Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“NU dan ASWAJA”

Kelompok 3

Kelas D-III Keperawatan/ A

1. Retno Ardyah Garini (1150018039)


2. Dinda Ayu Shindy Pratiwi (1150018050)
3. Frida Zola Safira Punjabi (1150018051)
4. Adenya Shifa Brilyana (1150018053)

PROGRAM STUDI DIII - KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2019
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME , yang telah melimpah kan
rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik.
Adapun judul Makalah yang kami ambil adalah “NU dan ASWAJA”

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas dari Mata
Kuliah ASWAJA.

Ucapan terimakasih ke semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi
dalam pembuatan Makalah ini yang namanya penulis tidak dapat sebutkan satu persatu

Demikian akhir kata dari penulis, semoga Makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan
pembelajaran budaya khususnya dalam segiteoritis sehingga dapat membuka wawasan ilmu
agama serta akan menghasilkan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Surabaya, 02 Oktober 2019

(Kelompok 3)
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 LatarBelakang........................................................................... 1

1.2 RumusanPermasalahan............................................................. 1

1.3 Tujuan....................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………… 2

2.1 Pengertian dan Sejarah NU ……………………….................. 2

2.2 ……………………….................................................. 2

2.3 .................................................................................................3

BAB III PENUTUP…………………………………………………………. 14

3.1 Kesimpulan dan saran………………………...........................14

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Nahdlatul Ulama sebagai organisasi keagamaan (jam’iyah islamiyah) besar, malah mungkin
“terbesar” dalam anggotanya di Indonesia, sejak berdirinya pada tanggal 31 Januari 1926 M telah
menyatakan diri sebagai organisasi islam berhaluan “ahlussunnah waljama’ah” yang dalam
aqidah memiliki aliran asy”ariyah-maturidiyah, dalam syariah fiqih memiliki salah satu madzab
empat hanafi, maliki, syafi’I dan hambali. Dan dalam tashawuf mengikuti Al-Junaidi dan Al-
Ghazali. Disamping itu, dalam mukhtamar NU di situbondo 1994, dirumuskan watak dan
karakter NU sebagai organisasi dan komunitas NU, mempunyai sifat kemasyarakatan dan
budaya yang tawassuth, tasamuh, dantawazun. Kepemimpinan NU selama ini di percayakanke
pada para ulama yang dipandang memiliki dimensi kepemimpinan yang memadai, yakni dimensi
kepemimpinan ilmiah, kepemimpinan sosial, kepemimpinan spiritual dan kepemimpinan
administratif. Organisasi NU inisejakdulumempunyaikepedulianterhadapkehidupanBangsadan
Negara, dan partisipasinya dalam masalah berbangsa dan bernegara tersebut telah diwujudkan
dengan kemerdekaan, masuk dalam pemerintahan menjadi partai politik dan aktifitas politik
praktis lainnya. Sampai menjadi kekuatan moral bangsa yang ikut mempengaruhi warna politik
nasional. Semua sikap, perilaku dan kiprah, serta perannya dalam semua hal tersebut ternyata
dijunjung tinggi, serta kesadaran spiritual atau rohaniah yang dihayati, yakni keyakinan ahlu
sunnah kejamahan ini kirannya tidak diambil secara kebetulan, tetapi karna kesadaran dan
pertimbangan obyektif, bahwa NU didirikan untuk kemaslahatan bangsa Indonesia yang di
pluralistic baik dalam keagamaan, kesukuuan, kedaerahan maupun kebudayaannya. NU merasa
membawa misi keislamannya sebagai rahmat bagi kehidupan semesta (Rahmatan Li Al’alamin).
1.2 Rumusan masalah

1. Apa itu NU dan Bagaimana sejarah lahirnya NU?


2. Bagaimana visi dan misi tujuan dan nilai dasar NU?
3. Siapa sajakah Tokoh-tokoh NU?
4. Apa saja keragam peran NU?
5. Apa saja usaha NU dalam mempertahan kan dan menimbangkan ASWAJA?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui Pengertian dan Sejarah NU


2. Mengetahui Visi dan Misi tujuan dan nilai dasar NU
3. Mengetahui Tokoh-tokoh NU
4. Mengetahui Ragam Peran NU
5. Mengetahui Usahan NU dalam memperthankan dan menimbangkan ASWAJA
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan sejarah NU

Nahdlatul Ulama adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh para ulama pada tanggal
31 januari 1926 M/ 26 Rajjab 1344 H di Surabaya. Oraganisasi ini berdiri dipicu oleh tindakan
penguasa baru Arab Saudi berpaham wahabi yang telah berlebih-lebihan dalam menerapkan
program pemurnian ajaran islam.

Nahdlatul Ulama merupakan organisasi islam terbesar di Indonesia. Sejarah hari lahir NU
terjadi 93 tahun silam. Pendiri NU digagas para kiai ternama jawa timur, jawa tengah, dan jawa
barat, yang menggelar pertemuan di kediaman K.H. Wahab Chasbullah di Surabaya. Selain K.H.
Wahab Chasbullah, pertemuan para kiai itu juga merupakan prakarsa dari K.H. Hasyim Asy’ari.
Yang dibahas waktu itu adalah upaya agar islam tradisional di Indonesia dapat dipertahankan

2.2 Visi dan misi tujuan dan nilai dasar NU

1. Visi
Menjadikan wadah perjuangan ulama dan pengikutnya yang bergerak dalam
bidang agama dan sosial kemasyarakatan demi terwujudnya khoiru ummah.

2. Misi
Dalam bidang agama mengupayakan terlaksanakan ajaran islam yang menganut
faham ahlussunnah wal jama’ah dan menurut salah satu madzhab 4 dalam masyarakat
dengan melaksanakan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar. Dalam bidang edukatif,
mengupayakan terwujudnya penyelenggaraan pendidikan dan pengakaranserta
pengembangan kebudayaan yang sesuai dengan ajaran islam. Untuk membina umat
muslim agar menjadi muslim yang takwa, berbudi, luhur, berpengetahuan luas dan
trampil, serta berguna bagi bangsa dan negara. Dalam bidang sosial mengupayakan
terwujudnya kesejahteraan lahir dan batin bagi rakyat Indonesia. Dalam bidang ekonomi,
mengupayakan terwujudnya pembangunan ekonomi untuk pemerataan, kesempatan,
berusaha dan menikmati hasil-hasil pembangunan dengan mengutamakan tumbuh
berkembangnya ekonomi kerakyatan. Dalam bidang usaha lain mengembangkan usaha-
usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat banyak guna terwujudnya khairu ummah.
3. Tujuan
Menegakkan ajaran islam menurut paham Ahlussunnah Wal Jama’ah di tengah-
tengah kehidupan masyarakat, didalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.3 Tokoh-tokoh NU

1. K.H. HasyimAsy’ari, Rais Akbar (KetuaPertama NU)

Dilahirkan pada tanggal 10 April 1875 atau menurut penanggalan arab


pada tanggal 24 dzulqaidah 1287 H di desa Gedang, Kec Diwek, Kab Jombang,
Jawa Timur. Ibunya bernama Halimah, ayahnya bernama Kyai Asy’ari. Beliau
wafat pada tanggal 25 juli 1947 yang kemudian dikebumikan di tebu ireng,
Jombang.

2. K.H. Abdul WahabHasbullah


Dilahirkan di Jombang, Jawa Timur pada 31 maret 1888 ayahnya adalah
K.H Hassbullah Said, pengasuh pesantren tambak beras Jombang Jawa Timur,
sedangkan ibunya bernama Nyai Latifah. K.H. Abdul WahabHasbullahwafat di
Jombang pada tanggal 29 Desember 1971. Beliau di anugrahi gelar Pahlawan
Nasional oleh Jokowi pada tanggal 7 November 2014.
3. K.H. BisriSyansuri

Dilahirkan di Desa Tayu, Pati, Jawa Tengah. Pada tanggal 28 dzulhijjah


1304 H/18 september 1886. Ayahnya bernama Syansuri Ibn Abd. Shamad dan
ibunya bernama Maria. Beliau wafat di Jombang pada tanggal 25 April 1980 pada
umur 93 tahun dan dimakamkan di komplek pesantren Denanyar. (PP. Mambaul
Ma’arif).
4. K.H. Muhammad Ali Maksum
Dilahirkan di desa Soditan Lasem, Rembang pada tanggal 2 maret 1915.
Beliau putra pertama dari K.H Ma’shum bin K.H Ahmad Abdul Karim dengan
Ny. Hj. Nuriyah binti K.H Muhammad Zein Lasem. Beliau wafat ketika adzan
maghrib berkumandang, dihari kamis malam jum’at pada tanggal 7 Desember
1989/15 Jumaddil Awal dalam usia 74 tahun.
5. K.H. Achmad Muhammad Hasan Siddiq
Dilahirkan di Jember pada hari ahad lebih 10 rajab 1344 H (14 Januari
1926) beliau adalah putra bungsu dari Kyai Shiddiq dari ibu nyai Hj. Zakiyah
(Nyai Maryam) binti K.H Yusuf. Beliau wafat pada tanggal 23 januari 1991.
6. K.H. Hasan Gipo
Ia lahir di Kampung Sawahan ( Jl.Kalimas Udik) pada tahun 1869. Beliau
wafat pada tahun 1934 dimakamkan di kompleks pemakan sunan sunan ampel.

7. K.H. Idham Chalid


Merupakan Pahlawan Nasional yang lahir di Satui, Kalimantan Selatan.
Pada tanggal 27 Agustus 1921. Beliau wafat di Jakarta tanggal 11 juli 2010 pada
umur 88 tahun, K.H. Idham Chalid merupakan salah satu politisi Indonesia yang
berpengaruh pada masanya.
8. K.H. Abdurrahman Wahid

Dilahirkan di Jombang, pada tanggal 4 Agustus 1947. Beliau putra dari


K.H A. Wahid Hasyim dan Ny. Hj. Sholichah . Istri beliau bernama Sinta
Nuriyah. K.H Abdurrahman Wachid atau yang akrab disapa gusdur adalah tokoh
muslim Indonesia dan pemimpin politik yang menjadi presiden Indonesia yang
ke-4 dari tahun 1999 hingga 2001 yang menggatikan presiden B.J Habibie setelah
dipilih oleh MPR hasil pemilu 1999. Beliau wafat pada tanggal 30 desember 2009
di Jakarta.

9. K.H. Ali Yafie


Di lahirkan di Donggala Sulawesi Tengah, 1 september 1926, Beliau
adalah ulama fiqih dan mantan ke dua ulama majelis ulama Indonesia. Dan
pernah menjabat sebagai pejabat sementara Rais aam (1991-1992).
10. K.H. Muhammad IlyasRuhiyat
Dilahirkan di Cipasung Jawa Barat, 31 januari 1934. Nama ayahnya K.H
Ruhiyat dan ibunya H.J Aisyah. Beliau wafat pada tanggal, 18 januari 2007 di
Tasikmalaya.
11. K.H. Muhammad Ahmad SyahalMahfudz
Dilahikan di Kajen Margoyoso, Pati, Jawa Tengah pada, 17 Desember
1937. Meninggal di Pati, Jawa Tengah, 24 Januari 2014. Beliau adalah ketua
majelis ulama Indonesia (MUI) sejak tahun 2000 – 2014.
12. K.H. Hasyim Muzadi
Dilahirkan di Bangilan, Tuban, pada 8 Agustus 1944. Beliau adalah
seorang tokoh islam Indonesia dan mantan ketua umum Nahdlatul Ulama yang
menjabat sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Presiden sejak 19 Januari 2015.

13. Dr. K.H. Said Aqil Sirodj, M.A.


Dilahirkan di Cirebon, Jawa Tengah, pada 3 juli 1953. Beliau adalah
seorang sarjana islam Indonesia dan ketua dewan eksekutif Nahdlatul Ulama saat
ini, Organisasi Islam terbesar di Dunia.

2.4 Beragam peran NU

A. Peran Nahdlatul Ulama (NU) dalam Memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia

1. Peran NU pada Masa Awal Pendirian

Dalam perjalanannya, NU memainkan peranan yang cukup besar bagi bangsa Indonesia.
Pada masa-masa awal setelah didirikan saja, NU sudah melakukan berbagai upaya untuk
memajukan masyarakat Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memajukan bidang
pendidikan dengan mendirikan banyak madrasah dan pesantren. Metode pengajaran dan
kurikulum yang digunakan sebagian besar merupakan perpaduan dari pengetahuan agama dan
pengetahuan umum. NU juga mendirikan Lembaga Ma’arif pada tahun 1938 guna
mengkoordinasi kerjasama dalam kegiatan pendidikan.

NU juga mulai mengembangkan perekonomian masyarakat dengan mendirikan koperasi


pada tahun 1929 di Surabaya. Koperasi ini sangat berperan dalam penjualan barang dan
mengorganisis barter dalam masyarakat. Koperasi yang didirikan NU ini semakin berkembang
hingga akhirnya pada tahun 1937 jangkauannya semakin luas dan dibentuklah Syirkah
Mu’awanah.

2. Peran NU Masa Pemerintahan Jepang

Peran NU tidak berhenti sampai di situ, sejak kedatangan jepang, peran NU semakin
diperhitungkan. Jepang yang kala itu sedang membutuhkan basis massa untuk membantu Jepang
dalam Perang Pasifik, akhirnya Jepang melakukan mobilisasi terhadap rakyat pedesaan di
Indonesia. Sementara kaum ulama dan kiai diberikan jabatan resmi agar mau membantu Jepang.
Misalnya saja dengan menjadikan Hasyim Asy’ari sebagai ketua Shumubu (Kepala Kantor
Urusan Agama).

NU juga memainkan perannya dalam organisasi Masyumi bentukan Jepang. Sebagian


besar tokoh NU dijadikan pengurus, seperti Hasyim Asy’ari yang diangkat sebagai ketua
pertama Masyumi, dan juga Wahab Chasbullah yang diangkat sebagai Penasehat Dewan
Pelaksana. Selain itu puluhan ribu anggota NU juga dilatih secara militer dalam PETA (Pembela
Tanah Air).

Tokoh NU juga terlibat sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan


Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
sehingga terlibat langsung dalam perumusan pernyataan kemerdekaan. Kebijakan Jepang
tersebut mau tak mau menarik sejumlah anggota NU ke ranah politik.

B. Peran dan Perjuangan Nahdlatul Ulama (NU) Masa Kemerdekaan (1945-1959)

1. Mengeluarkan Resolusi Jihad

Kegiatan politik NU semakin kental pada masa kemerdekaan. Hal ini ditunjukkan pada
Muktamar NU di Surabaya tanggal 22 Oktober 1945. Dalam muktamar tersebut, NU
mengeluarkan “Resolusi Jihad” yang menyatakan bahwa perjuangan untuk merdeka adalah
Perang Suci (jihad).

Resolusi ini berarti bahwa penolakan terhadap kembalinya kekuatan kolonial yang
mengakui kekuasaan suatu pemerintah republik baru sesuai dengan Islam. Resolusi jihad ini juga
terbukti dengan penentangan NU terhadap beberapa perjanjian dan konsesi diplomatic yang
diadakan pemerintah seperti Perjanjian Renville (1946), Perjanjian Linggarjati (1948) dan juga
Konferensi Meja Bundar atau KMB (1949).

2. NU dalam Tubuh MasyumiPada tanggal 3 November 1945, pemerintah mengeluarkan


Maklumat No. X yang berisi anjuran tentang berdirinya partai-partai politik. Umat Islam dengan
segera menyambut bahagia adanya keputusan tersebut, sehingga tanggal 7 November
dibentuklah Masyumi. Sementara NU yang telah berdiri sebelumnya sebagai jam’iyah kemudian
bergabung dengan Masyumi pasca mengadakan Muktamar NU XVI di Purwokerto tahun 1946.

Bergabungnya NU dalam Masyumi menjadi pengalaman berharga bagi NU. Ia mulai


mengalami liku-liku politik, sesuatu yang baru bagi NU. Menurut NU, politik dapat dijadikan
media untuk memperluas peran ulama.

Tokoh NU, Hasyim Asy’ari diangkat sebagai Ketua Umum Majelis Syuro (Dewan
Penasehat Keagamaan). Sementara tiga tokoh NU lainnya menduduki jabatan menteri sebagai
wakil Masyumi, yakni Wahid Hasjim, Masjkur, dan K. H. Fathurrahman Kafrawi. Tokoh lainnya
yang juga berkiprah di pemerintahan adalah Wahab Chasbullah sebagai anggota Dewan
Pertimbangan Agung. Majelis Syuro ini memiliki peran yang sangat penting dalam tubuh
Masyumi, antara lain yang tercantum dalam anggaran rumah tangga di bawah ini:

a) Majelis Syuro berhak mengusulkan hal-hal yang bersangkut paut dengan politik
kepada pimpinan partai.
b) Dalam soal politik yang bersangkut paut dengan masalah hukum agama, maka
pimpinan partai meminta fatwa dari majelis Syuro.
c) Keputusan Majelis Syuro mengenai hukum agama bersifat mengikat pimpinan
partai .
d) Jika muktamar/ dewan partai berpendapat lain daripada keputusan Majelis Syuro,
maka pimpinan partai dapat mengirimkan utusan untuk berunding dengan Majelis
Syuro dan hasil perundingan itu merupakan keputusan tertinggi.

3. NU sebagai Partai Politik

Hubungan antara Masyumi dengan NU berubah pada 1952, yang mana


NU memutuskan untuk keluar dari Masyumi dan mendirikan partai politik
sendiri. Keputusan untuk keluar dari Masyumi yang diambil oleh NU ini
dibarengi dengan penyampaian beberapa amanat kepada pengurus,
yakni:Pelaksanaan keputusan tersebut agar jangan sampai menimbulkan
kegoncangan di kalangan umat Islam, Pelaksanaan keputusan tersebut dilakukan
dengan perundingan terlebih dahulu dengan Masyumi, dan Keputusan ini
dijalankan dalam gubungan yang lebih luas yang berkenan adanya keinginana
untuk membentuk dewan pimpinan umat Islam yang nilainya lebih tinggi, dimana
partai-partai dan organisasi-organisasi Islam baik yang sudah maupun belum
tergabung dalam Masyumi dapat berkumpul dan berjuang bersama-sama.

2.5 Usaha NU dalam mempertahankan dan mengembangkan ASWAJA

Sebagaimana diketahui bahwa pembentukan jam’iyah NU tidak lain merupakan upaya


pengorganisasian potensi dan peran ulama pesantren yang sudah ada sejak ber abad-abad itu
tidak lain adalah mengarjakan, memperjuangkan dan mengembangkan ajaran islam yang
berhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah. Bahkan tidak hanya itu, tapi juga sekaligus menjaga
kelestariannya dengan jalan membela dan mempertahankan ajaran ajaran Ahlussunnah Wal
Jama’ah. Baik yang datang dari kelompok islam modernis yang anti madzhab dan aliran lain
yang keluar dari garis Sunnah.

Kegigihan para ulama dalam mempertahankan Ahlussunnah Wal Jama’ah itu antara lain
terbukti dalam contoh-contoh kasus bersejarah, sebagai berikut:
a) Terjadiya perang Paderi di Sumatra adalah karena di latar belakangi konflik antara kaum
muslimin tradisional yang gigih mempertahankan ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah dari
ancaman intervensi faham baru yang dipaksakan oleh kaum modernis.

b) Secara kesatria pada ulama pesantren senantiasa siap melayani dan bahkan tidak jarang
menentang orang-orang anti Ahlussunnah Wal Jama’ah untuk berdebat secara terbuka di
tempat umum dengan disaksikan oleh banyak orang. Hal itu dilakukan untuk menguji
kebenaran pendapat dan prinsip idiologi masing-masing. Dan, biznilla, para ulama
Ahlussunnah Wal Jama’ah tersebut, satu kalipun tidak pernah terkalahkan dalam
perdebatan.

c) Bangkitnya para ulama pesantren dengan mendirikan organisasi NU pada tahun 1926
adalah merupakan bentuk lain dari perlawanan para ulama dan umat islam sunny untuk
menangkal pengaruh kebangkitan faham Wahhabi yang terang-terangan ingin membabat
habis tradisi-traadisi peninggalan para wali songo yang telah berhasil meng-islamkan
nusantara dan juga mereka ingin menyikat semua tradisi ulama salaf dengan menjadikan
kedok “ purifikasi aqiidah” sebagai tujuan alasan dari gerakan mereka (Wahhabi). Berkat
kegigihan para ulama dan santri-santrinya itulah, maka faham ASWAJA ibaratnya telah
menjadi darah dsging umat islam Indonesia.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari materi-materi yang sudah disampaikan di atas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) Didirikan pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari
1926). Organisasi ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari sebagi Rais Akbar.

Nahdlatul Ulama menganut paham Ahlussunah Wal Jama'ah, sebuah pola pikir yang
mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli
(skripturalis), Jumlah warga Nahdlatul Ulama atau basis pendukungnya diperkirakan mencapai
lebih dari 40 juta orang, dari beragam profesi.

Mereka memiliki kohesifitas yang tinggi karena secara sosial-ekonomi memiliki masalah
yang sama, selain itu mereka juga sangat menjiwai ajaran Ahlusunnah Wal-Jamaah dan pada
umumnya mereka memiliki ikatan cukup kuat dengan dunia pesantren yang merupakan pusat
pendidikan rakyat dan cagar budaya NU

3.2 Saran

Perlu adanya bimbingan khusus untuk masyarakat pada umunya dan pelajar maupun
mahasiswa pada khususnya untuk lebih mempelajari seluk beluk mauapun sejarah tentang
Nahdlatul Ulama (NU). Selain itu, peran tokoh masyarakat yang mendukung untuk lebih
meningkatkan NU di mata masyarakat
Daftarpusaka

http://imamjauhar1.blogspot.com/2014/09/kegigihan-nu-dalam-mempertahankan.html?m=0

http://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2014/01/biografi-kh-ahmad-sahal-mahfudh.html?
m=1

http://www.dutaislam.com/2017/03/biografi-singkat-kh-hasyim-muzadi.html?m=1

http://tirto.id/sejarah-hari-lahir-nahdlatul-ulama-nu-1926-2019-dfwj

Anda mungkin juga menyukai