Anda di halaman 1dari 7

BAHAN AJAR

TEKS CERPEN

A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

NO Kompetensi Dasar Indikator


.
1. 3.2 Menelaah struktur dan aspek 3.2.1 Menjelaskan struktur teks cerpen
kebahasaan cerita pendek yang 3.2.2 Menentukan ciri kebahasaan teks
dibaca dan didengar cerpen
3.2.3 Memperbaiki teks narasi dari segi
kelengkapan struktur, dan
penggunaan bahasa
2. 4.2 Mengungkapkan pengalaman dan 4.2.1 Menyusun kerangka cerpen
gagasan dalam bentuk cerita berdasarkan pengalaman dan
pendek dengan memperhatikan gagasan
struktur dan kebahasaan 4.2.2 Menyusun cerpen berdasarkan
kerangka dengan memperhatikan
struktur teks dan kebahasaan

B. Materi
1. Pengertian Cerpen
Cerita pendek (cerpen) merupakan salah satu jenis karya sastra berupa
kisah atau cerita tentang kehidupan dan seluk beluknya lewat tulisan pendek.
Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh, yang penuh
pertikaian, peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan, dan
mengandung kesan yang tidak mudah dilupahkan. Cerpen dapat
memberikan pengarahan dan pendidikan karena nilai-nilai kebenaran dan
kebaikan yang terkandung di dalamnya.
2. Unsur pembangun cerpen
a. Unsur Intrinsik Cerpen
Cerpen sebagai karya sastra prosa memiliki unsur-unsur dalam
(intrinsik) yang membangunnya. Hal yang perlu diperhatikan adalah
unsur-unsurtersebut membentuk kesatuan yang utuh. Dalam hal ini satu
unsur akan memengaruhi unsur lainnya. Unsur tersebut berupa tema,
tokoh dan penokohan, alur, latar dan suasana, sudut pandang, dan
amanat.
a) Tema
Tema merupakan ide, gagasan, atau pandangan hidup
pengarang yang melatarbelakangi pembuatan cerpen. Sastra
merupakan kehidupan masyarakat, maka tema yang diungkap bisa
beragam jenisnya, misalnya persoalan moral, etika, sosial budaya
dan lain sebagainya.

b) Tokoh dan Penokohan


Tokoh dalam karya sastra biasanya merupakan rekaan
pengarang. Meskipun hanya tokoh rekaan, tetapi tokoh-tokoh itu
penting dalam suatu cerita. Pentingnya unsur tersebut terletak pada
fungsi tokoh yang memainkan suatu peran sehingga cerita tersebut
dapat dipahami oleh pembaca. Tokoh dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yakni tokoh peran utama atau yang biasa disebut
protagonis. Adapun tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral
kedudukannya, tetapi kehadirannya sangat dibutuhkan untuk
menunjang atau mendukung tokoh utama.
Sementara itu, penokohan adalah cara pengarang menampilkan
tokoh-tokoh ceritanya. Ada dua cara umum yang digunakan, yaitu
cara analitik dan cara dramatik. Cara analitik adalah pengarang
langsung menjelaskan watak tokoh-tokohnya, seperti Rian orannya
baik, ramah, dan sopan. Cara dramatik adalah pengarang tidak
langsung menggambarkan watak tokoh-tokohnya, melainkan
dengan cara melukiskan tempat atau lingkungan tokoh,
menampilkan dialog antara tokoh satu dan yang lain, dan
memceritakan reaksi tokoh terhadap suatu kejadian.
c) Alur
Alur merupakan jalan cerita berupa peristiwa-peristiwa yang
disusun dan saling berkaitan. Alur yang disusun runtut mulai
peristiwa pertama sampai terakhir disebut alur maju. Sebaliknya,
cerita yang diawali dari peristiwa terakhir kemudian kembalikepada
peristiwa pertama disebut alur mundur.
d) Latar dan Suasana
Latar atau setting adalah segala keterangan, petunjuk, atau
pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana
terjadinya peristiwa dalam suatu cerita. Secara rinci latar meliputi,
penggambaran lokasi grafis, topografis, pemandangan, sampai pada
perincian perlengkapan sebuah ruangan, pekerjaan, atau kesibukan
sehari-hari para tokoh, waktu berlakunya kejadian, masa
sejarahnya, musis terjadinya, lingkungan, agama, moral, intelektual,
sosial, dan emosional para tokoh.
Smentara itu, suasana merupakan unsur yang membuat latar
suatu cerita menjadi hidup. Ada tiga kemungkinan suasana dalam
cerita, yaitu suasana alamiah, suasana sosio-kultural, dan suasana
batiniah. Suasana alamiah adalah suasana yang berhubungan
dengan alam, misalnya suasana di pegunungan dan suasana
diperkotaan. Suasana sosio-kultural adalah suasana yang berkaitan
dengan tata cara hidup, adat-istiadat, keyakinan, dan lain-lain.
Suasana batiniah adalah suasana sebagai akibat pengaruh interaksi
antar tokoh dan lingkungannya.
e) Sudut Pandang
Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam membawakan
cerita. Unsur ini menjelasakan kedudukan pengarang dalam cerita.
Hal ini dapat dilihat dari penggunaan kata ganti orang yang
terdapat dalam cerita. Apabila pengarang menyebutkan kata “aku”
untuk mewakili tokoh utama, berarti sudut pandang yang
digunakan adalah orang pertama. Selanjutnya, apabila pengarang
menggunakan kata “dia” sebagai kata ganti pelaku utama, tetapi
pengarang tidak terlibatdi dalam cerita, berarti sudut pandang yang
digunakan adalah orang ketiga.
f) Amanat
Amanat adalah pengembangan dari tema. Secara eksplisit
amanat itu dapat diketahui dari peristiwa-peristiwa yang terurai
dalam cerita. Amanat dapat berupa ajaran moral atau pesan yang
ingin disampaikan oleh pengarang.
b. Unsur Ekstrinsik Cerpen
Selain dibentuk oleh unsur intrinsik, cerpen juga dibentuk oleh unsur
ekstrinsik. Unsur ekstrinsik merupakan unsur pembangun yang berada di
luar cerpen. Sering kali cerpen merupakan cerminan dari kehidupan nyata.
Namun, dari tokoh-tokoh fiktif dalam cerpen, kita dapat menemukan nilai-
nilai kehidupan. Ada perbuatan baik yang kita tiru dan ada pula perbuatan
buruk yang sepatutnya kita jauhi. Adapun nilai-nilai yang terdapat dalam
cerpen, yaitu:
a. Nilai Agama
Nilai agama dalah hal-hal yang berkaitan dengan agama. Nilai
yang terkandung di dalam cerpen ini bisa dijadikan pelajaran dalam
kehidupan nyata.
b. Nilai Sosial
Nilai sosial adalah nilai yang bisa dipetik dari interaksi-interaksi
tokoh-tokoh yang ada dalam cerpen. Misalnya interaksi dengan
tokoh lain, lingkungan, dan masyarakat sekitar.
c. Nilai Moral
Nilai moral adalah nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita
yang berkaitan dengan akhlak atau etika yang berlaku di dalam
masyarakat. Di dalam suatu cerpen, niali moral bisa menjadi suatu
nilai yang baik maupun nilai yang buruk.

d. Nilai Budaya
Nilai budaya adalah nilai-nilai yang berkenaan dengan nilai-
nilai kebiasaan, tradisi, dan adat istiadat yang berlaku.
3. Ciri – ciri cerpen
1. Tulisannya singkat, padat, dan jelas
2. Tidak lebih dari 10.000
3. Menceritakan tentang kehidupan sehari-hari dari tokoh
4. Habis dibaca sekali dalam duduk
5. Masalah yang diperlihatkan adalah masalah utama saja
6. Penokohannya sederhana, tidak terlalu mendalam
7. Memberikan kesan mendalam bagi pembacanya
8. Alurnya tunggal dan lurus
9. Tokoh yang ada mengalami konflik hingga menemukan solusinya.
4. Struktur cerpen
Struktur cerita pendek, yaitu :
1. Abstrak
Abstrak merupakan ringkasan atau inti cerita. Abstrak pada sebuah
teks cerita pendek bersifat opsional, artinya teks cerpen dapat saja
tidak melalui tahapan ini.
2. Orientasi
Orientasi berisi pengenalan latar cerita berkaitan dengan waktu, ruang,
dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerpen. Latar digunakan
pengarang untuk menghidupkan cerita dan meyakinkan pembaca.
3. Komplikasi
Komplikasi berisi urutan kejadian yang masing-masing merupakan
hubungan sebab-akibat. Peristiwa yang satu disebabkan atau
menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Pada tahapan ini,
disajikan karakter atau watak pelaku cerita yang oleh pembaca
ditafsirkan mempunyai kualitas moral dan kecenderungan tertentu
dan hal itu diekspresikan dalam ucapan dan tindakan tokoh. Dalam
komplilasi, muncul berbagai kerumitan dan dapat saja lebih dari satu
konflik.
4. Evaluasi
Evaluasi yakni tahapan konflik yang terjadi diarahkan pada
pemecahannya sehingga mulai tampak penyelesaiannya.
5. Resolusi
Resolusi yakni tahap ketika pengarang mengungkapkan solusi dari
berbagai konflik yang dialami tokoh.
6. Koda
Koda (lazim pula disebut reorientasi), yakni nilai-nilai atau pelajaran
yang dapat dipetik oleh pembaca dari sebuah teks. Sama halnya
dengan tahapan abstrak, koda bersifat opsional.
5. Ciri kebahasaan cerpen

1) Sudut pandang penceritaan menjadi ciri kebahasaan khas cerpen,


pencerita menjadi orang pertama atau ketiga. (kata ganti: aku,saya, ia,
dia).
2) Beberapa dialog dapat dimasukkan, menunjukkan waktu kini atau
lampau.
3) Kata benda khusus, pilihan kata benda yang bermakna kuat dan
bermakna khusus, misalnya memilih kata beringin atau trembesi
dibanding pohon.
4) Uraian deskriptif yang rinci, deskripsi yang digunakan untuk
menggambarkan pengalaman, latar, dan karakter. Misalnya baunya
seperti apa, apa yang bisa didengar, terlihat seperti apa, seperti apa
rasanya, dan lain-lain.
5) Majas
 Simile (perbandingan langsung) majas perumpamaan antara suatu
benda atau hal yang lain. Majas ini sering menggunakan kata-kata
seperti, bagai, laksana, ibarat, bagaikan.
Contoh : - Mukanya bulat bagai bulan purnama
- Pidatonya menggelegar laksana guntur di atas langit
- Wajahnya bundar seperti bulan purnama
 Metafora (perbandingan tidak langsung atau tersembunyi)
Contoh : - Dia memiliki hati batu, keras kepala seperti lembu.
 Personifikasi (majas yang membandingkan benda mati yang
dianggapa seperti makhluk hidup.
Contoh : - Awan tertatih-tatih melintasi langit
- Kerikil di jalan tampak pucat sedih
- Ombak berkejar-kejaran menuju pantai
- Matahari tersenyum kepadaku
 Repetisi : majas perulangan kata, frasa, atau kalimat yang dianggap
penting. Fungsinya untuk memberi tekanan pada bagian yang
diulang.
Contoh : Aku pergi tanpamu
Aku datang tanpamu
 Eufemisme : majas yang menghaluskan kata-kata yang dianggap
kasar atau kurang sopan. Contoh : Sejak seminggu lalu, ayahku
dibebastugaskan (bukan dipecat).
 Litotes : majas yang merendah-rendahkan diri sendiri agar terkesan
tidak sombong.
Contoh : Maaf, bu. Saya hanya dapat membawakan bingkisan
sekadarnya. (adahal, ia membawakan bingkisan yang sangat mewah)
 Pleonasme : majas yang menggunakan beberapa kata bersinonim
secara bersamaan dalam satu kalimat.
Contoh : Anak pa Kepala Desa sangat amat cerdas sekali.
(Menandakan cerdas luar biasa).
 Hiperbol : majas yang memberi makna secara berlebihan dari
kenyataan yang sebenarnya baik dari segi jumlah atau sifatnya.
Contoh :

 Cita-citanya setinggi langit.


 Pekik merdeka berkumandang di angkasa.
 Darahnya mendidih ketika mendengar kata-kata cemoohan itu.

 Ironi : majas yang menyatakan suatu hal yang berlawanan dengan


maksud menyindir.
Contoh :

 Kelasmu ini amat bersih, kertas-kertas berhamburan di dalam.


 Bagus benar tulisanmu, hampir aku tak dapat membaca.
6. Mengungkapkan Pengalaman Pengalaman dan Gagasan Dalam Bentuk
Cerpen
1) Menyusun Kerangka Cerpen
 Tema
 Judul
 Isi
 penutup
2) Menyusun Cerpen berdasarkan Kerangka
 Sebagai paduan penulisan
 Memudahkan penulisan
 Mencegah pengulangan gagasan
 Memudahkan pemahaman isi tulisan
7. Menyusun Cerita Pendek
a. Memilih topik atau tema
b. Menentukan jenis cerpen dan target bacanya
c. Menentukan tokoh dan perwatakannya
d. Menulis garis besar cerita
e. Menentukan alur
f. Menentukan latar cerita
g. Memilih gaya penceritaan atau sudut pandang
h. Menggunakan diksi yang tepat
i. Membuat dan mengembangkan kerangka karangan sesuai alur
j. Memberi judul
k. Menyunting cerita pendek

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

Kompetensi Dasar :
3.2 Menelaah struktur dan aspek kebahasaan cerita pendek yang
dibaca dan didengar
Materi : Struktur Teks Cerita Pendek

Soal
1. Tulislah sebuah Cerita Pendek berdasarkan pengalamanmu dengan
memperhatikan srtuktur teks cerpen dan unsur kebahasaannya !
2. Telaahlah struktur dan aspek kebahasaan cerita pendek tersebut
dengan menggunakan format berikut !
No Struktur Cerita Pendek Kutipan Keterangan
1 Abstrak ...... ......
2 Orientasi ...... ......
3 Komplikasi ...... ......
4 Evaluasi ...... ......
5 Resolusi ...... ......
6 Koda ...... ......

Mengetahui Labur, 19 Juli 2021

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran,

Rofinus Fahik, S.Pd Martina Namok, S.Pd

NIP. 19660707 199801 1 001 NIP.

Anda mungkin juga menyukai