

i. Analisis empirik (tahap 3);


j. Revisi kecil; dan
k. Terwujudnya produk akhir pengembangan, berupa model konseptual,
model prosedural dan model fisikal.
4. Difusi Produk
Pada tahap ini dihasilkan prototipe 1 (awal) sebagai realisasi hasil
rancangan isi perangkat pembelajaran, sehingga dihasilkan pengembangan
perangkat pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) berbasis TIK/e-
learning yang terdiri dari:
1) Buku pedoman guru yang berisikan silabus, RPP, bahan ajar (e-
materi, elks, dan slide presentation),
2) Buku pedoman evaluasi yang berisikan tes evaluasi yang berbasis
TIK/e-learning (kuis online, tugas/latihan online, penguasaan
bahan ajar),
3) Buku penggunaan moodle yang berisikan buku petunjuk
penggunaan moodle yang terdiri atas instalasi moodle,
penggunaan moodle bagi guru dan siswa.

G. Rencana dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 10
Tanjung Jabung Timur, yang berlokasi di jl. Lintas Jambi Desa Suka Maju
Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. selama 6
bulan, penelitian ini diawali dengan observasi awal dilanjutkan dengan pembuatan
proposal penelitian, kemudian dilanjutkan dengan konsultasi dengan dosen
pembimbing, setelah itu seminar proposal dan perbaikan hasil seminar, kemudian
melakukan pengumpulan data, observasi, verifikasi analisis data dalam waktu
yang berurutan, setelah mendapatkan hasilnya, peneliti melakukan konsultasi
dengan dosen pembimbing, sebelum diajukan kepada sidang munaqosyah. Hasil
sidang munaqosyah dilanjutkan dengan perbaikan dan penggandaan penelitian
tesis.
44

Adapun jadwal kegiatan penelitian tesis ini, selengkapnya dapat dilihat pada
tabel berikut:
45

Tabel 3. 2 Jadwal Penelitian


Bulan

No Kegiatan april mei juni juli agustus september

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penulisan Draf Proposal

2. Konsultasi dengan ket. Prodi/lainnya untuk focus


penelitian
3. Revisi draf proposal

4. Proses ujian Proposal

5. Revisi Draf Proposal setelah ujian

6. Konsultasi dengan pembimbing

7. Koleksi Data

8. Analisa dan Penulisan Draf Awal

9. Draft Awal dibaca Pembimbing

10. Revisi Draft Awal

11. Draft Dua dibaca Pembimbing


12. Revisi Draft Dua

13. Draft ua Revisi dibaca Pembimbing

14. Penulisan Draft Akhir

15. Draft Akhir dibaca Pembimbing

16. Ujian Tahap Awal

17. Revisi Setelah Ujian Tahap Awal

18. Ujian Munaqqosyah

19. Revisi Tesis Setelah Ujian Munaqosyah

20. Mengikuti Wisuda


DAFTAR PUSTAKA

Ace Suryadi, Pemanfaatan ICT dalam Pembelajaran. ( Jurnal Pendidikan Terbuka


dan Jarak Jauh. Vol.8 No,2.Jakarta: LPPMUniversitas Terbuka, 2007 )
Achmad Munib Pengantar Ilmu Pendidikan. (Semarang: UPT MKK UNNES, 2004)

Ali Idrus, Manajemen Pendidikan Global (Visi, Aksi ADAPTASI), ( Jakarta :


Gedung Persada, 2009)

Arief S. Sadiman, dkk Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan


Pemanfaatannya. Edisi Pertama.(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006)

Asmani, J.M.. Tips Efektif Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi


dalam Dunia Pendidikan. (Yogyakarta: DIVA press.2011)
Dick, Walter, dkk. The Systematic Design Of Instruction (6th ed.). (Boston:
Pearson, 2005)
Dimyanti dkk, Belajar dan pembelajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 2006)

Eko Ganis, Sistem Informasi Manajemen, (Malang : Pena Surya Gemilang, 2008)

Hery Nugroho, Pembelajaran PAI Berbasis ICT, dalam


website:http://herynugrohoyes. wordpress.com/2012/08/11/pembelajaranpai-
berbasis-ict/,diakses, 20 September 2016

Hujair AH. Sanaky Media Pembelajaran. (Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2009)

I Ketut Gede Darma Putra, Pendidikan Berbasis Teknologi Informasi. Makalah ini
disampaikan pada Rakorda Disdikpora Bali – 10 Maret 2009.

Janet Eyler & Dwight E. Giles, Jr. Where's the Learning in ServiceLearning (San
Francisco: Jossey-Bass Publishers, 1999)

Karthwohl, A Revision of Bloom’s Taxonomy: an overview, theory into practice.


Retrieved From: http://www.tandfonline.com/loi/htip20,
Mari Singarimbun, Metode Penelitian survai,
Miarso, Yusufhadi. Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam
Pendidikan di Era Globalisasi. (Jakarta: Makalah Seminar Nasional The Power
of ICT in Education, PPs UNJ, 15 April 2008. )

47
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. (Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya, 2000
Munir, Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis TIK, (Bandung : Alfabeta, 2009)
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Tekhnologi Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru,
1989)

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rakesarasin, 1996)


Nyayu Khadijah, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2014)
Omar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007)

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010)

Robbins, Stephen P. Organizational B e h a v i o r : C o n c e p t s , Controversies,


Applications (7m Ed.). (Prentice-Hall International, Inc.1996)
S. Nasution, Berbagai pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar
(Surabaya: Bumi Aksara, 2000)

Seels, Barbara B dkk. Instructional Technology: The Definition and Domain of


the Field. (Washington DC: Association for Educational Communication and
Technology, 1994)
Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. (Jakarta: Rineka
Cipta, 2009)
Sudijarto. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Rineka Cipta. 2008)
Sugiyono , Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2008)
Sugiyono, Statistik Untuk Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010)
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik
Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. (Jakarta: Bumi Aksara,
2015)
Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, (Jakarta: Rajawali, 1987)
Suparno dkk, Aplikasi Pendekatan Konstruktivistik Dalam Pembelajaran IPA-
Biologi Sekolah Menengah dan Pengaruhnya Terhadap Minat dan Motivasi
Belajar Mahasiswa di Perguruan Tinggi. Makalah Seminar Nasional ,
(Makassar: Lembaga Penelitian UNM, 2000).
Tajul Ariffin Noordin dalam http://suarakampus.com/?mod=opini&se=detil&id=13,
diakses pada tanggal 20 September 2016

Udin Syaefudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan, (Bandung : Alfa Beta, 2010)

48
UU Republik Indonesia No. 20 Thn 2003 tentang Sisdiknas.

W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Grasindo, 2002)


Zakiyah Derajat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:Bumi Aksara,
2001)

49

Anda mungkin juga menyukai