PENDAHULUAN
1
d. Untuk Mengetahui Kegiatan 2 Penyusunan Teks Cerita Fabel Secara Berkelompok.
e. Untuk Mengetahui Kegiatan 3 Menyusun Teks Cerita Fabel Secara Mandiri.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Kajian Teori Teks Cerita Fabel
A. Pengertian teks cerita fabel
Cerita fabel adalah teks cerita fiksi yang menggunakan hewan sebagai tokoh yang
bertingkah laku seperti manusia. Teks cerita fabel menunjukkan penggambaran moral /
unsur moral dan karakter manusia dan kritik tentang kehidupan di dalam ceritanya. Teks
cerita fabel digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan dan nilai moral
kepada pembaca, dengan tujuan agar pembaca tidak mudah tergoda untuk melakukan
tindakan tercela. Selain itu, pembaca juga terilhami untuk menjadi manusia yang berbudaya
dan berbudi luhur. Meskipun dijadikan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan moral,
bukan berarti cerita fabel kehilangan daya tarik. Dengan kemasan bahasa yang lugas dan
mudah dipahami, cerita fabel digemari oleh kalangan anak-anak hingga orang tua.
B. Ciri-ciri teks cerita fabel
1. Menggunakan hewan sebagai tokoh utama dan dapat bertingkah seperti manusia.
2. Menunjukkan penggambaran moral dan dan kritik tentang kehidupan di dalam ceritanya.
3. Penceritaan yang pendekdan menggunakan pilihan kata yang mudah.
4. Menceritakan antara karakter manusia yang lemah dan kuat.
5. Menggunakan setting alam.
6./Memuat informasi berdasarkan khayalan (fiksi).
C . Struktur teks cerita fabel:
1. Judul adalah kepala karangan yang berfungsi mengarahkan pikiran pembaca tentang
gambaran umum isi fabel.
2. Orientasi adalah kalimat yang terdapat pada awal cerita yang fungsinya untuk pengenalan
waktu, tempat & karakter/tokoh.
3. Komplikasi adalah bagian/dimana/munculah masalah/atau/konflik cerita.
4. Klimaks adalah konflik mencapai puncaknya.
5. Resolusi adalah bagian penyelesaian masalah atau pemecahan konflik pada cerita.
6. Koda adalah pesan moral dari pengarang (tidak semua pengarang menyantumkan koda
pada ceritanya) atau penyelesaian masalah.
D. Ciri bahasa teks cerita fabel:
Bahasa dalam fabel dimanfaatkan untuk menggambarkan sifat-sifat hewan yang
memiliki kemiripan atau kesamaan dengan sifat manusia. Adapun ciri-ciri bahasa dalam fabel
adalah :
a. Memuat kata-kata sifat untuk mendeskripsikan pelaku, penampilan fisik, atau
kepribadiannya.
4
b. Memuat kata-kata keterangan untuk menggambarkan latar (latar waktu, tempat, dan
suasana).
c. Memuat kata kerja yang menunjukan peristiwa-peristiwa yang dialami para pelaku.
2.3 Kajian Teori Teks Cerita Fabel dari Buku Panduan Siswa Kelas VIII SMP
A. Memahami teks cerita fabel
Dalam kehidupan sehari-hari, nilai kejahatan dan kebaikan akan selalu hadir di sekitar
kehidupan manusia. Dalam teks cerita fabel ini menyajikan karakter tokoh yang berperilaku
baik dan jahat yang akhirnya tokoh yang baiklah yang akan menang. Tentu saja atas apa yang
digambarkan pada teks cerita fabel itu pembaca tidak akan tergoda untuk melakukan
tindakan tercela. Kita bisa menunjukan berbagai contoh tindakan yang mengandung nilai
kejahatan dan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Dari beragamnya nilai kejahatan dan
kebaikan itu ternyata tersirat pula dalam berbagai jenis fabel. Pemahaman teks cerita fabel
dapat dilihat dari :
a. Memahami struktur teks cerita fabel
Dahulu, ketika belum ada tradisi menulis, fabel dituturkan dalam tradisi lisan secara
turun temurun. Hal ini dilakukan untuk menyampaikan pesan moral pada anak cucu. Namun,
seiring perkembangan zaman, fabel tidak lagi dituturkan secara lisan. Akan tetapi, cerita jenis
ini sudah banyak yang dialihkan kedalam bentuk tulisan. Cerita teks fabel memiliki struktur
sebagai berikut :
Orientasi adalah kalimat yang terdapat pada awal cerita yang fungsinya untuk
pengenalan waktu, tempat & karakter/tokoh.
Komplikasi adalah bagian/dimana/munculah masalah/atau/konflik cerita.
Resolusi adalah bagian penyelesaian masalah atau pemecahan konflik pada cerita.
Koda adalah pesan moral dari pengarang (tidak semua pengarang menyantumkan
koda pada ceritanya) atau penyelesaian masalah.
b. Memahami unsur kebahasaan teks cerita fabel
Mengidentifikasi kata kerja
Verba Transitif adalah verba yang membutuhkan kehadiran nomina atau kata benda
sebagai objek dalam kalimat aktif, dan objek itu dapat menjadi subjek dalam kalimat
aktif. Contoh:
1) Bahkan sang semut kuat mengangkat beban yang lebih besar dari tubuhnya.
2) Ia sangat bahagia karena bisa berjalan-jalan melihat taman yang indah
Verba Intransitif adalah verba yang tidak memerlukan objek dalam kalimat.
Contoh:
5
1) Ia berjanji tidak akan menghina mahluk ciptaan Tuhan.
Penggunaan kata sandang si dan sang
Kaidah penulisan si dan sang terpisah dengan kata yang diikutinya. Kata si dan sang
ditulis dengan huruf kecil, bukan huruf kapital. Perhatikan contoh berikut ini :
1) “Bagaimana caranya agar si kecil rajin belajar?”tanya ibu.
2) Kedua orang tua itu, si Kecil dan si Kancil, adalah pembatu di pasar.
Kata kecil pada kalimat 1) ditulis dengan huruf kecil karena bukan merupakan nama.
Pada kalimat 1) ditulis dengan huruf kapital karena dimaksudkan sebagai panggilan atau
nama julukan.
Penggunaan kata keterangan tempat dan waktu
Dalam teks cerita fabel biasanya digunakan kata keterangan tempat dan kata keterangan
waktu untuk menghidupkan suasana. Untuk keterangan tempat biasanya digunakan kata
depan di dan keterangan waktu biasanya digunakan kata depan pada atau kata yang
menunjukan informasi waktu. Contoh :
1) Dikisahkan pada suatu hari yang cerah ada seekor semut berjalan-jalan di taman.
2) Si kupu-kupu mengangkat ranting itu dan menurunkannya di tempat yang aman.
Penggunaan kata hubung lalu, kemudian, dan akhirnya.
Kata lalu dan kemudian memiliki makna yang sama. Kata itu digunakan sebagai
penghubung antarkalimat. Kata akhirnya biasanya digunakan untuk menyimpulkan dan
mengakhiri informasi dalam paragrap atau dalam teks. Perhatikan kalimat dibawah ini :
1) Setelah mendengar berita kebakaran itu, Amir pergi ke luar, kemudian berlari, lalu
berteriak sambil menangis.
2) Lalu, sang semut memegang erat ranting itu.
3) Kemudian, sang semut berterimakasih kepada kupu-kupu karena kupu-kupu telah
menyelamatkan nyawanya.
4) Akhirnya, sang semut berjanji kepada kupu-kupu bahwa dia tidak akan menghina semua
mahluk ciptaan Tuham yang ada di taman itu.
B. Membedakan teks cerita fabel
Perbedaan antara teks cerita fabel dengan teks cerita pendek dapat dilihat dari dua
aspek, yaitu dari segi struktur isi dan dari segi fitur bahasa. Struktur isi dalam fabel umumnya
bersifat statis (tidak banyak mengalami perubahan) dari waktu ke waktu. Sebaliknya struktur
isi cerpen cenderung bersifat dinamis sesuai dengan kreativitas pengarang. Disamping itu
watak tokoh cerita dalam fabel digambarkan secara jelas dan tegas. Sebaliknya dalam cerpen,
6
watak tokoh tidak digambarkan secara hitam putih. Artinya, watak tokoh digambarkan lebih
manusiawi. Dibalik wajah jahatnya, seorang tokoh masih memiliki watak yang baik.
*Contoh teks cerita fabel :
7
Sudah dua hari ini Imah tidak ke sekolah. Padahal, dia itu anak yang rajin dan
sebelumnya tak pernah begini. Oleh karena itu, aku, Ana, dan Afga berencana
mengunjunginya usai pulang sekolah.
Siang harinya sesuai rencana kami, aku pun menunggu teman-temanku disamping
pintu gerbang sekolah.
“Kemana ya mereka ?” gumamku.
Tiba-tiba mereka mengejutkanku dan berteriak, “Dor! kaget, ya ?”
“Apaan sih, kalian? mengagetkanku saja. Kalau aku jantungan gimana ?” seruku.
“Maaf, maaf ,Di. Soalnya tadi kami mampir dulu keruang guru untuk mengumpulkan tugas
dari Pak Marno, pinta Ana dan Afga.
Sebelum kerumah Imah, kami sempat mampir kewarung untuk membeli roti. Bahkan
Afga sempat membeli es karena kehausan.
Tak terasa kami sampai didepan pintu rumah Imah. Kami pun mengetuk serta
mengucapkan salam.
“Adi, Ana, Afga rupanya. Silahkan masuk dan duduk dulu,ya,” Bu Ina, Ibu Imah
mempersilahkan kami masuk.
Tidak lama, Imah keluar. Dia terlihat kurus dan wajahnya Nampak pucat.
Dia berkata “Afga, jajannya dijaga. Jangan jajan sembarangan gitu,” sembari menunjuk
katong es yang dibaea Afga.
“Kenapa? Aku kan haus?” jawab Afga dengan polosnya.
“Kamu tahu?” Ucap Imah yang membuat kami penasaran.
“Tahu apa?”tanyaku.
Imah menjelaskan bahwa dia sakit karena jajan sembarangan. Ia juga minum es seperti
yang sedang dibawa Afga.
“Ya ampun,” kata Afga berikut menjauhkan sedotan dari bibirnya.
Imah juga memberitahu kami kalau lebih baik kita membawa bekal dari rumah. Sebab,
itu lebih bersih dan terhindar dari zat berbahaya bagi tubuh. Zat tersebut adalah zat pewarna
yang tidak dianjurkan untuk makanan, boraks atau bahan formalin. Padahal, formalin itu
digunakan untuk mengawetkan mayat.
“Astaga aku kan belum jadi mayat!” Seru Afga.
“Iya aku juga ngga mau.” Sahutku
“Kalau gitu, besok kau bawa bekal aja dari rumah,” ucap Afga. Kami semua sependapat
dengan Afga.
8
Ternyata karena menjenguk sobat ku itu, aku jadi tahu kalau kita memag tidak boleh
jajan sembarangan. Lagi pula, lebih baik bawa bekal dari rumah, terus uang sakunya bisa
ditabung untuk keperluan yang lebih bermanfaat.
“Imah, lekas sembuh ,ya,” ucap kami sebelum pulang.
“Aamiin. Makasih ya teman-teman,”jawab Imah.
“Besok kamu jadi masuk sekolah kan ,? belajar juga buat ulangan matematika.
Semangat!” Kata Ana.
“Siap bos! Semoga kita dapat seratus lagi, ya,” jawab Imah.
“Pasti! Semangat! Seru kami.
Perjalanan kami dihari itu berakhir dengan senyuman dan semangat untuk
menghadapi ulangan di esok hari.
9
masuk akal. Dalam menelaah kekurangan teks ceritafabel dari aspek bahasa, kita bisa
menggunakan kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) sebagai acuan.
10
3) Setelah itu urutkan bagian-bagian teks menjadi urutan yang baik dan menjadi sebuah
teks cerita fabel yang baik dan utuh.
H. Meringkas teks cerita fabel
Meringkas atau merangkum merupakan salah satu upaya untuk memahami teks.
Tujuannya agar mampu memberikan apresiasi terhadap kreativitas penulis. Seseorang akan
mengalami kesulitan untuk meringkas sebuah teks apabila ia sendiri belum memahami teks
yang akan diringkas. Oleh karena itu, hal penting yang perlu diperhatikan ketika meringkas
sebuah teks adalah memahami isi teks yang bersangkutan.
Ada tiga langkah penting yang perlu dilakukan dalam meringkas teks fabel, yaitu :
1. Membaca naskah asli
Bacalah naskah asli berkali-kali agar kamu mampu mendapatkan kesan umum tentang isi
fabel tersebut.
2. Mencatat gagasan utama
Dalamilah gagasan yang tertuang didalam teks. Setelah itu catat semua gagasan yang penting.
Gagasan pokok yang telah dicatat dapat dipakai untuk menyusun sebuah ringkasan.
3. Mereproduksi gagasan
Urutan isi hasil ringkasan disesuaikan dengan naskah asli. Akan tetapi, kalimat-kalimat dalam
ringkasan berupa kalimat-kalimat baru untuk menggambarkan kembali isi dari karangan
aslinya.
11
6. Setelah kamu berhasil menyusun teks cerita fabel, baca dan cermati lagi teks hasil
karyamu itu. Lengkapi kekurangan dan kesalahan yang terjadi. Kemudian, diskusikan
karyamu itu dengan gurumu. Mintalah dia membaca dan memeriksanya. Jika sudah
dianggap sempurna, publikasikanlah teks yang telah kamu susun tersebut di majalah
dinding sekolah atau kamu dapat mengirimnya ke media massa di daerah mu. Sebelum
dipubliksikan, perbaiki hasil teks yang disusun sesuai dengan masukan teman dan
gurumu.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teks cerita fabel termasuk jenis dongeng yaitu cerita yang benar-benar tida terjadi.
Fabel merupakan jenis dongeng yang menggunakan hewan sebagai tokoh cerita untuk
menggambarkan watak dan perilaku manusia. Dalam fabel, tokoh hewan dapat bercakap-
cakap dan bertingkah laku seperti manusia. Isi cerita fabel biasanya mengandung pendidikan
moral dan budi pekerti. Teks cerita fabel pada dasarnya dijadikan sarana untuk
menyampaikan pesan-pesan moral kepada pembaca. Penyampaian pesan moral melalui teks
cerita lebih menarik karena dipadukan melalui rangkaian peristiwa yang seru dan
menegangkan.
13
DAFTAR PUSTAKA
W.S, Hasanuddin dan M. Abdullah. 2014. Buku Guru Bahasa Indonesia. Jakarta : Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
W.S, Hasanuddin dan M. Abdullah. 2014. Buku Siswa Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Wahono, Sawali dan Drs. Mafrukhi. 2013. Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga
Silabus mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia (peminatan ilmu bahasa dan budaya)
14