Anda di halaman 1dari 11

Makalah Biografi dan Kisah Kepemimpinan

Umar bin Khattab Ra


By
Tongkrongan Islami
Share

Advertisement
Makalah Biografi dan Kisah Kepemimpinan Umar bin Khattab Ra – Latar Belakang
Sejarah mencatat, bahwa Nabi Muhammad SAW. bersama umat Islam selama 23 tahun telah
berhasil meletakkan dasar-dasar Islam yang sangat kokoh dan lebih dari itu membangun fondasi
peradaban Islam yang berpusat di Madinah Al-Munawwarah. Setelah Rasulullah wafat (12
Rabiul Awwal tahun 11 H/ 632 M), pada perkembangan berikutnya umat Islam mengalami fase
baru dengan terbentuknya sistem kekhalifahan Islam yang utama (Khulafa ar-Rasyidin) di bawah
kepemimpinan Abu Bakar As-Shiddiq, Khalifah Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali
bin Abi Thalib.Baca Juga:

Biografi Kepemimpinan Ali bin Bai Thalib


Biografi Kepemimpinan Usman bin Affan
Biografi Ibnu Sina dan Pemikirannya

Nabi Muhammad SAW. tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan
beliau sebagai pemimpin umat Islam setelah beliau wafat. Beliau menyerahkan persoalan
tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk menentukannya. Karena itulah tidak lama setelah
beliau wafat, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul untuk memusyawarahkan siapa
yang akan dipilih menjadi pemimpin.
Adapun yang menjadi kesepakatan dari hasil musyawarah tersebut adalah memilih Abu Bakar
menggantikan tugas Nabi sebagai kepala negara dan pemimpin masyarakat yang digelari
dengan Khalifah. Namun masa pemerintahan Abu bakar tidaklah lama, setelah beliau wafat umat
Islam mempercayakan kepemimpiman umat Islam ketangan Khalifah Umar bin Khattab

Dalam pentas sejarah umat manusia, nama Umar tidak dapat dipisahkan dengan kejayaan Islam.
Berbagai prestasi yang gemilang yang telah dicapai yang belum pernah diperoleh pada masa
sebelumnya. Sangatlah layak jika kemudian nama Umar punya tempat tersendiri dalam sejarah
perkembangan Islam disejajarkan dengan pemimpin-pemimpin terkenal yang ada dikalangan
suku Quraiys.
Salah satu sistem yang dikembangkan oleh Umar bin Khattab pada masa pemerintahannya
adalah ekspansi yang dilakukan secara besar-besaran dan pembaruan dalam sistem administrasi
negara. Sehingga menjadi kekuatan politik bagi pemerintahan Islam pada waktu itu.
Sejarah mencatat nama Umar bin Khattab sebagai pembangun peradaban Islam. Khalifah kedua
setelah Abu Bakar Ash-shiddiq ini adalah pendobrak dua kekuatan adidaya, Persia dan Romawi,
yang telah berabad-abad mencekeram dunia. Kecerdasan dan kehebatan Umar tidak saja dapat
dilihat dari jasa-jasanya, tapi juga dari kepribadiannya yang agung. Kondisi fisik dan
kemampuannya sangat menonjol menjadikan khalifah Umar mampu memikul tanggung jawab
besar. Ia benar-benar telah melakukan pembaruan diberbagai bidang kehidupan .
Umar telah terbukti memiliki kualitas kepribadian yang agung yang mampu membawa umat
islam kepada kejayaan. Kehebatan Umar telah mendapat pengakuan dari berbagai kalangan, baik
yang beragama Islam maupun yang tidak.
Apa yang dilakukan Umar bin Kaattab merupakan langkah cemerlang, sehingga diangap
pemerintahan paling berhasil dari empat masa Khulafaurrrasyidin, yang berhasil membawa umat
Islam mencapai kejayaan di bidang politik dan kesejahteraan dibidang sosial ekonomi yang
belum sempat dicapai pada masa pemerintahan Khalifah sebelum dan sesudahnya.
Dari uraian pada latar belakang di atas, maka pembahasan dalam makalah ini akan di fokuskan
pada pokok-pokok pembahasan, yaitu:
1.Biografi Umar bin Khattab ra.
2.Kekhalifaan Umar bin Khattab
3.Strategi dan Sistem pemerintahan dalam perkembangan Islam sebagai suatu kekuatan politik
Biografi Umar bin Khattab ra.
Umar lahir dari keturunan yang mulia, Ia berasal dari suku Quraisy. Nasabnya bertemu dengan
Rasulullah pada leluhur mereka yang kesembilan. Pohon keturuan Umar dapat ditelusuri sebagai
berikut: Umar adalah putra Khattab, putra Nufail, putra Abd al-‘Uzza, putra Riya, putra
Abdullah, putra Qarth, putra Razah, putra ‘Adiy, putra Ka’ab, putra Lu’ay, putra Ghalib al-
‘Adawi al-Quraisyi. Nasab Umar bertemu dengan nasab Nabi Muhammad SAW pada Ka’ab.
Sementara itu, ibunda Umar adalah Hantamah putri Hasyim, putra al-Mughirah al-
Makhzumiyah.[1]
Ath-Thabari meriwayatkan bahwa Umar dilahirkan di Makkah kira-kira empat tahun sebelum
perang Fijar dan dia telah tumbuh dengan sehat. Sedangkan Ibnu al-Atsir dalam Usul al-Ghabah
meriwayatkan bahwa Umar dilahirkan tiga belas tahun sesudah kelahiran Rasulullah SAW.
Umar adalah figur kefasihan dalam berbicara dan dalam balaghah, juga merupakan figur
ketegasan dalam menyatakan dan membela hak. Semasa kecil dia suka menggembala kambing
milik ayahnya, kemudian aktif berdagang ke Syam. Dia adalah seorang yang berasal dari
keluarga dimana kemuliaan pada zaman jahiliah bermuara kepada mereka, disamping sebagai
duta besar bagi puaknya pada masa itu.[2]
Umar bin Khattab memeluk agama Islam pada tahun kelima dari kenabian.[3] sebelum menjadi
muslim, beliau termasuk pemimpin Quraiys yang sangat gigih menentang Islam. Oleh karena itu
dengan masuknya beliau kedalam agama Islam sangat berpengaruh terhadap kaum Quraiys.
Apalagi Umar adalah salah seorang yang disegani di kalangan kaum Quraiys.
Setelah Islam, Umar menjadi salah seorag sahabat Nabi Muhammad SAW. yang terdekat. ia
digelari oleh Nabi Muammad SAW. dengan al-Faruq, artinya pembeda/pemisah. Maksudnya
,Allah telah memisahkan dalam dirinya antara yang hak dan yan bathil. Hanya Umar yang
begitu berani mengemukakan pikiran-pikiran dan pendapatnya di hadapan NAbi SAW.[4]Baca
juga: Contoh Format Susunan Makalah yang Baik dan Benar
Namun, sebagian kalangan mengartikan al-Faruq sebagai penjaga Rasulullah dan pencerai berai
barisan kaum kafir, musuh yang senantiasa membangkan dan melawan dakwah Rasul. Pada
masa-masa awal memeluk Islam, Umar bertanya Kepada Rasul, “wahai Rasulullah, bukankah
hidup dan mati kita dalam kebenaran?” Rasul Menjawab, “Ya, demi Allah, hidup dan mati kita
dalam kebenaran.” Kemudian kembali Umar berkata,”jika demikian mengapa kita sembunyi-
sembunyi dalam mendakwakan ajaran agama kita? Demi zat yang mengutusmu atas nama
kebenaran, sudah saatnya kita keluar.[5]
Umar juga dicatat sebagai orang yan pertama kali digelari Amir al-Mu’minin-pemimpin orang
beriman. Seorang utusan dari Irak datang menghadap kepada Umar untuk memberitakan
keadaan wilayah pemerintahan Irak. Saat tiba di Madinah, utusan itu masuk ke masjid dan
bertemu dengan Amr bin Ash. Ia bertanya tentang Khalifah Umar, “wahai Amr , maukah kau
mengantarku menghadpa Amirul Mukminin?” Amr balik bertanya, “mengapa engkau
memanggil Khalifah dengan Amirul Mukminin?” utusan itu menjawab , “ya, karena Umar
adalah pemimpin (amir), sementara kita adalah orang-orang beriman (mu’minin).” Amr menilai
panggilan itu sangat baik. “Demi Allah, tepat sekali engkau mnyebutkannya.” Sejak itu, gelar
Amirul Mukminin lekat pada Umar dan para khalifah sesudahnya[6].
Diantara kelebihan Umar bin Khattab ialah beliau memiliki sifat yang tegas yang ia warisi dari
bapaknya, selain itu beliau adalah seorang pemimpin yang shaleh, adil, jujur dan sederhana
serta selalu mendahulukan kepentingan dan kemaslahatan orang banyak. Karakter-karakter
tersebut menjadi modal utama beliau dalam mensukseskan politik pemerintahannya .
Kekhalifaan Umar bin Khattab (13-23 H / 634-644 M)
Sebelum Abu Bakar meninggal, ditunjuklah Umar bin Khattab sebagai penggantinya.
Menurutnya hanya Umar bin Khattablah yang mampu untuk meneruskan tugas kepemimpinan
umat Islam yang waktu itu berada pada saat-saat yang paling menentukan dalam sejarahnya yang
akan mempengaruhi keberadaan Islam dan umatnya yang masih muda usianya, khususnya
dengan banyaknya penaklukan-penaklukan umat Islam.[7]
Sebelum Abu Bakar memutuskan untuk menetapkan Umar bin Khattab sebagai penggantinya,
terlebih dahulu beliau berkonsultasi dengan tokoh-tokoh masyarakat yang datang
menjenguknya, antara lain : Abd al-Rahman bin Auf, Usman bin Affan, Usaid bin Hudlair al-
Anshary, Said bin Zaid dan lain-lain dari kaum Muhajirin dan Anshar. Ternyata mereka tidak
keberatan atas maksud Khalifah untuk mencalonkan Umar bin Khattab sebagai
penggantinya.[8]
Melihat kondisi umat Islam waktu itu, penunjukan Abu Bakar terhadap Umar sebagai
penggantinya merupakan pilihan yang sangat tepat. Umar adalah seorang yang berkharisma
tinggi, dan mempunyai sifat yang adil amat disegani terutama terhadap orang yang
mengenalnya. Salah satu bukti atas besarnya kharisma dan keadilan Umar dihadapan
pengikutnya adalah kebijaksanaannya ketika memecat Khalid bin Walid yang digelari
Rasulullah saw dengan gelar pedang Allah yang amat dikagumi kawan maupun lawan.
Pemecatan itu sendiri dilakukan sewaktu umat Islam sangat membutuhkan seorang panglima
perang sehebat Khalid bin Walid. Tunduknya Khalid kepada kebijakan Umar itu menunjukkan
betapa hebatnya kharisma Umar bin Khattab di mata kaum muslimin.[9]
Umar yang namanya dalam tradisi Islam adalah yang terbesar pada masa awal Islam setelah
Muhammad SAW. telah menjadi idola para penulis Islam karena keshalehan, keadilan dan
kesederhanaannya. Mereka juga mengannggapnya sebagai personifikasi semua nilai yang harus
dimiliki oleh seorang khalifah. Wataknya yang yang terpuji menjadi teladan bagi para
penerusnya.[10]
Para ilmuwan Barat pun mengakui ketokohan Umar bin Khattab dalam panggung sejarah Islam.
Michael H. Hart menempatkannya pada urutan ke-51 dari seratus tokoh yang dianggap sangat
berpengaruh di dunia.[11]
Meskipun pengangkatan Umar bin Khattab sebagai khalifah merupakan fenomena yang baru
yang menyerupai penobatan putra mahkota, tetapi harus dicatat bahwa proses peralihan
kepemimpinan tersebut tetap dalam bentuk musyawarah yang tidak memakai sistem otoriter.
Sebab Abu Bakar tetap meminta pendapat dan persetujuan dari kalangan sahabat Muhajirin dan
Anshar.
Perkembangan Islam Sebagai Kekuatan Politik Masa Umar bin Khattab
Setelah Abu Bakar menyelesaikan tugas kekhalifaannya dan menyusul kepergian Rasulullah
SAW. Kehadirat Allah SWT. Umar meneruskan langkah-langkahnya untuk membangun
kedaulatan Islam sampai berdiri tegak. Kemmpuannya dalam melaksanakan pembangunan
ditandai dengan keberhasilannya diberbagai bidang.
Pemerintahan dibawah kepemimpinan Umar dilandasi prinsip-prinsip musyawarah. Untuk
melaksanakan prinsip musyawarah itu dalam pemerintahannya, Umar senantiasa mengumpulkan
para sahabat yang terpandang dan utama dalam memutuskan sesuatu bagi kepentingan
masyarakat. Karena pemikiran dan pendapat mereka sangat menentukan bagi perkembangan
kehidupan kenegaraan dan pemerintahan. Umar menempatkan mereka dalam kedudukan yang
lebih tinggi dari semua pejabat negara lainnya. Hal ini tidak lain karena dilandasi rasa tanggung
jawab kepada Allah SWT.[12]
Di zaman Umar gelombang ekspansi secara besar-besaran pertama terjadi, ibukota Syiria,
Damaskus ditaklukkan dan setahun kemudian (636 M), setelah tentara Bizantium kalah di
pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syiriah jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai
Syiria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan Amr bin Ash dan ke Irak
di bawah pimpinan Sa’ad bin Abi Waqash. Iskandaria ditaklukkan pada tahun 641 M. Dengan
demikian, Mesir jatuh di bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah ibukota dekat Hirah di
Irak, ditaklukkan pada tahun 637 M, dari sana serangan dilanjutkan ke ibukota Persia, al-Madain
ditaklukkan pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Musol dapat dikuasai. Pada masa
kepemimpinan Umar bin Khattab ra, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi jazirah Arabiah,
Palestina, Syiriah, sebagian besar wilayah Persia dan Mesir.[13]
Umar mengajak dunia memeluk Islam dengan ajakan yang baik dan penuh hikmah. Setelah
pasukan muslim menaklukkan Persia, Umar berwasiat kepada Sa’ad ibn Abi Waqash,
”kuperintahkan engkau untuk mengajak mereka memeluk Islam; ajakla mereka dengan cara
yang baik, sebelum memulai pertempuran. Umar juga berwasiat kepada para pemimpin pasukan
agar tidak memaksa penduduk setempat untuk mengganti agama mereka dengan Islam. Umar
justru berwasiat agar umat Islam dapat memuliakan mereka dan tidak mengganggu praktik-
praktik ibadah mereka.[14]
Seiring dengan berkembang dan meluasnya wilayah kekuasaan Islam pada masa Khalifah Umar
bin Khattab mengharuskan ia mengatur adminstrasi pemerintahannya dengan cermat. Dalam
sejarah umat Islam, Umar bin Khattab dipandang sebagai Khalifah yang cukup berhasil
mengembangkan dan mewujudkan tata pemerintahan dan sistem adminstrasi kenegaraan yang
baik. Baik dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, politik, hukum maupun ekonomi.
Adapun sistem yang beliau terapkan dalam keihidupan sosial kemasyarakatan ialah
menerapakan perlunya menghargai hak-hak individu dalam kehidupan masyarakat. Hal itu
tampak pada masyarakat yang ditaklukkannya. Beliau memberikan kelonggaran dalam
menjalankan ibadah menurut ajaran agamanya masing-masing.
Dalam bidang pemerintahan, kemasyarakatan dan kenegaraan, Umar menyelesaikan tiap
permasalahan yang dihadapi tidak cukup dengan pengamatan fisik semata-mata. Semua
diselesaikan dengan peelitian yang cermat, teliti dan seksama. Kebijakan ini diberlakukan ke
seluruh wilayah yang menjadi tanggung jawab kekhalifaannya. [15]
Lebih jauh lagi, Umar berhasil menghapuskan sistem feodal Roma yang diterapkan di Suria, dan
kemudian membagi-bagikan tanah di situ kepada penggarap yang asli, yang memang penduduk
Suriah[16]
Wilayah kekuasaan yang sangat luas itu mendorong Umar untuk segera mengatur administrasi
negara. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi, yaitu: Mekah,
Madinah, Syiriah, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina dan Mesir, dan yang menjadi pusat
pemerintahannya adalah Madinah. Sehingga dapat dikatakan bahwa Umar bin Khatab telah
menciptakan sistem desentralisasi dalam pemerintahan Islam.[17]
Sejak pemerintahan Umar, telah dilengkapi adminstrasi pemerintahan dengan beberapa jawatan
yang diperlukan sesuai dengan perkembangan negara pada waktu itu. Jawatan-jawatan penting
itu antara lain adalah; Dewan al-Kharaj (jawatan pajak) yang mengelolah adminstrasi pajak
tanah di daerah-daerah yang telah ditaklukkan. Dewan al-Hadts (jawatan kepolisian) yang
berfungsi untuk memelihara ketertiban dan menindak pelanggar-pelanggar hukum yang nantinya
akan diadili oleh qadhi. Beliau juga telah merintis jawatan pekerjaan umum (Nazarat al-Nafiah),
Jawatan ini bertangung jawab atas pembangunan dan pemeliharaan gedung-gedung pemerintah,
saluran-saluran irigasi, jalan-jalan, rumah-rumah sakit dan sebagainya.[18]
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar juga telah didirikan pengadilan, untuk memisahkan
antara kekuasaan eksekutif dan yudikatif yang pada pemerintahan Abu Bakar, khalifah dan para
pejabat adminstratif merangkap jabatan sebagai qadhi atau hakim. Awalnya konsep rangkap
jabatan trersebut juga diadopsi pemerintahan Umar. Tetapi, seiring dengan perkembangan
keukasaan kaum muslimin, dibutuhkan mekanisme administraif yang mendukung
terselenggaranya sistem pemerintahan yang baik[19].
Setidaknya ada 3 faktor penting yang ikut andil mempengaruhi kebijakan-kebijakan umar dalam
bidang hukum yaitu militer, ekonomi dan demografis (multi suku)
1. faktor militer
Penaklukan besar-besaran pada masa pemerintahan Umar adalah fakta yang tak dapat difungkiri.
Beliau menaklukan Irak, Syiria, Mesir, Armenia dan daerah-daerah yang ada di bawah
kekuasaan Romawi dan Persia.[20] Untuk mewujudkan dan menyiapkan pasukan profesional,
Umar menciptakan suatu sistem militer yang tidak pernah dikenal sebelumnya yaitu seluruh
personil militer harus terdaptar dalam buku catatan negara dan mendapat tunjangan sesuai
dengan pangkatnya. Pembentukan militer secara resmi menuntut untuk melakukan mekanimisme
baru yang sesuai dengan aturan-aturan militer.
2. faktor ekonomi
Dengan semakin luasnya daerah kekuasaan Islam, tentu membawa dampak pada pendapatan
negara. Sumber-sumber ekonomi mengalir ke dalam kas negara, mulai dari kharaj (pajak tanah),
jizyah (pajak perlindungan), ghanimah (harta rampasan perang), Fai’ (harta peninggalan
jahiliyah), tak ketinggalan pula zakat dan harta warisan yang tak terbagi[21]. Penerimaan negara
yang semakin bertumpuk, mendorong Umar untuk merevisi kebijakan khalifah sebelumnya (Abu
Bakar). Umar menetapkan tunjangan yang berbeda dan bertingkat kepada para rakyat sesuai
dengan kedudukan sosial dan kontribusinya terhadap Islam. Padahal sebelumnya, tunjangan
diberikan dalam porsi yang sama.
3. faktor demografis
Faktor ini juga sangat berpengaruh pada kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Umar. Jumlah
warga Islam non-Arab semakin besar setelah terjadi penaklukan sehingga kelompok sosial dalam
komunitas Islam semakin beragam dan kompleks sehingga terjadi asimilasi antara kelompok.
Terlebih lagi setelah kota Kufah dijadikan sebagai kota pertemuan antarsuku baik dari utara
maupun selatan. Perbauran inilah yang membawa pada perkenalan institusi baru.
Dari uraian faktor-faktor yang ikut andil mempengaruhi kebijakan-kebijakan Umar di atas, dapat
dipahami dan disimpulkan bahwa metodologi Umar dalam menetapkan hukum dipengaruhi oleh
dua sikap yaitu beradaptasi dengan kemajuan zaman dengan kreatif dan berorientasi pada sejarah
secara kontekstual
Beberapa Kasus Penetapan Hukum Umar
1. Kasus Mauallaf
Dalam surah Taubah ayat 60, Allah telah menjelaskan bahwa ada delapan kelompok yang
berhak menerima zakat. Diantaranya adalah muallaf yaitu orang yang masih lemah imannya,
agar mereka tetap memeluk Islam dan orang yang dibujuk hatinya agar bergabung dengan Islam
atau menahan diri untuk tidak mengganggu umat Islam. Namun pada masa pemerintahan Umar,
orang-orang kafir tidak lagi mendapatkan zakat sebagaimana yang telah dilakukan oleh
Rasulullah dan Abu Bakar dengan alasan bahwa kondisi umat Islam pada masanya telah kuat
dan stabilitas pemerintahan sudah mantap.
Menurut Umar, muallaf dari kelompok kafir hanya berhak menerima zakat di kala Islam masih
lemah, akan tetapi jika alasan itu sudah tidak ada (Islam sudah kuat) maka mereka tidak berhak
lagi. Keputusan Umar ini berdasarkan penalaran ijtihad tahqiq al-manath (memperjelas dan
merealisasikan alasan hukum syariat) yang tidak bersentuhan langsung dengan teks.[22]
Keputusan ijtihad Umar tidaklah bertentangan dengan nash al-Qu’ran dan tidak menggugurkan
hukum muallaf dari kelompok penerima zakat, melainkan hanya merupakan penerapan hukum
untuk suatu kondisi dan pada saat tertentu karena ada maslahah yang perlu dicapai. Sedangkan
muallaf dari golongan Islam tetap mendapatkan zakat.[23]
2. Kasus potong tangan bagi pencuri
Dalam hukum Islam, pencurian yang dilakukan oleh seseorang akan dihukum dengan hukuman
potong tangan.[24] Namun terkadang sebagian umat Islam tidak memahami model-model
pencurian yang mendapat hukuman potong tangan, bahkan terkadang arogan untuk menvonis
semua pencuri dihukum dengan hukuman potong tangan, sehingga menimbulkan imej bahwa
hukum Islam itu tidak manusiawi. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa Umar pernah tidak
memberlakukan hukum potong tangan terhadap pencurian di kala umat Islam terbelit krisis
ekonomi. Umar tidak menentang hukum potong tangan akan tetapi memperketat kriteria seorang
pencuri dijatuhi hukuman yang sangat berat ini.
Oleh karena itu, kasus pencurian perlu difahami dan diteliti secara menyeluruh, bukan saja
menyangkut objek, materi curian akan tetapi juga memahami penyebab terjadinya kejahatan itu
sendiri dan sudah barang tentu pelakunya. Pada akhirnya hukuman potong tangan tidak semudah
yang dipahami oleh sebagian umat Islam saat ini, sehingga tidaklah layak mengatakan bahwa
Islam tidak mengenal HAM. Dan sangat perlu diingat bahwa menjaga keamanan masyarakat itu
lebih penting, meskipun dengan cara mengorbankan seseorang yang sudah menjadi sampah
masyarakat.
3. Kasus ghanimah
Sejarah Islam telah menjelaskan kepada umat Islam bahwa harta yang dihasilkan dari kontak
senjata dengan non-Islam, seperlimanya dialokasikan sesuai ketentuan yang telah ditetapkan
dalam al-Qur’an.[25] Sedang empat perlima dibagikan kepada pasukan yang ikut dalam
peperangan. Namun Umar yang menjadi khalifah kedua tidak memberlakukan hukum di atas
dengan berbagai pertimbangan.
Pertimbangan Umar dapat disimpulkan dari sidang musyawarah yang diadakan oleh beliau
dengan para sahabat-sahabatnya sebagai berikut:
Penaklukkan tidak selamanya terjadi terus menerus dan penghasilan negara Islam tentunya akan
berkurang.
Menjaga ekonomi dan keuangan negara
Kecenderungan umat Islam untuk berperang bukan lagi atas dasar kejayaan Islam akan tetapi
karena harta rampasan.
Belanja negara yang semakin besar dan membengkak seperti biaya operasional penjaga
perbatasan dan perlengkapan militer serta santunan janda-janda dan anak-anak.[26]
Pemaparan dan penjelasan berikut contoh-contoh keputusan Umar yang tertera di atas dapat
dijadikan sebagai pertimbangan dalam memahami teks-teks al-Qur’an dan Sunnah sekaligus
dijadikan sebagai metode dalam mencetuskan hukum. Beberapa point penting yang terkait
dengan alasan perubahan hukum yang dilakukan oleh Umar sebagai berikut :
Memperhatikan dan mengkaji alasan hukum (illat al-ahkam)
Hikmah dan kemashlahatan manusia di dunia dan akhirat
Perkembangan masyarakat yang terus berkembang dan berubah
Kondisi kehidupan masyarakat
Selain membentuk lembaga peradilan negara dalam upaya penegakan hukum, Umar juga
membentuk lembaga-lembaga negara lain, guna menunjang tugas-tugas pemerintahan. lembaga-
lembaga yang dibentuk itu antara lain Lembaga Pendaftaran dan pencatatan penduduk yang
bertugas melakukan sensus penduduk. Sebuah lembaga yang pernah ada sebelumnya. Disamping
itu Umar juga membentuk Dinas (kantor) pos, Kas Negara (baitul mall), percetakan negara yang
bertugas untuk mencetak uang resmi pemerintah, lembaga-lembaga pemasyarakatan, dan
markas-markas tentara. Lembaga-lembaga tersebut tersebar disetiap wilayah dan ditangani oleh
orang-orang atau penduduk setempat.[27]
Dalam pemerintahan Umar seluruh pejabat dan pegawai pemerintahan harus mampu
melaksnakan tugas dengan baik, karena Umar juga menggunakan petugas intelejen untuk
mengawasi mereka, serta selalu mencari keterangan tentang kemungkinan penyalahgunaan
wewenang atau tindakan yang tidak adil terhadap penduduk.[28]
Umar adalah seorang khalifah yang bersikap keras dan tegas kepada kepada para gubernurnya
(pembantunya). Dia begitu khawatir mereka akan bertindak dengan tindakan yang akan
membuat rakyat takut kepada mereka, mau menghinakan diri dan dengan demikian berarti
mereka telah dididik menjadi pengecut dan berkarakter tidak baik. Untuk itu ia selalu membuka
diri untuk menerima berbagai keluhan dari para pembantunya, lalu hal tersebut disampaikan
kepada masyarakat luas dalam khutbanya.[29]
Dan hal yang paling penting juga bahwa pada masa pemerintahan Umar bin Khattab penetapan
kalender Hijriah dimulai sebagai kalender Islam, dengan peristiwa hijrah sebagai titik awal
penghitungan sistem kalender dalam Islam.
Khalifah Umar bin Khattab memerintah selama 10 tahun (13-23 H/634-644 M), beliau dibunuh
oleh seorang budak dari Persia bernama Abu Lu’luah.[30] Tidak diketahui latar belakang dan
tujuan utama pembunuhan itu. Tetapi para ahli sejarah mengatakan, bahwa terdapat permusuhan
yang meningkat antara bangsa Persia dengan Khalifah Umar bin Khattab. Permusuhan itu antara
lain disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Dimasa Umar negara Persia dibuka oleh Islam dan bangsa Arab masuk ke daerah itu.
Kemungkinan hal itu dianggap bangsa Persia sebagai penjajahan, sedangkan Persia adalah satu
negara besar yang tidak pernah dijajah atau ditundukkan oleh siapapun.
2. Banyak pembesar Persia seperti raja, menteri-menteri dan lain-lainnya yang kehilangan
jabatan. Hal ini menimbulkan rasa kesal dan tidak puas, apalagi sebelumnya kekuasaan mereka
sangat luas dan memiliki banyak hamba sahaya dan pengikut.[31]
Demikianlah gambaran singkat tentang Umar bin Khattab, seorang pemimpin yang agung
dengan segudang prestasi yang gemilang telah dicapai dalam pemerintahannya, eksapansi-
eksapansi yang dilakukan dan penataan administrasi pemerintah yang tepat dan cermat sehingga
dalam jangka waktu kurang lebih 10 tahun kepemimpinannya telah mampu membawa umat
Islam kesituasi yang gemilang yang belum pernah dicapai sebelumnya.
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dan pemaparan yang telah diuraikan di atas, dapat dibuat kesimpulan
sebagai berikut:
1.Umar sebagai khalifah kedua setelah abu bakar, dilahirkan dari keluarga mulia suku quraisy,
tiga belas tahun sesudah kelahiran Rasulullah SAW.. dan memeluk agama Islam pada tahun
kelima dari kenabian dan menjadi slah satu sahabat nabi yang terdekat, beliau adalah sosok
pemimpin yang berakhlak tinggi, tegas, cerdas dan adil. Rasulullah SAW. memberinya gelar
Al-Faruq yaitu pembeda anatara yang hak dan yang bathil.
2.Pengangkatan Umar sebagai khalifah berbeda pada zaman sebelumya, dimana Umar ditunjuk
oleh Abu bakar untuk menajadi pengantinya sebagai pemimpin Umat Islam setelah beliau wafat,
namun hal itu terlebih dahulu dimusyawarakan dengan sahabat-sahabat yang lain dari kalangan
Muhajirin dan Anshar.
3.Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab banyak sekali prestasi-prestasi gemilang yang
telah dicapai pada masanya. Beliau telah meletakkan dan membangun sistem administrasi
pemerintahan yang kuat, sehingga membawa negara Islam pada pucak keemasan pada masanya.
Catatan Kaki
[1] Musthafa Murad, Umar ibn al-Khattab, terj. Ahmad Ginanjar Sya’ban dan Lulu M.Sunman,
Kisah Hidup Umar Bin Khattab (Cet. I; Jakarta: Zaman, 2009), h.15
[2]Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al Islam as siyasi wa ats tsaqafi wa al Ijtima, terj. H.A.
Bahauddin, Sejarah dan Kebudayaan Islam I, (Cet. I; Jakarta: Kalam Mulia , 2001), h. 402
[3] Ibid., h. 402
[4] Dewan Redaksi Insiklopedi Islam dalam Ensklopedi Isla: Ichtiar Baru Van Hoeve, Jilid V
(jakarta : 1994)
[5] Musthafa Murad, op.cit., h. 15-16
[6] Ibid., h.17
[7]Yunus Ali al-Muhdhar, Kehidupan Nabi Muhammad SAW dan Amirul Mu’minin Ali bin Abi
Thalib, (Semarang: Asy-Syifa, 1992), h. 554
[8] Tim Penyusun Textbook Sejarah dan Kebudayaan Islam Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid I
(Ujungpandang:IAIN Alauddin, 1982), h. 53
[9]Kisah pemecatan Khalid bin Walid lebih jelasnya dapat dilihat pada tulisan Abbad Mahmud
Aqqad dalam kitabnya Abqariayh Umar .
[10]Philip K. Hitti, History of The Arab, terj. R.CecepLukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi,
edisi revisi (Cet.I ; Jakarta: Serambi Limu Semsta, 2008), h. 218-219.
[11]Michael H. Hurt, The 100, A Ranking of The Most Influencial Persons in History, terj.
Mahbub Junaidi dengan judul Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, (Cet. V;
Jakarta: Pustaka Jaya, 1983), h. 264
[12] Abbas Mahmud Aqqad, Abqariyah Umar, terj. Abdulkadir Mahdamy, Menyusuri Jejak
Manusia Pilihan,Umar bin Khattab ,( Cet I; Solo:Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2003), h. 101
[13]Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid. I, (Cet. V; Jakarta: UI Press,
1985), h. 58
[14] Musthafa Murad, op.cit., h. 140.
[15] Abbas Mahmud, op.cit.,h. 123.
[16] Muhammad A. al-Buraey, Administrative Development: an Islamic perspektif, trj.
Achmad Nashir Budiman, Islam : Landasan Alternatif Adminstrasi Pembangunan (Cet. I;
Jakarta:CV. Rajawali, 1986), h. 263
[17] Sulaiman Muhammad al-Thamawy, Umar bin Khattab. (Cet.II; Cairo,t.p.,1996), h.234
[18] Tim Penyusun Textbook Sejarah dan Kebudayaan Islam Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI op.cit., h. 77
[19]Musthafa Murad, op.cit., h. 145.
[20] Amiur Nuruddin, Ijtihad Umar bin al-Khattab, (Jakarta, Rajawali, 1991) h. 127
[21] Amir Syarufuddin, Meretas Kebekuan Ijtihad, (Ciputat, Ciputat Press, 2005) h. 145-156
[22] Amiur Nuruddin, op.cit., h. 138
[23]Atho Mudzhar, Membaca Gelombang Ijtihad, (Yogyakarta, Titian Ilahi Press, 1998) h. 44
[24]Lihat surah al-Maidah ayat 38
[25] Surah al-Anfal ayat 41
[26]Amiur Nuruddin, op.cit., h. 161
[27]Abbas Mamud Aqqad, Abqariyah Umar, op.cit,h. 125
[28] Muhammad A. al-Buraey, op.cit., h. 261
[29] Ibid.,h. 471
[30]Fuad Mohd. Fachruddin, Perkembangan Kebudayaan Islam, (Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang,
1985), h. 22
[31] Ibid., h. 22-23

Daftar Pustaka
Al-Buraey,Muhammad. Administrative Development: an Islamic perspektif, trj. Achmad Nashir
Budiman, Islam : Landasan Alternatif Adminstrasi Pembangunan Cet. I; Jakarta:CV. Rajawali,
1986.
Ali al-Muhdhar, Yunus. Kehidupan Nabi Muhammad saw dan Amirul Mu’minin Ali bin Abi
Thalib, Semarang: Asy-Syifa, 1992
Aqqad, Abbas Mahmud. Abqariyah Umar, terj. Abdulkadir Mahdamy, Menyusuri Jejak
Manusia pilihan, Umar bin Khattab, Cet I; Solo: Tiga Searangkai Pustaka Mandiri ,2003
Departemen Agama RI. Al-Qur‘an dan terjemahnya, Jakarta : CV. Darus Sunnah, 2002
Dewan Redaksi Insiklopedi Islam dalam Ensklopedi Islam: Ichtiar Baru Van Hoeve, Jilid V
jakarta : 1994
Fachruddin, Fuad Mohd. Perkembangan Kebudayaan Islam, Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1985
H. Hurt, Michael. The 100, A Ranking of The Most Influencial Persons in History,
Diterjemahkan oleh Mahbub Junaidi dengan judul Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh
dalam Sejarah, Cet. V; Jakarta: Pustaka Jaya, 1983
Hasan, Hasan Ibrahim. Tarikh al Islam as siyasi wa ats tsaqafi wa al Ijtima, terj. H.A.
Bahauddin, Sejarah dan Kebudayaan Islam I, Cet. I; Jakarta: Kalam Mulia , 2001
K. Hitti, Philip. History of The Arab, terj. R.CecepLukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi,
edisi revisi Cet.I ; Jakarta: Serambi Limu Semsta, 2008
Mudzhar, Atho. Membaca Gelombang Ijtihad, Yogyakarta, Titian Ilahi Press, 1998
Musthafa Murad. Umar ibn al-Khattab, terj. Ahmad Ginanjar Sya’ban dan Lulu M.Sunman,
Kisah Hidup Umar Bin Khattab Cet. I; Jakarta: Zaman, 2009
Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid. I, Cet. V; Jakarta: UI Press, 1985
Nuruddin, Amiur. Ijtihad Umar bin al-Khattab, Jakarta, Rajawali, 1991
Syarufuddin, Amir. Meretas Kebekuan Ijtihad, Ciputat, Ciputat Press, 2005
Al-Thamawy, Sulaiman Muhammad. Umar bin Khattab. Cet.II; Cairo,t.p.,1996.
Tim Penyusun Textbook Sejarah dan Kebudayaan Islam Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid I
Ujungpandang:IAIN Alauddin, 1982.
Makalah Biografi dan Kisah Kepemimpinan Umar bin Khattab Ra disusun oleh Ahmad
Najib.

PERSATUAN SEPAKBOLA SUMUR BANDUNG (PERSIB)


Ds. KEMBARAN WETAN, KALIGONDANG
PURBALINGGA
alamat : Ds. Kembaran Wetan RT 01/III. Facebook : www.facebook.com/groups/sumurbandungfootballclub

No :........./PERSIB /....../VI/12 30 Juni 2012


Lamp : 1 (satu rangkap)
Hal : Pemberitahuan dan permohonan dana
Yth.
Segenap warga RT 01/III
Desa Kembaran Wetan
Di tempat.
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dalam rangka memperingati HUT kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 67,
mempererat tali silaturahmi, rasa persatuan dan kesatuan serta berpartisipasi dalam Liga
Kembaran Wetan Seri X tahun 2012. Sehubungan dengan itu, kepada segenap warga desa
Kembaran Wetan khususnya RT 01/III mohon doa restu dan bantuannya demi berjalannya
dan kelancaran acara ini sehingga dapat mempertahankan gelar juara yang telah
dipertahankan selama empat kali berturut-turut terhitung periode 2008-2011. Sebagai
pertimbangan, kami lampirkan proposal permohonan beserta rincian anggaran yang
dibutuhkan.
Demikian surat pemberitahuan dan permohonan ini. Atas perhatian dan bantuannya
kami sampaikan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Hormat Kami,
Ketua PERSIB

RIFKY

Anda mungkin juga menyukai