Kelompok 3
2019
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME , yang telah melimpah kan
rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik.
Adapun judul Makalah yang kami ambil adalah “NU dan ASWAJA”
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas dari Mata
Kuliah ASWAJA.
Ucapan terimakasih ke semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi
dalam pembuatan Makalah ini yang namanya penulis tidak dapat sebutkan satu persatu
Demikian akhir kata dari penulis, semoga Makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan
pembelajaran budaya khususnya dalam segiteoritis sehingga dapat membuka wawasan ilmu
agama serta akan menghasilkan yang lebih baik di masa yang akan datang.
(Kelompok 3)
DAFTAR ISI
Halaman
1.1 LatarBelakang........................................................................... 1
1.2 RumusanPermasalahan............................................................. 1
1.3 Tujuan....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………… 2
2.2 ……………………….................................................. 2
2.3 .................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Nahdlatul Ulama sebagai organisasi keagamaan (jam’iyah islamiyah) besar, malah mungkin
“terbesar” dalam anggotanya di Indonesia, sejak berdirinya pada tanggal 31 Januari 1926 M telah
menyatakan diri sebagai organisasi islam berhaluan “ahlussunnah waljama’ah” yang dalam
aqidah memiliki aliran asy”ariyah-maturidiyah, dalam syariah fiqih memiliki salah satu madzab
empat hanafi, maliki, syafi’I dan hambali. Dan dalam tashawuf mengikuti Al-Junaidi dan Al-
Ghazali. Disamping itu, dalam mukhtamar NU di situbondo 1994, dirumuskan watak dan
karakter NU sebagai organisasi dan komunitas NU, mempunyai sifat kemasyarakatan dan
budaya yang tawassuth, tasamuh, dantawazun. Kepemimpinan NU selama ini di percayakanke
pada para ulama yang dipandang memiliki dimensi kepemimpinan yang memadai, yakni dimensi
kepemimpinan ilmiah, kepemimpinan sosial, kepemimpinan spiritual dan kepemimpinan
administratif. Organisasi NU inisejakdulumempunyaikepedulianterhadapkehidupanBangsadan
Negara, dan partisipasinya dalam masalah berbangsa dan bernegara tersebut telah diwujudkan
dengan kemerdekaan, masuk dalam pemerintahan menjadi partai politik dan aktifitas politik
praktis lainnya. Sampai menjadi kekuatan moral bangsa yang ikut mempengaruhi warna politik
nasional. Semua sikap, perilaku dan kiprah, serta perannya dalam semua hal tersebut ternyata
dijunjung tinggi, serta kesadaran spiritual atau rohaniah yang dihayati, yakni keyakinan ahlu
sunnah kejamahan ini kirannya tidak diambil secara kebetulan, tetapi karna kesadaran dan
pertimbangan obyektif, bahwa NU didirikan untuk kemaslahatan bangsa Indonesia yang di
pluralistic baik dalam keagamaan, kesukuuan, kedaerahan maupun kebudayaannya. NU merasa
membawa misi keislamannya sebagai rahmat bagi kehidupan semesta (Rahmatan Li Al’alamin).
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Nahdlatul Ulama adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh para ulama pada tanggal
31 januari 1926 M/ 26 Rajjab 1344 H di Surabaya. Oraganisasi ini berdiri dipicu oleh tindakan
penguasa baru Arab Saudi berpaham wahabi yang telah berlebih-lebihan dalam menerapkan
program pemurnian ajaran islam.
Nahdlatul Ulama merupakan organisasi islam terbesar di Indonesia. Sejarah hari lahir NU
terjadi 93 tahun silam. Pendiri NU digagas para kiai ternama jawa timur, jawa tengah, dan jawa
barat, yang menggelar pertemuan di kediaman K.H. Wahab Chasbullah di Surabaya. Selain K.H.
Wahab Chasbullah, pertemuan para kiai itu juga merupakan prakarsa dari K.H. Hasyim Asy’ari.
Yang dibahas waktu itu adalah upaya agar islam tradisional di Indonesia dapat dipertahankan
1. Visi
Menjadikan wadah perjuangan ulama dan pengikutnya yang bergerak dalam
bidang agama dan sosial kemasyarakatan demi terwujudnya khoiru ummah.
2. Misi
Dalam bidang agama mengupayakan terlaksanakan ajaran islam yang menganut
faham ahlussunnah wal jama’ah dan menurut salah satu madzhab 4 dalam masyarakat
dengan melaksanakan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar. Dalam bidang edukatif,
mengupayakan terwujudnya penyelenggaraan pendidikan dan pengakaranserta
pengembangan kebudayaan yang sesuai dengan ajaran islam. Untuk membina umat
muslim agar menjadi muslim yang takwa, berbudi, luhur, berpengetahuan luas dan
trampil, serta berguna bagi bangsa dan negara. Dalam bidang sosial mengupayakan
terwujudnya kesejahteraan lahir dan batin bagi rakyat Indonesia. Dalam bidang ekonomi,
mengupayakan terwujudnya pembangunan ekonomi untuk pemerataan, kesempatan,
berusaha dan menikmati hasil-hasil pembangunan dengan mengutamakan tumbuh
berkembangnya ekonomi kerakyatan. Dalam bidang usaha lain mengembangkan usaha-
usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat banyak guna terwujudnya khairu ummah.
3. Tujuan
Menegakkan ajaran islam menurut paham Ahlussunnah Wal Jama’ah di tengah-
tengah kehidupan masyarakat, didalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.3 Tokoh-tokoh NU
Dalam perjalanannya, NU memainkan peranan yang cukup besar bagi bangsa Indonesia.
Pada masa-masa awal setelah didirikan saja, NU sudah melakukan berbagai upaya untuk
memajukan masyarakat Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memajukan bidang
pendidikan dengan mendirikan banyak madrasah dan pesantren. Metode pengajaran dan
kurikulum yang digunakan sebagian besar merupakan perpaduan dari pengetahuan agama dan
pengetahuan umum. NU juga mendirikan Lembaga Ma’arif pada tahun 1938 guna
mengkoordinasi kerjasama dalam kegiatan pendidikan.
Peran NU tidak berhenti sampai di situ, sejak kedatangan jepang, peran NU semakin
diperhitungkan. Jepang yang kala itu sedang membutuhkan basis massa untuk membantu Jepang
dalam Perang Pasifik, akhirnya Jepang melakukan mobilisasi terhadap rakyat pedesaan di
Indonesia. Sementara kaum ulama dan kiai diberikan jabatan resmi agar mau membantu Jepang.
Misalnya saja dengan menjadikan Hasyim Asy’ari sebagai ketua Shumubu (Kepala Kantor
Urusan Agama).
Kegiatan politik NU semakin kental pada masa kemerdekaan. Hal ini ditunjukkan pada
Muktamar NU di Surabaya tanggal 22 Oktober 1945. Dalam muktamar tersebut, NU
mengeluarkan “Resolusi Jihad” yang menyatakan bahwa perjuangan untuk merdeka adalah
Perang Suci (jihad).
Resolusi ini berarti bahwa penolakan terhadap kembalinya kekuatan kolonial yang
mengakui kekuasaan suatu pemerintah republik baru sesuai dengan Islam. Resolusi jihad ini juga
terbukti dengan penentangan NU terhadap beberapa perjanjian dan konsesi diplomatic yang
diadakan pemerintah seperti Perjanjian Renville (1946), Perjanjian Linggarjati (1948) dan juga
Konferensi Meja Bundar atau KMB (1949).
Tokoh NU, Hasyim Asy’ari diangkat sebagai Ketua Umum Majelis Syuro (Dewan
Penasehat Keagamaan). Sementara tiga tokoh NU lainnya menduduki jabatan menteri sebagai
wakil Masyumi, yakni Wahid Hasjim, Masjkur, dan K. H. Fathurrahman Kafrawi. Tokoh lainnya
yang juga berkiprah di pemerintahan adalah Wahab Chasbullah sebagai anggota Dewan
Pertimbangan Agung. Majelis Syuro ini memiliki peran yang sangat penting dalam tubuh
Masyumi, antara lain yang tercantum dalam anggaran rumah tangga di bawah ini:
a) Majelis Syuro berhak mengusulkan hal-hal yang bersangkut paut dengan politik
kepada pimpinan partai.
b) Dalam soal politik yang bersangkut paut dengan masalah hukum agama, maka
pimpinan partai meminta fatwa dari majelis Syuro.
c) Keputusan Majelis Syuro mengenai hukum agama bersifat mengikat pimpinan
partai .
d) Jika muktamar/ dewan partai berpendapat lain daripada keputusan Majelis Syuro,
maka pimpinan partai dapat mengirimkan utusan untuk berunding dengan Majelis
Syuro dan hasil perundingan itu merupakan keputusan tertinggi.
Kegigihan para ulama dalam mempertahankan Ahlussunnah Wal Jama’ah itu antara lain
terbukti dalam contoh-contoh kasus bersejarah, sebagai berikut:
a) Terjadiya perang Paderi di Sumatra adalah karena di latar belakangi konflik antara kaum
muslimin tradisional yang gigih mempertahankan ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah dari
ancaman intervensi faham baru yang dipaksakan oleh kaum modernis.
b) Secara kesatria pada ulama pesantren senantiasa siap melayani dan bahkan tidak jarang
menentang orang-orang anti Ahlussunnah Wal Jama’ah untuk berdebat secara terbuka di
tempat umum dengan disaksikan oleh banyak orang. Hal itu dilakukan untuk menguji
kebenaran pendapat dan prinsip idiologi masing-masing. Dan, biznilla, para ulama
Ahlussunnah Wal Jama’ah tersebut, satu kalipun tidak pernah terkalahkan dalam
perdebatan.
c) Bangkitnya para ulama pesantren dengan mendirikan organisasi NU pada tahun 1926
adalah merupakan bentuk lain dari perlawanan para ulama dan umat islam sunny untuk
menangkal pengaruh kebangkitan faham Wahhabi yang terang-terangan ingin membabat
habis tradisi-traadisi peninggalan para wali songo yang telah berhasil meng-islamkan
nusantara dan juga mereka ingin menyikat semua tradisi ulama salaf dengan menjadikan
kedok “ purifikasi aqiidah” sebagai tujuan alasan dari gerakan mereka (Wahhabi). Berkat
kegigihan para ulama dan santri-santrinya itulah, maka faham ASWAJA ibaratnya telah
menjadi darah dsging umat islam Indonesia.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari materi-materi yang sudah disampaikan di atas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) Didirikan pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari
1926). Organisasi ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari sebagi Rais Akbar.
Nahdlatul Ulama menganut paham Ahlussunah Wal Jama'ah, sebuah pola pikir yang
mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli
(skripturalis), Jumlah warga Nahdlatul Ulama atau basis pendukungnya diperkirakan mencapai
lebih dari 40 juta orang, dari beragam profesi.
Mereka memiliki kohesifitas yang tinggi karena secara sosial-ekonomi memiliki masalah
yang sama, selain itu mereka juga sangat menjiwai ajaran Ahlusunnah Wal-Jamaah dan pada
umumnya mereka memiliki ikatan cukup kuat dengan dunia pesantren yang merupakan pusat
pendidikan rakyat dan cagar budaya NU
3.2 Saran
Perlu adanya bimbingan khusus untuk masyarakat pada umunya dan pelajar maupun
mahasiswa pada khususnya untuk lebih mempelajari seluk beluk mauapun sejarah tentang
Nahdlatul Ulama (NU). Selain itu, peran tokoh masyarakat yang mendukung untuk lebih
meningkatkan NU di mata masyarakat
Daftarpusaka
http://imamjauhar1.blogspot.com/2014/09/kegigihan-nu-dalam-mempertahankan.html?m=0
http://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2014/01/biografi-kh-ahmad-sahal-mahfudh.html?
m=1
http://www.dutaislam.com/2017/03/biografi-singkat-kh-hasyim-muzadi.html?m=1
http://tirto.id/sejarah-hari-lahir-nahdlatul-ulama-nu-1926-2019-dfwj