Anda di halaman 1dari 6

Nama : Muhammad Achsanul In’am

NIM : 20163010075

Kelas : TEM B

BIOGRAFI HABIB UMAR BIN MUHAMMAD BIN SALIM BIN HAFIDZ

Nama Lengkap : Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz
Lahir : Senin, 27 Mei 1963 M
Tempat Tinggal : Tarim, Hadhramaut, Yaman
Kebangsaan : Yamani
Warga negara : Yamani
Pekerjaan : Ulama, Guru, Da`i
Organisasi : Dar-al Musthafa
Dikenal atas : Pendiri dan Ketua Dar-al Musthafa, Risalah Amman
Orang Tua : Muhammad bin Salim bin Hafiz (ayah)

Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz merupakan seorang pendidik dan
sekaligus ahli dakwah. Meski berasal dari tempat yang terpencil, Tarim, Hadhramaut, namun
gema dakwah beliau sampai ke Mekah, Madinah, Oman, Bahrain, Yordania, beberapa negara
di Afrika, India, Malaysia, Indonesia, Amerika, Inggris, Kanada dan lain-lain. Hadramaut,
sebuah provinsi di Negara Yaman, yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia,
hal ini disebabkan telah terjalinnya hubungan yang begitu indah antara keduanya semenjak
ratusan tahun yang silam, di mana tercatat dalam sejarah bahwa dari negeri inilah cikal bakal
Islam yang berkembang di Indonesia.
Dia telah mampu menghafal Al-Qur'an pada usia yang sangat muda dan juga menghafal
berbagai teks inti dalam fikih, hadits, Bahasa Arab dan berbagai ilmu-ilmu keagamaan yang
membuatnya termasuk dalam lingkaran keilmuan yang dipegang teguh oleh begitu banyak
ulama-ulama tradisional seperti Muhammad bin ‘Alawi bin Shihab dan al-Shaikh Fadl Baa Fadl
serta para ulama lain yang mengajar di Ribat, Tarim. Dia pun mempelajari berbagai ilmu
termasuk ilmu-ilmu spiritual keagamaan dari ayahnya yang meninggal syahid, al-Habib
Muhammad bin Salim, yang darinya didapatkan cinta dan perhatiannya yang mendalam pada
da’wah dan bimbingan atau tuntunan keagamaan dengan cara Allah SWT. Ayahnya begitu
memperhatikan sang ‘Umar kecil yang selalu berada di sisi ayahnya di dalam lingkaran ilmu
dan zikir.
Namun secara tragis, ketika al-Habib ‘Umar sedang menemani ayahnya untuk sholat
Jum‘ah, ayahnya diculik oleh golongan komunis dan sang ‘Umar kecil sendirian pulang ke
rumahnya dengan masih membawa syal milik ayahnya, dan sejak saat itu ayahnya tidak pernah
terlihat lagi. Ini menyebabkan ‘Umar muda menganggap bahwa tanggung-jawab untuk
meneruskan pekerjaan yang dilakukan ayahnya dalam bidang Da‘wah sama seperti seakan-
akan syal sang ayah menjadi bendera yang diberikan padanya di masa kecil sebelum ia mati
syahid. Sejak itu, dengan sang bendera dikibarkannya tinggi-tinggi, ia memulai, secara
bersemangat, perjalanan penuh perjuangan, mengumpulkan orang-orang, membentuk Majelis-
majelis dan da’wah. Perjuangan dan usahanya yang keras demi melanjutkan pekerjaan ayahnya
mulai membuahkan hasil. Kelas-kelas mulai dibuka bagi anak muda maupun orang tua di
mesjid-mesjid setempat di mana ditawarkan berbagai kesempatan untuk menghafal Al-Qur’an
dan untuk belajar ilmu-ilmu tradisional.

Silsilah Nasab

 Habib Hafidz bin Abdullah bin Syekh Abubakar bin Salim (Kakek, lahir di Bondowoso)
 Habib Muhammad bin Salim (ayah)
 Habib Ali Masyhur bin Muhammad bin Salim bin Hafidz (kakak)

Kitab

Ditengah kesibukannya sebagai pendidik dan juru dakwah al Habib Umar masih sempat
menulis beberapa buku, diantaranya:
 Is’af tholibi ridho alkhallak bimakarimi alkhallak
 Taujihat tullab
 Syarah mandhumah sanad alawiy
 Khuluquna
 Dakhirah musyarafah
 Khulasoh madad an-nabawiy
 Diyaul lami bidhikri maulidi nabi as-syafi
 Syarobu althohurfi dhikri siratu badril budur
 Taujihat nabawiyah
 Nur aliman
 Almukhtar syifa alsaqim
 Al washatiah
 Mamlakatul qa’ab wa al ‘adha’

Mendirikan Pesantren

Selanjutnya pada tahun 1413 H/1992 M, beliau pindah ke kota Syihr dam mengajar di
Ribath Syihr. Beliau menetap di sana selama beberapa tahun. Satu tahun setengah sebelum ke
Syihr, beliau tinggal di Oman untuk mengajar dan berdakwah di sana. Setelah itu beliau kembali
ke kota Tarim, dan pada tahun 1414 H/1994 M beliau mulai merintis pendirian pesantren ‘Darul
Musthafa’ yang kemudian secara resmi berdiri pada hari Selasa 29 Dzulhijjah 1417 H/6 Mei
1997 M

Dakwah di Indonesia

Awal kedatangan Habib Umar ke Indonesia adalah pada tahun 1994. Dia diutus oleh
Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf yang berada di Jeddah untuk mengingatkan dan
menggugah ghirah (semangat atau rasa kepedulian) para Alawiyyin Indonesia, disebabkan
sebelumnya ada keluhan dari Habib Anis bin Alwi al-Habsyi seorang ulama dan tokoh asal
Kota Solo/ Kota Surakarta, Jawa Tengah tentang keadaan para Alawiyyin di Indonesia yang
mulai jauh dan lupa akan nilai-nilai ajaran para leluhurnya.
Dakwahnya juga sangat dirasakan kesejukannya dan disambut dengan hangat oleh umat
Islam di Indonesia. Masyarakat menyambutnya dengan sangat antusias dan hangat, mengingat
bahwa kakeknya yang kedua, Al-Habib Hafidz bin Abdullah bin Syekh Abubakar bin Salim,
berasal dari Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Indonesia. Dakwahnya yang sangat indah dan
sejuk itu yang bersumber dan sang kakek Nabi Muhammad saw, sangatlah diterima oleh
berbagai kalangan, baik pemerintah maupun rakyat, kaya ataupun miskin, tua ataupun muda
Di Indonesia al-Habib Umar sudah beberapa kali membuat kerjasama dengan pihak
bahkan pemerintah Indonesia, dalam hal ini Ditjen Kelembagaan Keagamaan Kementerian
Agama Indonesia meminta pembuatan kerjasama dengan al-Habib Umar dan Dar-al Musthafa
untuk pengiriman Sumber daya manusia yang berkualitas, khususnya para kiai pimpinan
pondok pesantren untuk mengikuti program pesantren kilat selama tiga bulan di bawah
bimbingan langsung al-Habib Umar Sampai saat ini, banyak sudah santri-santri di Indonesia
yang menuntut ilmu di pondok pesantren yang dia pimpin, Dar-al Musthafa di Hadhramaut,
dan telah melahirkan banyak da’i yang meneruskan perjuangan dakwahnya di berbagai daerah
di Indonesia

Penghargaan & Kiprah Internasional

1. Pada tanggal 22 Februari sampai dengan 2 Maret 2003 (26-29 Dzul Hijjah 1423 H) di
Dar-al Musthafa, Tarim dia merintis upaya persatuan dalam aktifitas dakwah, dengan
mengadakan multaqa ulama atau simposium yang dalam pertemuan itu dihadiri oleh
berbagai ulama dari belahan dunia, dan kemudian berlanjut pada pertemuan berikutnya
di berbagai penjuru dunia dalam skala lokal maupun internasional
2. Habib Umar termasuk sebagai salah seorang penandatangan dari dua dokumen
internasional yang berpengaruh, yaitu Risalah Amman pada tahun 2005, pada urutan
tandatangan nomor 549], dan A Common Word (bahasa Inggris: A Common Word
Between Us and You) pada tahun 2007 dalam urutan tandatangan nomor 42, yang
keduanya ditandatangani oleh tokoh-tokoh Muslim dunia, termasuk di antaranya
beberapa pemimpin Muslim Indonesia
3. Di Indonesia, Habib Umar mendeklarasi berdirinya Majelis Almuwasholah Bayna
Ulama Al Muslimin atau Forum Silaturrahmi Antar Ulama pada tahun 1327 H / 2007
M.
4. Tahun 2009, New York Times menampilkan al-Habib Umar dan Darul Musthafa dalam
salah satu pemberitaannya
5. Al-Habib Umar bin Hafizh termasuk salah satu dari 50 Urutan teratas dari The Muslim
500: The Wordl's 500 Most Influential Muslims (bahasa Inggris: The 500 Most Influental
Muslims), yang diterbitkan oleh Center for Muslim-Christian Understanding,
Georgetown University (bahasa Inggris: Georgetown University), Amerika Serikat,
yang dipimpin oleh sarjana studi Islam ternama John Esposito.
TAUZIYAH “FADILAH BASMALAH”

“Sesungguhnya orang yang bertakwa jika mereka ditimpa was-was dari syaithan
mereka mengingat kepada Allah maka ketika itu mereka melihat kesalahan mereka”. Kalian
telah mendengar apa yang dikatakan oleh Nabi Yahya bin Zakaria AS dan Allah menempatkan
padanya syaithan dengan banyak gantungan ditangannya, Lalu Nabi Yahya bertanya kepada
syaithan “ Apa yang kau bawa?” lalu syaithan menjawab “ini kunci dengannya aku membuka
pintu hati umat manusia kemudian aku menimpakan tipu dayaku padanya” lalu Nabi Yahya
bertanya kembali, “apakah ada pada diriku?”, Syaithan menjawab, “tidak, namun terkadang
kau kenyang sehingga aku membuatmu merasa berat untuk ibadah dan dzikir”. Nabi Yahya
menjawab, “ demi Allah mulai hari ini aku tidak akan kenyang selama-lamanya”. Syaithan
berkata, “dan aku bersumpah tidak akan menasehati muslim lagi”. Jika dilihat dari perkataan
Syaithan, Syaithan pun juga berusaha menipu seorang nabi maka dari itu sebagai manusia biasa
sudah sepatutnya kita memohon perlindungan kepada Allah SWT sesuai apa yang tertera pada
QS Annass. Terkadang Syaithan membisikkan “aku kuat, tipu dayaku hebat tidak mungkin kau
lepas dariku”. Maka katakanlah “Tuhanku lebih kuat darimu” dan aku bersandar pada Dzat
yang lebih kuat dan katakanlah pergilah ke orang lain, karena sudah kuminta keamanan pada
Dzat yang lebih kuat darimu, dengan bersandar padaNya maka Dia menjauhkanku dari
keburukanmu. Karena syaithan menipu manusia dengan berkata “kau tidak akan mampu lepas
dariku, aku penipu, aku pendusta yang hebat, dan aku tidak tidur”. Sebagai yang diriwayatkan
seseorang bertanya kepada Hasan Basri “apakah syaithan itu tidur?”, Sayyidina Hasan
tersenyum, “kalua syaithan tidur tentunya kita tenang”. Artinya dengan ini tipu daya syaithan
terus berlangsung dan pasukannya tersebar diseluruh muka bumi dan setiap saat, dan manusia
adalah target mereka. Maka dengan itu keutamaan Allah juga terus berlanjut dan Allah
memberikanmu kemampuan untuk menghambat pintu masuk syaithan. Qays ibn Hajjaj
(seorang Ulama Mesir parawi Hadist, bahkan Imam Tirmidzi ddan Ibn Majah pernah
mengambil riwayat darinya) berliu berkata “aku melihat syaithan berkata kepadaku, aku dating
padamu bagai seekor unta yang gemuk dan seekor burung kecil”, lalu Qays ibn Hajjaj bertanya,
“karena apa kau berubah?” lalu syaithan menjawab, “kau meleburkan dengan dzikir kepada
Allah, jangan hancurkan aku dengan dzikir kepada Allah”. oleh karena itu diriwayatkan bahwa
syaithan yang menggangu muslim bertemu dengan syaithan yang mengganggu orang kafir,
syaithan yang mengganggu orang kafir itu lebih gemuk, rapi, dan bersih sedangkan syiathan
yang mengganggu orang muslim terlihat kurus kotor dan lusuh, Syaithan yang mengganggu
orang kafir bertanya, “Mengapa kau kurus, kotor dan lusuh?” Syaithan yang mengganggu
muslim menjawab, “aku berada pada sesorang yang jika makan ia mengucap basmalah, maka
aku lapar dan jika minum ia mengucap basmalah, maka aku haus, jika ia menyisir mengucap
basmalah maka aku berantakan, jika berpakaian mengucap basmalah, maka aku telanjang”, lalu
syaithan yang mengganggu orang kafir berkata, “aku berada pada seseorang yang tidak
mengucap nama Allah pada semua kegiatan itu maka aku bergabung dengannya dalam
makannya, minumnya, bahkan ketika ia mendatangi istrinya aku bersamanya dalam setiap
keadaan”. Hanya dengan mengucap basmalah maka kau dilindungi, dengan basmalah kau
terjaga. Maka hendaknya selalu mengucap basmalah sebelum melakukan segala sesuatu.
Ucapan basmalah adalah perlindungan bagimu dari syaithan dank au memiliki kekuatan untuk
menghambat pintu masuk iblis padamu, segala puji bagi Allah yang memberika kita kekuatan
dan memberikannya dari sisiNya sebagai karunia berupa taufikNya dan kita berharap Allah
menyempurnakan nikmatNya atas kita.

Anda mungkin juga menyukai