Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap bahasa memiliki uslub atau gaya bahasa masing-masing, begitu
pula Bahasa Arab. Karena keberagaman uslub itulah yang menjadikan setiap
pribadi tertarik untuk mengkajinya dengan berbagai tujuan yang
menggerakkan hatinya untuk hal tersebut. Orang dapat dikatakan
profesional, apabila mampu menggunakan uslub-uslub yang relevan dengan
pendengar serta situasi dan kondisi. Untuk itu perlu adanya pengetahuan
mengenai uslub-uslub dari bahasa asing yang ingin dikaji lebih mendalam.
Ibarat istikahiyah adalah ungkapan-ungkapan bahasa arab yang telah
dikenal dan digunakan secara luas namun tidak sepenuhnya sesuai dengan
aturan yang berlaku secara umum, baik dari aspek susunan maupun
maknanya dalam pembahasan bahasa arab, tema ibarat istilahiyah biasanya
hanya membahas perbendaharaan istilah atau kosa kata yang memiliki
makana berbeda dengan makna umum dari istilah atau kosa kata tersebut
seperti yang dimuat dalam kamus.
Dari latar belakang masalah ini, maka penyusun akan membahas lebih
dalam tentang Karakteristik Bahasa Arab 2.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Uslub yang terkandung dalam Bahasa Arab?
2. Bagaimana Ungkapan popular (al-ibarat al-isthilahiyyah)?
3. Jelaskan Sekilas Perbandingan Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia!
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Muhammad ‘Abdul-‘Azim az-Zarqany, Manahilul-‘Irfan fi ‘Ulumil-Qur’an (Mesir: Dar al-
Ihya’), hlm. 198.
2
Hazim ‘Ali Kamaluddin dalam bukunya ‘Ilmul Uslub al-Muqorin
uslub atau gaya bahasa atau style ialah:
ط ِر ْيقَةُ الت َّ ْعبِي ِْر َع ِن ْال ِف ْك ِر ِم ْن ِخالَ ِل اللُّغَة
َ
“Cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa”.
Menurut Ali al-Jarim dan Musthafa Amin bahwa uslub adalah:
ِ ب ِلنَ ْي ِل ْالغ ََر
ُ ض ال َم ْق
صو ِد ِمنَ الك ََال ِم َ ور ٍة ت َ ُكونُ أ َ ْق َر
َ صُ اظ ُم َؤلَّفَ ٍة َعلَىِ َغ ِفي أ َ ْلف
ُ صو
ُ ال َم ْعنَى ال َم
ام ِعي ِه
ِ س َ َو أَ ْفعَل فِي نُفُوس
“Makna yang terkandung pada kata-kata yang terangkai sedemikian rupa
sehingga lebih cepat mencapai sasaran kalimat yang dikehendaki dan lebih
menyentuh jiwa para pendengarnya”.
Dari beberapa definisi uslub yang telah dipaparkan di atas dapat
dikatakan bahwa uslub adalah metode yang dipilih pembicara atau penulis
di dalam menyusun redaksinya untuk mengungkapkan suatu tujuan dan
makna, sehingga dapat mencapai sasaran kalimat yang dikehendaki dan
menyentuh jiwa pendengarnya. Dan uslub terdiri dari 3 hal yaitu cara,
redaksi dan makna. Dalam kehidupan sehari- hari kita berkomunikasi
dengan orang-orang di sekeliling kita di rumah, di tempat kerja. Untuk
mengungkapakan fikiran , perasaan dan tujuan digunakanlah bermacam-
macam uslub yang sesuai dengan gaya kalimat berita, pertanyaan, perintah,
dan lain-lain tergantung situasi dan kondisi.
2
Moh. Makinuddin, Mengenal Uslub dalam Struktur Kalimat dan Makna, (Gresik: INKAFA
Gresik, 2018), hlm. 164.
3
efektif atau uslub yang bernilai balâghah adalah uslub yang fasih, serta
sesuai dengan satu atau lebih aspek situasi ucapan, yaitu:
1. Tujuan, artinya tujuan apa yang diinginkan mutakallim dari mukhatab
dengan uslubnya tersebut. Tujuan ini harus bersifat jalil.
2. Mutakallim dan mukhatab, artinya perlunya diperhatikan siapa
berbicara dengan siapa, apa status dan peranan masing-masing dalam
komunikasi yang bersangkutan, latar belakang pendidikan, cara
berfikir dan sebagainya.
3. Uslub yang disampaikan mutakallim sesuai dengan tempat dan waktu
ucapan, termasuk latar belakang fisik dan lingkungan sosial yang
dapat membantu pembaca atau pendengar dalam memahami dengan
jelas apa yang dimaksud oleh mutakallim.
Pembagian Uslub
Klasifikasi uslub yang berlaku pada bangsa arab secara global dapat
diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:3
1. Uslub Ilmiah
Uslub ilmiah merupakan uslub yang paling mendasar dan paling
banyak membutuhkan logika yang sehat serta pemikiran yang lurus
dan jauh dari khayalan syair. Biasanya uslub ini digunakan dalam
buku- buku berwacana ilmiah, buku kuliah, sekolah dan pendidikan.
2. Uslub Adabi (sastra)
Keindahan merupakan salah satu sifat dan kekhasan yang paling
menonjol dari uslub ini.
3. Uslub Khithabi (retorika)
Retorika merupakan salah satu seni yang berlaku pada bangsa arab.
Hal yang paling menonjol dalam uslub ini adalah ketegasan makna
dan redaksi, ketegasan argumentasi dan data, serta keluasan wawasan.
Dalam uslub ini seorang pembicara dituntut dapat membangkitkan
semangat dan mengetuk hati para pendengarnya.
3
Hazim Ali Kamaluddin, ‘Ilmul Uslub al-Muqorin, (Kairo: Maktabah al-Adab, 2009), hlm. 19.
4
B. Ungkapan Populer (Al ‘Ibarat Al Isthilahiyyah)
Ibarat istikahiyah adalah ungkapan-ungkapan bahasa arab yang telah
dikenal dan digunakan secara luas namun tidak sepenuhnya sesuai dengan
aturan yang berlaku secara umum, baik dari aspek susunan maupun
maknanya dalam pembahasan bahasa arab, tema ibarat istilahiyah biasanya
hanya membahas perbendaharaan istilah atau kosa kata yang memiliki
makana berbeda dengan makna umum dari istilah atau kosa kata tersebut
seperti yang dimuat dalam kamus.
Contoh : Melakukan : فام ب
Menyukai : رغف في
Pada bagian ini, bahasan tentang ibarat istilahiyah memiliki cakupan
yang lebih luas dari pengertian di atas. Hal ini diharapkan dapat memotret
realitas persoalan terjemahan, khususnya menyangkut ungkapan-ungkapan
yang dipandang berbeda dalam bahasa arab, atau berbeda cara
penerjemahannya dengan kasus-kasus biasa.
1. Kata وdi Awal Kalimat
Kata وini secara umum diterjemahkan dengan “dan” seperti
fungsinya sebagai kata sambung atau wawu ‘athaf. Namun dalam
bahasa Arab terdapat banyak kalimat yang diawali dengan huruf
tersebut yang dalam bahasa Indonesia tidak dapat diterjemahkan
dengan “dan” karena terletak di depan kalimat. Dalam bahasa Arab
wawu yang terletak di depan kalimat disebut wawu isti’naf, yaitu
ungkapan yang digunakan sekedar untuk mengawali suatu kalimat
atau pembicaraan tanpa memiliki pesan tersendiri dan lebih berfungsi
sebagai tambahan dan pemanis kalimat saja.
Dengan demikian maka cara penerjemahan kalimat yang diawali
dengan wawu isti’naf tidak perlu menambahkan kata “dan” di awal
kalimat karena akan membuat tidak berterima dalam bahasa
Indonesia. Contohnya sebagai berikut.
5
“Tidak diragukan bahwa masjid Istiqlal merupakan salah satu
kebanggaan bangsa Indonesia”.
Bukan : Dan tidak diragukan ...
6
dipergunakan secara langsung akan menjadi tidak tepat, karena ia
lebih merupakan idiom. Penerjemahan yang cukup sepadan untuk
idiom-idiom tersebut antara lain “hanya saja”, “namun”, “akan tetapi”.
Contohnya sebagai berikut.
األمطار معتدلة إلى حد كبير على مدار العام إل أن موسم األمطار الرئيس ي يقع معظمه-1
بين أواخر أكتوبر حتى أوائل مايو
4
Dr. Syamsi setiadi, Penerjemahan Arab Indonesia. (Jakarta, Maninjaupress, 2017), hlm. 95-100.
7
ان ما تحقق محمد من نجاح ليس من عمل يده
8
dasarnya) adalah partisipasi melaui suara, sedangkan syura adalah
partisipasi melalui pendapat.
8. Kata كbermakna “sebagai”
Kata ka umumnya memiliki arti “seperti”. Namun kata tersebut
seringkali lebih tepat diterjemahkan dengan “sebagai”. Persoalan yang
nampaknya kecil tersebut acap kali tidak dicermati dengan baik oleh
penerjemah. Padahal, kata ”seperti” dan “sebagai” memiliki kesan
makna yang sangat berbeda di dalam bahasa indonesia. Akibatnya,
persoalan kecil itu mempengaruhi pesan utuh dari terjemahan bagian
teks tersebut. Contoh :
ان اندنيسيا كشعب من شعوب العالم الثالث يعيش أغلب سكانتهفى حالة فقر
9
“Apabila umat islam membaca tulisan tersebut, niscaya kesadaran
mereka akan pentingnya perlawanan terhadap pemikiran orientalis
semakin menigkat”.
11. بيد أن
Kata baydaanna sering salah dibaca dengan biyadianna,
sehingga salah diterjemahkan. Arti dari kata tersebut kurang lebihnya
adalah “namun”. Contoh :
وذلك سؤال مهم بيد أن السؤال األول الذي يخطر ببالى هو مايلي
10
kalimatsangatlah berbeda. Bahasa arab termasuk dalam bahasa berfleksi
sedangkan bahasa indonesia tidak.
Dalam bahasa ada sebuah hal yang dinamakan dengan “penanda”.
Penanda adalah5 afiks yang berfungsi untuk menyatakan ciri gramatikal atau
fungsi kata. Padanan penanda yang tepat di dalam bahasa Arab adalah al-
‘alamat. Ada banyak ragam penanda dalam bahasa Arab, seperti ada
penanda gender (mu’annats dan mudzakkar), penanda mufrod, penanda
jamak, dan sebagainya. Kata merupakan satuan bahasa yang mempunyai arti
atau satu pengertian.
Dalam bahasa Indonesia kata6 adalah satuan bahasa terkecil yang
mengisi salah satu fungsi sintaksis (subjek, predikat, objek, atau keterangan)
dalam suatu kalimat. Dalam bahasa Arab kata adalah susunan huruf yang
biasanya terdiri atas tiga huruf dan mempunyai suatu pengertian. Dalam
penggunaan kosakata, tatanan jumlah dan tataran persona bahasa arab dan
bahasa indonesia terdapat persamaan dan perbadingan seperti7
1. Kosakata
Pada tataran kala, dalam BI diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
kala lampau,kala sedang, dan kala akan datang. Keterangan waktu
tersebut digunakan untuk menunjukkan kapan pekerjaan itu
berlangsung. Kala dalam BA meliputi, (1) lampau (fiil madhi),
(2)sedang ( fi’il mudhori’), dan (3) akan datang (fi’il amr). Dalam BA
keterangan waktu langsung ditunjukkan oleh kosakata verbanya,
seperti seperti [fa’ala] ‘telah bekerja’, [yaf’ulu] ‘sedang bekerja’,
[żahaba] ‘telah pergi’, [yażhabu] ‘sedang pergi’.
2. Tatanan jumlah
Pada tataran jumlah, dalam BI dibagi menjadi dua, yaitu jumlah
tunggal dan jamak. Jumlah tunggal langsung ditunjukkan oleh kata
5
Penanda jamakjurnal al mahira pendidikan bahasa arab vol. 3 no. 2 desember : 2017
6
Analisis kontrastif bahasa indonesia dan bahasa arab Berdasarkan kala, jumlah, dan
personajurnal sastra indonesia vo. 2 no. 1 : 2013
7
Analisis kontrastif bahasa indonesia dan bahasa arab Berdasarkan kala, jumlah, dan
personajurnal sastra indonesia vo. 2 no. 1 : 2013
11
bendanya, misalnya meja ‘satu meja’, sedangkan jamak diulang atau
diberi keterangan, seperti teman-teman ‘banyak teman’. Jumlah dalam
BA dibagi menjadi tiga, yaitu singularis, dualis, danpluralis. Jumlah
dalam BA terdapat jumlah singularis, dualis, dan pluralis. Jumlah
singularis menggunakan kosakata tunggalnya (mufrad), seperti [as-
ṣâdiku] ‘teman’. Jumlah dualis menggunakan kosakata tunggal
(mufrad)ditambah dengan alif dan nun atau nun dan ya, seperti
[kitâbâni] atau [kitâbaini] ‘dua buku’. Jumlah pluralis menggunakan
kosakata jamaknya dan diberi kata keterangan, seperti [al-aṭfâlu]
‘anak-anak’.
3. Tataran persona
Pada tataran persona, dalam BI diklasifikasikan atas tiga, yaitu
orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga. Seperti, persona
pertama dalam BI menggunakan saya/aku dan kami/kita, persona
kedua dalam BI menggunakan kamu dan kalian, dan persona ketiga
dalam BI menggunakan dia dan mereka. Seperti halnya BI, persona
dalam BA terdiri atas tiga macam, yaitu (1) orang pertama, (2) orang
kedua, dan (3) orang ketiga. Seperti, persona pertama dalam BA
menggunakan kosakata [anâ] / [tu] ‘saya/aku’ dan [naḥnu] ‘kami/kita’,
persona kedua dalam BI menggunakan kosakata [anta] ‘kamu’ dan
[antum] ‘kalian’, dan persona ketiga dalam BI menggunakan
[huwa/hiya] ‘dia’ dan [hum] ‘mereka’.
4. Kata Sifat
Kata sifat dalam bahasa Arab tidak mengenal istilah frase adjektiva
predikatif, suborfinatif dan juga atributif. Begitu juga sebaliknya
bahwa didalam bahasa Indonesia tidak mengenal na’at haqiqi, na’at
mufrad, na’at sibeh jumlah dan juga pembuangan na’at
5. Adjektifa Dasar
a. Persamaan bahasa Arab dan bahasa Indonesia sama-sama tunggal
dalam kalimat sifatnya jika yang disifati juga tunggal. Seperti
12
kalimat "" ظفُانمdengan kalimat “pegawai”. Begitu juga pada
kalimat "" دٍمجرdengan kalimat “rajin”.
b. Perbedaan pola kalimat bahasa Arab ketika tasniyah dan jama’
maka kata sifatnya juga tasniyah ataupun jama’. Contoh : انصانحان
)انسيدان جاءdua Zaid sholeh telah datang). Sedangkan di dalam
bahasa Indonesia walaupun yang disifatinya banyak, kata sifatnya
tetap tunggal, karena bahasa Indonesia tidak mengenal sistem
tasniyah ataupun jama’. Bahasa arab juga sangat memperhatikan
kesamaan antara na’at dengan man’ut dari segi mudzakar,
muannast, nakirah, makrifat dan perubahan di akhir kalimatnya.
6. Adjektifa Turunan
a. Persamaan sifat ini sama-sama ditemukan dijumlah ismiyah di
dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Fungsi kata ini adalah
sebagai penisbatan. telah itu Arabi wanita yang fatimah ( ذٌثد فاطمح
ّ مرأج عرتيح: Contoh pergi ke Makah ). Kedua kalimat
ان مكح
“Arabi” dan "" عرتيحini adalah kalimat yang sama-sama
menisbatkan pada Arab.
b. Perbedaan pengucapan kata penisbatan di dalam bahasa Arab
sangat memperhatikan dari segi mudzakar dan muannatsnya.
7. Derajat Perbandingan انمماروح
a. Sama-sama membandingkan antara dua hal yang hampir sama.
Contoh : ) ) ) عهي مه أكثر محمد رأيدaku melihat Muhammad yang
lebih besar daripada Ali ).
b. Perbedaannya, di dalam bahasa Arab kata tafdhil (pembanding)
kadang menunjukan kepada derajat yang tidak sama antara dua
perkara. Contoh : Aku tidak serendah apa yang engkau kira.
Sedangkan di dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan model
semacam ini. Tetapi bahasa Indonesia memiliki tiga perbandingan
yaitu komperlatif, ekuatif, dan superlatif. Contoh : Tuti secantik
ibunya Restoran ini kurang bersih daripada restoran itu
13
Paling lama dua jam yang saya perlukan untuk menyelesaikan
persoalan ini
8. Urutan Adjektiva انىعد ذرذية
a. Persamaan antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia sama-sama
meletakan sifat setelah kata yang disifati. Contoh : نعمي انىظيف
) انكثير انثيدrumah besar dan bersih itu milik pamanku )
b. Perbedaan, dalam bahasa Arab kata sifat pasti jatuh setelah
maushuf (kata yang disifati). Tetapi di dalam bahasa Indonesia
harus mendahulukan kata sifatnya jika kata sifatnya menunjukan
suatu pengistilahan. Contoh panjang tangan, ringan tangan, merah
delima, dan hijau daun.
14
BAB III
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
Analisis Kontrastif Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab Berdasarkan Kala. Jumlah
dan Persona Jurnal Sastra Indonesia Vol. 2 no. 1 : 2013.
Makinuddin Moh. Mengenal Uslub dalam Struktur Kalimat dan Makna. (Gresik:
INKAFA Gresik. 2018).
16