Anda di halaman 1dari 11

Biografi Utsman bin Affan

• Nama lengkap : adalah Utsman bin Affan bin Abi bin Al-Ash bin
Umayyah bin Abd Al Manaf
• TTL : Taif pada tahun 576 M, enam tahun setelah penyerangan
Ka’bah oleh pasukan bergajah atau enam tahun setelah kelahiran
Rasullah SAW
• Nama ayah : Affan bin Abil Ash Umayyah bin Abdi Syams
• Nama ibu : Ardy binti Kuraiz bin Rabiah bin Hubaib bin Abdus-Syams
• Julukan : dzun nurain, karena menikahi dua puteri Rasulullah SAW,
secara berurutan setelah yang satu meninggal, yakni Ruqayyah dan
Ummu Kulsum. Serta Amirul-Mukminin.
Kehidupan Utsman bin Affan
Utsman berasal dari kaum Quraisy, awalnya beliau bingung atas
adanya agama baru. Sedangkan saat itu kaum Arab menyembah
berhala. Pada akhirnya beliau pun mengucapkan dua kalimat syahadat
dengan suara yang lantang. Ia masuk islam saat umur 30 tahun dan
atas ajakan Abu Bakar. Beliau merupakan orang keempat yang masuk
Islam pertama kali.
Setelah menyatakan dirinya masuk Islam, Utsman tak luput dari
siksaan kaumnya. Pamannya, al-Hakam, sulit menerima kenyataan jika
pemuda keturunan Abdu Syams yang tumbuh dengan keyakinan kaum
Quraisy itu telah berpindah agama. Karena itu, ia dan para pengikutnya
menentang keras keislaman Utsman. Al-Hakam terus mengancam,
tetapi Utsman semakin teguh mempertahankan keyakinannya.
Akhirnya, pamannya itu putus asa dan membiarkannya.
Sifat dan Keutamaan Utsman bin Affan
Khalifah Utsman termasuk orang yang rajin beribadah, sampai
kesalehannya terbukti bahwa beliau memberikan sebagian hartanya
untuk kaum muslim.
Selain itu, beliau orang yang sangat berprestasi. . Ia menyusun
mushaf Al-Qur’an sesuai bacaan. Rasulullah menyifati Utsman sebagai
al-shadiq (kawan) dan al-syahid (Syahid). Bahkan, Rasulullah
memberinya kabar gembira bahwa ia adalah ahli surga.
Sifat Utsman lainnya yang dikenal luas sehingga menjadi ciri
khasnya adalah pemalu. Karena teramat malu, bahkan malaikat pun
merasa malu kepada Utsman bin Affan.
Proses Pengangkatan Khalifah Utsman bin
Affan
Sebelum meninggal, Umar telah menunjuk 6 anggota dewan syura
untuk memusyawarahkan pemilihan khalifah sepeninggalannya. Ia berwasiat
agar khalifah setelahnya dipilih dari 6 calon tersebut. Mereka adalah Utsman
bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Sa’d bin Abi Waqqash,
Zubair bin al-Awwam, dah Thalhah bin Ubaidillah. Mereka bermusyawarah
selama 3 hari dan selama itu Suhaib diminta untuk memimpin shalat kaum
muslim. Dalam pertemuannya, Umar berpesan agar penggantinya tidak
mengangkat kerabat sebagai pejabat.
Pemilihan ini dilakukan dengan cara musyawarah. Musyawarah tidak
mencapai kata sepakat karena 2 sahabat terpilih sama-sama tidak mau
mengajukan dirinya untuk dibait. Selama masa penetapan itu Abdurrahman
bin Auf berkeliling meminta pendapat .
Lalu, Abdurrahman bin Auf berkata kepada Ali bahwa dari semua
kalangan ternyata mereka lebih memilih Utsman sebagai khalifah.
Kebijakan Khalifah Utsman bin Affan
Khalifah Umar berhasil menciptakan stabilitas sosial politik di dalam
negeri sehingga ia dapat membagi perhatiannya untuk memperluas wilayah
Islam. Dan ketika Utsman menjabat sebagai khalifah, ia meneruskan
sebagian besar garis politik Umar. Ia melakukan berbagai ekspedisi untuk
mendapat wilayah-wilayah baru. Perluasan wilayah itu memunculkan situasi
sosial yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Salah satu hal penting yang
muncul akibat perluasan wilayah Islam adalah munculnya berbagai
perbedaan dalam qiraah Al-Qur’an. Itu muncul karena setiap daerah
memiliki dialek bahasa tersendiri, dan setiap kelompok umat Islam mengikuti
qiraah para sahabat terkemuka. Bahkan, sebagian kelompok umat
menyalahkan kelompok lain karena perbedaan gaya dan qiraah Al-Qur’an.
Akhirnya Utsman pun mengganggil 4 orang sahabatnya untuk membuat
mushaf utama dan mushaf yang lainnya dibakar.
Sistem Pemerintahan
Pada zaman khalifah Utsman bin Affan terjadi perubahan system
pemerintahan, sehingga semua wilayah memiliki otonomi penuh. Oleh karena
itu semua pemimpin wilayah —jabatan setingkat gubernur— yang berjumlah
sepuluh wilayah bergelar amir. An-Najjar sebagaimana dikutif oleh Jaih
Mubarok, pembagian wilayah otonomi dan amirnya sebagai berikut:
No Wilayah Nama Amir
1. Makah Nafi Ibn Abdul Harits al-Khuza
2. Tha’if Sufyan bin Abdullah al-Tsaqafi
3. Shan’a Ya’la bin Munbih
4. Jand Abdullah ibn Abi Rabi’ah
5. Bahrain Utsman ibn Abi al-Ash al-Tsaqafi
6. Kuffah Al-Mughirah Ibn Syu’bah al-Tsaqafi
7. Bashrah Abu Musa Abdullah Ibn Qais al-Asy’ari
8. Damaskus Muawiyah ibn Abi Sufyan
9. Hims Amir ibn Sa’d
10. Mesir Amr Ibn Al-Ash
• Pemerintahan khalifah Utsman bin Affan berlangsung selama 12
tahun, dibagi menjadi dua priode, enam tahun pertama merupakan
pemerintahan yang bersih dari pengangkatan kerabat sebagai pejabat
Negara. Sedangkan priode kedua enam tahun terakhir merupakan
priode pemerintahan yang tidak bersih dari pengangkatan kerabat
sebagai pejabat Negara. Rupaya khalifah Utsman ini melupakan pesan
pendahulunya khalifah Umar bin Khatab, agar khalifah setelahnya
tidak mengangkat kerabat sebagai pejabat Negara.
Penaklukan pada Masa Utsman r.a.
• Penaklukan Tabaristan (30 H)
Pada 30 H. Said bin al-Ash menyerang Khurasan dari Kufah
bersama Hudzaifah bin al-Yaman dan beberapa sahabat Rasulullah.
Said mendengar kabar kedatangan Abdullah bin Amir di Abrasyhar
sehingga ia segera berkemah di Qamis. Dan disinilah awal pertama kali
shalat Khawf.
• Penaklukan Persia
Abdullah bin Amir datang ke Bashrah, kemudian pergi ke Persia
dan menaklukkannya. Maka, pada tahun 30 H. Yazdigard lari dari Wajiz
yaitu Ardasyir Khurrah.
• Ekspedisi Abdullah bin Amir (31 H)
Abdullah bin Amir berangkat ke Khurasan, kemudian bergerak menaklukkan
Abrasyhar, Thaws, Bayurd, Nasa, hingga tiba di Sarkhas. Di sana ia menjalin perjanjian
damai dengan penduduk bangsa Marwa. Setelah menaklukkan Persia, Ibn Amir pulang ke
Bashrah. Saat di Bashrah, seseorang dari Bani Tamim menemui Ibn Amir. Ibn Amir segera
mempersiapkan diri dan memerintahkan Ziyad untuk menggantikannya di Bashrah. Ibn
Amir dan pasukannya bergerak ke Karman, lalu ke Khurasan. Mereka berhasil menguasai
separuh wilayah itu, sedangkan separuh lainnya dikuasai oleh Kanazi, begitu pula separuh
wilayah Nasa dan Thaws. Akibatnya, Ibn Amir membuat akta perdamaian.
• Perang Bab dan Balanjar (31 H)
Utsman ibn Affan menulis surat kepada Said ibn al-Ash agar memerintahkan
Salman menyerang Bab. Ia juga menulis surat kepada Abdurrahman ibn Rabiah yang ada di
Bab. Pada tahun ke-9 dari pemerintahan Utsman, Abdurrahman membawa pasukannya
menyerang Balanjar. Setibanya di sana, ia langsung mengepung kota itu serta
menyerangnya dengan manjanik dan ‘aradah. Namun pertahanan kota itu sangat kuat.
Siapa pun yang berani mendekati dinding pertahanan langsung mereka terbunuh.
Ditambah lagi pada suatu hari, datang pasukan Turki membantu mereka sehingga
penduduk Balanjar berani keluar dari tembok pertahanan mereka. Perpaduan kedua
pasukan itu menggempur pasukan muslim sehingga umat Islam kalah dalam perang itu dan
Abdurrahman ibn Rabiah terbunuh.
• Penaklukan Afrika
Dalam ekspedisi ke Afrika (Tunisia dan sekitarnya) pasukan muslim
yang dipimpin oleh Abdullah ibn Sa’d ibn Abi Sarah. Ikut pula Abdullah ibn
Umar dan Abdullah ibn Zubair. Kedua pasukan itu berhadapan, Gregor
memerintah pasukannya untuk mengepung pasukan muslim dalam bentuk
lingkaran. Situasi yang berlangsung saat itu benar-benar memeras kesabaran
dan ketabahan kaum muslim. Dalam perang tersebut Abdullah ibn Zubair
mengejar Gregor hingga Gregor tewas ditombak. Akhirnya, peperangan
tersebut di menangkan kaum muslim
Perang lainnya adalah Perang Dzatu Shawari yang terjadi pada 31 H
dipimpin oleh Abdullah ibn Sa’d. Perang itu terjadi karena bangsa Romawi
mendengar berita kemenangan Ibn Sa’d atas bangsa Eropa, Afrika dan
Andalusia. Saat kedua pasukan berhadapan, perahu Romawi memepet
perahu kami dan terjadilah peperangan dahsyat. Hingga akhirnya,
kemenangan pun diraih oleh pasukan muslim.
Terbunuhnya Utsman bin Affan r.a
Munculnya fitnah pada zaman sahabat r.a terjadi setelah terbunuhnya
Amirul Mukminin Umar bin Khattab r.a. Pada masa ini muncullah orang-orang yang
berseru kepadanya (fitnah) dari kalangan orang yang belum tertanam keimanan
dalam hatinya. Fitnah yang pertama kali muncul adalah terbunuhnya Khalifatur
Rasyid, Dzun Nuraini, Utsman bin Affan r.a oleh para penyeru kejelekan, yang
berkumpul untuk menghadapinya dari Irak dan Mesir. Mereka memasuki Madinah
dan membunuhnya sementara beliau berada di rumahnya.
Nabi SAW menjelaskan kepada Utsman bahwa musibah akan menimpanya,
karena itulah beliau bersabar dan melarang para Sahabat agar tidak memerangi
orang-orang yang membangkang kepadanya, sehingga tidak ada pertumpahan
darah karenanya. Musibah yang akan menimpa Utsman berupa sikap kaumnya
yang lancang dan memaksanya untuk melepaskan jabatan kepemimpinan atas
tuduhan kezhaliman dan ketidakadilan yang dinisbatkan kepadanya, dan Utsman
memberikan penjelasan yang lugas serta bantahan atas pernyataan-pernyataan
mereka.

Anda mungkin juga menyukai