Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A Latar belakang
Banyak apa yang kita ketahui adalah apa yang kita dengar dan dan kita lihat.
Dari banyaknya kita mendengar, maka banyak pula kita akan mengetahui isi
dunia. Kita mengetahui suatu hal pastinya ada seseorang yang memberitahu baik
dengan cara apapun, bercerita, membaca karya seseorang, melihat dan lain
sebagainya. Akan menjadi sebuah pelajaran yang sangat berharga dan bahkan tak
ternilai harganya apabila kita mempelajari sebuah sejarah. Karena dari sejarah itu
kita akan mendapatkan berbagai informasi yang bisa memotifasi kita dalam
berjuang dalam kehidupan.
Ir. Soekarno juga mengingatkan kepada kita dengan wejangan
“JAS MERAH” Jangan sekali-kali Melupakan Sejarah. Dari sejarah pula kita
mengetahui akibat-akibat yang timbul dari suatu perbuatan baik perbuatan itu
buruk atau baik. Terutama kita sebagai mahluk yang hidup setelah para mahluk
yang terdahulu, tentunya sangat memerlukan pengetahuan tentang mereka yang
telah sukses dalam kehidupannya. Mereka adalah cermin bagi kita untuk panutan
umat selanjutnya. Khalifa’ur Rasyidin adalah para sahabat Nabi yang setia
mendampingi perjuangan Nabi, mereka menggantikan perjuangan dengan tetap
memegang ajaran Nabi Muhammad SAW. Terkhususkan pada makalah ini
Kholifah Utsman bin Affan pada masa itu beliau mengembangkan peradaban
sebagai bentuk kemajuan agama islam yang telah dikembangkan kholifah
sebelumnya yaitu Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Maka kita sebagai umat yang
hidup setelah mereka akan mendapatkan jalan lurus apabila mengikuti perjalannya
B. Manfaat Penulisan
Pada kesempatan ini penulis mengharafkan makalah dapat bermanfaat untuk
menambah wawasan dan suritauladan mengenai ”Khalifah Ustman Bin Affan”
C. Tujuan Penulisan
1. Sebagai tugas untuk mengikuti mata kuliah sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
2. Untuk melatih penulis agar memudahkan dalam membuat makalah.
3. Untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang Khalifah Ustman Bin Affan

1
BAB II
ISI

Utsman bin Affan (574M – 656M) adalah sahabat Nabi Muhammad SAW, yang
merupakan Khulafa’ur Rasyidin yang ke-3. Nama lengkap beliau adalah Utsman bin
Affan Al-Umawi Al-Quraisyi, berasal dari Bani Umayyah. Lahir pada tahun keenam
tahun Gajah. Nama panggilannya Abu Abdullah dan gelarnya Dzun Nurrain (yang
punya dua cahaya).
A. Nasab dan Keturunan Khalifah Utsman bin Affan
Utsman bin Affan bin Abil ‘Ash bin Umayyah bin Abdusy Syams bin Abdu
Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin luwa’I bin Ghalib bin Fihr
bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin
Mudhar bin Nizar bin Ma’addu bin Adnan.
Abu Amr, Abu Abdullah al Quraisy, al-Umawi  Amirul mukminin Dzun
Nurain yang telah berhijrah dua kali dan suami dari dua putri Rasulullah SAW.
Ibu beliau bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabi’ah bin Hubaib bin Abdusy Syams
dan neneknya bernama Ummu Hakim Bidha’ binti Abdul Muthalib paman
Rasulullah SAW.
B.  Ciri-Ciri dan Akhlak Khalifah Ustman bin Affan
Beliau adalah seorang yang rupawan, lembut, mempunyai jenggot yang
lebat, berperawakan sedang, mempunyai tulang persendian yang besar, berbahu
bidang, berambut lebat, bentuk mulut bagus yag berwarna sawo matang. Beliau
memiliki akhlak yang mulia, sangat pemalu, dermawan dan terhormat.
Tidak cukup Utsman Radhiyallahu ‘anhu melaksanakan kewajiban-
kewajiban Islam seperti shalat, puasa, membayar zakat, bahkan beliau
menyerahkan segala-galanya untuk menyebarkan Islam, dan menolong kaum
muslimin.
C. Proses Khalifah Utsman bin Affan Memeluk Islam
Utsman bin Affan masuk Islam pada usia 34 tahun. Masuknya Utsman
ke dalam Islam berawal dari sebuah suara dalam mimpinya di bawah rindang
pohon antara Maan dan Azzarqa yang menyarankan agar beliau segera kembali
ke Mekkah sebab orang yang bernama Muhammad telah muncul membawa ajaran

2
baru yang kelak akan merubah dunia sebagai utusan tuhan. Setelah terbangun dari
mimpinya beliau bergegas kembali ke Mekkah dan menanyakan hal ihwal
ataupun makna yang tersimpan dari kejadian yang menimpanya. Kemudian beliau
bertemu dengan Abu Bakar dan mengajaknya untuk mengikuti langkahnya yang
lebih dahulu memeluk Islam. Lalu menghadaplah keduanya kepada Rasulullah
untuk menyatakan keislamannya. Sungguh tak terbilang pengorbanannya terhadap
Islam, tak terbatas pada hartanya saja yang selalu dibelanjakan di jalan Allah
nyawanya pun teramat sering terancam dengan berbagai pengucilan dan
penyiksaan dari kerabat dan pemuka Quraisy ketika mereka tahu keislamannya.
D. Istri dan Putra- Putri  Khalifah Ustman bin Affan
Beliau menikahi Ruqoyah binti Rasulullah SAW dan dianugrahi seorang
anak yag bernama Abdullah dan menjadikannya sebagai kuniyah. Pada
masa  jahiliyah beliau bernama Abu ‘Amr. Setelah Ruqoyah wafat, beliau
menikahi adiknya yang bernama Ummu Kultsum dan kemudian Ummu Kultsum
pun wafat. Kemudian beliau menikahi Fakhitah binti Ghazwan bin Jabir dan
dianugrahi seorang anak yang bernama Abdullah al-Ashghar. Lantas beliau
menikahi Ummu ‘Amr binti Jundub bin ‘Amr al-Azdyah dan dianugrahi beberapa
orang anak yang bernama ‘Amr, Khalid, Aban, Umar dan Maryam. Lalu beliau
menikah dengan Fatimah binti al-Walid bin Abdusy Syamsy bi al-Mughirah al-
Makhzumiyah dan lahirlah al-Walid, Sa’id da Ummu Utsman. Kemudian
menikahi Ummu al-Banin bin ‘Uyainah bin Hish al-Fazariyah dan dianugrahi
seorang anak yag bernama Abdul Malik dan dikatakan ‘Utbah. Lantas beliau
menikahi Ramlah binti Syaiban bin Rabi’ah bin Abdusy Syamsy bin Abdul Manaf
bin Qushay dan lahir beberapa orag anak yang bernama Aisyah, Ummu Aban,
Ummu ‘Amr dan Banat Utsman. Lalu beliau menikah dengan a’ilah binti al-
Farafishah bin al-Ahwash bin ‘amr bin Tsa’labah bin al-Harits bin Hishn bin
Dhamdham bin ‘Ady  bin Junab bin Kalb dan dianugrahi seorang anak yang
bernama Maryam dan dikatakan juga dengan ‘Anbasah. Ketika terbunuh beliau
memiliki empat orang istri : Na’ilah, Ramlah, Ummul Banin, dan Fakhitah.
Dikatakan beliau telah menceraikan Ummul Banin disaat beliau sedang
terkepung.

3
E. Jihad Utsman bin Affan dan peranannya sebelum menjadi khalifah
Ketika kaum kafir Quraisy melakukan penyiksaan terhadap umat Islam,
maka Utsman bin ‘‘Affan diperintahkan untuk berhijrah ke Habsyah (Abyssinia,
Ethiopia). Ikut juga bersama beliau sahabat Abu Khudzaifah, Zubair bin Awwam,
Abdurahman bin ‘Auf dan lain- lain. Setelah itu datang pula perintah Nabi SAW,
supaya beliau hijrah ke Madinah. Maka dengan tidak berfikir panjang lagi beliau
tinggalkan harta kekayaan, usaha dagang dan rumah tangga guna memenuhi
panggilan Allah dan Rasul-Nya. Beliau Hijrah bersama-sama dengan kaum
Muhajirin lainya.
Beliau ikut serta dalam peperangan Uhud, Khandaq, perjanjian Hudaibiyah
yag pada waktu itu Rasulullah SAW membai’atkan untuk Utsman dengan tangan
beliau sendiri. Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk
menemui Abu Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan Nabi untuk menegaskan
bahwa rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di Ka’bah, lalu segera
kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah.
Suasana sempat tegang ketika Utsman tak kenjung kembali. Kaum
Muslimin sampai membuat Bait Ridhwan, bersiap untuk mati bersama untuk
menyelamatkan Utsman. Namun pertumpahan darah akhirnya tidak terjadi Abu
Sofyan lalu mengutus Suhail bin Amir untuk berunding dengan Nabi Muhammad
SAW hasil perundingan dikenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyah.
Karena Utsman termasuk salah seorang sahabat Nabi yang pandai tulis baca
serta memiliki kecerdasan dan kuat hafalannya, ia ditunjuk oleh Nabi menjadi
salah seorang penulis wahyu. Selama pemerintahan Abu Bakar dan Umar bin
Khattab, Utsman merupakan sahabat senior yang dimintai pendapatnya dan
pertimbangan-pertimbangannya.
F. Proses Pengangkatan Ustman bin Affan Sebagai Khalifah
Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab yang berlangsung selama 10
tahun, tepatnya ketika beliau sakit dibentuklah dewan  musyawarah untuk
menentukan pengganti kekhalifahannya yang terdiri dari 6 orang yaitu Ali bin Abi
Thalib, Utsman bin Affan, Sa’ad bin Abi Waqas, Thalha bin Ubaidillah, Zubair
bin Awwam dan Abdur Rahman bin Auf. Salah seorang putra Umar, Abdullah

4
ditambahkan pada komisi di atas tetapi hanya punya hak pilih dan tidak berhak
dipilih.
Dewan tersebut dikenal dengan sebutan Ahlul Halli wal Aqdi dengan tugas
pokok menentukan siapa yang layak menjadi penerus Khalifah Umar bin Khattab
dalam memerintah umat Islam.Sahabat-sahabat yang tergabung dalam dewan,
posisinya seimbang tidak ada yang lebih menonjol sehingga cukup sulit untuk
menetapkan salah seorang dari mereka sebagai pengganti Umar. Tidaklah heran
bila dalam sidang terjadi tarik ulur pendapat yang sangat alot, walau pada
akhirnya, mereka memutuskan Utsman bin Affan sebagai khalifah setelah Umar
bin Khattab. Di antara kelima calon hanya Tholhah yang sedang tidak berada di
Madinah ketika terjadi pemilihan. Abdurahman Ibn Auf mengambil inisiatif untuk
menyelenggarakan musyawarah pemilihan Khalifah pengganti Umar. Ia meminta
pendapat masing-masing nominasi. Saat itu, Zubair dan Ali mendukung Utsman.
Sedangkan Utsman sendiri mendukung Ali, tetapi Ali menyatakan dukungannya
terhadap Utsman. berkata kepada Utsman ibn ‘Affan disuatu tempat sebagai
berikut:
Jika saya tidak memba’yarmu (Utsman) maka siapa yang kau usulkan?Ia
(Utsman) berkata “Ali”. Kemudian ia (Abd al-Rahman bin Auf) berkata kepada
Ali, jika saya tidak memba’iatmu, maka siapa yang kau usulkan untuk dibai’at?
Ali berkata, “Utsman”. Kemudian Abd al-Rahman bin Auf bermusyawarah
dengan tokoh-tokoh lainnya, ternyata mayoritas memilih Utsman sebagai
khalifah. Memperhatikan percakapan dari dua sahabat tersebut, maka tampaklah
bahwa sesungguhnya Utsman dan Ali tidak ambisius menjadi khalifah, justru
keduanya saling mempersilahkan untuk menentukan khalifah secara musyawarah.
Kemudian Abdurahman bin Auf mengumpulkan pendapat-pendapat sahabat
besar lainnya. Akhirnya suara mayoritas menghendaki dan mendukung Utsman.
Lalu ia dinyatakan resmi sebagai khalifah melalui sumpah, dan bai’at seluruh
umat Islam. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Abdurrahman bin Auf berkata
kepada Ali sambil memegang tangannya,”Engkau punya hubungan kerabat
dengan Rasulullah dan sebagaimana diketahui, engkau lebih dulu
masuk Islam. Demi Allah jika aku memilihmu, engkau mesti berbuat adil. Dan
jika aku memilih Utsman, engkau mesti patuh dan taat.” Kemudian Ibn Auf

5
menyampaikan hal yang sama kepada lima sahabat lainnya. Setelah itu ia berkata
kepada Utsman, “Aku membaiatmu atas nama sunnah Allah dan Rasul-Nya, juga
dua khalifah sesudahnya.” Utsman berkata, ”baiklah.”
Pemilihan itu berlangsung pada bulan Dzul Hijjah tahun 23 H atau 644 M
dan dilantik pada awal Muharram 24 H atau 644 M. Ketika Thalhah kembali ke
Madinah Utsman memintanya menduduki jabatannya, tetapi Thalhah menolaknya
seraya menyampaikan baiatnya. Demikian proses pemilihan Khalifah Utsman bin
Affan berdasarkan suara mayoritas.
G. Prestasi-Prestasi yang dapat di Capai pada Masa Khalifah Utsman bin Affan
1. Kodifikasi Mushaf Al-qur’an
Usaha kodifikasi (pembukuan) Al-qur’an sudah dimulai sejak khalifah
Abu Bakar as-Siddiq. Ayat-Ayat Al-Qur’an yang sudah terkumpul pada
masa itu disimpan oleh Hafsah Binti Umar, salah satu istri Rasulullah saw.
Pada masa pemerintahan khalifah Utsman bin Affan, wilayah islam sudah
sangat luas. Hal itu menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perbedaan
pembelajaran Al-Qur;an dibeberapa pelosok wilayah. Perbedaan itu
meliputi susunan surah-surahnya atau lafaz (dialek)nya. Pada masa
Rasulullah saw perbedaan tersebut diberi kelonggaran. Saat itu, masih
memberi kemudahan agar Al-Qur’an dapat dihapal dengan cepat oleh semua
umat Islam. Ketika wilayah islam makin luas, perbedaan dialek satu daerah
dengan daerah yang lain makin terlihat. Salah seorang sahabat yang
bernama Huzaifah bin Yaman melihat perselisihan antara tentara Islam
ketika menaklukkan Armenia dan Azerbaijan. Masing-masing pihak
menganggap cara membaca Al-Qur’an yang dilakukannya adalah yag paling
baik.
Perselisihan tersebut kemudian dilaporkan oleh Huzaifah bin Yaman
kepada khalifah Utsman bin Affan. Selanjutnya, khalifah Utsman bin Affan
membentuk sebuah panitia penyusun Al-Qur’an. panitia ini diketuai oleh
Zaid bin Sabit anggotanya adalah Abdullah bin Zubair dan Abdurahman bin
Haris. Tugas yang harus dilaksanakan oleh panitia tersebut adalah menyalin
ulang ayat-ayat Al-Qur’an dalam sebuah buku yang disebut mushaf.
Penyalinan tersebut harus berpedoman pada bacaan mereka yang

6
menghafalkan Al-Qur’an. Apabila terdapat pebedaan dalam pembacaan,
yang ditulis adalah yang dialek Quraisy. Hal itu disebabkan Al-Qur’an
diturunkan dalam dialek Quraisy. Al-Mushaf diperbanyak sejumlah empat
buah sebuah tetap berada di Madinah, sedangkan yang lainnya dikirimkan di
Makkah, Suriah, Basra, dan Kufah. Semua naskah Al-Qur’an yang
dikirimkan ke daerah-daerah itu dijadikan sebagai pedoman dalam
penyalinan beikutnya didaerah masing-masing. Naskah yang ditinggal di
Madinah disebut Mushaf al-imam atau Mushaf Utsmani. Adapun naskah
yang berbeda dengan Mushaf al-imam dinyatakan tidak berlaku lagi.
Walaupun demikian perbedaan bacaan Al-Qur’an masih ditemukan hingga
kini. Ha lini diperbolehkan apabila diriwayatkan secara mutawatir.
2. Renovasi Masjid Nabawi
Masjid Nabawi di Madinah didirikan pertama kali oleh nabi
Muhammad SAW. Masjid ini kemudian tidak hanya dijadikan tempat
ibadah, juga tempat musyawarah dalam memutuskan banyak hal yang
berkaitan dengan pengembangan Islam keluar kota Madinah. Diperkirakan
pada tahun ke-7 H, masjid ini diperluas menjadi 50-30 meter dengan 3 buah
pintu. Kemuadian pada tahun ke-17 H pada masa khalifah Umar bin
Khattab, terjadi lagi perluasan bangunan.pengembangan ini terus di lakukan
pada masa Khalifah Usman bin Affan, bahkan diperindah. Dindingnya
diganti dengan batu, dan bidang-bidang dindingnya di hiasi dengan berbagai
ukiran. Tiang-tiang di buat dengan beton bertulang dan ditatah dengan
ukiran, plafonnya dibuat dari kayu pilihan. Katika itulah mulai diperlihatkan
unsur estetisitas atau keindahan seni bangunan dalam masjid ini.
3. Pembentukan Angkatan Laut
Pembangunan angkatan laut bermula dari adanya rencana Khalifah
Ustman untuk mengirim pasukan ke Afrika, Mesir, Cyprus dan
Konstatinopel Cyprus. Untuk sampai ke daerah tersebut harus melalui
lautan. Oleh karena itu atas dasar usul Gubernur di daerah, Ustman pun
menyetujui pembentukan armada laut yang dilengkapi dengan personil dan
sarana yang memadai. Pada saat itu, Mu’awiyah, Gubernur di Syiria harus
menghadapi serangan-serangan Angkatan Laut Romawi di daerah-daerah

7
pesisir provinsinya. Untuk itu, ia mengajukan permohonan kepada Khalifah
Utsman untuk membangun angkatan laut dan dikabulkan oleh Khalifah.
Sejak itu Muawiyah berhasil menyerbu Romawi.
Mengenai pembangunan armada itu sendiri, Muawiyah tidaklah
membutuhkan tenaga asing sepenuhnya, karena bangsa Kopti, begitupun
juga penduduk pantai Levant yang berdarah Punikia itu, ramai-ramai
menyediakan dirinya untuk membuat dan memperkuat armada tersebut.
Itulah pembangunan armada yang pertama dalam sejarah Dunia Islam.
Selain itu, Keberangkatan pasukan ke Cyprus yang melalui lautan, juga
mendesak ummat Islam agar membangun armada angkatan laut. Pada saat
itu, pasukan di pimpin oleh Abdullah bin Qusay Al-Harisy yang ditunjuk
sebagai Amirul Bahr atau panglima Angkatan Laut. Istilah ini kemudian
diganti menjadi Admiral atau Laksamana. Ketika sampai di Amuria dan
Cyprus pasukan Islam mendapat perlawanan yang sengit, tetapi semuanya
dapat diatasi hingga sampai di kota Konstatinopel dapat dikuasai pula.
Di samping itu, serangan yang dilakukan oleh bangsa Romawi ke
Mesir melalui laut juga memaksa ummat Islam agar segara mendirikan
angkatan laut. Bahkan pada tahun 646 M, bangsa Romawi telah menduduki
Alexandria dengan penyerangan dari laut. Penyerangan itu mengakibatkan
jatuhya Mesir ke tangan kekuasan bangsa Romawi. Atas perintah Khalifah
Ustman, Amr bin Ash dapat mengalahkan bala tentara bangsa Romawi
dengan armada laut yang besar pada tahun 651 M di Mesir
(Misbach,1984:10-11).
4. Peluasan Wilayah
Di masa pemerintahan Utsman, negeri-negeri yang telah masuk ke
dalam kekuasaan Islam antara lain: Barqoh, Tripoli Barat, sebagian Selatan
negeri Nubah, Armenia dan beberapa bagian Thabaristan bahkan tentara
Islam telah melampaui sungai Jihun (Amu Daria), negeri Balkh (Baktria),
Hara, Kabul dan Gzaznah di Turkistan. Jadi 6 tahun pertama pemerintahan
Utsman bin Affan ditandai dengan perluasan kekuasaan Islam. Perluasan dan
perkembangan Islam pada masa pemerintahannya telah sampai pada seluruh
daerah Persia, Tebristan, Azerbizan dan Armenia selanjutnya meluas pada

8
Asia kecil dan negeri Cyprus, serta Rhodes dan Trasoxania. Atas
perlindungan pasukan Islam, masyarakat Asia kecil dan Cyprus dan lainnya
bersedia menyerahkan upeti sebagaimana yang mereka lakukan sebelumnya
pada masa kekuasaan Romawi atas wilayah tersebut.
H. Masa Pemerintahan Khalifah Ustman bin Affan
Kasus hukum pertama yang beliau hadapi adalah kasus Ubaidillah bin
Umar bin Al-Khaththab. Kasusnya Abu Lu’lu’ah, pembunuh Umar, lantas
membunuhnya, kemudian ia juga membunuh seorang Nasrani yang bernama
Jufainah dengan pedang. Ia juga membunuh Al-Hurmudzan yang berasal dari
Tustar. Dikatakan bahwa mereka berdua adalah penghasut Abu Lu’lu’ah untuk
membunuh Umar.
Para pencatat sejarah membagi masa pemerintahan Utsman menjadi dua
periode, yaitu pada periode kemajuan dan periode kemunduran sampai ia
terbunuh. Periode I, pemerintahan Utsman membawa kemajuan luar biasa
berkait jasa panglima yang ahli dan berkualitas dimana peta Islam sangat luas
dan bendera islam berkibar dari perbatasan Aljazair (Barqah Tripoli, Syprus di
front al-Maghrib bahkan ada sumber menyatakan sampai ke Tunisia). Di al-
Maghrib, diutara sampai ke Aleppo dan sebagian Asia kecil, di Timur laut
sampai ke Ma wara al-Nahar –Transoxiana, dan di Timur seluruh Persia bahkan
sampai diperbatasan Balucistan (sekarang wilayah Pakistan), serta Kabul dan
Ghazni. Selain itu ia juga berhasil membetuk armada laut dengan kapalnya yang
kokoh dan menghalau serangan-serangan di laut tengah yang dilancarkan oleh
tentara Bizantium dengan kemenangan pertama kali di laut dalam sejarah Islam.
Pada periode ke-II, kekuasaannya identik dengan kemunduran dengan
kemunduran dengan huruhara dan kekacauan yang luar biasa sampai ia wafat.
Sebagian ahli sejarah menilai bahwa Utsman melakukan nepotisme.Ia
mengangkat sanak saudaranya dalam jabatan-jabatan strategis yang paling besar
dan paling banyak menyebabkan suku-suku dan kabila-kabila lainnya merasakan
pahitnya tindakan Utsman tersebut. Para pejabat dan para panglima era Umar
hampir semuanya dipecat oleh Utsman, kemudian mengangkat dari keluarga
sendiri yang tidak mampu dan tidak cakap sebagai pengganti mereka. Adapun
para pejabat Utsman yang berasal dari famili dan keluarga dekat, diantaranya

9
Muawiyah bin Abi sofyan, Gubernur Syam, satu suku dan keluarga dekat
Utsman. Oleh karena itu, Utsman diklaim bahwa ia telah melakukan KKN.
Kemajuan Islam yang begitu cepat ternyata membawa benih krisis.
Utsman yang mengantikan Khalifah Umar, dapat dikatakan sebagai korban dari
benih krisis tersebut. Selama 12 tahun pemerintahannya, 6 tahun di awal
pemerintahannya dipenuhi dengan kemajuan dan keberhasilan. Sedangkan pada
masa 6 tahun terakhir  pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan merupakan
masa penuh dengan pertikaian di antara kaum muslimin, yang merupakan akibat
dari ketidak senangan sebagian mereka terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan
Utsman soal pemerintahan. Ia menemui kesulitan dalam menghadapi perubahan
dan luasnya wilayah Islam. Walaupun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa
usaha-usaha yang dilakukan Utsman selama  masa pemerintahannya telah
memberi kemajuan Islam cukup banyak dan berarti.
Pada masa 6 tahun terakhir tersebut, situasi itu benar-benar semakin
mencekam, bahkan usaha-usaha yang bertujuan baik dan mempunyai alasan kuat
untuk kemaslahatan ummat disalah fahami dan melahirkan perlawanan dari
masyarakat. Penulisan Al-Qur’an yang diperkirakan sebagai langkah yang
efektif malah menjadi menambah permasalahan dan bahkan mengundang
kecaman, dan juga Utsman malah dituduh tidak punya otoritas untuk
menetapkan edisi Al-Qur’an yang dibakukan itu. Rasa tidak puas terhadap
Khalifah Utsman semakin besar dan menyeluruh. Ada beberapa hal yang
mendasari kenapa hal itu terjadi, yaitu pada saat pemerintahan Abu Bakar dan
Umar para pejabat senior tidak diperbolehkan keluar dari Madinah. Karena
mereka adalah sebagai percontohan bagi pejabat junior, namun aturan itu tidak
diterapkan lagi oleh Utsman. Utsman lebih cenderung dan lebih sering
berdiskusi dengan pejabat junior yang nota benenya adalah kaum kirabatnya
sendiri yang haus akan kekuasaan dan jabatan.
Utsman bin Affan dianggap melakukan nepotisme karena beliau
mengangkat beberapa orang kerabatnya untuk menduduki jabatan
pemerintahan. Utsman bin Affan telah dituduh melakukan politik nepotisme.
Istilah “nepotisme” biasa dipakai untuk menerangkan praktik dalam kekuasaan
umum yang mendahulukan kepentingan keluarga dekat untuk mendapatkan

10
suatu kesempatan. Dalam bahasa arabnya biasa dipakai istilah “al-Muhabah”
yang berasal dari akar kata habba yang menunjukkan beberapa makna antara
lain: mantap dan kokoh, biji-bijian dan sifat pendek. Makna yang sepadan
dengan nepotisme adalah makna yang ketiga yakni sifat pendek karena hanya
membatasi sesuatu hanya kepada keluarga atau rekan-rekannya semata. 
Selain itu khalifah Utsman juga mengeluarkan kebijakan yang berbeda
dengan khalifah sebelumnya. Salah satu kebijakan Utsman pada masa
pemerintahannya, yaitu membebaskan para sahabat ke manapun mereka suka.
Tindakan ini wajar sesuai dengan watak Utsman yang lemah lembut, tak sampai
hati, pemurah, dan toleran. Utsman mungkin juga sedang memikat hati mereka
karena kebijakan-kebijakannya tak jarang bertentangan yang para sahabat
dipikirkan. Ia mungkin sudah merasa bahwa ia telah mengambil berbagai
kebijakan yang tidak mesti diterima oleh para sahabat. Karena itu, adalah
penting baginya untuk mengangkat harkat dan martabat mereka. Dengan begitu
mereka diharapan untuk tidak melakukan revolusi atau sekedar marah.
Utsman juga telah memberikan kepada orang dekatnya dari Bani
Umayyah wewenang untuk mengelolah beberapa kawasan tertentu, sesuatu yang
tidak diperkirakan para sahabat sebelumnya. Saat itulah para sahabat mulai
terpikat untuk berbondong-bondong keluar ke berbagai kawasan baru Islam.
Kontan, mereka terperangah manyaksikan bahwa dunia sangat menyambut
kedatangan mereka dan mereka pun bersiap untuk menyambut indahnya dunia.
I. Gelombang Fitnah
Ketika Utsman bin Affan mengganti kedudukan Umar, beliau dianggap mulai
menyimpang dari kebijakan-kebijakan khalifah sebelumnya. Sedikit demi sedikit
ia mulai menunjuk sanak kerabatnya untuk menduduki jabatan-jabatan penting
dan memberikan kepada mereka keistimewaan lain yang menimbulkan protes-
protes dan kritikan-kritikan rakyat secara umum.”
Berbagai cara, bentuk protes yang dilakukan sahabat-sahabat Rasulullah
terhadap khalifah, namun tidak ada yang melakukan perlawanan apalagi ingin
merusak sistem kekhalifahan semua itu dilakukan agar mereka tidak terlena dalam
kemewahan dunia.

11
Pada masa kekhalifan Utsman bin Affan-lah aliran Syiah lahir dan Abdullah
Bin Saba’ disebut sebagai pencetus aliran Syi’ah tersebut. Abdullah ibn
Saba’ adalah seorang Yahudi dari Yaman yang masuk Islam. Ia merupakan
provokator yang berada di balik pemberontakan terhadap Khalifah Utsman bin
Affan. Ibnu Saba’ melakukan semuanya itu didasarkan motivasi dirinya untuk
meruntuhkan dasar-dasar Islam yang telah dipegang teguh oleh umat Islam.
Niatnya masuk Islam hanyalah sebagai kedok belaka untuk merongrong
kewibawaan pemerintahan Khalifah Utsman, sehingga muncullah kerusuhan yang
terjadi di berbagai wilayah kekuasaan Islam di antaranya adalah Fustat (Kairo),
Kufah, Basrah, dan Madinah.
Abdullah bin Saba’ kemudian membuat propoganda yang hebat dalam bentuk
semboyan anti Bani Umayah, termasuk Utsman bin Affan. Seterusnya penduduk
setempat banyak yang termakan hasutan Abdullah bin Saba’. Sebagai akibatnya,
datanglah sejumlah besar (ribuan) penduduk daerah ke Madinah yang menuntut
kepada Khalifah, tuntutan dari banyak daerah ini tidak dikabulkan oleh khalifah,
kecuali tuntutan dari Mesir, yaitu agar Utsman memecat Gubernur Mesir,
Abdullah bin Abi Sarah, dan menggantinya dengan Muhammad bin Abi Bakar.
Lemahnya karakter kepemimpinan Utsman menjadikan kekuatan dan
kekuasaanya semakin terancam. Artinya, pribadi Utsman bin Affan yang
sederhana dan berhati lembut membuat para pemberontak lebih leluasa dalam
melakukan provokasi dan kerusuhan di wilayah kekuasaan Islam. Sikap sederhana
dan lemah lembut dalam ilmu politik sebenarnya kurang relevan diterapkan,
apalagi pada saat itu kondisi pemerintahan dalam saat-saat kritis. Dan lagi-lagi
pada beberapa kasus, Utsman bin Affan begitu mudah memaafkan orang lain,
meskipun pada kenyataannya orang tersebut adalah termasuk kelompok yang
memerangi dan sangat tidak suka dengan beliau, demikianlah karakter
kepemimpinan beliau.
J. Peristiwa Wafatnya Khalifah Ustman bin Affan
Tatkala syubhat-syubhat yang hakikatnya lemah tersebut tidak dapat
terbendung maka api kebencian telah menyulut pada hati-hati para pemberontak.
Akhirnya, mereka datang ke Madinah dan mengepung rumah Utsman. Mereka

12
meminta agar Utsman meninggalkan kekhalifahannya atau mereka akan
membunuhnya.
Namun, Ibnu Umar segera masuk menemui Utsman dan mendorongnya
agar ia jangan sampai menanggalkan kekhalifahannya karena berarti itu telah
membuat sunah yang jelek, sehingga setiap kali manusia tidak menyenangi
pemimpinnya, maka mereka akan mencopot paksa kepemimpinan tersebut.
Utsman pun menyadari bahwa inilah fitnah yang sejak jauh-jauh hari telah
diberitakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Karena itu, Utsman
hanya bisa bersabar dan menyerahkan urusannya kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
Akhirnya, orang-orang Khawarij tersebut memanjat rumah Utsman, lalu
pedang-pedang mereka mengalirkan darah Utsman yang suci sedang beliau tengah
berpuasa dan membaca Kitabullah, hingga tetesan darah pertama tatkala
membaca,
‫فَ َسيَ ْكفِي َكهُ ُم هللاُ َوهُ َو ال َّس ِمي ُع ْال َعلِي ُم‬
“Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah yang Maha
mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 137)
Detik-detik akhir telah datang. Para pengacau mulai menyalakan api di pintu
rumah Utsman bin Affan. Para sahabat dan para pemuda kaum muslimin
kemudian berdatangan ke rumah Utsman bin Affan, sementara Utsman berteriak
dan memanggil mereka, "Aku bersumpah kepada kalian agar kalian kembali ke
rumah kalian masing-masing dan tidak menetap kecuali dua orang, yaitu Hasan
bin Ali dan Abdullah bin Umar bin Khattab".
Para pengacau mulai mengerahkan daya dan upaya mereka untuk mencoba
memasuki rumah Utsman bin Affan. Para pengacau menemui Utsman yang
sedang membaca Al-Qur'an dan ketika itu sedang berpuasa.
Salah seorang pengacau tersebut kemudian masuk dan memukul Utsman bin
Affan dengan pedangnya. Pukulan tersebut mengenai tangannya hingga putus.
Utsman bin Affan kemudian berkata. "Allahu Akbar! Sesungguhnya, kamu tahu
bahwa tangan ini telah menuliskan wahyu untuk Rasulullah SAW".Kemudian
datanglah seorang laki-laki dan memukul Utsman bin Affan dengan potongan besi
tepat mengenai bagian atas bahunya. Utsman lantas berkata, "Ya, Allah segala

13
puji bagi-Mu". Utsman kemudian menutup Mushaf Al-Quran yang terlumuri
dengan darahnya.Utsman kemudian berkata lagi, "Ya Allah. Wahai Zat yang
memiliki kemuliaan, Aku bersaksi kepada-Mu bahwa aku telah bersikap sabar
sebagaimana Nabi-Mu telah berwasiat kepadaku".
Utsman bin Affan kemudian terbunuh pada hari Jumat tanggal 18
Dzulhijjah. Ia dikubur di Pekuburan Baqi.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Utsman bin Affan (574M – 656M) adalah sahabat Nabi Muhammad SAW,
yang merupakan Khulafa’ur Rasyidin yang ke-3. Nama lengkap beliau adalah
Utsman bin Affan Al-Umawi Al-Quraisyi, berasal dari Bani Umayyah. Lahir pada
tahun keenam tahun Gajah. Kira-kira lima tahun lebih muda dari Rasullulah SAW
Utsman bin Affan bin Abil ‘Ash bin Umayyah bin Abdusy Syams bin Abdu
Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin luwa’I bin Ghalib bin Fihr
bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin
Mudhar bin Nizar bin Ma’addu bin Adnan.
Abu Amr, Abu Abdullah al Quraisy, al-Umawi  Amirul mukminin Dzun
Nurain yang telah berhijrah dua kali dan suami dari dua putri Rasulullah SAW. Ibu
beliau bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabi’ah bin Hubaib bin Abdusy Syams dan
nenekya bernama Ummu Hakim Bidha’ binti Abdul Muthalib paman Rasulullah
SAW.
Utsman bin Affan Al-Umawi Al-Quraisyi adalah seorang yang rupawan,
lembut, mempunyai jenggot yang lebat, berperawakan sedang, mempunyai tulang
persendian yang besar, berbahu bidang, berambut lebat, bentuk mulut bagus yag
berwarna sawo matang. Beliau memiliki akhlak yang mulia, sangat pemalu,
dermawan dan terhormat. Beliau bertemu dengan Abu Bakar dan mengajaknya
untuk mengikuti langkahnya yang lebih dahulu memeluk Islam. Lalu
menghadaplah keduanya kepada Rasulullah untuk menyatakan keislamannya.

14
Kontribusi Utsman bin Affan sebagai khalifah perluasan wilayah,
pembangunan angkatan laut, kodifikasi Al-qur’an, Perluasan Mesjid di Tanah Suci,
Masa Pemerintahan. Setalah kontribusi Utsman bin Affan dan akhirnya usman di
dibunuh oleh para pengacau dengan pedangnya. Pukulan tersebut mengenai
tangannya hingga putus, dan dengan besi tepat mengenai bahunya.
Khulafa ar-Rasyidin yang ketiga Utsman bin Affan memiliki ciri khusus
mulai dari kepribadian yang dikenal orang sebagai seorang yang pemalu tapi bukan
berarti lemah namun tetap semangat terbukti dengan beberapa prestasi yang
dikhususkan dari khalifah sebelumnya maupun sesudahnya, antara lain telihat dari
keberanian dalam menjadikan standarisasi bacaan Al Qur`an. Dan tetap
melanjutkan perluasan daerah keberbagai tempat yang sebelumnya dikuasai oleh
kekuasaan besar yaitu Romawi dan Persia.
Namun semua kebaikan yang dilakukan terkadang masih disalah artikan oleh
beberapa kalangan, hal ini tak terlepas dari perseteruan politik dari pihak yang sejak
awal pengangkatan khalifah Utsman menginginkan Ali yang seharusnya layak
menggantikan Umar. Masih menjadi tanda tanya siapa gerangan dibalik semua
makar besar yang berakhir dengan pembunuhan Utsman, banyak kalangan ahli
sejarah mengatakan seorang yang dahulunya beragama Yahudi bernama Abdullah
bin Saba` yang berada dibalik semua ini.
Dalam pemerintahan khalifah Utsman bin Affan terdapat Isu nepotisme.
Namun isu nepotisme Utsman tersebut terbukti tidak benar. Sebab secara
kuantitas jumlah pejabat negara keluarga Utsman dibandingkan dengan yang bukan
familinya jelas bukan mayoritas. Sementara jumlah pejabat publik diluar anggota
keluarga tersebut adalah mayoritas, masing-masing tindakan Utsman telah memiliki
rasionalisasi berdasarkan kebutuhan zaman yang terjadi  serta mewakili kebijakan
yang seharusnya diambil. Sementara itu kegagalan pemerintahan Utsman lebih
banyak disebabkan faktor stamina dan kondisi kesehatan beliau. Pada saat diangkat
Utsman telah berusia 70 tahun.

B. SARAN
Kita harus mempelajari tentang masalah sejarah Islam, dimana kita harus
mengetahui kepemimpinan setelah Rasulullah.

15
Agar dapat menggali informasi lebih banyak lagi tentang usman bin affan
agar bisa kita ketahui sejarah perkembangan islam pada zaman Rasulullah

DAFTAR PUSTAKA

Amin Abdullah. 2007. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka


Book Publisher.
Ahmed. Akbar S. 1992. Citra Muslim Tinjauan Sejarah dan Sosiologi. Jakarta:
Erlangga.
At-Tamimi, Abdurrahman. 2008. Utsman bin Affan. Ebook di  Maktabah Abu Salma al-
Atsari http://dear.to/abusalma.
Al-Bukhari. Muhammad bin Ismail, Shahih Al-Bukhari, kitab al-manaqib, manaqib
Utsman bin Affan. Via Al-Maktabah As-Syamilah, Jild.12
Al-Khani. Ahmad. 2008. Ringkasan Bidayah wan-nihayah. Jakarta: Pustaka Azzam
Al Kibii. Zahiru. 1992. At-Tamaamu Al-Wafaai. Beirut: Ad-Darul Fikru al-‘Arabi.
As-sayuthi. Jalaluddin, Tarikh al-khulafa’, via Al-Maktabah As-Syamilah Jil.1
Djamidin.Taufiq.2009. Tragedi Pembunuhan 3 Khalifah. Yogyakarta: Pinus
Dasuki. Hafidz, MA. 2007.  Ensiklopedi Islam. Jilid V. Cetakan III, IV. Jakarta : PT
Ichtiar Baru Van Hoeve
Jaelani. Bisri M. 2007. Ensiklopedi Islam. Yogyakarta: Panji Pustaka.
Jafariyan.Rasul. 2006. Sejarah Khilafah 11-35 H. Jakarta : Al-Huda
Katsir. Ibnu.2004. Bidayah Wan-Nihayah Khulafa’ur Rasyidin. Jakarta: Darul Haq
Mukti. Ali, dkk.Ensiklopedi Muslim. Jakarta: Departemen Agama
Murad, Musthafa. 2007. Kisah Kehidupan Utsman Ibn Affan. Jakarta: Zaman.
Osman, A. Latif. Ringkasan Sejarah Islam. Cetakan XXIX. Penerbit Widjaya, Jakarta.
Syalabi. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Jajamurni

16
Sou’yb. Joesoef. 1979. Sejarah Daulat Khulafaur-Rasyidin. Jakarta : Bulan Bintang
Zakariya. Abu al-Husain Ahmad bin Faris bin, Mu’jam Maqayis al-Lughah. Bairut
Lebanon: Dar al-Fikr Jilid 2

[1]Zahiru al kibii.At-Tamaamu Al-Wafaai. Beirut: Ad-Darul Fikru al-‘Arabi. 1992,hlm


138
[2]‘Abdurrahman at-Tamimi.  Utsman bin Affan. Ebook di  Maktabah Abu Salma al-
Atsari http://dear.to/abusalma. 2008.
[3]Ibid.Abdurrahman at-Tamimi.  Hlm 11
[4]Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, kitab al-manaqib, manaqib
Utsman bin Affan. Via Al-Maktabah As-Syamilah, Jild.12,hlm.29.
[5]Syalabi.Sejarah dan Peradaban Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna, hlm 190
[6]Shafiyurrahman, Al-Mubarak Furi, Ar-Rahiq Al-Makhtum, jild.1, hlm.303.Via Al-
Maktbah As-Syamilah.
[7] Bisri M Jaelani. Ensiklopedi Islam. Yogyakarta: Panji Pustaka. 2007, hlm 450
[8]Jalaluddin As-sayuthi, Tarikh al-khulafa’, via Al-Maktabah As-Syamilah Jil.1
hlm.60.
[9]Mukti.Ali, dkk. Ensiklopedi Muslim. Jakarta: Departemen Agama., hlm 1267
[10]Amin Abdullah, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka
Book Publisher. 2007 hlm.89-9
[11]Musthafa Murad, Kisah Kehidupan Usman Ibn Affan. Jakarta: Zaman. 2007.
hlm.51-52
[12]Ibid.Mukti.hlm 1267
[13]Ibid. Mukti. hlm 1268
[14]Syalabi.Sejarah dan Peradaban Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna, hlm 194
[15]Mukti.Ali, dkk. Ensiklopedi Muslim. Jakarta: Departemen Agama., hlm 1267
[16]IbidMukti.Ali, dkk. hlm 1268
[17] Bisri M Jaelani. Ensiklopedi Islam. Yogyakarta: Panji Pustaka. 2007, hlm 452

17
[18]Musthafa Murad, Kisah Kehidupan Usman Ibn Affan. Jakarta: Zaman. 2007.
hlm.52-55
[19]Ibid, Bisri M Jaelani. hlm 452
[20]Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulat Khalfaur Rasyidin. Jakarta: Bulan Bintang.
1979.hlm. 392-396
[21]Amin Abdullah, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka
Book Publisher. 2007 hlm 90-91
[22]A.Syalabi. Sejarah Dan Kebudayaan Islam.Cet. 9.(Jakarta: Al-Husna Zikra, 1997),
Hal. 274
[23] Abu al-Husain Ahmad bin Faris bin Zakariya, Mu’jam Maqayis al-Lughah (Bairut
Lebanon: Dar al-Fikr) Jilid 2 hal. 20
[24]Shahih al-Bukhari, Kitab al-Ilmi.Jilid 1 hal. 33
[25]Mukti.Ali, dkk. Ensiklopedi Muslim. Jakarta: Departemen Agama., hlm 1268
[26]Jalaluddin Rakhmat. Islam Dan Pluralisme (Cet. II; Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,
2006), h. 245-246
[27]Khalid Muhammad Khalid. Khulafa ar- Rasul, Cet. I; Jakarta: Pustaka Amani, 1995
[28]Ibid. Khalid Muhammad Khalid
[29]A.Syalabi. Sejarah Dan Kebudayaan Islam.Cet. 9.(Jakarta: Al-Husna Zikra, 1997),
Hal. 278
[30]‘Abdurrahman at-Tamimi.  Utsman bin Affan. Ebook di  Maktabah Abu Salma al-
Atsari http://dear.to/abusalma. 2008. Hlm 12
[31]Ibid.‘Abdurrahman at-Tamimi.  Hlm 13
[32]Ibid. ‘Abdurrahman at-Tamimi. Hlm 14
[33]Ibid.‘Abdurrahman at-Tamimi.  Hlm 14
[34]‘Abdurrahman at-Tamimi.  Utsman bin Affan. Ebook di  Maktabah Abu Salma al-
Atsari http://dear.to/abusalma. 2008. Hlm 16
[35]Ibid. ‘Abdurrahman at-Tamimi. Hlm 16
[36]A. Latif Osman. Ringkasan Sejarah Islam. Cetakan XXIX. (Penerbit Widjaya,
Jakarta. Hal.67
[37]Hafidz Dasuki, MA. Ensiklopedi Islam. Jilid III. Cetakan IV. PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, Jakarta, 1997. Hal. 247

18
[38]Nourouzzaman Shiddiqi. Menguak Sejarah Muslim. (PLP2M, Yogyakarta, 1984).
Hal. 80
[39]Hafidz Dasuki, MA. Ensiklopedi Islam. Jilid V. Cetakan IV. (PT Ichtiar Baru Van
Hoeve, Jakarta, 1997). Hal. 143
[40]Hafidz Dasuki, MA. Ensiklopedi Islam. Jilid III. Cetakan IV. (PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, Jakarta, 1997). Hal. 169
[41]Ibid, Hafid Dasuki. hlm 169
[42]Joesoef Sou’yb. Sejarah Daulat Khulafaur-Rasyidin. (Bulan Bintang, Jakarta,
1979). Hal. 438-439
[43]Ibid. Joesoef Sou’yb. Ibid. Hal. 438
[44] Ibnu Katsir. Al-Bidayah wan-nihayah. Jakarta: Darul Haq. 2004, hlm 341
[45] Taufiq Djamidin. Tragedi Pembunuhan 3 Khalifah. Yogyakarta: Pinus. 2009, hlm

19

Anda mungkin juga menyukai