DISUSUN OLEH
HASMIATI
KELAS A
2019
A. KOMPETENSI INTI
KI 3 Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan factual,
procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
KI 4 Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak
B. KOMPETENSI DASAR
cerpen
pembangun cerpen
C. IPK
cerpen.
cerpen
kelas.
D. TUJUAN PE MBELAJARAN
E. MATERI
PENGERTIAN CERPEN
CERPEN
SATU POKOK
PERMASALAHAN
TOKOH TIDAK MENGALAMI
PERUBAHAN NASIB
JADI CERITANYA PENDEK
Cerpen
itu
dalam cerpen telah dibahas tentang pengertian cerpen. Tetapi untuk menghangatkan
kembali ingatan kita di dalam bahan ajar ini, akan dibahas ulang sekelumit pengertian
cerpen.
Cerita pendek atau yang lebih dikenal dengan cerpen adalah karangan pendek
yang berbentuk prosa. Sebuah cerpen mengisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang
penuh pertikaian, peristiwa dan pengalaman. Cerita pendek merupakan salah satu
karya sastra yang memaparakan kisah atau cerita mengenai manusia beserta seluk
beluknya lewat tulisan pendek dan singkat. Ataupun pengertian cerpen yang lainnya
yakni sebuah karangan fiktif yang berisi tentang kehidupan seseorang ataupun
kehidupan ang diceritakan secara ringkas dan singkat yang berfokus pada suatu tokoh
saja.
Terkadang cerita pendek biasanya mempunyai kata yang kurang dari seribu kata
atau kurang dari sepuluh halaman saja. Selain itu, cerita pendek hanya memberikan
sebuah kesan tunggal yang demikian serta memusatkan diri pada salah satu tokoh dan
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dikatakan bahwa cerita pendek
berasal dari dua kata yaitu cerita yang mengandung arti tuturan mengenai bagaimana
sesuatu hal terjadi dan relative pendek berarti kisah yang diceritakan pendek atau tidak
lebih dari 10.000 kata yang memberikan sebuah kesan dominan serta memusatkan
Seperti halnya karya sastra lainnya, cerita pendek dibentuk oleh sejumlah
unsure. Adapun unsure yang berada langsung di dalam isi teksnya, dinamakan dengan
unsure intrinsic yang meliputi tema, amanat, alur, penokohan, dan latar.
a) Tema
merumuskan tema, kita harus terlebih dahulu mengenali rangkaian peristiwa yang
berbentuk alur cerita dalam cerpen itu. Untuk mengetahui tema suatu cerita diperlukan
apresiasi menyeluruh terhadap berbagai unsure karangan itu. Hakikatnya tema adalah
permasalahan yang merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun cerita atau karya
Tema suatu karya cerpen dapat tersurat dan dapat pula tersirat . Disebut tersurat
apabila tema tersebut dengan jelas dinyatakan oleh pengarangnya. Sedangkan tersiran
yaitu apabila tidak secra tegas dinyatakan oleh pengarang hanya tergambar pada
keseluruhan cerita.
b) Amanat
Amanat dalam cerita pendek umumnya bersifat tersirat dalam artian bahwa
Kehadiran amanat, Pada umumnya tidak bisa lepas dari tema cerita. Misalnya apabila
tema cerita itu tentang perjuangan kemerdekaan, amanat cerita itu pun tidak jauh dari
kebaikan yang disampaikan pengarang melalui cerita yang tidak lepas dari hubungan
sebab akibat.
c) Penokohan
Dalam suatu cerpen penokohan merupakan penciptaan citra tokoh dalam suatu
kebaikan); baik keadaan lahirnya maupun bathinya yang dapat berupa: Pendapat
manusia dan kehidupannya. Karena itu penokohan merupakan unsure cerita yang tidak
dapat ditiadakan. Melalui penokohan itulah cerita menjadi lebih nyata dalam angan-
angan pembaca. Dan melalui penokohan itu pulalah kita sebagai pembacnya dapat
pengarang.
Berikut cara-acara penggambarkan
karakteristik tokoh
d) Alur
kesatuan yang padu, bulat, dan utuh. Dalam pengembangan alur cerita suatu cerpen
dipahami, dan logis. Jalan cerita suatu cerpen kadang-kadang berbelit-belit dan penuh
kejutan, juga kadang-kadang sederhana. Secara Umum jalan cerita terbagi ke dalam
bagian-bagian berikut:
Dalam bagian ini, Pengarang pemperkenalkan para tokoh, menata adegan dan
hubungan antartokoh.
Bagian ini disebut pula sebagai klimaks. Inilah bagian cerita yang paling besar
Sebagai akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan tentang sikap ataupun
kepada imaji pembaca. Jadi, akhir ceritanya itu dibiarkan menggantung, tanpa
ada penyelesaian.
Puncak Konflik
Penyelesaian
Pengungkapan Peristiwa
Pengenalan Cerita
Bagan struktur teks cerpen
e) Latar
Suatu cerita hakikatnya tidak lain ialah lukisan peristiwa atau kejadian yang
menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu waktu di
suatu tempat. Karena manusia atau tokoh cerita itu tidak pernah dapat lepas dari ruang
dan waktu, maka tidak mungkin ada cerita tanpa latar atau setting. Kegunaan latar atau
setting dalam cerita, biasanya bukan hanya sekedar sebagai petunjuk kapan dan di
mana cerita itu terjadi, melainkan juga sebagai tempat pengambilan nilai-nilai yang ingin
Waktu terjadinya cerita dapat semasa dengan kehidupan pembaca dan dapat
pula sekian bulan, tahun atau abad yang lalu. Sedangkan tempatnya dapat di suatu
Dengan demikian, apabila pembaca sudah menerima latar itu sebagai sesuatu yang
benar adanya, maka cenderung dia pun akan lebih siap dalam menerima pelaku
f) Gaya Bahasa
Betapa besar peran bahasa dalam suatu cerita, pastilah semua orang
mengakuinya. Semua unsure cerita sebagaimana tersebut di atas baru akan dapat kita
nikmati apabila telah disampaikan atau dinyatakan dengan bahasa. Bahasa dalam
karya sastra cerpen mempunyai fungsi ganda. Ia bukan hanya sebagai alat penyampai
pembaca mengenai apa yang dilakukan dan dialami tokoh ceritanya, melainkan
bermaksud pula mengajak pembacanya ikut serta merasakan apa yang dirasakan oleh
tokoh cerita. Itulah sebabnya pengarang senantiasa akan memilih kata dan
menyusunnya demikian rupa sehingga menghasilkan kalimat yang mampu mewadahi
apa yang dipikirkan dan dirasakan tokoh ceritanya tersebut. Demi tercapainya maksud
tersebut tidak jarang pengarang menempuh cara-cara yang lain dari apa yang biasa
menggunakan perbandingan-perbandingan,
Gerimis tak berhenti juga, ditambah dengan Tari yangmenghidupkan benda tadi
sejak pulang dari sekolah mati, melukiskan
tak keluar-
keluar dari kamarnya. Padahal jam dinding hadiah dari temannya sudah menunjukkan pukul 17.15.
sesuatu dengan
Itu berarti lukisansemakin
adzan magrib yang tak sewajarnya dan sebagainya.
dekat.
Tari kembali melirik buku bututnya. Aduh! Susahnya, ia membanting napas kesal isi buku yang
dibacanya dari tadi belum masuk juga ke otaknya. Karena capek, ia selonjoran di kasur bunga
Kemampuan
mawarnya itu. Tapi iasang
malahpenulis mempergunakan
teringat oleh bahasa
mantannya. Ditariknya fotosecara cermat dapat
tu dari dompetnya. Huh,
seandainya! Adu, dia melulu. Malas ah!
menjelmakan suatumenyembunyikan
Ia sekejap langsung suasana yang benda berterus terang atau
kenangannya satiris,
dengan Audrasimpatik atau
itu di dompetnya.
Bodohnya aku! Cewek berambut panjang hitam itu mengeluh, namun penyesalan yang menginjak-
menjengkelkan, objektif
nginjak batinnya nggak atau emosional.
pergi-pergi Bahasa
juga. Iih, Tari dapat Kenapa
menggumam. menimbulkan
aku dulu suasana
menyia- yang
nyiakannya,ya? Ga dewasa, kurang bersyukur? Atau, dia yang terlalu seperti anak kecil?
Kenangan adegan
tepatuntuk itu masih yang
tertempel di otak
seram, Tari, saat
adegan sosok yang
romantic, dikenangnya
ataupun itu memberikan
peperangan, surat
keputusan,
kepadanya. Surat yang isinya mengajak Tari putus dengannya. Memang sosok Audra yang seperti
anak kecil,
maupun pemalu,Bahasa
harapan. pintar, berkulit
juga cokelat,
digunakanwajahnya yang bersih,
pengaraang dan bertubuh
untuk menandai tinggi itu bukan
karakter
termasuk tipe Tari. Tapi ia sulit untuk memutuskan putus atau tidak pada saat itu. Selama ini
semenjak putus dengan Audra, ia sering berkhayal, berkhayal seandainya ia bisa lebih berpikir
seorang tokoh. Karakter jahat dan bijak dapat digambarkan dengan jelas melalui kata-
dewasa lagi. Namun yang sudah terjadi tidak bisa kembali lagi.
Daripada ia teringat dengan kekerasan bapaknya, ia mending terlintas kenangannya dengan
kata yang digunakannya.
Audra. Plak!! Batin Tari tergoncang, tamparan bapaknya ke bundanya itusampai menggerakkan
gendang telinganya. Bapak, Bapak! Cukup! Tari berlari menangis. Tak heran kalau Tari terkadang
berdiam diri di kelasnya. Wajah gelisahnya membuat dirinya penuh dengan misteri. Tapi
sesungguhnya ia termasuk perempuan sabar dan kuat karena ia dapat bertahan dengan kondisin
keluarga seperti itu.
Tet tet tet! Bunyi bel sekolah Tari berdenting, yang menandakan jam istirahat telah usai. Namun
Tari masih tetap duduk terenung di bangkunya sampai Yanti sobatnya itu membangunkannya dari
lamunannya.
“Tar!”
“Ei, kowe kok ngelamun aja toh?”
“Iya nih, lagi pusing aku.”
“Ooo, makanya kowe kok nggak sholat dhuha, biasanya kowekan rajin gitu.”
“He, itu itu Audra!” Yanti menyoel-nyoel Tari. Paan sih! Kalau kamu suka dia jangan kayak gini
dong! Alah yang suka aku apa kowe, Ihiir!! Yanti menyindir sobatnya itu.
Tapi dengan kelucuan sahabatnya itu, akhirnya Tari dapat tersenyum yang sejak kemarin ia terus
menangis dan bersedih karena bapaknya itu menampar bundanya yang tak sengaja mengingatkan
bapaknya untuk tidak merokok dan pulang malam. Yan, aku tuh udah putus dengannya! Tari
menyela sobatnya denan menahan ketawa sebab melihat wajah Yanti yang berekspresi kayak
“Aming” komedian itu.
Tentu saja Tari nggak akan mengatakan ke Yanti kalau ia sedang sedih dan menangisi takdirnya.
Batas bercerita tetap ada. Dan Tari tak ingin sobatnya itu bersedih lantaran kehidupannya yang
menyedihkan.
Dan siang itu meskipun Tari mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia, tapi pikirannya masih
melayang kemana-mana. Seandainya Audra masih menjadi kekasihku! pasti
masalahku akan reda dengan adanya dirinya. Huh malangnya nasibku. Eiiiiihh!! Teriakannya
membuat sekelas gaduh dan kaget. Ini berawal dari Bejo yang menepuk bahu Tari.
“Tar, hihihihi, ngelamun aja, kesambet lo entar!” Bejo pura-pura tak ngerti kesalahannya. Padahal
gara-gara dia Tari dipanggil ke depan oleh Bu Tartik, guru paling killer di sekolah.
“Tari! Maju ke depan.”
“Oh, My God!”
“Bilang apa kamu tadi ?”
“Ndak Bu, ndak!”
Semua teman Tari tertawa sambil menahan ketawa karena tak ingin Bu Tartik mendengar ketawa
mereka, namun tidak dengan Yanti dan Audra. Mereka terlihat sedang berpikir sesuatu.
“Ono opo ya ma Tari ?”
“Iya ya, ada apa dengan Tari, apa gara-gara aku ?”
Teman sebangku Yanti dan yang tak lain adalah Audra mencetuskan kata-kata seperti itu. Dan
membuat Yanti terkejut dan berpikir apa sebenarnya mereka berdua masih saling suka.
Tapi…………
Di lain posisi, Bu Tartik memarahi Tari abis-abisan.
“Tariiiii, kamu itu! Kalau kamu tidak ingin mengikuti pelajaran saya. Kamu jangan menganggu
pelajaran Ibu!” muka Tari yang memerah membuat dirinya tampak habis makan 100 cabe merah
keriting yang biasa dilihatnya di dapur ketika ia memasak dengan bundanya.
Tet tet tet tet tet tet…………
Untung penderitaan Tari berhenti juga, bel sekolah yang memengakkan telinga itu menyelamatkan
hidupnya hari ini. Tak hanya Tari, teman-temannya juga terselamatkan. Karena mereka ingin sekali
tak mengikuti pelajaran ini. Tapi begitu melihat Bu Tartik, akhirnya mereka mengikutinya.
“Duduk kamu! Ketua kelas pimpin doa!”
“Iya Bu.” Tari dan ketua kelasnya menyahut bersama. Setelah Bu Tartik keluar dari kelas, Yanti
dengan tas merah stroberinya itu langsung menyambar Tari. Tar kowe kenapa?
“Iya, kamu kenapa ?”
Oh My God, Audra! Tari yang semula cemberut langsung bersinar-sinar ketika Audra menghampiri
dan perhatian kepadanya.
“Aku nggak apa-apa kok Dra! Aku cuma cuma……..”
“Cuma ngelamunin kamu Dra.” Bejo menyela perkataan Tari namun Yanti membela sobatnya.
“Bejo! kowe ojo ngono.”
“Nggak nggak, aku lagi pusing aja, kamu nggak pulang Dra ?” Tari mengalihkan suasana dan itu
berhasil.
“Ya uda, aku pulang dulu ya.” Audra melirik Tari dengan senyumnya yang bisa membuat Tari
mabuk kepayang. Bejo pun mengikutinya dari belakang.
“Tar, kowe bener-bener pusing ta ?”
“Ehmm, nggak sih, aku tadi lagi mikirin Audra tapi gara-gara Bejo tukang usil itu, aku
jadi dicereweti Bu Tartik deh.”
“Eeemang!!!” Tari menggoda sobatnya itu dan merangkulnya agar Yanti segera pulang dengannya.
Lalu mereka harus masih menunggu kendaraan warna biru berlabelkan “AMG”(Arjosari-Gadang)
itu.
Bapak sedang menonton TV dan bapak memanggil Tari. Tak biasanya bapak mau bicara dengan
Tari. Tari, sini!Bapak mau ngomong. Besok akan ada keluarga teman Bapak yang mau
melamarmu, jadi besok kamu harus langsung pulang setelah jam sekolah selesai.
“Kamu bisa tunangan dulu dan setelah lulus dari kuliah, kamu baru menikah dengannya!”
Bapak tidak mau mendengar alasan apapun dari Tari. Jika Bapak sudah bicara A, maka Tari harus
mengikutinya. Tari tak tahu harus bagaimana, tak harus berbuat apa. Tari bingung! Tari harus
bagaimana ya Allah ? Bunda mengetuk pintu kamar Tari dan setelah bunda masuk, mereka terlibat
dalam pembicaraan.
“Sabar ya anakku, Bunda selalu disini menemanimu.” Mereka menangis berdua. Keesokan harinya
Tari tak masuk sekolah karena untuk masuk, ia terlalu capek. Capek menangis semalaman. Ini
merupakan takdir atau hanya kebetulan saja, Audra juga tak masuk. Entah apa alasannya. Di
“Nak, dia baik buat kamu! Terserah alasan kamu apa, yang penting sekarang kamu siap-siap untuk
sore nanti!”
“Pa!!!”
Jam di kamar Tari sudah menunjukkan pukul 15.00 dan sebentar lagi ia akan dilamar. Bun! Aku
nggak mau pake kebaya ini, ia melempar kebaya berwarna putih jika dipakenya akan pas di
memperjelas alasannya kepada Bundanya. Mendadak sebuah sedan hijau masuk pelan ke
halaman rumah Tari dan berhenti tepat di depan teras. Bapak menyambut keluarga itu. Namun
ada yang aneh, anak laki-laki dari keluarga itu terlihat murung dan malas sama seperti Tari.
Dibantu dengan bunda, ia segera memakai sepatu highheels warna putih mengkilat itu dengan
buru-buru. Meskipun terpaksa, Tari akhirnya keluar dan menemui keluarga pelamarnya.
Ketika Tari bertatap muka dengan anak laki-laki berjas hitam dengan kerah terbuka yang terlihat
tampan saat itu, ia serasa mau pingsan di tempat. Apa kamu?kamu?? Tari terheran dengannya.
“Ya benar, aku Audra!” Dia memang Audra, mantanku. Oh, takdir macam apakah ini? Secara
2. Amanat : Dalam menghadapi hal apapun harus bersikap dewasa dan berpikir
Patuhilah dan hormati orang tua kita Jangan menyesali sesuatu yang
3. Alur : Campuran
5. Penokohan/perwatakan :
Papa : Egois
6) Gaya Bahasa :
Pada cerpen bahasa di atas bahasanya cukup mudah dipahami, hanya ada
gabungan bahasa yang dipakai yakni bahasa Jawa, bahasa Inggris dan bahasa
Indonesia yang menjadikan cerpen ini lebih menarik karena mengajak pembaca untuk
lebih kritis dan kreatif dalam memahami beberapa jenis bahasa. Di samping itu, lewat
a. Pertanyaan
2)
Lelaki tua itu selalu suka mengenakan lencana merah putih yang
membangunnya!
b. Tugas
pembangunnya!
DAFTAR PUSTAKA
Juanda. 2004. Teori Sastra. Makassar: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri Makassar.