Anda di halaman 1dari 17

KARAKTERISTIK BAHASA ARAB 2

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

TARJAMAH 1 (ARAB - INDONESIA)

Dosen Pengampu :

Muhimmatul Mukaromah, M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Ahmad Nur Kamali (202180003)


2. Luthfiatunnisa’ Mahiroh (202190126)
3. Muhamad Faris Tambogo (202190128)
4. Nini Sri Supatmi (202190133)
5. Tri Nurhayati (202190144)

Kelas/ Kelompok : PBA E/ 2

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2022
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap bahasa memiliki uslub atau gaya bahasa masing-masing, begitu
pula Bahasa Arab. Karena keberagaman uslub itulah yang menjadikan setiap
pribadi tertarik untuk mengkajinya dengan berbagai tujuan yang
menggerakkan hatinya untuk hal tersebut. Orang dapat dikatakan
profesional, apabila mampu menggunakan uslub-uslub yang relevan dengan
pendengar serta situasi dan kondisi. Untuk itu perlu adanya pengetahuan
mengenai uslub-uslub dari bahasa asing yang ingin dikaji lebih mendalam.
Ibarat istikahiyah adalah ungkapan-ungkapan bahasa arab yang telah
dikenal dan digunakan secara luas namun tidak sepenuhnya sesuai dengan
aturan yang berlaku secara umum, baik dari aspek susunan maupun
maknanya dalam pembahasan bahasa arab, tema ibarat istilahiyah biasanya
hanya membahas perbendaharaan istilah atau kosa kata yang memiliki
makana berbeda dengan makna umum dari istilah atau kosa kata tersebut
seperti yang dimuat dalam kamus.
Dari latar belakang masalah ini, maka penyusun akan membahas lebih
dalam tentang Karakteristik Bahasa Arab 2.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Uslub yang terkandung dalam Bahasa Arab?
2. Bagaimana Ungkapan popular (al-ibarat al-isthilahiyyah)?
3. Jelaskan Sekilas Perbandingan Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia!

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Uslub dalam Bahasa Arab


Secara etimologi Uslub berasal dari kata ( ‫ سلبا‬-‫ يسلب‬-‫ )سلب‬yang berarti
merampas, merampok, dan mengupas. Kemudian terbentuk kata uslub yang
berarti jalan, jalan di antara pepohonan dan cara mutakallim dalam berbicara
(menggunakan kalimat).1
Uslub dalam bahasa Indonesia disebut gaya bahasa, yaitu pemanfaatan
atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis, baik itu
kaitannya dengan tulisan sastra maupun tulisan kebahasan (linguistik).
Secara terminologi para sastrawan uslub Barat dan Timur memberikan
definisi dengan redaksi yang berbeda menurut latar belakang, kapasitas
keilmuwan, serta kebangsaannya. Di antaranya yaitu:
Dalam tradisi Barat ilmu uslub dikenal dengan stilistika. Style berasal
dari kata stilus (latin) yaitu alat tulis pada lempengan lilin. Keahlian
menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan itu. Pada
waktu penekanan dititik beratkan pada keahlian menulis indah.
Akhirnya style berubah menjadi keahlian dan kemampuan menulis atau
menggunakan kata- kata secara indah.
Henry Tarigan mengatakan bahwa gaya bahasa adalah cara berbicara
yang digunakan oleh pembicara dalam menyusun pembicaraanya dan
memilih kosakatanya.
Muhammad Mansyur dan Kustiawan dalam buku panduan terjemah
mengatakan bahwa gaya bahasa adalah metode yang ditempuh penulis atau
pembicara dalam redaksinya untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaannya kepada para pembaca atau pendengarnya.

1
Muhammad ‘Abdul-‘Azim az-Zarqany, Manahilul-‘Irfan fi ‘Ulumil-Qur’an (Mesir: Dar al-
Ihya’), hlm. 198.

2
Hazim ‘Ali Kamaluddin dalam bukunya ‘Ilmul Uslub al-Muqorin
uslub atau gaya bahasa atau style ialah:
‫ط ِر ْيقَةُ الت َّ ْعبِي ِْر َع ِن ْال ِف ْك ِر ِم ْن ِخالَ ِل اللُّغَة‬
َ
“Cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa”.
Menurut Ali al-Jarim dan Musthafa Amin bahwa uslub adalah:
ِ ‫ب ِلنَ ْي ِل ْالغ ََر‬
ُ ‫ض ال َم ْق‬
‫صو ِد ِمنَ الك ََال ِم‬ َ ‫ور ٍة ت َ ُكونُ أ َ ْق َر‬
َ ‫ص‬ُ ‫اظ ُم َؤلَّفَ ٍة َعلَى‬ِ َ‫غ ِفي أ َ ْلف‬
ُ ‫صو‬
ُ ‫ال َم ْعنَى ال َم‬
‫ام ِعي ِه‬
ِ ‫س‬ َ ‫َو أَ ْفعَل فِي نُفُوس‬
“Makna yang terkandung pada kata-kata yang terangkai sedemikian rupa
sehingga lebih cepat mencapai sasaran kalimat yang dikehendaki dan lebih
menyentuh jiwa para pendengarnya”.
Dari beberapa definisi uslub yang telah dipaparkan di atas dapat
dikatakan bahwa uslub adalah metode yang dipilih pembicara atau penulis
di dalam menyusun redaksinya untuk mengungkapkan suatu tujuan dan
makna, sehingga dapat mencapai sasaran kalimat yang dikehendaki dan
menyentuh jiwa pendengarnya. Dan uslub terdiri dari 3 hal yaitu cara,
redaksi dan makna. Dalam kehidupan sehari- hari kita berkomunikasi
dengan orang-orang di sekeliling kita di rumah, di tempat kerja. Untuk
mengungkapakan fikiran , perasaan dan tujuan digunakanlah bermacam-
macam uslub yang sesuai dengan gaya kalimat berita, pertanyaan, perintah,
dan lain-lain tergantung situasi dan kondisi.

Kriteria Uslub yang Baik

Uslub yang baik adalah uslub yang efektif-sesuai definisi di atas-


yaitu uslub dapat menimbulkan efek psikologis, bahkan artistik (keindahan)
sehingga dapat menggerakkan jiwa mukhatab (pendengar) untuk merespon
perkataan atau reaksi perbuatan atau keduanya, sesuai dengan keinginan
mutakallim (pembicara).
Uslub yang efektif harus memenuhi dua kriteria, yaitu:2
bernilai fashahah, dan sesuai dengan ‫( المقام‬situasi kondisi). Jadi, uslub yang

2
Moh. Makinuddin, Mengenal Uslub dalam Struktur Kalimat dan Makna, (Gresik: INKAFA
Gresik, 2018), hlm. 164.

3
efektif atau uslub yang bernilai balâghah adalah uslub yang fasih, serta
sesuai dengan satu atau lebih aspek situasi ucapan, yaitu:
1. Tujuan, artinya tujuan apa yang diinginkan mutakallim dari mukhatab
dengan uslubnya tersebut. Tujuan ini harus bersifat jalil.
2. Mutakallim dan mukhatab, artinya perlunya diperhatikan siapa
berbicara dengan siapa, apa status dan peranan masing-masing dalam
komunikasi yang bersangkutan, latar belakang pendidikan, cara
berfikir dan sebagainya.
3. Uslub yang disampaikan mutakallim sesuai dengan tempat dan waktu
ucapan, termasuk latar belakang fisik dan lingkungan sosial yang
dapat membantu pembaca atau pendengar dalam memahami dengan
jelas apa yang dimaksud oleh mutakallim.

Pembagian Uslub
Klasifikasi uslub yang berlaku pada bangsa arab secara global dapat
diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:3
1. Uslub Ilmiah
Uslub ilmiah merupakan uslub yang paling mendasar dan paling
banyak membutuhkan logika yang sehat serta pemikiran yang lurus
dan jauh dari khayalan syair. Biasanya uslub ini digunakan dalam
buku- buku berwacana ilmiah, buku kuliah, sekolah dan pendidikan.
2. Uslub Adabi (sastra)
Keindahan merupakan salah satu sifat dan kekhasan yang paling
menonjol dari uslub ini.
3. Uslub Khithabi (retorika)
Retorika merupakan salah satu seni yang berlaku pada bangsa arab.
Hal yang paling menonjol dalam uslub ini adalah ketegasan makna
dan redaksi, ketegasan argumentasi dan data, serta keluasan wawasan.
Dalam uslub ini seorang pembicara dituntut dapat membangkitkan
semangat dan mengetuk hati para pendengarnya.

3
Hazim Ali Kamaluddin, ‘Ilmul Uslub al-Muqorin, (Kairo: Maktabah al-Adab, 2009), hlm. 19.

4
B. Ungkapan Populer (Al ‘Ibarat Al Isthilahiyyah)
Ibarat istikahiyah adalah ungkapan-ungkapan bahasa arab yang telah
dikenal dan digunakan secara luas namun tidak sepenuhnya sesuai dengan
aturan yang berlaku secara umum, baik dari aspek susunan maupun
maknanya dalam pembahasan bahasa arab, tema ibarat istilahiyah biasanya
hanya membahas perbendaharaan istilah atau kosa kata yang memiliki
makana berbeda dengan makna umum dari istilah atau kosa kata tersebut
seperti yang dimuat dalam kamus.
Contoh : Melakukan : ‫فام ب‬
Menyukai : ‫رغف في‬
Pada bagian ini, bahasan tentang ibarat istilahiyah memiliki cakupan
yang lebih luas dari pengertian di atas. Hal ini diharapkan dapat memotret
realitas persoalan terjemahan, khususnya menyangkut ungkapan-ungkapan
yang dipandang berbeda dalam bahasa arab, atau berbeda cara
penerjemahannya dengan kasus-kasus biasa.
1. Kata ‫ و‬di Awal Kalimat
Kata‫ و‬ini secara umum diterjemahkan dengan “dan” seperti
fungsinya sebagai kata sambung atau wawu ‘athaf. Namun dalam
bahasa Arab terdapat banyak kalimat yang diawali dengan huruf
tersebut yang dalam bahasa Indonesia tidak dapat diterjemahkan
dengan “dan” karena terletak di depan kalimat. Dalam bahasa Arab
wawu yang terletak di depan kalimat disebut wawu isti’naf, yaitu
ungkapan yang digunakan sekedar untuk mengawali suatu kalimat
atau pembicaraan tanpa memiliki pesan tersendiri dan lebih berfungsi
sebagai tambahan dan pemanis kalimat saja.
Dengan demikian maka cara penerjemahan kalimat yang diawali
dengan wawu isti’naf tidak perlu menambahkan kata “dan” di awal
kalimat karena akan membuat tidak berterima dalam bahasa
Indonesia. Contohnya sebagai berikut.

‫ ول شكأن مسجد الستقالل يعد من أحد أبرزمعالم إندونيسيا‬-1

5
“Tidak diragukan bahwa masjid Istiqlal merupakan salah satu
kebanggaan bangsa Indonesia”.
Bukan : Dan tidak diragukan ...

‫ وأكثر ما يثير إعجابك في هذا املسجد هو تجويد اإلمام للقرآن‬-2

“Hal yang mengagumkanmu tentang masjid iniadalah bagusnya


bacaan al-Qur’an sang imam”.
Bukan : Dan paling banyak apa yang mempengaruhi ...
2. Kata ‫ إن‬di Awal Kalimat
Sebagaimana kata, ‫ و‬kata‫( إن‬inna) juga salah satu ungkapan yang
sering dijumpai di awal kalimat. Penerjemah pemula sering
menerjemahkannya seperti makna awalnya “sesungguhnya”, padahal
tidak sepenuhnya demikian. Kata tersebut merupakan tambahan
sehingga dalam banyak kasus kata tersebut tidak perlu diterjemahkan
terutama apabila terletak setelah kata ‫ قال‬. Apabila penerjemah merasa
kata tersebut mengandung makna penegasan atau penguatan maka
dapatditerjemahkan dengan “sungguh” atau “sesungguhnya” yang
diletakkan di tengah kalimat, bukan di awal kalimat.
Dengan demikian maka cara penerjemahan kalimat yang diawali
dengan ‫ إن‬tidak harus selalu dengan kata “sesungguhnya” kecuali bila
penerjemahan kitab sucial-Qur’an atau Hadist Nabi yang biasanya
lebih bersifat literal.
Contohnya sebagai berikut.
‫ إن الحكومةأصدرتعدةقراراتوخطط في سبيل حمايةالعمالة الندونيسية‬-1

“Pemerintah Indonesai (sungguh) telahmenerbitkan keputusan dan


rencana untukmelindungi TKW”.
Bukan : Sesungguhnya pemerintah telah menerbitkan ...
3. Idiom ‫ غير أنه‬- ‫إل أن – إل أنه – غير أن‬
Kata-kata tersebut banyak digunakan untuk menghubungkan
dua kalimat ataul ebih. Makna literer kata-kata tersebut bila

6
dipergunakan secara langsung akan menjadi tidak tepat, karena ia
lebih merupakan idiom. Penerjemahan yang cukup sepadan untuk
idiom-idiom tersebut antara lain “hanya saja”, “namun”, “akan tetapi”.
Contohnya sebagai berikut.
‫ األمطار معتدلة إلى حد كبير على مدار العام إل أن موسم األمطار الرئيس ي يقع معظمه‬-1
‫بين أواخر أكتوبر حتى أوائل مايو‬

“Hujan turun sedang sampai besar sepanjang tahun, hanya saja


musim hujan sebagian besarterjadi antara bulan Oktober sampai
Mei”.
4. Athaf + Isim + Dhomir
Dalam ungkapan bahasa Arab sering dijumpai athaf yang diikuti
oleh ma’thuf berupa idhafah yang mengandung kata ganti (dhomir)
yang merujuk pada ma’thuf alaih yang menjadi mudhaf ilaih”. Cara
menerjemahkannya dengan meletakkan mudhaf ilaih pada posisi
dhamir, dan dhamir tidak perlu diterjemahkan.
Contohnya sebagai berikut.
‫قسم اللغة العربية وأدبها‬

“Jurusan Bahasa dan Sastra Arab”


Bukan : Jurusan Bahasa Arab dan Sastranya4
5. Kata min al-bayaniyah )‫)من‬
Apabila sebelum kata tersebut terdapat kata ma atau kata yang
maknanya masih bersifat nakiroh (belum jelas), sering kali ia
merupakan min yang dimaksudkan untuk menjelaskan kata ma ( )‫ما‬
tersebut. Oleh karena itu cara penerjemahannya berbeda dari min
biasa yang bermakna “dari”. Kata-kata yang umumnya berupa isim
setelah min tersebut sesungguhnya merupakan pesan yang lebih jelas
dan konkret dari lafadzma. Contoh :

4
Dr. Syamsi setiadi, Penerjemahan Arab Indonesia. (Jakarta, Maninjaupress, 2017), hlm. 95-100.

7
‫ان ما تحقق محمد من نجاح ليس من عمل يده‬

“Diterjemahkan keberhasilan yang dicapai Muhammad


sesungguhnya bukan merupakan hasil dari jerih payahnya sendiri”.
Bukan : sesuatu yang dicapai Muhammad dari keberhasilan bukan
merupakan hasil dari jerih payahnya sendiri.
6. Kata min )‫ من‬yang bermakna “salah satu”)
Selain dimaknai “dari” kata min bisa dimaknai lain, misalnya
“salah satu” atau “di antara. Kata min yang bermakna demikian
memiliki cirri : setelah kata tersebut terdapat kata benda jamak.
Contoh :
‫كان ظهور الرأسمالية التجارية ثم الرأسمالية الصناعية من نتائج عصرالنهضة‬

“Munculnya kapitalisme perdagangan yang disusul kapitalisme


industry merupakan salah satu buah masa kebangkitan (eropa atau
disebut masa pencerahan)”.
Bukan : munculnya kapitalisme perdagangan yang disusul kapitalisme
industri merupakan dari buah-buah masa kebangkitan atau buah-buah
dari kebangkitan.
7. Kata ‫على‬bermakna “meskipun” atau “betapapun”
Kata ‘ala umumnya memiliki arti “di atas”. Namun demikian
terdapat makna lain dari kata tersebut, seperti “meskipun”,
“sekalipun” atau “betapapun”. Kata ‘ala yang demikian biasanya
terletak sebelum kata atau kalimat yang memiliki makna sifat. Contoh
: ‫ان مفهوم الشورى على بساطه قد تجاوز الخطاب الديمقراطي الئن الديمقراطية مشاركة‬
‫بالرأي‬
“Konsep syura (musyawaroh) betapapun sederhana sesungguhnya
telah melampaui wacana demokrasi. Karena demokrasi (pada
dasarnya) adalah partisipasi melalui suara, sedangkan syura adalah
partisipasi melalui pendapat”.
Bukan : konsep syura (musyawaroh) atas sederhana sesungguhnya
telah melampaui wacana demokrasi. Karena domokrasi (pada

8
dasarnya) adalah partisipasi melaui suara, sedangkan syura adalah
partisipasi melalui pendapat.
8. Kata ‫ ك‬bermakna “sebagai”
Kata ka umumnya memiliki arti “seperti”. Namun kata tersebut
seringkali lebih tepat diterjemahkan dengan “sebagai”. Persoalan yang
nampaknya kecil tersebut acap kali tidak dicermati dengan baik oleh
penerjemah. Padahal, kata ”seperti” dan “sebagai” memiliki kesan
makna yang sangat berbeda di dalam bahasa indonesia. Akibatnya,
persoalan kecil itu mempengaruhi pesan utuh dari terjemahan bagian
teks tersebut. Contoh :

‫ان اندنيسيا كشعب من شعوب العالم الثالث يعيش أغلب سكانتهفى حالة فقر‬

“Sebagai salah satu Negara dunia ketiga, mayoritas penduduk


indonesia hidup dalam kemiskinan”.
9. Kata ganti sya’n )‫)ضمير الشان‬
Kata ganti ini biasanya berbentuk tunggal maskulin, yakni hu
yang terletak setelah kata inn. Bentuk yang lebih jelas dan yang paling
sering kita gunakam adalah dalam penerjemahan, kata tersebut tidak
perlu diterjemahkan. Apabila penerjemah berusaha mencari makna
dhamir tersebut, tentu tidak akan menemukannya. Atau jika hendak
dipaksakan dengan menerjemahkannya sebagai “ia” atau “dia”, hasil
terjemahan tersebut justru menjadi sulit dipahami. Contoh :
‫انه البد أن يكون لنا رأ عي‬

“Seharusnya kita memiliki pandangan (sendiri)”.


10. Ma tambahan )‫)ما زاندة‬
Kata ma, yang biasa diartikan dengan “sesuatu”, tidak perlu
diterjemahkan apabila kata tersebut jatuh setelah kata idza. Kata ma
yang didahului idza sering disebut dengan mazaidah, atau ma
tambahan. Contoh :
‫اذا ما قرأ المسلمون الكتابة ازداد وعيهم بضرورة مواجهة الفكر ااالستشراقى‬

9
“Apabila umat islam membaca tulisan tersebut, niscaya kesadaran
mereka akan pentingnya perlawanan terhadap pemikiran orientalis
semakin menigkat”.
11. ‫بيد أن‬
Kata baydaanna sering salah dibaca dengan biyadianna,
sehingga salah diterjemahkan. Arti dari kata tersebut kurang lebihnya
adalah “namun”. Contoh :

‫وذلك سؤال مهم بيد أن السؤال األول الذي يخطر ببالى هو مايلي‬

“Hal itu merupakan pertanyaan penting namun pertanyaan pertama


yang terlintas dalam pikiran saya adalah sebagai berikut”.
12. Kosa Kata Idiomatik
Idiomatik atau idiom adalah kumpulan dua kata atau lebih yang
menjadi satu kesatuan atau ungkapan yang tidak bisa dipahami secara
harfiyah, karena mempunyai makna yang berbeda dari kata-kata yang
membentuknya, sehingga harus dipahami secara konteks.
Contoh : Mengimani : ‫أمن ب‬
‫ورق على حبر‬
Makna Asal : tinta di atas kertas
Makna idiom : Hal yang tidak bisa dilaksanakan

C. Sekilas Perbandingan Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia


Bahasa Arab merupakan salah satu dari berbagai bahasa yang ada di
dunia dan merupakan salah satu bahasa mayor yang digunakan di beberapa
negara. Bahasa Arab mencakup sejumlah kosakata yang terdiri atas tiga
jenis kata, yaitu isim, fi’il, dan harf. Masing-masing jenis kata tersebut
memiliki ciri tersendiri. Setiap jenis kata dapat diketahui berdasarkan ciri
masing-masing melalui distribusi morfologis, distribusi sintaktis, dan makna
leksikal-gramatikal sesuai dengan konteksnya masing-masing.
Perbandingan Bahasa arab dan bahasa indonesia jelas terasa bedanya tanpa
harus di teliti lagi, karna dalam segifonem, morfem, frase, klausa, dan

10
kalimatsangatlah berbeda. Bahasa arab termasuk dalam bahasa berfleksi
sedangkan bahasa indonesia tidak.
Dalam bahasa ada sebuah hal yang dinamakan dengan “penanda”.
Penanda adalah5 afiks yang berfungsi untuk menyatakan ciri gramatikal atau
fungsi kata. Padanan penanda yang tepat di dalam bahasa Arab adalah al-
‘alamat. Ada banyak ragam penanda dalam bahasa Arab, seperti ada
penanda gender (mu’annats dan mudzakkar), penanda mufrod, penanda
jamak, dan sebagainya. Kata merupakan satuan bahasa yang mempunyai arti
atau satu pengertian.
Dalam bahasa Indonesia kata6 adalah satuan bahasa terkecil yang
mengisi salah satu fungsi sintaksis (subjek, predikat, objek, atau keterangan)
dalam suatu kalimat. Dalam bahasa Arab kata adalah susunan huruf yang
biasanya terdiri atas tiga huruf dan mempunyai suatu pengertian. Dalam
penggunaan kosakata, tatanan jumlah dan tataran persona bahasa arab dan
bahasa indonesia terdapat persamaan dan perbadingan seperti7
1. Kosakata
Pada tataran kala, dalam BI diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
kala lampau,kala sedang, dan kala akan datang. Keterangan waktu
tersebut digunakan untuk menunjukkan kapan pekerjaan itu
berlangsung. Kala dalam BA meliputi, (1) lampau (fiil madhi),
(2)sedang ( fi’il mudhori’), dan (3) akan datang (fi’il amr). Dalam BA
keterangan waktu langsung ditunjukkan oleh kosakata verbanya,
seperti seperti [fa’ala] ‘telah bekerja’, [yaf’ulu] ‘sedang bekerja’,
[żahaba] ‘telah pergi’, [yażhabu] ‘sedang pergi’.
2. Tatanan jumlah
Pada tataran jumlah, dalam BI dibagi menjadi dua, yaitu jumlah
tunggal dan jamak. Jumlah tunggal langsung ditunjukkan oleh kata

5
Penanda jamakjurnal al mahira pendidikan bahasa arab vol. 3 no. 2 desember : 2017
6
Analisis kontrastif bahasa indonesia dan bahasa arab Berdasarkan kala, jumlah, dan
personajurnal sastra indonesia vo. 2 no. 1 : 2013
7
Analisis kontrastif bahasa indonesia dan bahasa arab Berdasarkan kala, jumlah, dan
personajurnal sastra indonesia vo. 2 no. 1 : 2013

11
bendanya, misalnya meja ‘satu meja’, sedangkan jamak diulang atau
diberi keterangan, seperti teman-teman ‘banyak teman’. Jumlah dalam
BA dibagi menjadi tiga, yaitu singularis, dualis, danpluralis. Jumlah
dalam BA terdapat jumlah singularis, dualis, dan pluralis. Jumlah
singularis menggunakan kosakata tunggalnya (mufrad), seperti [as-
ṣâdiku] ‘teman’. Jumlah dualis menggunakan kosakata tunggal
(mufrad)ditambah dengan alif dan nun atau nun dan ya, seperti
[kitâbâni] atau [kitâbaini] ‘dua buku’. Jumlah pluralis menggunakan
kosakata jamaknya dan diberi kata keterangan, seperti [al-aṭfâlu]
‘anak-anak’.
3. Tataran persona
Pada tataran persona, dalam BI diklasifikasikan atas tiga, yaitu
orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga. Seperti, persona
pertama dalam BI menggunakan saya/aku dan kami/kita, persona
kedua dalam BI menggunakan kamu dan kalian, dan persona ketiga
dalam BI menggunakan dia dan mereka. Seperti halnya BI, persona
dalam BA terdiri atas tiga macam, yaitu (1) orang pertama, (2) orang
kedua, dan (3) orang ketiga. Seperti, persona pertama dalam BA
menggunakan kosakata [anâ] / [tu] ‘saya/aku’ dan [naḥnu] ‘kami/kita’,
persona kedua dalam BI menggunakan kosakata [anta] ‘kamu’ dan
[antum] ‘kalian’, dan persona ketiga dalam BI menggunakan
[huwa/hiya] ‘dia’ dan [hum] ‘mereka’.
4. Kata Sifat
Kata sifat dalam bahasa Arab tidak mengenal istilah frase adjektiva
predikatif, suborfinatif dan juga atributif. Begitu juga sebaliknya
bahwa didalam bahasa Indonesia tidak mengenal na’at haqiqi, na’at
mufrad, na’at sibeh jumlah dan juga pembuangan na’at
5. Adjektifa Dasar
a. Persamaan bahasa Arab dan bahasa Indonesia sama-sama tunggal
dalam kalimat sifatnya jika yang disifati juga tunggal. Seperti

12
kalimat "‫" ظفُانم‬dengan kalimat “pegawai”. Begitu juga pada
kalimat "‫" دٍمجر‬dengan kalimat “rajin”.
b. Perbedaan pola kalimat bahasa Arab ketika tasniyah dan jama’
maka kata sifatnya juga tasniyah ataupun jama’. Contoh : ‫انصانحان‬
‫ )انسيدان جاء‬dua Zaid sholeh telah datang). Sedangkan di dalam
bahasa Indonesia walaupun yang disifatinya banyak, kata sifatnya
tetap tunggal, karena bahasa Indonesia tidak mengenal sistem
tasniyah ataupun jama’. Bahasa arab juga sangat memperhatikan
kesamaan antara na’at dengan man’ut dari segi mudzakar,
muannast, nakirah, makrifat dan perubahan di akhir kalimatnya.
6. Adjektifa Turunan
a. Persamaan sifat ini sama-sama ditemukan dijumlah ismiyah di
dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Fungsi kata ini adalah
sebagai penisbatan. telah itu Arabi wanita yang fatimah ( ‫ذٌثد فاطمح‬
ّ ‫ مرأج عرتيح‬: Contoh pergi ke Makah ). Kedua kalimat
‫ان مكح‬
“Arabi” dan "‫" عرتيح‬ini adalah kalimat yang sama-sama
menisbatkan pada Arab.
b. Perbedaan pengucapan kata penisbatan di dalam bahasa Arab
sangat memperhatikan dari segi mudzakar dan muannatsnya.
7. Derajat Perbandingan ‫انمماروح‬
a. Sama-sama membandingkan antara dua hal yang hampir sama.
Contoh : ) ‫ ) ) عهي مه أكثر محمد رأيد‬aku melihat Muhammad yang
lebih besar daripada Ali ).
b. Perbedaannya, di dalam bahasa Arab kata tafdhil (pembanding)
kadang menunjukan kepada derajat yang tidak sama antara dua
perkara. Contoh : Aku tidak serendah apa yang engkau kira.
Sedangkan di dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan model
semacam ini. Tetapi bahasa Indonesia memiliki tiga perbandingan
yaitu komperlatif, ekuatif, dan superlatif. Contoh : Tuti secantik
ibunya Restoran ini kurang bersih daripada restoran itu

13
Paling lama dua jam yang saya perlukan untuk menyelesaikan
persoalan ini
8. Urutan Adjektiva ‫انىعد ذرذية‬
a. Persamaan antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia sama-sama
meletakan sifat setelah kata yang disifati. Contoh : ‫نعمي انىظيف‬
‫ ) انكثير انثيد‬rumah besar dan bersih itu milik pamanku )
b. Perbedaan, dalam bahasa Arab kata sifat pasti jatuh setelah
maushuf (kata yang disifati). Tetapi di dalam bahasa Indonesia
harus mendahulukan kata sifatnya jika kata sifatnya menunjukan
suatu pengistilahan. Contoh panjang tangan, ringan tangan, merah
delima, dan hijau daun.

14
BAB III

KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa


uslub adalah metode yang dipilih pembicara atau penulis di dalam menyusun
redaksinya untuk mengungkapkan suatu tujuan dan makna, sehingga dapat
mencapai sasaran kalimat yang dikehendaki dan menyentuh jiwa pendengarnya.
Ibarat istikahiyah adalah ungkapan-ungkapan bahasa arab yang telah dikenal dan
digunakan secara luas namun tidak sepenuhnya sesuai dengan aturan yang berlaku
secara umum, baik dari aspek susunan maupun maknanya dalam pembahasan
bahasa arab.
Bahasan tentang ibarat istilahiyah memiliki cakupan yang lebih luas, yaitu
kata ‫ و‬di Awal Kalimat, kata ‫ إن‬di Awal Kalimat, Idiom ‫ غير‬- ‫إل أن – إل أنه – غير أن‬
‫أنه‬, Athaf + Isim + Dhomir, Kata min al-bayaniyah ‫من‬, Kata min ‫من‬ yang
bermakna “salah satu”, Kata‫ على‬bermakna “meskipun” atau “betapapun”, Kata ‫ك‬
bermakna “sebagai”, Kata ganti sya’n ‫ضمير الشان‬, Ma tambahan ‫ما زاندة‬, ‫بيد أن‬, Kosa
Kata Idiomatik
Perbandingan Bahasa arab dan bahasa indonesia jelas terasa bedanya tanpa
harus di teliti lagi, karna dalam segifonem, morfem,frase, klausa, dan kalimat
sangatlah berbeda. Dalam bahasa Indonesia kata adalah satuan bahasa terkecil
yang mengisi salah satu fungsi sintaksis (subjek, predikat, objek, atau keterangan)
dalam suatu kalimat. Dalam bahasa Arab kata adalah susunan huruf yang biasanya
terdiri atas tiga huruf dan mempunyai suatu pengertian. Kosakata dalam BI
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu kala lampau,kala sedang, dan kala akan
datang. Dalam BA meliputi, (1) lampau (fiil madhi), (2)sedang ( fi’il mudhori’),
dan (3) akan datang (fi’il amr). Keterangan waktu langsung ditunjukkan oleh
kosakata verbanya, seperti seperti [fa’ala] ‘telah bekerja’.

15
DAFTAR PUSTAKA

Analisis Kontrastif Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab Berdasarkan Kala. Jumlah
dan Persona Jurnal Sastra Indonesia Vol. 2 no. 1 : 2013.

Az-Zarqany Muhammad ‘Abdul-‘Azim. Manahilul-‘Irfan fi ‘Ulumil-Qur’an


(Mesir: Dar al-Ihya’).

Hazim Ali Kamaluddin. ‘Ilmul Uslub al-Muqorin. (Kairo: Maktabah al-Adab.


2009).

Makinuddin Moh. Mengenal Uslub dalam Struktur Kalimat dan Makna. (Gresik:
INKAFA Gresik. 2018).

Penanda jamak. Jurnal Al Mahira Pendidikan Bahasa Arab. Vol. 3 no. 2


Desember. 2017.

Syamsi Dr. Setiadi. Penerjemahan Arab Indonesia. (Jakarta. Maninjaupress.


2017).

16

Anda mungkin juga menyukai