Dosen Pengampu:
Oleh:
Pendahuluan
Nama nasabnya Umar bin Khattab bin Nufial bin Abdul Uzza bin Raba’ah bin
Abdillah bin Qurth bin Huzail bin Ady bin Ka’ab bin Luway bin Fihr bin Malik namun
sering dipanggil Umar Bin Khattab. Khalifah Umar berasal dari bani Adi, salah satu
bagian suku Quraisy. Ayahnya bernama Khaththab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan
ibunya Hantamah binti Hasyim bin al-Mughirah al-Makhzumiyah. Kelahiran Umar
merupakan suatu kejadian besar di kalangan suku Quraisy dikarenakan ayah Umar bin
Khattab, Al-Khattab merupakan salah satu anggota termuka di tengah suku Quraisy yang
mengawini Khantamak yang kemudian melahirkan Umar. Ibu Umar merupakan
merupakan keturunan suku Quraisy pula, dengan demikian jelas bahwa Umar bin Khattab
memiliki garis keturunan yang terhormat di kalangan Quraisy. Oleh karena itu, wajar jika
kemudian kelak beliau menjadi orang yang berpengaruh di samping karena
kepribadiannya sendiri.
Beliau lahir di Makkah tahun 581 Masehi. Umar masuk agama Islam pada usia
27 tahun. Beliau dilahirkan di Makkah, 40 tahun sebelum hijrah. Silsilahnya berkaitan
dengan garis keturunan Nabi pada generasi ke delapan. Moyangnya memegang jabatan
duta besar dan leluhurnya adalah pedagang. Keluarga Umar tergolong keluarga kelas
menengah, ia bisa membaca dan menulis yang pada masa itu merupakan sesuatu yang
jarang. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di
Mekkah. Umar tumbuh menjadi pemuda yang disegani dan ditakuti pada masa itu.
Wataknya yang keras membuatnya mendapat julukan “Singa Padang Pasir”. Ia juga amat
keras dalam membela agama tradisional bangsa Arab yang menyembah berhala serta
menjaga adat-istiadat mereka. Umar Bin Khattab adalah satu dari khulafaurasyidin yang
memimpin kekhalifahan Islam pasca wafatnya Baginda Rasululloh Muhammad SAW.
Umar menjadi khalifah kedua menggantikan Abu Bakar Shidiq. Ia salah satu dari 17
orang Makkah yang terpelajar ketika kenabian dianugerahkan kepada Muhammad SAW.
1
Pembahasan
Umar Bin Khattab Masuk Islam
Umar bin Khattab, sebelum memeluk Islam merupakan orang yang sangat
benci dengan ajaran baru yang dibawa oleh Nabi Muhammmad. Ketika Umar
berusia 27 tahun , Nabi dengan misi risalahnya mampu mempengaruhi keluarga
Umar bin Khattab untuk memeluk Islam. Di antara keluarga Umar bin Khattab
yang telah mendapat hidayah dan memeluk Islam adalah Sa’ad bin Zaid, yang
merupakan saudara ipar Umar yang telah menikah dengan adik Umar yang
bernama Fatimah, yang juga memeluk Islam. Nu’ami bin Abdullah, juga
merupakan salah seorang anggota keluarga Umar yang cukup kharismatik telah
menyatakan keIslamannya. Kondisi demikian memberikan pengaruh tersendiri
terhadap Umar bin Khattab, sehingga tidak aneh jika Umar merasa geram dengan
anggota keluarganya yang telah meninggalkan ajaran nenek moyangnya.
Kemarahan Umar bin Khattab tampaknya tidak saja tertuju kepada kelurganya,
tetapi juga kepada penyebab utama sehigga keluarganya meninggalkan ajaran
lama. Menurut umar, penyebab itu tidak lain adalah Muhammad saw yang telah
mengembangkan misinya di daerah Arab. Oleh karena itu, tidak heran jika Umar
adalah seorang yang paling keras memusuhi kaum muslim.
Setelah ia menyaksikan keluarga dan sebagian orang Arab menyatakan
masuk Islam maka terjadi dialog pemikiran dalam dirinya, dialog itu seperti
perenungan yang kadang kala menjadi peperangan untuk menentukan dan mencari
hakekat kebenaran. Ringkas cerita, pada suatu malam beliau datang ke Masjidil
Haram secara sembunyi-sembunyi untuk mendengarkan bacaan shalat Nabi.
Waktu itu Nabi membaca surat al-Haqqah. Umar bin Khattab kagum dengan
susunan kalimatnya lantas berkata pada dirinya sendiri- "Demi Allah, ini adalah
syair sebagaimana yang dikatakan kaum Quraisy." Kemudian beliau mendengar
Rasulullah membaca ayat 40-41 (yang menyatakan bahwa Al Qur'an bukan syair),
lantas beliau berkata, "Kalau begitu berarti dia itu dukun." Kemudian beliau
mendengar bacaan Nabi ayat 42, (Yang menyatakan bahwa Al-Qur'an bukan
perkataan dukun.) akhirnya beliau berkata, "Telah terbetik lslam di dalam hatiku."
Akan tetapi karena kuatnya adat jahiliyah, fanatik buta, pengagungan terhadap
agama nenek moyang, maka beliau tetap memusuhi Islam.
Seorang pemuda yang gagah perkasa berjalan dengan langkah yang mantap
mencari Nabi hendak membunuhnya. Ia sangat membenci Nabi, dan agama baru
yang dibawanya. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan seseorang yang bernama
Naim bin Abdullah yang menanyakan tujuan perjalanannya tersebut. Kemudian
diceritakannya niatnya itu. Dengan mengejek, Naim mengatakan agar ia lebih baik
2
memperbaiki urusan rumah tangganya sendiri terlebih dahulu. Seketika itu juga
pemuda itu kembali ke rumah dan mendapatkan ipar lelakinya sedang asyik
membaca kitab suci Al-Qur’an. Langsung sang ipar dipukul dengan ganas,
pukulan yang tidak membuat ipar maupun adiknya meninggalkan agama Islam.
Pendirian adik perempuannya yang teguh itu akhirnya justru menentramkan
hatinya dan malahan ia memintanya membaca kembali baris-baris Al-Qur’an.
Permintaan tersebut dipenuhi dengan senang hati. Umar bin Khattab berkata,
'Berikan kitab yang ada pada kalian kepadaku, aku ingin membacanya.' Maka adik
perempuannya berkata," Kamu itu kotor. Tidak boleh menyentuh kitab itu kecuali
orang yang bersuci. Mandilah terlebih dahulu!" lantas Umar bin Khattab mandi
dan mengambil kitab yang ada pada adik perempuannya. Ketika dia membaca
surat Thaha, dia memuji dan muliakan isinya, kemudian minta ditunjukkan
keberadaan Rasulullah. Tatkala Khabab mendengar perkataan Umar bin Khattab,
dia muncul dari persembunyiannya dan berkata, "Aku akan beri kabar gembira
kepadamu, wahai Umar! Aku berharap engkau adalah orang yang didoakan
Rasulullah pada malam Kamis, 'Ya Allah, muliakan Islam.dengan Umar bin
Khatthab atau Abu Jahl (Amru) bin Hisyam.' Waktu itu, Rasulullah berada di
sebuah rumah di daerah Shafa." Umar bin Khattab mengambil pedangnya dan
menuju rumah tersebut, kemudian mengetuk pintunya. Ketika ada salah seorang
melihat Umar bin Khattab datang dengan pedang terhunus dari celah pintu
rumahnya, dikabarkannya kepada Rasulullah. Lantas mereka berkumpul. Hamzah
bin Abdul Muthalib bertanya, "Ada apa kalian?" Mereka menjawab, 'Umar
(datang)!" Hamzah bin Abdul Muthalib berkata, "Bukalah pintunya. Kalau dia
menginginkan kebaikan, maka kita akan menerimanya, tetapi kalau menginginkan
kejelekan, maka kita akan membunuhnya dengan pedangnya." Kemudian Nabi
menemui Umar bin Khattab dan berkata kepadanya. "... Ya Allah, ini adalah Umar
bin Khattab. Ya Allah, muliakan Islam dengan Umar bin Khattab." Dan dalam
riwayat lain: "Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar." Seketika itu pula
Umar bin Khattab bersyahadat, dan orang-orang yang berada di rumah tersebut
bertakbir dengan keras. Menurut pengakuannya dia adalah orang yang ke-40
masuk Islam. Kandungan arti dan alunan ayat-ayat Kitabullah ternyata membuat si
pemuda itu begitu terpesonanya, sehingga ia bergegas ke rumah Nabi dan
langsung memeluk agama Islam. Begitulah pemuda yang bernama Umar bin
Khattab, yang sebelum masuk Islam dikenal sebagai musuh Islam yang berbahaya,
di kenal sebagai salah satu tokoh Quraisy yang menentang ajaran Islam. Ia bahkan
sering melakukan penyiksaan terhadap pemeluk-pemeluk Islam. Dengan rahmat
3
dan hidayah Allah, Islam telah bertambah kekuatannya dengan masuknya seorang
pemuda yang gagah perkasa.
Pengangkatan Umar bin Khattab sebagai Khalifah
Sewaktu Abu Bakar jatuh sakit dan terbaring selama 15 hari di tempat
tidur, beliau merasakan bahwa kemampuannya dalam memimpin tidak bertahan
lama lagi sehingga ia ingin mencalonkan seseorang sebagai penggantinya,
pemikiran seperti itu didasarkan atas kepentingan terhadap umat yang
memerlukan kepemimpinan dan mencegah terjadinya perpecahan. Untuk itulah
beliau membentuk satu tim untuk memberikan penilaian terhadap orang yang akan
dipilih oleh Abu Bakar sebagai penggantinya. Meskipun dari pengalamannya, Abu
Bakar benar-benar yakin bahwa tidak ada seorang pun kecuali Umar bin Khattab
yang dapat bertanggung jawab terhadap kekhalifahan yang berat itu, namun
karena beliau ingin menerapkan sistem musyawarah dan demokrasi, maka beliau
meminta pendapat umum melalui tokoh-tokoh masyarakat yang dapat mewakili
aspirasi masyarakat umum.
Untuk mewujudkan hal tersebut, beliau menunjuk tim yang terdiri dari
Usman bin Affan, Abd al-Rahman bin Auf, Ali bin Abi Thalib dan lain-lain untuk
menyepakati pilihan Abu Bakar tentang Khalifah yang akan menggantinya. Pada
saat itu semua sepakat untuk memilih Umar sebagai khalifah. Kemudian Abu
Bakar memanggil Utsman bin Affan untuk menulis wasiat kepada Umar bin
khattab. Adapun isi wasiat tersebut adalah sebagai berikut: ”Bismillahir-rahmanir-
rahim. Ini adalah surat wasiat Abu Bakar pada akhir hayatnya di dunia dan
bersiap-siap menuju akhirat, saat-saat di mana orang-orang musyrik beriman dan
yang berdosa merasa takut. Saya bertindak menetapkan Umar bin Khattab sebagai
khalifahmu. Jika dia bertindak adil dan penuh kasih sayang, itulah yang saya
ketahui dirinya dan jika dia dzalim dan tidak adil pada waktu itu, aku tidak dapat
meramalkan apa yang tidak dapat dilihat. Saya menginginkan hal yang terbaik
untukmu sekalian dengan hal ini dan kepada setiap orang tentang perubahan nasib
mereka yang akan terjadi”.
Ketika wasiat itu dibaca di hadapan masyarakat, mereka mendengarkan
dengan seksama dan mentaati seluruh isi dari wasiat yang dibacakan tersebut. Abu
Bakar ketika itu juga sempat menanyakan kerelaan masyarakat tentang
penunjukan Umar bin Khattab sebagai khalifah, masyarakat menyatakan bahwa
apa yang dilakukan Umar adalah tepat dan mereka restui.
4
A. Masa Kepemimpinan Umar Bin Khattab
Abu Bakar menunjuk Umar sebagai pengganti
Pagi itu ia memanggil Abdur-Rahman bin Auf dan ia menanyakan tentang
Umar. "Dialah yang mempunyai pandangan terbaik, tetapi dia terlalu keras," kata
Abdur-Rahman. "Ya, karena dia melihat saya terlalu lemah lembut," kata Abu
Bakr. "Kalau saya menyerahkan masalah ini ke tangannya, tentu banyak sifatnya
yang akan ia tinggalkan. Saya perhatikan dan lihat, kalau saya sedang marah
kepada seseorang karena sesuatu, dia meminta saya bersikap lebih lunak, dan
kalau saya memperlihatkan sikap lunak, dia malah meminta saya bersikap lebih
keras." Setelah Abdur-Rahman keluar ia memanggil Usman bin Affan dan
ditanyanya tentang Umar. "Semoga Allah telah memberi pengetahuan kepada saya
tentang dia," kata Usman, "bahwa isi hatinya lebih baik dari lahirnya. Tak ada
orang yang seperti dja di kalangan kita." Sesudah Usman pergi Abu Bakr meminta
pendapat Sa'id bin Zaid dan Usaid bin Hudair dan yang lain, baik Muhajirin
maupun Ansar. Ia ingin sekali mereka seia sekata tentang kekhalifahan Umar.
Beberapa orang sahabat Nabi ketika mendengar saran-saran Abu Bakr mengenai
penunjukan Umar sebagai khalifah, mereka merasa khawatir mengingat bawaan
Umar memang begitu keras dan karena kekerasannya itu umat akan terpecah
belah. Mereka sependapat akan memohon kepada Khalifah untuk menarik kembali
maksudnya itu. Sesudah meminta izin mereka masuk menemuinya, dan Talhah
bin Ubaidillah yang berkata: "Apa yang akan Anda katakan kepada Tuhan kalau
Anda ditanya tentang keputusan Anda menunjuk Umar sebagai pengganti, yang
akan memimpinkami. Sudah Anda lihat bagaimana ia menghadapi orang padahal
Anda ada di sampingnya. Bagaimana pula kalau sudah Anda tinggalkan?!"
Mendengar itu Abu Bakr marah dan berteriak kepada keluarganya:Dudukkan saya.
Sesudah didudukk an ia berkata, dengan air muka yang masih memperlihatkan
kemarahan: "Untuk urusan Allah kalian mengancam saya?! Akan kecewalah orang
yang menyuruh berbuat kezaliman! Saya berkata: Demi Allah, saya telah
menunjuk pengganti saya yang akan memimpin kalian, dialah orang yang terbaik
di antara kalian!" Kemudian ia menujukan kata-katanya kepada Talhah:
"Sampaikan kepada orang yang di belakang Anda apa yang saya katakan kepada
Anda ini!"Abu Bakr merasa sangat letih karena percakapan itu. Dengansenang hati
orang sudah sepakat tentang kekhalifahan Umar. Semalaman itu ia tak dapat tidur.
Keesokan harinya datang Abdur-Rahman binAuf menemuinya setelah
saling memberi hormat. Abu Bakr berkata,seolah kejadian kemarin itu masih
melelahkannya: "Saya menyerahkanpersoalan ini kepada orang yang terbaik
dalam hatiku. Tetapi kalian,merasa kesal karenanya, menginginkan yang lain."
5
Abdur-Rahman menjawab: "Tenanglah, semoga Allah memberi rahmat kepada
Anda. Hal ini akan membuat Anda sangat letih. Dalam persoalan ini ada dua
pendapat orang: orang yang sependapat dengan Anda berarti ada di pihak Anda,
dan orang yang berbeda pendapat dengan Anda berarti mereka juga memberikan
perhatian kepada Anda. Kawan Anda ialah yang Anda senangi. Yang kami ketahui
Anda hanya mencari yang terbaik, dan Anda masih tetap berusaha ke arah itu."
Merasa tidak cukup hanya bermusyawarah dengan orang-orang bijaksana di
kalangan Muslimin, terutama setelah ada pihak yang menentang, dari dalam
kamar di rumahnya itu Abu Bakr menjenguk kepada orang-orang yang ada di
Masjid, dan berkata kepada mereka: "Setujukah kalian dengan orang yang
dicalonkan menjadi pemimpin kalian? Saya sudah berijtihad menurut pendapat
saya dan tidak saya mengangkat seorang kerabat. Yang saya tunjuk menjadi
pengganti adalah Umar bin Khattab. Patuhi dan taatilah dia!" Mereka menjawab:
"Kami patuh dan taat." Ketika itu ia mengangkat tangan ke atas seraya berkata:
"Ya Allah, yang kuinginkan untuk mereka hanyalah yang terbaikuntuk mereka.
Aku khawatir mereka dilanda kekacauan. Aku sudah bekerja untuk mereka dengan
apa yang sudah lebih Kauketahui. Setelah aku berijtihad dengan suatu pendapat
untuk mereka, maka untuk memimpin mereka kutempatkan orang yang terbaik di
antara mereka, yang terkuat menghadapi mereka dan paling berhati-hati agar
mereka menempuh jalan yang benar." Setelah orang banyak mendengar doanya itu
apa yang dilakukannya mereka makin yakin. Kemudian Abu Bakr memanggil
Umar dengan pesan dan wasiat supaya perang di Irak dan Syam diteruskan dan
jangan bersikap lemah lembut, juga diingatkannya kewajiban orang yang
memegang tampuk pimpinan umat untuk selalu berpegang pada kebenaran, dan
bahwa di samping menyebutkan ayat kasih sayang Allah juga menyebutkan ayat
tentang azab, supaya pada hamba-Nya ada harapan dan rasa takut. Yang
diharapkan dari Allah hanyalah kebenaran. Jika wasiat ini dijaga, tak ada perkara
gaib yang lebih disukai daripada kematian, dan kehendak Allah tak akan dapat
dikalahkan. Sesudah Abu Bakr selesai berwasiat Umar keluar, pikirannya dipadati
oleh persoalan ini belaka, yang sekarang dipikulkan ke pundaknya. Harapannya
sekiranya Abu Bakr sembuh dari sakitnya untuk menghadapi peristiwa yang
sangat gawat ini. Tetapi tanggung jawab yang dipikulkan ke bahunya itu akan
diterimanya tanpa ragu bila waktunya sudah tiba. Itulah tanggung jawab besar dan
beban yang sungguh berat. Tetapi siapa orang yang seperti Umar bin Khattab yang
akan dapat memikul tanggung jawab ini? Umar tampil dengan segala kemauan
dan kekuatannya. Ia melepaskan dunia ini sesudah penyebaran Islam sampai ke
6
Persia, Syam dan Mesir dan sebuah kedaulatan Islam dengan dasar yang sangat
kukuh berdiri.
Abu Bakar wafat Senin petang setelah matahari terbenam 21 Jumadilakhir
tahun ke-13 sesudah hijrah (22 Agustus 832 M.). Setelah malam tiba jenazahnya
dimandikan dan dibawa ke Masjid di tempat pembaringan yang dulu dipakai
Rasulullah, disalatkan dan dibawa ke makam Rasulullah. Ia dimakamkan dalam
lahad di samping Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam, kepalanya di arah bahu
Rasulullah dan lahad dengan lahad itu berdampingan. Pemakaman dilakukan oleh
Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Talhah bin Ubaidillah dan Abdur-Rahman
bin Abu Bakr.
Wafat
Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak pada
saat ia akan memimpin salat Subuh. Fairuz adalah salah seorang warga Persia
yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon
dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz
merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara digdaya,
oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M.
Setelah kematiannya jabatan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan. Ia
7
meninggal pada tahun 644 M, dibunuh selagi menjadi imam sembahyang di
masjid Nabi. Sebelum wafat, Umar berwasiat agar urusan khilafah dan pimpinan
pemerintahan, dimusyawarahkan oleh enam orang yang telah mendapat ridha
Nabi SAW. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Thalhah bin
Ubaidilah, Zubair binl Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman bin
Auf. Umar menolak menetapkan salah seorang dari mereka, dengan berkata, aku
tidak mau bertanggung jawab selagi hidup sesudah mati. Kalau AIlah
menghendaki kebaikan bagi kalian, maka Allah akan melahirkannya atas
kebaikan mereka (keenam orang itu) sebagaimana telah ditimbulkan kebaikan
bagi kamu oleh Nabimu.
Keislaman beliau telah memberikan andil besar bagi perkembangan dan
kejayaan Islam. Beliau adalah pemimpin yang adil, bijaksana, tegas, disegani, dan
selalu memperhatikan urusan kaum muslimin. Pemimpin yang menegakkan
ketauhidan dan keimanan, merobohkan kesyirikan dan kekufuran, menghidupkan
sunnah dan mematikan bid’ah. Beliau adalah orang yang paling baik dan paling
berilmu tentang al-Kitab dan as-Sunnah setelah Abu Bakar As Siddiq.
Sewaktu Abu Bakar jatuh sakit dan terbaring selama 15 hari di tempat tidur, beliau
merasakan bahwa kemampuannya dalam memimpin tidak bertahan lama lagi sehingga ia
ingin mencalonkan seseorang sebagai penggantinya, pemikiran seperti itu didasarkan
atas kepentingan terhadap umat yang memerlukan kepemimpinan dan mencegah
terjadinya perpecahan. Pada saat itu semua sepakat untuk memilih Umar sebagai
khalifah. Kemudian Abu Bakar memanggil Utsman bin Affan untuk menulis wasiat
kepada Umar bin khattab. Ketika wasiat itu dibaca di hadapan masyarakat, mereka
mendengarkan dengan seksama dan mentaati seluruh isi dari wasiat yang dibacakan
tersebut. Abu Bakar ketika itu juga sempat menanyakan kerelaan masyarakat tentang
penunjukan Umar bin Khattab sebagai khalifah, masyarakat menyatakan bahwa apa yang
dilakukan Umar adalah tepat dan mereka restui.
Sebagai seorang petinggi militer dan ahli siasat yang baik, Umar sering mengikuti
berbagai peperangan yang dihadapi umat Islam bersama Rasullullah Saw. Ia ikut terlibat
pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Setelah wafatnya
Rasullullah Saw., beliau merupakan salah satu shabat yang sangat terpukul dengan
kejadian tersebut. Ia bahkan pernah mencegah dimakamkannya Rasullullah karena yakin
bahwa nabi tidaklah wafat, melainkan hanya sedang tidak berada dalam tubuh kasarnya,
dan akan kembali sewaktu-waktu. Namun setelah dinasehati oleh Abu Bakar, Umar
kemudian sadar dan ikut memakamkan Rasullullah.
Umar bin Khtttab adalah salah seorang sahabat nabi dan khalifah kedua setelah
wafatnya Abu Bakar As-Sidiq. Jasa dan pengaruhnya terhadap penyebaran Islam sangat
besar hingga Michael H. Heart menempatkannya sebagai orang paling berpengaruh
nomor 51 sedunia sepanjang masaSelama masa jabatannya, khalifah Umar amat disegani
dan ditakuti negara-negara lain. Kekuatan Islam maju pesat, mengambil alih
15
Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang
mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria,
Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).
Umar Bi Khattab mendapat gelar Amirulmukminin!" Mendengar gelar baru ini
orang menyambutnya dengan gembira disertai senyum tanda setuju. Sejak itu tak ada lagi
orang memanggil Umar dengan Khalifah Khalifah Rasulullah, melainkan semua orang
sudah menyebutnya "Amirulmukminin." Gelar ini tetap melekat pada Umar dan pada
para khalifah dan raja-raja Muslimin sesudahnya.
Wafatnya Umar bin Khattab dikarenakan dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz),
seorang budak pada saat ia akan memimpin salat Subuh. Fairuz adalah salah seorang
warga Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon
dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap Umar
Keislaman beliau telah memberikan andil besar bagi perkembangan dan kejayaan
Islam. Beliau adalah pemimpin yang adil, bijaksana, tegas, disegani, dan selalu
memperhatikan urusan kaum muslimin. Pemimpin yang menegakkan ketauhidan dan
keimanan, merobohkan kesyirikan dan kekufuran, menghidupkan sunnah dan mematikan
bid’ah. Beliau adalah orang yang paling baik dan paling berilmu tentang al-Kitab dan as-
Sunnah setelah Abu Bakar As Siddiq.
Tidak diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang
arif, bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda pemerintahan. Bahkan ia rela
keluarganya hidup dalam serba kekurangan demi menjaga kepercayaan masyarakat
kepadanya tentang pengelolaan kekayaan negara.
Nilai-nilai kepemimpinan yang dapat dicontoh dari Umar Bin Kahttab adalah :
1. Menjalankan Pemerintahan
2. Menentang Pemborosan
3. Jujur
4. Umar Mengakui Kesalahan
5. Memutuskan Perkara Secara Bijaksana
6. Peduli
7. Umar bin Khattab sosok yang disiplin, tegas, adil, bijaksana, sederhana dan
sangat mencintai umat. Inilah sosok salah satu pemimpin terbaik yang dimiliki
oleh umat Islam setelah Nabi Muhammad SAW.
Adapun prestasi yang dicapai pada masa kekhalifahannya antara lain adalah:
1. Perluasan Wilayah Islam.
2. Penataan Struktur Pemerintahan
Sejalan dengan semakin luasnya wilayah Islam, maka Umar melakukan berbagai
macam penataan struktur pemerintahan, antara lain:
16
a. Administrasi Pemerintahan
b. Lembaga Peradilan
c. Korps Militer.
d. Bait al-Mal.
Daftar Pustaka
Haekal, M. Husain. 2002. Umar Bin Khattab. Jakarta : PT Pustaka Lintera Nusa Dua.
Michael H. Hart. Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah. File ini hasil
kompilasi dari situs Islam media.isnet.org. File hasil kompilasi dalam bentuk file
zip/chm di: http://www.pakdenono.com
17