Anda di halaman 1dari 5

Biografi Umar Bin Khatab

Umar Bin Khatab merupakan salah seorang sahabat Nabi dan Khalifah kedua setelah wafatnya Abu Bakar
As-Sidiq. Umar Bin Khatab diberi julukan oleh Nabi Muhammad yaitu Al-Faruq yang ebrarti bisa memisahkan
antara kebenaran dan kebatilan. Jasa dan perangaruh yang diberikan Umar Bin Khatab terhadap penyebaran
Islam sangat besar hingga Michael H. Heart menempatkannya sebagai orang paling berpengaruh nomor 51
sedunia sepanjang masa.
Biografi Singkat Umar Bin Khatab
Nama : Umar bin al-Khattab
Lahir : 583 M Mekkah, Jazirah Arab
Wafat : 3 November 644
Makam : Sebelah kiri makam Nabi Muhammad SAW di Masjid Nabawi, Madinah
Gelar : al-Faruq (Pemisah antara yang benar dan batil) , Amir al Mu`miniin (Pemimpin Orang-Orang
Beriman)
Pendahulu : Abu Bakar Ash-Shidiq
Pengganti : Utsman bin Affan
Biografi dan Profil Umar bin Khattab Umar bin al-Khattab lahir di Mekkah dari Bani Adi yang masih satu
rumpun dari suku Quraisy dengan nama lengkap Umar bin al-Khattab bin abdul Uzza. Keluarga Umar
tergolong keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis yang pada masa itu merupakan sesuatu
yang sangat jarang terjadi.
Umar bin khatab dikenal memiliki fisik yang kuat, bahkan ia menjadi juara gulat di Mekkah. Umar tumbuh
menjadi pemuda yang disegani dan ditakuti pada masa itu. Beliau memiliki watak yang keras hingga di juluki
sebagi “Singa Padang Pasir”. Beliau termasuk pemuda yang amat keras dalam membela agama tradisional
Arab yang saat itu masih menyembah berhala serta menjaga adat istiadat mereka. Bahkan pada saat itu
putrinya dikubur hidup-hidup demi menjaga kehormatan Umar. Sebelum memeluk Islam beliau di kenal
sebagai peminum berat, namun setelah menjadi muslim Beliau tidak lagi menyentuh alkohol sama sekali,
meskipun saat itu belum diturunkan larangan meminum khimar secara tegas.
Memeluk Islam Pada masa itu, ketika Nabi Muhammad menyebarkan Islam secara terbuka di Mekkah, Umar
bereaksi sangat antipati terhadap Nabi. Umar juga termasuk orang yang paling banyak dan paling sering
menggunakan kekuatannya untuk menyiksa pengikut Nabi Muhammad SAW.
Pada puncak kebenciannya terhadap Nabi Muhammad SAW, Umar memutuskan untuk mencoba membunuh
Nabi. Namun dalam perjalanannya, Umar bertemu dengan salah seorang pengikut Nabi yang bernama
Nu’aim bin Abdullah dan memberikan kabar bahwa saudara perempuan Umar telah memeluk Islam. Karena
kabar tersebut, Umar menjadi terkejut dan kembali ke rumahnya dengan maksud untuk menghukum adiknya.
Dalam riwayatnya, Umar menjumpai Saudarinya yang sedang membaca Al-Quran surat Thoha ayat 1-8 ,
Umar menjadi semakin marah dan memukul saudarinya.
Namun Umar merasa iba ketika melihat saudarinya berdarah akibat pukulannya, beliau kemudian meminta
agar ia melihat bacaan tersebut. Beliau menjadi sangat terguncang oleh isi Al-Quran, dan beberapa waktu
setelah kejadian tersebut Umar menyatakan memeluk agama Islam. Keputusan tersebut membuat hampir
seisi Mekkah terkejut karena seorang yang terkenal memiliki watak yang keras dan paling banyak menyiksa
pengikut Nabi Muhammad SAW kemudian memeluk ajaran yang sangat di bencinya. Akibatnya, Umar di
kucilkan dari pergaulan Mekkah dan ia tidak lagi dihormati oleh para petinggi Quraisy.
Hijrah di Madinah Pada tahun 622, Umar ikut bersama Nabi Muhammad SAW serta para pegikutnya untuk
berhijrah ke Yatsrib (saat ini Madinah). Umar juga terlibat dalam perang Badar, perang Uhud, perang Khaybar
serta penyerangan ke Syria. Umar bin Khatab di anggap sebagai orang yang di segani oleh kaum muslimin
pada masa itu selain karena reputasinya pada masa lalu yang memang terkenal sudah terkenal sejak masa
memeluk Islam, Umar juga dikenal sebagai orang terdepan yang selalu membela Nabi Muhammad SAW dan
ajaran Islam pada kesempatan yang ada. Bahkan beliau tanpa ragu menentang kawan-kawan lamanya yang
dulu bersama sama ikut menyiksa para pengikut Nabi Muhammad SAW.
Wafatnya Nabi Muhammad Suasana sedih dan haru menyelimuti kota Madinah, pada saat kabar wafatnya
Nabi Muhammad SAW pada 8 juni 632 M (12 Rabiul Awal 10 Hijriah). Umar merupakan salah seorang yang
paling terguncang atas peristiwa itu, beliau menghambat siapapun yang akan memandikan dan menyiapkan
jasadnya untuk pemakaman. Umar sangat syok, beliau lantas berkata “Sesungguhnya beberapa orang
munafik menganggap bahwa Nabi Muhammad SAW telah wafat, Sesungguhnya Beliau tidak wafat, tetapi
pergi ke hadapan Tuhannya, seperti yang di lakukan Musa bin Imran yang pergi dari kaumnya. Demi Allah
Beliau benar-benar akan kembali. Barang siapa yang beranggapan bahwa beliau wafat, kaki dan tangannya
kan ku potong”.
Umar melakukan hal tersebut karena yakin bahwa Nabi tidaklah wafat, namun setelah di nasehati oleh Abu
Bakar, Umar kemudian sadar dan ikut memakamkan Rasulullah.
Menjadi Khalifah Pada masa Abu Bakar menjadi seorang khalifah, Umar bin Khatab menjadi salah satu
penasehat kepalanya. Setelah Abu Bakar meninggal pada tahun 634, Umar bin khatab di tunjuk untuk
menggantikan Abu Bakar sebagai khalifah ke dua dalam sejarah Islam.
Selama dibawah pemerintahan Umar bin Khatab, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam
mengambil alih Mesopotamia dan Persia dari tangan dinasti Sassanid, serta mengambil alih Mesir, Palestina,
Syria, Afrika Utara dan Armenia dari ke Kaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya
yaitu Persia dan Romawi, namun keduanya telah di taklukkan oleh ke Khalifahan Islam dibawah pimpinan
Umar bin Khatab.
Umar bin Khatab melakukan banyak reformasi secara administratif dan menongtrol dari dekat kebijakan
publik, termasuk membangun sistem administrasi untuk daerah yang baru di taklukkan. Umar memerintahkan
agar diselenggarakan sensus diseluruh wilayah kekuasaan Islam. Pada tahun 638, Umar memerintahkan
untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah.
Umar bin Khatab dikenal memiliki kehidupan yang sederhana. Beliau tidak mengadopsi gaya hidup dan
penampilan para penguasa di zaman itu, beliau tetap hidup sangat sederhana.
Sekitar tahun ke-17 Hijriah yang merupakan tahun ke-4 ke khalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan
bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa Hijriah.
Wafatnya Umar bin Khatab Umar bin Khatab wafat karena dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz) yang
merupakan seorang budak yang fanatik pada saat Umar akan memimpin shalat subuh. Diketahui Fairuz
adalah orang Persia yang masuk Islam setelah Persia di taklukkan oleh Umar. Pembunuhan ini konon di latar
belakangi dendam Fairuz terhadap Umar bin Khatab, Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia yang
pada masa itu merupakan negara Adidaya. Umar bin Khatab Wafat pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23H/644M.
Setelah wafat, jabatan Khalifah dipegang oleh Ustman bin Affan.
Wasiat Umar Semasa Umar masih hidup Umar meninggalkan wasiat yaitu
Bila engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena
celamu lebih banyak darinya.Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu.
Karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.Bila engkau hendak memuji
seseorang, pujilah Allah. Karena tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan
lebih santun lembut kepadamu selain Allah.Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah
kesenangan dunia. Sebab apabila engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.Bila engkau bersiap-siap
untuk sesuatu, maka bersiaplah untuk mati. Karena jika engkau tidak bersiap untuk mati, engkau akan
menderita, rugi, dan penuh penyesalan.Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena
engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya.
Proses Pengangkatan Khalifah Umar bin al-Khattab dan Gelar “Amirul Mukminin”
Setelah para sahabat Nabi mengangkat khalifah Abu Bakar as-Shiddiq, dua setengah tahun adalah usia
kekhalifahannya. Memang, usia perjalanan pemerintahan yang tidak lama. Cerita pengangkatan khalifah
setelahnya, banyak terdapat dalam tarikh Islam di antaranya al-Bidayah wa al-Nihayah.

Ibnu al-Atsir dalam al-Bidayah wa al-Nihayah menceritakan bahwa proses pengangkatan pemimpin khalifah
(istikhlaf) Umar bin Khatthab Ra. berbeda dengan proses pengangkatan Abu Bakar Ra. Abu Bakar Ra. terpilih
secara demokratis melalui proses perdebatan yang cukup panjang, hingga akhirnya ia terpilih sebagai khalifah yang
sah.

Sedangkan Umar bin Khatthab Ra. diangkat melalui “penunjukan”, semacam surat wasiat yang dititahkan oleh Abu
Bakar Ra. Melalui juru tulis Usman bin Affan Ra. Ini cukup mendefinisikan makna kata istakhlafa, yang artinya
meminta untuk menjadi khalifah, pemimpin.

Hal itu dilakukan khalifah guna menghindari pertikaian politik antara umat Islam sendiri. Beliau khawatir kalau
pengangkatan itu dilakukan melalui proses pemilihan seperti pada masanya, maka situasinya akan menjadi keruh
karena kemungkinan terdapat banyak kepentingan yang ada di antara mereka yang membuat umat Islam tidak
stabil, sehingga pengembangan Islam akan terhambat.

Sebelum meninggal, Khalifah Abu bakar bertanya kepada para sahabatnya tentang penunjukan Umar bin Khattab
sebagai penggantinya. Beliau menanyakan hal itu kepada Abdurrahman bin Auf, Usman bin Affan, Asid bin
Hudhair Al-Anshary, Said bin Zaid serta sahabat-sahabatnya dari kaum Muhajirin dan Anshar. Pada umumnya
mereka setuju dengan Abu Bakar dan kemudian disetujui oleh kaum muslim secara serempak.

Ketika Abu Bakar sakit, beliau memanggil Usman bin Affah untuk menulis wasiat yang berisi tentang penunjukan
Umar bin Khattab sebagai penggantinya. Tujuannya agar ketika sepeninggal beliau tidak ada kemungkinan
perselisihan di kalangan umat Islam untuk masalah khalifah.

Badri Yatim dalam buku Sejarah Peradaban Islam menukil pandangan bahwa keputusan Abu Bakar tersebut
diterima oleh umat Islam sehingga mereka secara beramai-ramai membaiat Umar sebagai khalifah. Dengan
demikian keputusan tersebut bukan keputusan Abu Bakar sendiri namun persetujuan umat Muslim semua.

Umar mengumumkan dirinya bukan sebagai khulafaur rasul atau pengganti rasul tapi sebagai amirulmukminin atau
pemimpin orang-orang mukmin. Umar menjabat sebagai khalifah selama 12 tahun.

Para sejarawan Islam mencatat bahwa gelar khalifah, tidak lagi disematkan kepada Umar bin Khattab. Pasalnya,
awalnya Umar bin Khattab memilih gelar khalifatu khalifati rasulillah (pengganti dari pengganti rasulullah). Akan
tetapi, pada satu waktu gelar tersebut diubah menjadi amirul mu’minin (pemimpin kaum muslimin).
Kata amir, kala itu sangat berkaitan dengan kata al-jays (tentara), karena pada masa itu, ekspansi penyebaran Islam
sangat massif.

Pada konteks saat itu, bahasa kekuasaan menjadi instrumen penting untuk melacak fungsi makna sosialnya. Bisa
dikatakan tidak ada gelar yang tetap melekat pada satu pemimpin kala itu. Hal ini cukup jelas untuk menyatakan
bahwa hal tersebut adalah biasa dalam konteks pemerintahan klasik.

Wallahu A’lam
BIOGRAFI dan PROSES PENGANGKATAN
KHALIFAH UMAR BIN KHATTAB

Disusun oleh:
Nama : Rina Nur Khodijah
Kelas : X IPA 5
Mata pelajaran : SKI {Sejarah Kebudayaan Islam}
Nomor Absen : 33

Anda mungkin juga menyukai