Anda di halaman 1dari 17

Umar Bin Khattab ( Perkembangan dan Pembaharuan Dunia Islam)

Dosen Pengampu:

Dr. Jamaluddin Arsyad, M.Ag

Oleh:

Anatun Nisa Mun’amah


Nim. 801201030

Pascasarjana UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi


Email: anatunnisa.munamah@gmail.com

Pendahuluan
Nama nasabnya Umar bin Khattab bin Nufial bin Abdul Uzza bin Raba’ah bin
Abdillah bin Qurth bin Huzail bin Ady bin Ka’ab bin Luway bin Fihr bin Malik namun
sering dipanggil Umar Bin Khattab. Khalifah Umar berasal dari bani Adi, salah satu
bagian suku Quraisy. Ayahnya bernama Khaththab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan
ibunya Hantamah binti Hasyim bin al-Mughirah al-Makhzumiyah. Kelahiran Umar
merupakan suatu kejadian besar di kalangan suku Quraisy dikarenakan ayah Umar bin
Khattab, Al-Khattab merupakan salah satu anggota termuka di tengah suku Quraisy yang
mengawini Khantamak yang kemudian melahirkan Umar. Ibu Umar merupakan
merupakan keturunan suku Quraisy pula, dengan demikian jelas bahwa Umar bin Khattab
memiliki garis keturunan yang terhormat di kalangan Quraisy. Oleh karena itu, wajar jika
kemudian kelak beliau menjadi orang yang berpengaruh di samping karena
kepribadiannya sendiri.
Beliau lahir di Makkah tahun 581 Masehi. Umar masuk agama Islam pada usia
27 tahun. Beliau dilahirkan di Makkah, 40 tahun sebelum hijrah. Silsilahnya berkaitan
dengan garis keturunan Nabi pada generasi ke delapan. Moyangnya memegang jabatan
duta besar dan leluhurnya adalah pedagang. Keluarga Umar tergolong keluarga kelas
menengah, ia bisa membaca dan menulis yang pada masa itu merupakan sesuatu yang
jarang. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di
Mekkah. Umar tumbuh menjadi pemuda yang disegani dan ditakuti pada masa itu.
Wataknya yang keras membuatnya mendapat julukan “Singa Padang Pasir”. Ia juga amat
keras dalam membela agama tradisional bangsa Arab yang menyembah berhala serta
menjaga adat-istiadat mereka. Umar Bin Khattab adalah satu dari khulafaurasyidin yang
memimpin kekhalifahan Islam pasca wafatnya Baginda Rasululloh Muhammad SAW.
Umar menjadi khalifah kedua menggantikan Abu Bakar Shidiq. Ia salah satu dari 17
orang Makkah yang terpelajar ketika kenabian dianugerahkan kepada Muhammad SAW.

1
Pembahasan
Umar Bin Khattab Masuk Islam
Umar bin Khattab, sebelum memeluk Islam merupakan orang yang sangat
benci dengan ajaran baru yang dibawa  oleh Nabi Muhammmad. Ketika Umar
berusia 27 tahun , Nabi dengan misi risalahnya mampu mempengaruhi keluarga
Umar bin Khattab untuk memeluk Islam. Di antara keluarga Umar bin Khattab
yang telah mendapat hidayah dan memeluk Islam adalah Sa’ad bin Zaid, yang
merupakan saudara ipar Umar yang telah menikah dengan adik Umar yang
bernama Fatimah, yang juga memeluk Islam. Nu’ami bin Abdullah, juga
merupakan salah seorang anggota keluarga Umar yang cukup kharismatik telah
menyatakan keIslamannya. Kondisi demikian memberikan pengaruh tersendiri
terhadap Umar bin Khattab, sehingga tidak aneh jika Umar merasa geram dengan
anggota keluarganya yang telah meninggalkan ajaran nenek moyangnya.
Kemarahan Umar bin Khattab tampaknya tidak saja tertuju kepada kelurganya,
tetapi juga kepada penyebab utama sehigga keluarganya meninggalkan ajaran
lama. Menurut umar, penyebab itu tidak lain adalah Muhammad saw yang telah
mengembangkan misinya di daerah Arab. Oleh karena itu, tidak heran jika Umar
adalah seorang yang paling keras memusuhi kaum muslim.
Setelah ia menyaksikan keluarga dan sebagian orang Arab menyatakan
masuk Islam maka terjadi dialog pemikiran dalam dirinya, dialog itu seperti
perenungan yang kadang kala menjadi peperangan untuk menentukan dan mencari
hakekat kebenaran. Ringkas cerita, pada suatu malam beliau datang ke Masjidil
Haram secara sembunyi-sembunyi untuk mendengarkan bacaan shalat Nabi.
Waktu itu Nabi membaca surat al-Haqqah. Umar bin Khattab kagum dengan
susunan kalimatnya lantas berkata pada dirinya sendiri- "Demi Allah, ini adalah
syair sebagaimana yang dikatakan kaum Quraisy." Kemudian beliau mendengar
Rasulullah membaca ayat 40-41 (yang menyatakan bahwa Al Qur'an bukan syair),
lantas beliau berkata, "Kalau begitu berarti dia itu dukun." Kemudian beliau
mendengar bacaan Nabi ayat 42, (Yang menyatakan bahwa Al-Qur'an bukan
perkataan dukun.) akhirnya beliau berkata, "Telah terbetik lslam di dalam hatiku."
Akan tetapi karena kuatnya adat jahiliyah, fanatik buta, pengagungan terhadap
agama nenek moyang, maka beliau tetap memusuhi Islam.
Seorang pemuda yang gagah perkasa berjalan dengan langkah yang mantap
mencari Nabi hendak membunuhnya. Ia sangat membenci Nabi, dan agama baru
yang dibawanya. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan seseorang yang bernama
Naim bin Abdullah yang menanyakan tujuan perjalanannya tersebut. Kemudian
diceritakannya niatnya itu. Dengan mengejek, Naim mengatakan agar ia lebih baik
2
memperbaiki urusan rumah tangganya sendiri terlebih dahulu. Seketika itu juga
pemuda itu kembali ke rumah dan mendapatkan ipar lelakinya sedang asyik
membaca kitab suci Al-Qur’an. Langsung sang ipar dipukul dengan ganas,
pukulan yang tidak membuat ipar maupun adiknya meninggalkan agama Islam.
Pendirian adik perempuannya yang teguh itu akhirnya justru menentramkan
hatinya dan malahan ia memintanya membaca kembali baris-baris Al-Qur’an.
Permintaan tersebut dipenuhi dengan senang hati. Umar bin Khattab berkata,
'Berikan kitab yang ada pada kalian kepadaku, aku ingin membacanya.' Maka adik
perempuannya berkata," Kamu itu kotor. Tidak boleh menyentuh kitab itu kecuali
orang yang bersuci. Mandilah terlebih dahulu!" lantas Umar bin Khattab mandi
dan mengambil kitab yang ada pada adik perempuannya. Ketika dia membaca
surat Thaha, dia memuji dan muliakan isinya, kemudian minta ditunjukkan
keberadaan Rasulullah. Tatkala Khabab mendengar perkataan Umar bin Khattab,
dia muncul dari persembunyiannya dan berkata, "Aku akan beri kabar gembira
kepadamu, wahai Umar! Aku berharap engkau adalah orang yang didoakan
Rasulullah pada malam Kamis, 'Ya Allah, muliakan Islam.dengan Umar bin
Khatthab atau Abu Jahl (Amru) bin Hisyam.' Waktu itu, Rasulullah berada di
sebuah rumah di daerah Shafa." Umar bin Khattab mengambil pedangnya dan
menuju rumah tersebut, kemudian mengetuk pintunya. Ketika ada salah seorang
melihat Umar bin Khattab datang dengan pedang terhunus dari celah pintu
rumahnya, dikabarkannya kepada Rasulullah. Lantas mereka berkumpul. Hamzah
bin Abdul Muthalib bertanya, "Ada apa kalian?" Mereka menjawab, 'Umar
(datang)!" Hamzah bin Abdul Muthalib berkata, "Bukalah pintunya. Kalau dia
menginginkan kebaikan, maka kita akan menerimanya, tetapi kalau menginginkan
kejelekan, maka kita akan membunuhnya dengan pedangnya." Kemudian Nabi
menemui Umar bin Khattab dan berkata kepadanya. "... Ya Allah, ini adalah Umar
bin Khattab. Ya Allah, muliakan Islam dengan Umar bin Khattab." Dan dalam
riwayat lain: "Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar." Seketika itu pula
Umar bin Khattab bersyahadat, dan orang-orang yang berada di rumah tersebut
bertakbir dengan keras. Menurut pengakuannya dia adalah orang yang ke-40
masuk Islam. Kandungan arti dan alunan ayat-ayat Kitabullah ternyata membuat si
pemuda itu begitu terpesonanya, sehingga ia bergegas ke rumah Nabi dan
langsung memeluk agama Islam. Begitulah pemuda yang bernama Umar bin
Khattab, yang sebelum masuk Islam dikenal sebagai musuh Islam yang berbahaya,
di kenal sebagai salah satu tokoh Quraisy yang menentang ajaran Islam. Ia bahkan
sering melakukan penyiksaan terhadap pemeluk-pemeluk Islam. Dengan rahmat

3
dan hidayah Allah, Islam telah bertambah kekuatannya dengan masuknya seorang
pemuda yang gagah perkasa.
Pengangkatan Umar bin Khattab sebagai Khalifah
Sewaktu Abu Bakar jatuh sakit dan terbaring selama 15 hari di tempat
tidur, beliau merasakan bahwa kemampuannya dalam memimpin tidak bertahan
lama lagi sehingga ia ingin mencalonkan seseorang sebagai penggantinya,
pemikiran  seperti itu didasarkan atas kepentingan terhadap umat yang
memerlukan kepemimpinan dan mencegah terjadinya perpecahan. Untuk itulah
beliau membentuk satu tim untuk memberikan penilaian terhadap orang yang akan
dipilih oleh Abu Bakar sebagai penggantinya. Meskipun dari pengalamannya, Abu
Bakar benar-benar yakin bahwa tidak ada seorang pun kecuali Umar bin Khattab
yang dapat bertanggung jawab terhadap kekhalifahan yang berat itu,  namun
karena beliau ingin menerapkan sistem musyawarah dan demokrasi, maka beliau
meminta pendapat umum melalui tokoh-tokoh masyarakat yang dapat mewakili
aspirasi masyarakat umum.
Untuk mewujudkan hal tersebut, beliau menunjuk tim yang terdiri dari
Usman bin Affan, Abd al-Rahman bin Auf, Ali bin Abi Thalib dan lain-lain untuk
menyepakati pilihan Abu Bakar tentang Khalifah yang akan menggantinya. Pada
saat itu semua sepakat untuk memilih Umar sebagai khalifah.  Kemudian Abu
Bakar memanggil Utsman bin Affan untuk menulis wasiat kepada Umar bin
khattab. Adapun isi wasiat tersebut adalah sebagai berikut: ”Bismillahir-rahmanir-
rahim. Ini adalah surat wasiat Abu Bakar pada akhir hayatnya di dunia dan
bersiap-siap menuju akhirat, saat-saat di mana orang-orang musyrik beriman dan
yang berdosa  merasa takut. Saya bertindak menetapkan Umar bin Khattab sebagai
khalifahmu. Jika dia bertindak adil dan penuh kasih sayang, itulah yang saya
ketahui dirinya dan jika dia dzalim dan tidak adil pada waktu itu, aku tidak dapat
meramalkan apa yang tidak dapat dilihat. Saya menginginkan hal yang terbaik
untukmu sekalian dengan hal ini dan kepada setiap orang tentang perubahan nasib
mereka yang akan terjadi”.
Ketika wasiat itu dibaca di hadapan masyarakat, mereka mendengarkan
dengan seksama dan mentaati seluruh isi dari wasiat yang dibacakan tersebut. Abu
Bakar ketika itu juga sempat menanyakan kerelaan masyarakat tentang
penunjukan Umar bin Khattab sebagai khalifah, masyarakat menyatakan bahwa
apa yang dilakukan Umar adalah tepat dan mereka restui.         

4
A. Masa Kepemimpinan Umar Bin Khattab
 Abu Bakar menunjuk Umar sebagai pengganti
Pagi itu ia memanggil Abdur-Rahman bin Auf dan ia menanyakan tentang
Umar. "Dialah yang mempunyai pandangan terbaik, tetapi dia terlalu keras," kata
Abdur-Rahman. "Ya, karena dia melihat saya terlalu lemah lembut," kata Abu
Bakr. "Kalau saya menyerahkan masalah ini ke tangannya, tentu banyak sifatnya
yang akan ia tinggalkan. Saya perhatikan dan lihat, kalau saya sedang marah
kepada seseorang karena sesuatu, dia meminta saya bersikap lebih lunak, dan
kalau saya memperlihatkan sikap lunak, dia malah meminta saya bersikap lebih
keras." Setelah Abdur-Rahman keluar ia memanggil Usman bin Affan dan
ditanyanya tentang Umar. "Semoga Allah telah memberi pengetahuan kepada saya
tentang dia," kata Usman, "bahwa isi hatinya lebih baik dari lahirnya. Tak ada
orang yang seperti dja di kalangan kita." Sesudah Usman pergi Abu Bakr meminta
pendapat Sa'id bin Zaid dan Usaid bin Hudair dan yang lain, baik Muhajirin
maupun Ansar. Ia ingin sekali mereka seia sekata tentang kekhalifahan Umar.
Beberapa orang sahabat Nabi ketika mendengar saran-saran Abu Bakr mengenai
penunjukan Umar sebagai khalifah, mereka merasa khawatir mengingat bawaan
Umar memang begitu keras dan karena kekerasannya itu umat akan terpecah
belah. Mereka sependapat akan memohon kepada Khalifah untuk menarik kembali
maksudnya itu. Sesudah meminta izin mereka masuk menemuinya, dan Talhah
bin Ubaidillah yang berkata: "Apa yang akan Anda katakan kepada Tuhan kalau
Anda ditanya tentang keputusan Anda menunjuk Umar sebagai pengganti, yang
akan memimpinkami. Sudah Anda lihat bagaimana ia menghadapi orang padahal
Anda ada di sampingnya. Bagaimana pula kalau sudah Anda tinggalkan?!"
Mendengar itu Abu Bakr marah dan berteriak kepada keluarganya:Dudukkan saya.
Sesudah didudukk an ia berkata, dengan air muka yang masih memperlihatkan
kemarahan: "Untuk urusan Allah kalian mengancam saya?! Akan kecewalah orang
yang menyuruh berbuat kezaliman! Saya berkata: Demi Allah, saya telah
menunjuk pengganti saya yang akan memimpin kalian, dialah orang yang terbaik
di antara kalian!" Kemudian ia menujukan kata-katanya kepada Talhah:
"Sampaikan kepada orang yang di belakang Anda apa yang saya katakan kepada
Anda ini!"Abu Bakr merasa sangat letih karena percakapan itu. Dengansenang hati
orang sudah sepakat tentang kekhalifahan Umar. Semalaman itu ia tak dapat tidur.
Keesokan harinya datang Abdur-Rahman binAuf menemuinya setelah
saling memberi hormat. Abu Bakr berkata,seolah kejadian kemarin itu masih
melelahkannya: "Saya menyerahkanpersoalan ini kepada orang yang terbaik
dalam hatiku. Tetapi kalian,merasa kesal karenanya, menginginkan yang lain."
5
Abdur-Rahman menjawab: "Tenanglah, semoga Allah memberi rahmat kepada
Anda. Hal ini akan membuat Anda sangat letih. Dalam persoalan ini ada dua
pendapat orang: orang yang sependapat dengan Anda berarti ada di pihak Anda,
dan orang yang berbeda pendapat dengan Anda berarti mereka juga memberikan
perhatian kepada Anda. Kawan Anda ialah yang Anda senangi. Yang kami ketahui
Anda hanya mencari yang terbaik, dan Anda masih tetap berusaha ke arah itu."
Merasa tidak cukup hanya bermusyawarah dengan orang-orang bijaksana di
kalangan Muslimin, terutama setelah ada pihak yang menentang, dari dalam
kamar di rumahnya itu Abu Bakr menjenguk kepada orang-orang yang ada di
Masjid, dan berkata kepada mereka: "Setujukah kalian dengan orang yang
dicalonkan menjadi pemimpin kalian? Saya sudah berijtihad menurut pendapat
saya dan tidak saya mengangkat seorang kerabat. Yang saya tunjuk menjadi
pengganti adalah Umar bin Khattab. Patuhi dan taatilah dia!" Mereka menjawab:
"Kami patuh dan taat." Ketika itu ia mengangkat tangan ke atas seraya berkata:
"Ya Allah, yang kuinginkan untuk mereka hanyalah yang terbaikuntuk mereka.
Aku khawatir mereka dilanda kekacauan. Aku sudah bekerja untuk mereka dengan
apa yang sudah lebih Kauketahui. Setelah aku berijtihad dengan suatu pendapat
untuk mereka, maka untuk memimpin mereka kutempatkan orang yang terbaik di
antara mereka, yang terkuat menghadapi mereka dan paling berhati-hati agar
mereka menempuh jalan yang benar." Setelah orang banyak mendengar doanya itu
apa yang dilakukannya mereka makin yakin. Kemudian Abu Bakr memanggil
Umar dengan pesan dan wasiat supaya perang di Irak dan Syam diteruskan dan
jangan bersikap lemah lembut, juga diingatkannya kewajiban orang yang
memegang tampuk pimpinan umat untuk selalu berpegang pada kebenaran, dan
bahwa di samping menyebutkan ayat kasih sayang Allah juga menyebutkan ayat
tentang azab, supaya pada hamba-Nya ada harapan dan rasa takut. Yang
diharapkan dari Allah hanyalah kebenaran. Jika wasiat ini dijaga, tak ada perkara
gaib yang lebih disukai daripada kematian, dan kehendak Allah tak akan dapat
dikalahkan. Sesudah Abu Bakr selesai berwasiat Umar keluar, pikirannya dipadati
oleh persoalan ini belaka, yang sekarang dipikulkan ke pundaknya. Harapannya
sekiranya Abu Bakr sembuh dari sakitnya untuk menghadapi peristiwa yang
sangat gawat ini. Tetapi tanggung jawab yang dipikulkan ke bahunya itu akan
diterimanya tanpa ragu bila waktunya sudah tiba. Itulah tanggung jawab besar dan
beban yang sungguh berat. Tetapi siapa orang yang seperti Umar bin Khattab yang
akan dapat memikul tanggung jawab ini? Umar tampil dengan segala kemauan
dan kekuatannya. Ia melepaskan dunia ini sesudah penyebaran Islam sampai ke

6
Persia, Syam dan Mesir dan sebuah kedaulatan Islam dengan dasar yang sangat
kukuh berdiri.
Abu Bakar wafat Senin petang setelah matahari terbenam 21 Jumadilakhir
tahun ke-13 sesudah hijrah (22 Agustus 832 M.). Setelah malam tiba jenazahnya
dimandikan dan dibawa ke Masjid di tempat pembaringan yang dulu dipakai
Rasulullah, disalatkan dan dibawa ke makam Rasulullah. Ia dimakamkan dalam
lahad di samping Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam, kepalanya di arah bahu
Rasulullah dan lahad dengan lahad itu berdampingan. Pemakaman dilakukan oleh
Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Talhah bin Ubaidillah dan Abdur-Rahman
bin Abu Bakr.

 Gelar Umar dengan Amirulmukminin


Suatu hari Umar sedang duduk di Masjid selesai memberikan pedoman
kepada Muslimin mengenai kebijaksanaannya, dan bahwa sudah tiba saatnya
harus mereka laksanakan. Abu Ubaidah datang kepadanya untuk mengucapkan
selamat tinggal sehubungan dengan keberangkatannya ke Irak memimpin pasukan
yang sudah berkumpul di sekitar bendera, diikuti oleh orang-orang yang tidak
sedikit jumlahnya. Semua mereka menyambut Khalifah Khalifah Rasulullah itu.
Dengan kata-kata yang diulang, gelar ini terasa berat diucapkan dan berat pula di
telinga. Apa yang bergejolak dalam hati ini menjadi bahan pembicaraan mereka
pula. Sementara dalam keadaan demikian tiba-tiba salah seorang dari mereka
tampil menyambut Umar dengan kata-kata: "Salamullah 'alaika ya amirul
mu'minin — Salam sejahtera bagi Anda, wahai Amirulmukminin!" Mendengar
gelar baru ini orang menyambutnya dengan gembira disertai senyum tanda setuju.
Sejak itu tak ada lagi orang memanggil Umar dengan Khalifah Khalifah
Rasulullah, melainkan semua orang sudah menyebutnya "Amirulmukminin."
Gelar ini tetap melekat pada Umar dan pada para khalifah dan raja-raja Muslimin
sesudahnya.

 Wafat
Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak pada
saat ia akan memimpin salat Subuh. Fairuz adalah salah seorang warga Persia
yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon
dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz
merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara digdaya,
oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M.
Setelah kematiannya jabatan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan. Ia
7
meninggal pada tahun 644 M, dibunuh selagi menjadi imam sembahyang di
masjid Nabi. Sebelum wafat, Umar berwasiat agar urusan khilafah dan pimpinan
pemerintahan, dimusyawarahkan oleh enam orang yang telah mendapat ridha
Nabi SAW. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Thalhah bin
Ubaidilah, Zubair binl Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman bin
Auf. Umar menolak menetapkan salah seorang dari mereka, dengan berkata, aku
tidak mau bertanggung jawab selagi hidup sesudah mati. Kalau AIlah
menghendaki kebaikan bagi kalian, maka Allah akan melahirkannya atas
kebaikan mereka (keenam orang itu) sebagaimana telah ditimbulkan kebaikan
bagi kamu oleh Nabimu.
Keislaman beliau telah memberikan andil besar bagi perkembangan dan
kejayaan Islam. Beliau adalah pemimpin yang adil, bijaksana, tegas, disegani, dan
selalu memperhatikan urusan kaum muslimin. Pemimpin yang menegakkan
ketauhidan dan keimanan, merobohkan kesyirikan dan kekufuran, menghidupkan
sunnah dan mematikan bid’ah. Beliau adalah orang yang paling baik dan paling
berilmu tentang al-Kitab dan as-Sunnah setelah Abu Bakar As Siddiq.

B. Nilai-nilai Kepemimpinan Umar Bin Khattab


Sosok Umar bin Khattab sangat berpengaruh di kalangan bangsa Arab
karena keberanian, ketegasan, dan keteguhan jiwanya. Ia adalah pendukung,
pengikut utama dakwah Nabi Muhammad SAW. Umar dikenal dari gaya hidupnya
yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa
di jaman itu, ia tetap hidup sebagaimana saat para pemeluk Islam masih miskin
dan dianiaya. Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun keempat kekhalifahannya,
Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai
dihitung saat peristiwa hijrah.
Selain pemberani, Umar bin Khattab juga seorang yang cerdas. Dalam
masalah ilmu diriwayatkan oleh Al Hakim dan Thabrani dari Ibnu Mas’ud berkata,
”Seandainya ilmu Umar bin Khattab diletakkan pada tepi timbangan yang satu dan
ilmu seluruh penghuni bumi diletakkan pada tepi timbangan yang lain, niscaya
ilmu Umar bin Khattab lebih berat dibandingkan ilmu mereka. Mayoritas
sahabatpun berpendapat bahwa Umar bin Khattab menguasai 9 dari 10 ilmu.
Dengan kecerdasannya beliau menelurkan konsep-konsep baru, seperti
menghimpun Al Qur’an dalam bentuk mushaf, menetapkan tahun hijriyah sebagai
kalender umat Islam, membentuk kas negara (Baitul Maal), menyatukan orang-
orang yang melakukan sholat sunah tarawih dengan satu imam, menciptakan
lembaga peradilan, membentuk lembaga perkantoran, membangun balai
8
pengobatan, membangun tempat penginapan, memanfaatkan kapal laut untuk
perdagangan, menetapkan hukuman cambuk bagi peminum “khamr” (minuman
keras) sebanyak 80 kali cambuk, mencetak mata uang dirham, audit bagi para
pejabat serta pegawai dan juga konsep yang lainnya. Namun dengan begitu beliau
tidaklah menjadi congkak dan tinggi hati. Justru beliau seorang pemimpin yang
zuhud lagi wara’.
Tidak diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin
yang arif, bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda pemerintahan. Bahkan ia
rela keluarganya hidup dalam serba kekurangan demi menjaga kepercayaan
masyarakat kepadanya tentang pengelolaan kekayaan negara. Bahkan Umar bin
Khattab sering terlambat salat Jum’at hanya menunggu bajunya kering, karena dia
hanya mempunyai dua baju. Kebijaksanaan dan keadilan Umar bin Khattab ini
dilandasi oleh kekuatirannya terhadap rasa tanggung jawabnya kepada Allah
SWT. Sehingga jauh-jauh hari Umar bin Khattab sudah mempersiapkan
penggantinya jika kelak dia wafat.
1. Menjalankan Pemerintahan
Pada suatu hari, Amirul Mukminin Umar bin Khattab r.a naik mimbar dan
berkhutbah, "Wahai, kaum muslimin! Apakah tindakanmu apabila aku
memiringkan kepalaku ke arah dunia seperti ini?" (lalu beliau memiringkan
kepalanya). Seorang sahabat menghunus pedangnya. lalu, sambil
mengisyaratkan gerakan memotong leher, ia berkata, "Kami akan melakukan
ini." Umar bertanya, "maksudmu, kau akan melakukannya terhadapku?" Orang
itu menjawab, "Ya!" lalu Amirul Mukminin berkata, "Semoga Allah
memberimu rahmat! Alhamdulillah, yang telah menjadikan di antara rakyatku
orang apabila aku menyimpang dia meluruskan aku."
2. Menentang Pemborosan
Umar bin Khattab r.a mendengar bahwa salah seorang anaknya membeli cincin
bermata seharga seribu dirham. ia segera menulis surat teguran kepadanya
dengan kata-kata sebagai berikut: "Aku mendengar bahwa engkau membeli
cincin permata seharga seribu dirham. Kalau hal itu benar, maka segera juallah
cincin itu dan gunakan uangnya untuk mengenyangkan seribu orang yang
lapar, lalu buatlah cincin dari besi dan ukirlah dengan kata-kata, "Semoga
Allah merahmati orang yang mengenali jati dirinya."
3. Jujur
Pada suatu hari, Khalifah Umar bin Khattab r.a membutuhkan uang untuk
keperluan pribadi. ia menghubungi Abdurrahman bin 'Auf, sahabat yang
tergolong kaya, untuk meminjam uang 400 dirham. Abdurrahman bertanya,
9
"mengapa engkau meminjam dari saya? Bukankah kunci baitul maal (kas
negara) ada di tanganmu? mengapa engkau tidak meminjam dari sana?" Umar
r.a menjawab, Aku tidak mau meminjam dari baitul maal. Aku takut pada saat
maut merenggutku, engkau dan segenap kaum muslimin menuduhku sebagai
pemakai uang baitul maal. Dan kalau hal itu terjadi, di akhirat amal
kebajikanku pasti dikurangi. Sedangkan kalau aku meminjam dari engkau, jika
aku meninggal sebelum aku melunasinya, engkau dapat menagih utangku dari
ahli warisku."
4. Umar Mengakui Kesalahan
Saat itu Umar bin Khattab r.a sedang berkhutbah," Jangan memberikan emas
kawin lebih dari 40 uqiyah (1240 gram). Barangsiapa melebihkannya maka
kelebihannya akan kuserahkan ke baitul maal." Dengan berani, seorang wanita
menjawab,"Apakah yang dihalalkan Allah akan diharamkan oleh Umar?
Bukankah Allah berfirman,......sedang kamu telah memberikan kepada
seseorang di antara mereka sejumlah harta, maka janganlah kamu mengambil
dari padanya sedikitpun.........(An Nisaa':20) Umar berkata," Benar apa yang
dikatakan wanita itu dan Umar salah."
5. Memutuskan Perkara Secara Bijaksana
Seorang wanita mengadu kepada Amirul Mukminin Umar bin Khattab r.a,
bahwa ia diperkosa. Karena ia melawan dan memberontak, maka air mani
lelaki tersebut tertumpah dan mengotori pakaiannya. Sebagai barang bukti,
diperlihatkannya pakaiannya yang terkena tumpahan cairan putih. Umar r.a.
tidak segera percaya terhadap wanita itu. Ia meminta pendapat Ali bin Abi
Thalib r.a. Ali r.a berkata, "Sirami tumpahan putih itu dengan air panas. Kalau
bercak itu membeku, maka itu pasti putih telur. Dan kalau ia hilang dan lumat
bersama air, maka itu adalah air mani." Ketika bercak itu disiram air panas,
ternyata ia membeku. Umar r.a dan Ali r.a pun memutuskan bahwa pengaduan
wanita itu palsu. Umar r.a. berkata kepada wanita itu, " Bertakwalah kamu
kepada Allah, wahai wanita! Pengaduanmu ternyata bohong dan tuduhanmu
palsu."
6. Peduli
Beliau berusaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan rakyatnya.
Beliaulah yang lebih dahulu lapar dan yang paling terakhir kenyang, Beliau
berjanji tidak akan makan minyak samin dan daging hingga seluruh kaum
muslimin kenyang memakannya.
7. Khalifah sangat memperhatikan rakyatnya, sehingga pada suatu ketika secara
diam-diam ia turun berkeliling di malam hari untuk menyaksikan langsung
10
keadaan rakyatnya. Pada suatu malam, ketika sedang berkeliling di luar kota
Madinah, di sebuah rumah dilihatnya seorang wanita sedang memasak sesuatu,
sedang dua anak perempuan duduk di sampingnya berteriak-teriak minta
makan. Perempuan itu, ketika menjawab Khalifah, menjelaskan bahwa anak-
anaknya lapar, sedangkan di ceret yang ia jerang tidak ada apa-apa selain air
dan beberapa buah batu. Itulah caranya ia menenangkan anak-anaknya agar
mereka percaya bahwa makanan sedang disiapkan. Tanpa menunjukan
identitasnya, Khalifah bergegas kembali ke Madinah yang berjarak tiga mil. Ia
kembali dengan memikul sekarung terigu, memasakkannya sendiri, dan baru
merasa puas setelah melihat anak-anak yang malang itu sudah merasa kenyang.
Keesokan harinya, ia berkunjung kembali, dan sambil meminta maaf kepada
wanita itu ia meninggalkan sejumlah uang sebagai sedekah kepadanya.
8. Khalifah yang agung itu hidup dengan cara yang sangat sederhana. Tingkat
kehidupannya tidak lebih tinggi dari kehidupan orang biasa. Suatu ketika
Gubernur Kufah mengunjunginya sewaktu ia sedang makan. Sang gubernur
menyaksikan makanannya terdiri dari roti gersh dan minyak zaitun, dan
berkata, “Amirul mukminin, terdapat cukup di kerajaan Anda; mengapa Anda
tidak makan roti dari gandum?” Dengan agak tersinggung dan nada murung,
Khalifah bertanya, “Apakah Anda pikir setiap orang di kerajaanku yang begitu
luas bisa mendapatkan gandum?” “Tidak,” Jawab gubernur. “Lalu, bagaimana
aku dapat makan roti dari gandum? Kecuali bila itu bisa dengan mudah didapat
oleh seluruh rakyatku.” Tambah Umar.
9. Kepemimpinan Umar bin Khattab selama lebih dari sepuluh tahun sebagai
Amirulmukminin, sebagai pemimpin dan kepala pemerintahan, dengan prestasi
yang telah dicapainya memang terasa unik, jika kita baca langkah demi
langkah perjalanan hidupnya itu, dan cukup mengesankan. Umar sebagai
Khalifah tidak sekadar kepala negara dan kepala pemerintahan, lebih-lebih dia
sebagai pemimpin umat. Ia sangat dekat dengan rakyatnya, ia menempatkan
diri sebagai salah seorang dari mereka.
10. Umar bin Khattab sosok yang disiplin, tegas, adil, bijaksana, sederhana dan
sangat mencintai umat. Inilah sosok salah satu pemimpin terbaik yang dimiliki
oleh umat Islam setelah Nabi Muhammad SAW.

 Prestasi Umar bin Khattab dalam Kepemimpinannya.


Keberhasilan yang dicapai di masa pemerintahan Umar bin Khattab,
banyak ditentukan oleh berbagai kebijakan dalam mengatur dan menerapkan
sistem pemerintahannya. Kualitas pribadi dan seperangkat pendukung lainnya,
11
tentu juga memiliki andil yang besar dalam pemerintahan Umar bin Khattab.
Adapun prestasi yang dicapai pada masa kekhalifahannya antara lain adalah:
1. Perluasan Wilayah Islam.
Ketika para pembangkang di dalam negeri telah dikikis habis oleh khalifah
Abu Bakar, maka khalifah Umar menganggap bahwa tugas yang pertama
ialah mensukseskan ekspedisi yang telah dirintis oleh pendahulunya, maka
dari itu pada masa Umar gelombang ekspansi (perluasan wilayah kekuasaan)
banyak terjadi antaranya, ibu kota Syria, Damaskus jatuh pada tahun 635 M
dan setahun kemudian setelah tentara Bizantium kalah dalam perang Yarmuk,
seluruh daerah Syiria jatuh di bawah kekuasaan Islam dengan memakai Syiria
sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan ’Amr bin Ash
dan ke Irak di bawah pimpinan Sa’ad bin abi Waqash. Iskandaria, ibu kota
Mesir, ditaklukkan pada tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh di
bawah kekuasaan Islam. Al-Qadasiah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh
pada 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain
yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Mosul dapat dikuasai.
Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar, wilayah kekuasaan Islam
telah meliputi jazirah Arab, Palestina, Syiria, sebagian besar kota Persia dan
Mesir.
Bersamaan dengan ekspansi tersebut, pusat kekuasaan Madinah mengalami
perkembangan yang amat pesat. Khalifah telah berhasil membuat dasar-dasar
bagi suatu pemerintahan yang handal untuk melayani tuntunan masyarakat
baru yang berkembang. Umar mendirikan dewan-dewan, membangun Baitul
Māl, mencetak uang, mengatur gaji, menciptakan tahun hijriah dan
sebagainya. Di samping itu karena wilayah kekuasaan semakin luas, maka
wilayah Islam dibagi menjadi unit-unit administratif yang diatur menjadi
delapan wilayah propinsi yaitu: Mekah, Madinah, Jasirah, Basrah, kufah,
Palestina, dan Mesir.
2. Penataan Struktur Pemerintahan.
Sejalan dengan semakin luasnya wilayah Islam, maka Umar melakukan
berbagai macam penataan struktur pemerintahan, antara lain:
a. Administrasi Pemerintahan.
Penataan administrasi pemerintahan dilakukan Umar dengan melakukan
desentralisasi pemerintahan. Hal tersebut dimaksudkan untuk
menjangkau wilayah Islam yang semakin luas. Wilayah Islam dibagi
dalam beberapa propinsi yaitu ; Mekah, Madinah, Palestina, Suria, Iraq,
Persia dan Mesir. Umar yang dikenal sebagai negarawan, administrator,
12
terampil dan cerdas, segera membuat kebijakan mengenai administrasi
pemerintahan.
Pembagian Negeri menjadi unit-unit administratif sebagai propinsi,
distrik dan sub bagian dari distrik merupakan langkah pertama dalam
pemerintahan. Unit-unit ini merupakan tempat ketergantungan efesiensi
administratif yang besar. Umar merupakan penguasa muslim pertama
yang mengambil kebijakan dengan melakukan disentralisasi semacam
itu. Setiap daerah diberi kewenangan mengatur pemerintahan daerahnya
tetapi tetap segala kebijakan harus sesuai dengan pemerintahan pusat.
b. Lembaga Peradilan.
Pada lembaga pengadilan Umar tidak lagi memonopoli struktur
pengadilan, sudah ada orang-orang yang ditunjuk dan diberi wewenang
melaksanakan peradilan pada kasus-kasus tertentu. Urusan pengadilan
diserahkan kepada pejabat-pejabat yang diangkat dan diberi nama Qadi.
Pemisahan kekuasaan antara kekuasaanyudikatif dan eksekutif oleh
Umar belum total sama sekali, sebab khalifah dan juga gubernur-
gubernurnya tetap memegang peradilan pada kasus-kasus hukum
jinayah yang menyangkut tentang hudud dan qisas. Namun wilayah
yang jauh dari pusat khalifah, wewenang itu diberikan.
c. Korps Militer.
Pada masa pemerintahan Umar negara Islam menjadi negara adikuasa
yang banyak memiliki wilayah kekuasaan ketika itu Persia dan
Bizantium juga ditaklukkan Umar. Kemampuan Umar melakukan
ekspansi besar-besaran tersebut tentu tidak bisa lepas dari sistem militer
yang tangguh sebagai basis pertahanan dan keamanan negara. Umar
membentuk organisasi militer yang bertujuan menjaga kecakapan
militer bangsa Arab, untuk itu Umar melarang pasukan Arab menguasai
tanah pertanian negri-negri taklukan, sebab penguasaan  atas tanah
pertanian tersebut dihawatirkan akan melemahkan semangat militer
mereka, beliau juga melarang pasukan muslim hidup diperkampungan
sipil, melainkan mereka hidup diperkampungan militer, dan Umar tidak
ingin tentara memiliki propesi lain seperti dagang, bertani yang
mengakibatkan perhatian mereka berkurang terhadap kepentingan
militer.
d. Bait al-Mal.
Pendirian bait al-Mal  dijadikan Umar sebagai lembaga perekonomian
Islam dimaksudkan untuk menggaji tentara militer yang tidak lagi
13
mencampuri urusan pertanian, para pejabat dan staf-stafnya, para qadi
dan tentunya kepada yang berhak menerima zakat, adapun sumber
keuangan berasal dari zakat, bea cukai, dan bentuk pajak lainnya. Pajak
diterima dalam bentuk uang kontan dan barang atau hasil bumi. Setelah
terbaginya wilayah kepada beberapa propinsi, bait al mal memiliki
cabang-cabang yang berdiri sendiri, cabang-cabang tersebut
mengeluarkan dana sesuai dengan keperluan tahun itu dan selebihnya
dikirim kepusat.
Demikian beberapa kebijakan politik yang dilakukan oleh Umar bin
Khattab dalam pemerintahanya, yang membawa Islam berkembang
pesat, baik dari aspek ajaran maupun aspek wilayah teritorial.
Sepanjang karirnya menjadi khalifah selama 10 tahun (13-23 H/ 634-
644 M), masa jabatan Umar diakhiri dengan kematian, dimana ia
dibunuh oleh seorang budak dari Persia bernama Abu Lu’lu’ah, untuk
menentukan penggantinya Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan
Abu Bakar, dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada
mereka untuk memilih salah seorang diantaranya menjadi khalifah.
Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk
Usman bin Affan sebagai khalifah. 
Kesimpulan
Nama nasabnya Umar bin Khattab bin Nufial bin Abdul Uzza bin Raba’ah bin
Abdillah bin Qurth bin Huzail bin Ady bin Ka’ab bin Luway bin Fihr bin Malik namun
sering dipanggil Umar Bin Khattab. Khalifah Umar berasal dari bani Adi, salah satu
bagian suku Quraisy. Beliau lahir di Makkah tahun 581 Masehi. Umar masuk agama
Islam pada usia 27 tahun. Beliau dilahirkan di Makkah, 40 tahun sebelum hijrah.
Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di
Mekkah. Umar tumbuh menjadi pemuda yang disegani dan ditakuti pada masa itu.
Wataknya yang keras membuatnya mendapat julukan “Singa Padang Pasir”. Ia juga amat
keras dalam membela agama tradisional bangsa Arab yang menyembah berhala serta
menjaga adat-istiadat mereka. Umar Bin Khattab adalah satu dari khulafaurasyidin yang
memimpin kekhalifahan Islam pasca wafatnya Baginda Rasululloh Muhammad SAW.
Umar menjadi khalifah kedua menggantikan Abu Bakar Shidiq. Ia salah satu dari 17
orang Makkah yang terpelajar ketika kenabian dianugerahkan kepada Muhammad SAW.
Dia Umar bin Khattab. Wajahnya putih agak kemerahan, tangannya kidal dengan
kaki yang lebar sehingga jalannya cepat sekali. Sejak mudanya ia memang sudah mahir
dalam berbagai olahraga: olahraga gulat dan menunggang kuda. Sesudah masa mudanya
mencapai kematangan, Umar terdorong ingin menikah. Kecenderungan banyak kawin ini
14
sudah diwarisi dari masyarakatnya dengan harapan mendapat banyak anak. Dalam hidup
nya itu ia mengawini sembilan perempuan yang kemudian memberikan keturunan dua
belas anak, delapan laki-laki dan empat perempuan.
Usaha Umar dalam memburu pengetahuan membuatnya sejak mudanya ia
memikirkan nasib masyarakatnya dan usaha apa yang akan dapat memperbaiki keadaan
mereka. Ini juga kemudian yang membuatnya bangga, bersikeras dan menjadi fanatik
dengan pendapatnya sendiri tentang tujuan yang ingin dicapainya itu. Ia tidak mau
dibantah atau berdebat. Karena sikap keras dan ketegarannya itu sehingga dengan
fanatiknya ia berlaku begitu sewenang-wenang. Ia akan mempertahankan pendapatnya
dengan tangan besi dan dengan ketajaman lidahnya. Tetapi yang demikian ini bukan tidak
mungkin akan mengubah pendapat orang lain yang dihadapinya untuk menjadi bukti kuat
dalam pembelaannya dan untuk mematahkan alasan lawan.

Sewaktu Abu Bakar jatuh sakit dan terbaring selama 15 hari di tempat tidur, beliau
merasakan bahwa kemampuannya dalam memimpin tidak bertahan lama lagi sehingga ia
ingin mencalonkan seseorang sebagai penggantinya, pemikiran  seperti itu didasarkan
atas kepentingan terhadap umat yang memerlukan kepemimpinan dan mencegah
terjadinya perpecahan. Pada saat itu semua sepakat untuk memilih Umar sebagai
khalifah.  Kemudian Abu Bakar memanggil Utsman bin Affan untuk menulis wasiat
kepada Umar bin khattab. Ketika wasiat itu dibaca di hadapan masyarakat, mereka
mendengarkan dengan seksama dan mentaati seluruh isi dari wasiat yang dibacakan
tersebut. Abu Bakar ketika itu juga sempat menanyakan kerelaan masyarakat tentang
penunjukan Umar bin Khattab sebagai khalifah, masyarakat menyatakan bahwa apa yang
dilakukan Umar adalah tepat dan mereka restui.       
Sebagai seorang petinggi militer dan ahli siasat yang baik, Umar sering mengikuti
berbagai peperangan yang dihadapi umat Islam bersama Rasullullah Saw. Ia ikut terlibat
pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Setelah wafatnya
Rasullullah Saw., beliau merupakan salah satu shabat yang sangat terpukul dengan
kejadian tersebut. Ia bahkan pernah mencegah dimakamkannya Rasullullah karena yakin
bahwa nabi tidaklah wafat, melainkan hanya sedang tidak berada dalam tubuh kasarnya,
dan akan kembali sewaktu-waktu. Namun setelah dinasehati oleh Abu Bakar, Umar
kemudian sadar dan ikut memakamkan Rasullullah.
Umar bin Khtttab adalah salah seorang sahabat nabi dan khalifah kedua setelah
wafatnya Abu Bakar As-Sidiq. Jasa dan pengaruhnya terhadap penyebaran Islam sangat
besar hingga Michael H. Heart menempatkannya sebagai orang paling berpengaruh
nomor 51 sedunia sepanjang masaSelama masa jabatannya, khalifah Umar amat disegani
dan ditakuti negara-negara lain. Kekuatan Islam maju pesat, mengambil alih
15
Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang
mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria,
Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).
Umar Bi Khattab mendapat gelar Amirulmukminin!" Mendengar gelar baru ini
orang menyambutnya dengan gembira disertai senyum tanda setuju. Sejak itu tak ada lagi
orang memanggil Umar dengan Khalifah Khalifah Rasulullah, melainkan semua orang
sudah menyebutnya "Amirulmukminin." Gelar ini tetap melekat pada Umar dan pada
para khalifah dan raja-raja Muslimin sesudahnya.
Wafatnya Umar bin Khattab dikarenakan dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz),
seorang budak pada saat ia akan memimpin salat Subuh. Fairuz adalah salah seorang
warga Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon
dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap Umar
Keislaman beliau telah memberikan andil besar bagi perkembangan dan kejayaan
Islam. Beliau adalah pemimpin yang adil, bijaksana, tegas, disegani, dan selalu
memperhatikan urusan kaum muslimin. Pemimpin yang menegakkan ketauhidan dan
keimanan, merobohkan kesyirikan dan kekufuran, menghidupkan sunnah dan mematikan
bid’ah. Beliau adalah orang yang paling baik dan paling berilmu tentang al-Kitab dan as-
Sunnah setelah Abu Bakar As Siddiq.
Tidak diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang
arif, bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda pemerintahan. Bahkan ia rela
keluarganya hidup dalam serba kekurangan demi menjaga kepercayaan masyarakat
kepadanya tentang pengelolaan kekayaan negara.
Nilai-nilai kepemimpinan yang dapat dicontoh dari Umar Bin Kahttab adalah :
1. Menjalankan Pemerintahan
2. Menentang Pemborosan
3. Jujur
4. Umar Mengakui Kesalahan
5. Memutuskan Perkara Secara Bijaksana
6. Peduli
7. Umar bin Khattab sosok yang disiplin, tegas, adil, bijaksana, sederhana dan
sangat mencintai umat. Inilah sosok salah satu pemimpin terbaik yang dimiliki
oleh umat Islam setelah Nabi Muhammad SAW.
Adapun prestasi yang dicapai pada masa kekhalifahannya antara lain adalah:
1. Perluasan Wilayah Islam.
2. Penataan Struktur Pemerintahan
Sejalan dengan semakin luasnya wilayah Islam, maka Umar melakukan berbagai
macam penataan struktur pemerintahan, antara lain:
16
a. Administrasi Pemerintahan
b. Lembaga Peradilan
c. Korps Militer.
d. Bait al-Mal.
Daftar Pustaka

Haekal, M. Husain. 2002. Umar Bin Khattab. Jakarta : PT Pustaka Lintera Nusa Dua.
Michael H. Hart. Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah. File ini hasil
kompilasi dari situs Islam media.isnet.org. File hasil kompilasi dalam bentuk file
zip/chm di: http://www.pakdenono.com

Dikases dari internet :


http://id.wikipedia.org/wiki/Khulafaur_Rasyidin
http://www.biografitokohdunia.com/2011/03/umar-bin-khattab.html
http://cahyaiman.wordpress.com/2010/05/24/sahabat-nabi-umar-bin-khattab-sebuah-
fakta-sejarah-pada-masa-kejayaan-islam/
http://www.surgamakalah.com/2011/09/umar-ibnu-khattab-ra.html
http://kisahislami.com/menengok-kembali-kepemimpinan-umar-bin-khattab-r-a/

17

Anda mungkin juga menyukai