Anda di halaman 1dari 6

Ringkasan Utsman bin Affan

A. PROSES TERPILIHNYA KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN


Utsman bin Affan, khalifah ketiga, dipilih oleh pertemuan majelis di Madinah di
Arab barat laut, pada tahun 23 H (643/644).
Pada saat menjelang kematiannya, Umar bin Khattab menunjuk suatu dewan berisi
enam anggota yang diminta untuk memilih salah satu dari mereka sebagai khalifah
berikutnya. Dia berharap musyawarah ini, atau syuara, dapat menghadapi kritik
yang ketat. Kelompok ini terdiri dari Sa`ad bin Abi Waqqas, Abdurrahman bin
Auf, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Ali bin Abi Thalib, dan Utsman
bin Affan. Untuk mengatur kelompok dan memastikan bahwa tidak ada seorang
pun yang dapat menghentikan proses pemilihan, Umar mengatakan bahwa mereka
semua harus sepakat dengan suara bulat pada khalifah berikutnya dan ia
memerintahkan putranya, Abdullah bin Umar untuk membunuh satu orang yang
berpendapat berbeda dari yang lain.
Dari enam anggota, Thalhah bin Ubaidillah gagal ikut sebab ia terlambat mencapai
Madinah sementara keputusan untuk menjadikan Usman Bin Affan sebagai
khalifah sudah disepakati. Zubair menarik pencalonan demi mendukung Ali. Sa'ad
bin Abi Waqas menarik diri dan mendukung Utsman. Dari tiga calon yang tersisa,
Abdurrahman bin Auf-lah yang memutuskan untuk mengundurkan diri, hingga
tersisa Utsman dan Ali. Abdurrahman bin Auf diangkat sebagai arbitrator untuk
memilih antara dua kandidat yang tersisa. Menghubungi dua kandidat secara
terpisah, dia memberi mereka pertanyaan apakah mereka akan mengikuti jejak dari
para khalifah sebelumnya. Ali mengatakan bahwa ia akan mengikuti Quran dan
Sunnah Muhammad. Utsman menjawab pertanyaan secara afirmatif tanpa syarat
apapun. Akhirnya, Abdurrahman bin Auf memberi keputusan yang mendukung
pemilihan Utsman. Redaksi mengenai musyawarah ini bervariasi, tapi tidak ada
calon yang benar-benar terbunuh dalam proses pemilihan.

B. STRATEGI DAKWAH KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN


Salah satunya ialah Standarisasi Al-Qur’an. Pada masa Usman, terjadi perselisihan
di tengah kaum muslimin perihal secara baca Al-Qur’an (qiraat). Perlu diketahui
terlebih dahulu bahwa Al-Qur’an diturunkan dengan beragam cara baca. Karena
perselisihan ini, hampir saja terjadi perang saudara. Kondisi ini dilporkan oleh
Hudzaifah al Yamani kepada Khalifah Usman. Menanggapai laporan tersebut,
Khalifah Usman memutuskan untuk melakukan penyeragaman cara baca Al-
Qur’an. Cara baca inilah yang akhirnya secara resmi dipakai oleh kaum muslimin.
Dengan demikian, perselisihan dapat diselesaikan dan perpecahan dapat dihindari.
Dalam menyusun cara baca Al-Qur’an resmi ini, Khalifah Usman melakukannya
berdasarkan cara baca yang dipakai dalam Al-Qur’an yang disusun leh Abu Bakar.
Setelah pembukuan selesai, dibuatlah beberapa salinannya untuk dikirim ke Mesir,
Syam, Yaman, Kufah, Basrah dan Mekkah. Satu mushaf disimpan di
Madinah.Mushaf-mushaf inilah yang kemudian dikenal dengan nama Mushaf
Usmani. Khalifah Usman mengharuskan umat Islam menggunakan Al-Qur’an hasil
salinan yang telah disebarkan tersebut. Sementara mushaf Al-Qur’an dengan cara
baca yang lainnya dibakar.

C. KEBIJAKAN PEMERINTAHAN UTSMAN BIN AFFAN


Perluasan Wilayah (Futuhat)
Pada masa ini penaklukan Persia masih tetap dilanjutkan. Tabaristan, Azerbaijan,
dan Armenia berhasil ditaklukan pada masa pemerintahan Utsman Bin Affan.
Daerah di  seberang laut seperti wilayah Asia Kecil, pesisir Laut Hitam, pulau
Cyprus, Rhodes, Tunisia dan Nubia satu persatu dapat ditaklukan. Selain perluasan
wilayah, Utsman Bin Affan melakukan pengamanan terhadap kekuasaan Islam
yang berada di luar Kota Madinah demi terciptanya pemantapan dan stabilitas
daerah kekuasaan Islam. Selain itu pengamanan pemberontak yang enggan
membayar pajak pun menjadi salah satu kebijakan pada masa ini.
Pembangunan Fisik
Dalam masa pemerintahannnya, Utsman Bin Affan telah berhasil membangun
beberapa fasilitas umum. Utsman berjasa membangun bendungan yang berfumngsi
sebagai penjaga arus banjir dan sebagai pengatur pembagian air ke kota-kota.
Utsman pun membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan
memperluas mesjid Nabi di Madinah.
Pengangkatan Pejabat Negara
Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun. Pada paruh terakhir masa
kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam
terhadapnya. Kepemimpinan Usman sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar.
Ini mungkin karena umurnya yang lanjut (diangkat dalam usia 70 tahun) dan
sifatnya yang lemah lembut. Akhirnya pada tahun 35 H/655 M, Usman dibunuh
oleh kaum pemberontak yang terdir dari orang-orang yang kecewa itu. Salah satu
faktor yang menyebabkan banyak kecewa terhadap kepemimpinan Usman adalah
kebijaksanannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi. Yang terpenting di
antaranya adalah Marwan ibnu Hakam. Dialah pada dasarnya yang menjalankan
pemerintahan, sedangkan Usman hanya menyandang gelar khalifah. Setelah
banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan penting. Usman
laksana boneka dihadapan kerabatnya tersebut. Dia tidak dapat berbuat banyak dan
terlalu lemah terhadap keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan
bawahan. Harta kekayaan negara, oleh kerabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol
oleh Usman sendiri.

D. TANTANGAN-TANTANGAN YG DIHADAPI PEMERINTAHAN


KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN
Tersebarnya Fitnah
       Kufah adalah sumber pemberontakan utama dalam kekhalifahan Utsman.
Banyak penduduk yang mengeluhkan pejabat-pejabat dan para petinggi kota itu.
Salah satu bentuk kekecewaan penduduk adalah mereka marah kepada Sa’d bin
Abi Waqqas, dan mereka menuduh Walid bin Uqbah meminum khamar.  Melihat
adanya celah untuk memecah belah, ada beberapa tokoh yang mengambil
kesempatan ini untuk membangkitkan kebencian dalam hati orang di kota-kota itu,
diantaranya apa yang telah dilakukan oleh Abdullah bin Saba’ ( seorang yahudi
dari San’a di Yaman yang pada masa Utsman kemudian masuk Islam ) yang
mengunjungi sejumlah kota dalam kawasan Islam dengan berusaha
membangkitkan kemarahan penduduk kepada Utsman. Di Bashrah banyak orang
awam yang terpengaruh oleh seruannya itu. Sesudah hal itu diketahui oleh
Abdullah bin Amir, ia dikeluarkan dari kota. Setelah itu ia pergi ke Kufah
menyebarkan seruan yang sama.
Utsman Bermusyawarah
       Melihat segala propaganda jahat anti politik Utsman dikota-kota kawasan itu,
pada musim haji tahun 34 ia memanggil pejabat-pejabatnya yang di kota-kota
tersebut untuk dimintai keterangan sebab-sebab terjadinya fitnah itu. Ketika itu
datang Abdullah bin Amir, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Abdullah bin Abi Sarh,
Sa’id bin As dan Amr bin ‘Ash. Utsman berkata pada mereka : “Setiap imam
mempunyai pembantu-pembantu dan penasihat-penasihat. Kalian adalah
pembantu-pembantu dan penasihat-penasihat saya serta orang-orang kepercayaan
saya. Seperti sudah kalian ketahui, mereka menuntut supaya saya memecat para
gubernur itu dan menarik kembali semua yang tidak mereka senangi dan
menggantinya dengan yang mereka sukai. Berikanlah pendapat dan saran kalian
kepada saya dengan sungguh-sungguh
Tragedi pengepungan
 Setelah mereka betul-betul telah mengepung rumah Utsman , mereka menuntut
Utsman untuk mengundurkan diri dari kekhalifahan atau mere,feka akan
membunuhnya.
Terbunuhnya Utsman
Tragedi terbunuhnya Utsman telah direncanakan pada malam hari oleh para
pemberontak yang melampaui batas kejahatan. Mereka merencanakannya dengan
matang untuk membunuh seorang Khalifah Ar-Rasyid dan untuk menghancurkan
agama Islam. Mereka ini merupakan kelompok gabungan dari musuh-musuh Islam
dan bukanlah perorangan. Dan pemimpin  mereka adalah seorang yahudi pendusta
Abdullah bin Saba’ yang dikenal dengan Ibnu As-Sauda’.
Para pemberontak ini memprovokatori orang-orang awam dari seluruh penjuru
negri untuk melengserkan sang Khalifah . Mereka datang dari Mesir dan Irak ke
Kota Madinah lalu bertemu dengan Utsman untuk berunding. Orang-orang itu
keluar dari Mesir menuju ke Kota Madinah dan bertemu dengan Utsman . Setelah
terjadi dialog serta perundingan, mereka pun puas dengan ucapan Utsman . Beliau
membantah tuduhan-tuduhan mereka dengan bukti dan keterangan yang nyata dan
mereka setuju untuk berdamai, kemudian mereka kembali ke Mesir dan Irak.
Setelah terjadinya perdamaian yang agung ini dan kembalinya mereka ke tempat
tinggal mereka masing-masing dalam keadaan ridha, para penyulut api fitnah
merasa gagal dan tujuan mereka yang keji telah kandas ditengah jalan. Oleh
karenanya, mereka membuat makar kembali untuk menyalakan api fitnah agar
perdamaian tersebut menjadi hancur dan musnah

E. KETELADANAN KEPRIBADIAN USMAN BIN AFFAN


Usman bin Affan orang yang Dermawan.
Usman adalah sosok pribadi yang kaya raya dan suka mendermakan hartanya
untuk kejayaan Islam. Kedermawanan Usman misalnya, suatu ketika Rasulullah
mengerahkan bala tentaranya saat perang Tabuk, khalifah Usman rela
mendermakan 940 ekor unta, 60 ekor kuda, dan 10.000 dinar.
Usman bin Affan Orang yang Adil
Selain seorang yang dermawan, Usman juga orang yang adil, sebagaimana yang
diceritakan dari Abul Furat dia berkata : “Usman berkata kepada budaknya, karena
aku pernah menjewer telingamu, maka kini jewerlah telingaku.” Karena budaknya
itu hanya memegang telinga Usman, maka Usman berkata : “Jewerlah yang keras,
karena hanya sekedar hukuman setimpal di dunia, bukan hukuman setimpal di
akhirat.” Demikianlah keadilan Usman hingga kepada dirinya sendiri pun ia
bersedia untuk diadili walau oleh seorang budak.

Usman bin Affan orang yang Sederhana .

Usman adalah orang yang kaya raya, berlimpah harta, walau demikian dia tidak
hidup dalam kemewahan, dia hidup dalam kesederhanaan. Diriwayatkan dari
Abdul Malik bin Syadat, dia berkata : “Aku pernah melihat Usman bin Affan
berkhutbah di atas mimbar pada hari Jum’at, kain ikat kepalanya juga ada yang
robek.”Hal demikian dilakukan juga oleh Usman bin Affan ketika dia telah
menjadi khalifah.

Usman bin Affan seorang Diplomat ulung

Usman bin Affan orang yang Ramah dan sabar

Anda mungkin juga menyukai