Anda di halaman 1dari 10

Penerapan Amanat dari Cerita Fabel Pada Kehidupan

Richo Adjie Santana


Universitas Negeri Medan, Indonesia
e-mail: richosantana226@gmail.com

ABSTRACT
Fable is a story that uses animals as the main characters, who can talk like humans. Which
in this fable is implied the meaning of the moral message. Fables, which are generally
folklore with moral messages in them, are said to be considered by Greek historian
Herodotus as the result of the discovery of a Yunani slave named Aesop in the 6th century
BC. Fables are fictional stories, not real-life stories. This article discusses the application of
moral values contained in fable texts to everyday life. By searching, reading and
understanding scientific works related to fables. So the information was collected so that it
became this article. Fables provide exemplary examples for their readers. Keywords: Fables,
Moral Values, Their Application.

ABSTRAK
Fabel merupakan cerita yang menggunakan hewan sebagai tokoh utamanya, yang bisa
berbicara layaknya manusia. Yang mana dalam fabel ini tersirat makna pesan moral. Fabel
yang umumnya berupa cerita rakyat dengan pesan-pesan moral di dalamnya, konon dianggap
oleh sejarah wan Yunani Herodotus sabagai hasil temuan seorang budak Yuani yang bernama
Aesop pada abad ke-6 SM. Fabel adalah kisah fiksi, bukan kisah kehidupan nyata. Pada
artikel ini membahas mengenai penerapan nilai moral yang terkandung dalam teks fabel pada
kehidupan sehari-hari. Dengan mencari, membaca dan memahami karya ilmiah yang
berkaitan dengan fabel. Maka terkumpullah informasi sehingga menjadi artikel ini. Fabel
memberikan contoh teladan bagi pembacanya.

Kata kunci: Fabel, Nilai Moral, Penerapannya

1
PENDAHULUAN
Fabel merupakan salah satu cerita dongeng. Dogeng merupakan sebuah cerita
khayalan, didalamnya mengisahkan konflik yang dialami oleh tokohnya. Fabel adalah teks
cerita fiksi (khayalan) yang menggunakan hewan sebagai tokoh yang bertingkah laku seperti
manusia. Dalam cerita fabel terdapat penggambaran moral/unsur moral dan karakter manusia
yang berisi kritik tentang kehidupan didalam ceritanya.
Cerita fabel digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan dan nilai
moral kepada pembaca agar pembaca tidak mudah terpengaruh untuk melakukan tindakan
tercela. Selain itu, pembaca juga dapat mengambil pelajaran untuk menjadi manusia yang
berbudaya dan berbudi luhur. Meskipun berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan pesan
moral, bukan berarti cerita fabel menjadi sebuah cerita yang membosankan. Dengan
penggunaan hewan sebagai tokoh dalam cerita serta kemasan bahasa yang lugas dan mudah
dipahami, cerita fabel menjadi menarik sehingga digemari oleh semua orang.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi Pustaka yaitu
dimana peneliti mengumpulkan data dari beberapa buku dan jurnal atau sumber yang di
jadikan objek penelitian. Menurut Mestika Zed (2003), Studi pustaka atau kepustakaan dapat
diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data
pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.

PEMBAHASAN
Pegertian Fabel
Fabel, diambil dari bahasa Latin fibula yang berarti jenis cerita pendek atau dongeng
rakyat yang bermanfaat (berisi ajaran moral), terutama yang berasal dari kehidupan binatang
atau hewan-hewan yang bertindak sebagai pelaku dan berbicara seperti manusia. Menurut
Semi (2000:982),“Fabel adalah cerita yang menggunakan hewan sebagai tokoh utamanya,
misalkan, cerita kancil atau cerita Tantri di Indonesia.”

Secara etimologis, fabel tersebut berasal dari bahasa latin fabula yang artinya jalan
cerita didasarkan pada logika dan urutan kronologis peristiwa yang terdapat dalam alur cerita.
Cerita binatang (fabel) adalah cerita dengan tokoh binatang. Hewan dapat berpikir dan
berinteraksi seperti manusia. Jadi cerita di sini yang di perankan oleh berbagai hewan –
hewan terutama hewan buas yang ada di hutan namun peran hewan tersebut selayaknya

2
manusia yang bisa berbicara, tingkah lakunya, dan tentu saja dari cerita tersebut mengandung
pesan moral di dalamnya. Fabel biasanya menceritakan tentang kehidupan di alam mereka, di
mana mereka hidup dan tinggal.

Nugiyantoro (2010, 22) menyatakan bahwa fabel adalah cerita dongeng tentang
binatang dengan personifikasi karakter manusia. Personifikasi karakter maksudnya adalah
pemberian sifat-sifat manusia ke dalam sifat binatang yang dijadikan tokoh cerita. Jadi
binatang-binatang tersebut dapat berpikir dan berinteraksi seperti komunitas manusia. Mereka
dapat berpikir, berperasaan, bersikap, berbicara, dan berperilaku layaknya manusia. Ampera
(2010, 22) menyatakan bahwa fabel merupakan cerita yang isinya tentang binatang.
Binatang-binatang tersebut dapat berpikir dan bertingkah laku seperti manusia. Pendapat ini
didukung oleh Mihadja (2012, 9) yang menyatakan bahwa fabel adalah cerita tentang
binatang yang bertingkah laku layaknya manusia.

Berdasarkan sudut pandang di atas, dapat disimpulkan bahwa fabel adalah cerita
tentang kehidupan hewan yang berperilaku seperti manusia. Fabel adalah kisah fiksi, bukan
kisah kehidupan nyata. Cerita fabel disebut cerita moral karena informasi dalam cerita fabel
berkaitan erat dengan moralitas.

Ciri-Ciri Fabel
Kemendikbud (2014) secara umum teks fabel memiliki beberapa ciri-ciri di dalamnya
diantara-Nya yaitu:

1. Menggunakan tokoh binatang dalam penceritaannya. Memakai tokoh binatang dalam


penceritaannya ini sering sekali biasanya terlihat di televisi yang berisi kisah – kisah
cerita yang di perankan oleh berbagai jenis binatang di dalamnya, ini biasanya
bertujuan untuk menarik minat para anak – anak untuk menontonnya agar sikap moral
anak tersebut terlatih dari cerita – cerita maupun pesan moral yang ada di dalamnya.
2. Binatang yang sebagai tokoh utama dapat bertingkah laku seperti manusia pada
umumnya. Peran binatang di sini tidak hanya sekedar binatang saja, namun binatang –
binatang di dalam cerita ini bisa dapat berbicara selayaknya seperti manusia terutama
tokoh utama pada cerita tersebut.
3. Menunjukkan penggambaran moral atau unsur moral dan karakter manusia serta kritik
tentang kehidupan di dalam ceritanya, jadi di dalam cerita ini mengandung nilai –
nilai moral di dalamnya agar membuat yang menonton bisa menjadikan pembelajaran
untuk kehidupan sehari – harinya.

3
4. Penceritaannya pendek Cerita yang bersifat pendek. Di karena kan cerita ini hanya
mengutamakan nilai – nilai moral di dalamnya sehingga tidak perlu durasi yang
sangat lama namun sangat di utamakan memiliki nilai – nilai moral didalam-Nya.
5. Menggunakan pilihan kata yang mudah Kata yang mudah membuat yang
menontonnya sangat paham dan dapat memetik isi cerita tersebut dengan mudah, apa
lagi banyak yang menonton itu para anak – anak sehingga sangat di perlukannya kata
yang mudah.
6. Paling tepat untuk diceritakan adalah antara karakter manusia yang baik dan yang
buruk seperti watak manusia. Jadi di dalam cerita ini menyesuaikan berbagai karakter
atau watak dan sifat manusia sebenarnya.
7. Menggunakan setting atau latar alam. Latar sebuah cerita biasanya menyesuaikan
dengan latar aslinya. Bisanya cerita ini di latar belakangi dengan alam seperti kisah
kancil yang berlatar belakang di hutan.

Struktur Fabel
Teks fabel memiliki beberapa struktur, di antaranya sebagai berikut:

1. Orientasi, yaitu bagian permulaan pada sebuah cerita fabel. Bagian orientasi biasanya
berisi pengenalan cerita fabel tersebut, seperti pengenalan tokoh, pengenalan latar tempat
dan waktu, pengenalan tema.
2. Komplikasi, yaitu klimaks atau puncak permasalahan yang dialami tokoh utama.
Puncak konflik merupakan kejadian yang dialami oleh tokoh utama yang harus segara
mendapatkan sebuah penyelesaian.
3. Resolusi, yaitu bagian dari teks berisikan pemecahan permasalahan yang dialami dan
dirasakan oleh tokoh utama. Bagian ini berhubungan erat dengan bagian komplikasi.
Resolusi merupakan bagian dimana tokoh utama dapat menyelesaikan masalah, biasanya
dengan bantuan teman-temannya.
4. Koda, merupakan bagian terakhir dari teks cerita, berisikan pesan-pesan atau amanat
yang terdapat dalam cerita fabel itu sendiri. Dalam cerita fabel, bagian koda tidak selalu
ada. Fabel yang tidak memiliki koda memberikan pesannya secara tersirat.

Unsur Kebahasaan Fabel


a. Kata Kerja

4
Salah satu dari beberapa unsur kebahasaan pada teks cerita fabel, yaitu kata kerja
atau verba. Kata kerja adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan, atau keadaan.
Dalam teks cerita fabel, terdapat dua jenis kata kerja yaitu :

 Kata Kerja Transitif 


 Kata Kerja Intransitif 
b. Kata Sandang Si dan Sang

Cerita fabel merupakan cerita yang menggunakan hewan sebagai tokoh utamanya.
Dalam penamaan tokoh, fabel biasanya menggunakan kata “si” dan “sang” didepan nama
hewannya. Penggunaan kata sandang “si” dan “sang” dalam sebuah cerita merupakan
salah satu cara penulis untuk menambah nilai estetika (keindahan) dalam cerita fabel
tersebut

c. Penggunaan Kata Keterangan Tempat dan Waktu


Cerita fabel biasanya menggunakan kata keterangan tempat dan waktu pada awal
ceritanya. Hal itu bertujuan untuk menghidupkan suasana dalam cerita tersebut. Pada
keterangan tempat sering menggunakan kata depan di dan pada keterangan waktu sering
menggunakan kata depan pada.
d. Penggunaan Kata Hubung Lalu, Kemudian, dan Akhirnya
Cerita fabel, semua bagian cerita, satu kesatuan yang memiliki kesinambungan.
Untuk menghubungkan peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita sering digunakan kata
lalu dan kemudian. Kedua kata tersebut memiliki arti yang sama. Kata-kata tersebut
sering digunakan dalam sebuah teks sebagai kata penghubung antar kalimat dan intra
kalimat selain kedua kata tersebut, ada satu kata hubung yang sering digunakan dalam
penyimpulan serta pengakhiran informasi pada paragraph maupun pada teks, baik itu teks
cerita fabel ataupun teks cerita lainnya, yaitu kata akhirnya.

Penerapan Nilai Moral Pada Teks Fabel di Kehidupan Sehari-Hari


Berikut ini di paparkan beberapa contoh teks fabel:

Contoh 1

Sekor Rubah dan Bangau

Pada suatu hari ketika seekor rubah sedang berjalan-jalan di hutan, dia berpikir
"Udara yang cerah!! Alangkah menyenangkannya jika aku pergi memancing," katanya dalam

5
hati. Segera disiapkannya alat-alat untuk memancing lalu segera ia pergi ke telaga yang
letaknya ada di tengah-tengah hutan.

Ketika sampai di telaga, ia melihat seekor burung bangau yang Anggun sedang
berenang di sebuah telaga yang berair jernih.

"Wahai bangau, apa yang sedang kau lakukan?" Tanya rubah sambil mengeluarkan
pancingnya.

Sang rubah sudah membayangkan bahwa ia akan mendapat ikan yangbanyak untuk
dimasak sebagai hidangan makan malamnya.

"Aku sedang berenang. Menikmati sejuknya air telaga yang membasahi bulu-buluku"
jawab bangau sambil mengepak-ngepakan sayapnya yang lebar itu.

"Apa kau akan memancing, rubah?" Tanya bangau ketika melihat alat pancing yang
sedang disiapkan rubah.

"Ya, aku akan memancing untuk hidangan makan malamku" jawab rubah sambil
membuang kail yang telah diberi umpan itu ke telaga. Baru sebentar kali dilempar,
tiba-tiba pancingnya bergetar, segera rubah menarik tali pancingnya dan melihat
seekor ikan besar tergantung disana.

"Wah, Asyik.. Aku akan pesta besar nanti malam," kata rubah dengan penuh

"Apa kau mau makan malam di tempatku bangau?" Tanya rubah sambil
sukacita.membereskan alat-alat pancingnya untuk segera pulang.

Tentu saja," jawab bangau dengan penuh semangat. Maka pulanglah rubah ke
rumahnya untuk menyiapkan makan malam. Tepat waktunya makan malam,
datanglah bangau ke rumah rubah. "ok..tok..tok!!" Bangau mengetuk pintu.

"Silakan masuk," kata rubah sambil membukakan pintunya. Bangau pun masuk lalu
mereka duduk di meja makan yang telah dihias dengan begitu indahnya. Bangau
merasa sangat lapar. Aroma makanan begitu membangkitkan selera.

"Harum sekali! Pasti rasanya enak" kata bangau dalam hatinya.

Makanan pun dihidangkan. Rubah memasak sup ikan yang sangat harum dan
meletakkan dalam mangkuk kecil. Melihat hal itu, bangau pun merasa sangat sedih karena
dia tidak dapat menyantap sup tersebut. Paruhnya yang panjang tidak dapat digunakan untuk

6
memakan sup di mangkuk yang kecil. Akhirnya bangau hanya dapat menatap sup tersebut
sambil menahan rasa laparnya.

"Bangau, kenapa tidak kau makan supnya, apakah kau tidak menyukainya?" Tanya
rubah karena dilihatnya bangun hanya memandang sup tersebut. "Paruhku yang
panjang tidak dapat digunakan untuk memakan sup di mangkukmu yang kecil itu
rubah" jawab bangau dengan sedih.

"Maafkan aku bangau, tetapi hanya mangkuk kecil ini yang kumiliki," kata rubah

"Tapi kau tak perlu sedih, aku tahu jalan keluarnya," kata rubah lagi. Rubah segera
mengambil sebuah rantang lalu mengisi rantang itu dengan sup hingga penuh.

"Ini bawalah, kau bisa menikmati sup ini di rumahmu," kata rumah sambil
menyerahkan rantang itu kepada bangau. Bangau pun merasa senang.

"Terima kasih rubah, kau baik sekali," kata bangun sambil berpamitan.

"Besok adalah giliranku untuk mengundangmu makan malam di rumahku" kata


bangau saat mereka berpisah di pintu rumah rubah.

"Baiklah, aku pasti dating," jawab rubah sambil melambaikan tangannya.


Demikianlah keesokan harinya, waktu makan malam tiba, rubah datang berkunjung
ke rumah bangau.

"Tok..tok..tok.." Rubah mengetuk pintu.

"Ahh.. Rubah... Kau sudah dating. Mari masuk," ajak sang bangau

Ketika rubah masuk ke dalam rumah, tersciumlah wangi harum dari masakan.

"Perutku lapar sekali" kata rubah dalam hati.

"Ayo kita segera makan" kata sang bangau sambil membawa rubah duduk di meja
makan.

Di atas meja sudah tersedia dua buah kendi dengan leher panjang. Rubah berpikir
sejenak lalu berkata,

"aku tidak dapat makan dari dalam kendi ini, karena leherku pendek, apakah kamu
mempunyai mangkok kecil?"

"Ahh.. Tentu saja," jawab sang bangau.

7
"Rantang yang digunakan untuk membawa supmu yang kemarin, dapat kau gunakan
untuk alasnya."

Akhirnya rubah dan bangau pun dapat menikmati makan malamnya dengan penuh
sukacita.

Berdasarkan teks fabel Seekor Rubah dan Bangau tersebut, amanat atau nilai moral
yang terdapat di dalam nya adalah jika kita berbuat baik kepada seseorang, maka kebaikan
kita akan di balas dengan kebaikan pula. Dan kebaikan itu akan kembali kepada diri kita
walaupun melalui orang yang berbeda.

Dalam kehidupan nyata, berbuat baik harus dilakukan kepada siapa pun dan kapan
pun. Karena dengan berbuat baik, kebaikan akan selalu datang menghampiri kita melalui
siapa pun. Segala perbuatan kebaikan yang tulus tentu nya akan di balas juga dengan
kebaikan yang datang dari siapa pun.

Contoh 2

Kuda Berkulit Harimau

Seekor kuda sedang berjalan dari sebuah ladang gandum menuju sebuah hutan yang
lebat, kuda itu telah puas memakan gandum yang ada di ladang itu dia terlihat gembira
karena tidak ada petani gandum menjaga ladangnya. Ketika dia menuju hutan lebat di tengah
jalan sang kuda melihat sesuatu dengan heran seperti sebuah kulit harimau lalu kuda itu
mendekatinya dan ternyata memang benar apa yang dia lihat adalah sebuah kulit harimau
yang tidak sengaja ditinggalkan oleh para pemburu harimau. Kuda itu mencoba memakai
kulit harimau itu dan ternyata pas ditubuhnya. Lalu terlintas di benak kuda itu untuk
menakuti hewan-hewan hutan yang melewati dirinya, kuda itu bergegas mencari tempat
untuk bersembunyi. Tempat itu harus terlihat gelap dan sering dilalui oleh beberapa hewan
hutan. Akhirnya dia menemukan semak-semak yang cukup gelap untuk bersembunyi dan
kuda itupun masuk ke semak-semak dengan menggunakan kulit harimaunya, di semak-semak
kuda itu bersembunyi menunggu hewan hutan yang melewatinya dan tidak lama kemudian
beberapa domba gunung berjalan ke arah dirinya kuda itu kini bersiap-siap untuk meloncat.

Ketika domba-domba itu melewati kuda yang sedang bersembunyi kuda itu meloncat
ke arah domba-domba itu dan serentak domba-domba itu berlarian kesana kemari mereka
ketakutan dengan kulit harimau yang dipakai oleh kuda itu. Sang kuda hanya tertawa setelah
domba-domba itu berlarian dia amat senang sekali menjahili domba-domba itu.

8
Lalu sang kuda kembali bersembunyi kedalam semak-semak dia menunggu hewan
lain datang melewati semak-semak itu dari kejauhan terlihat seekor tapir berjalan sambil
menguyah sesuatu dimulutnya, tapir itu berjalan dengan sangat lambat mendekati semak-
semak namun ketika kuda itu meloncat ke arah tapi itu sang tapir terkejut dan lari sekencang-
kencangnya menghindari menghindari kuda yang memakai kulit harimau itu. Sang kuda kini
semakin senang mengganggu hewan-hewan lainnya dan dia kembali ke semak-semak itu
menunggu hewan lain untuk dia kagetkan.

Kini sang kuda menunggu lebih lama dari biasanya namun hal itu tidak membuatnya
bosan tiba-tiba seekor kucing hutan berlari sambil membawa seekor tikus dimulutnya.
Kucing itu tidak melewati semak-semak. Kucing itu hanya duduk menyantap tikus yang ia
tangkap di dekat pohon besar, melihat hal itu sang kuda berinisiatif untuk mengagetkannya
dari arah belakang.

Kuda itu keluar dari semak-semak dan berjalan dengan hati-hati agar lebih dekat
dengan sang kucing ketika sudah sangat dekat dengan sang kucing, kuda itu mengaum seperti
halnya seekor harimau namun kuda itu tidak sadar bahwa suara aumannya bukanlah suara
harimau memainkan suara seekor kuda, mendengar hal itu sang kucing menoleh ke belakang
dan dia melihat kuda itu dengan kulit harimau namun bersuara kuda. Hal itu membuat
sangkucing tertawa terbahak-bahak "Apabila aku melihatmu memakai kulit harimau itu aku
akan lari ketakutan tapi auman suaramu itu tetap bukan suara barimau melainkan suara
seekor kuda.

Berdasarkan teks fabel Kuda Berkulit Harimau tersebut dapat di ambil amanat atau
nilai moral nya yaitu sepandai apa pun berpura-pura atau menutupi kebohongan, suatu saat
nanti kebohongan itu akan terlihat juga.

Jadi dalam kehidupan nyata atau pun bersosialisasi hendaknya harus selalu bertindak
atau berkata jujur karena dengan kejujuran dapat mempermudah segala urusan. Jika kita
berbohong maka kebohongan itu tidak akan berhenti untuk menutupi kebohongan sebelum
nya dan seterus nya.

KESIMPULAN
Dalam teks fabel terdapat unsur koda. Unsur ini meupakan bagian yang berisi
perubahan tingkah laku ataupun nilai moral yang terkandung dalam teks fabel. Nilai moral ini
biasanya tersembunyi atau tersirat dalam teks tersebut. Nilai moral dengan teks fabel tidak

9
bisa di pisahkan karena pada dasarnya penulisan teks fabel memang di tujukan untuk
menyampaikan nilai moral dengan penyampaian yang lebih menarik yaitu dengan teks fabel.

SARAN
Penulis sadar bahwa Rekayasa Ide ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itulah
saran dan kritik yang bersifat membangun masih sangat kami harapkan guna penulisan kami
selanjutnya agar menjadi lebih baik. Dan semoga rekayasa ide mengenai menulis kreatif ini
menjadi motivasi untuk lebih meningkatkan daya tarik untuk terus menuangkan ide
melalui menulis.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi, H. G., Suwignyo, H., & Maryaeni, M. (2018). Bahan Ajar Menulis Teks Fabel
Bermuatan Nilai Kehidupan. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan
Pengembangan, 3(8), 1032-1038.

Fahmy, Z., Subyantoro, S., & Nuryatin, A. (2015). Pengembangan Buku Pengayaan
Memproduksi Teks Fabel Bermuatan Nilai Budaya Untuk Siswa SMP. Seloka: Jurnal
Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 4(2).

Kemendikbud. (2014). Bahasa Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.

Septianingsih, Y., & Afnita, A. (2020). Struktur Dan Unsur Kebahasaan Teks Fabel Kelas Vii
Smp Negeri Pembangunan Padang. Jurnal Pendidikan Rokania, 5(2), 219-226.

Syafutri, H. D., & Hidayati, F. (2016). Fabel sebagai alternatif pendidikan karakter dalam
pembelajaran sastra anak. In Makalah dipresentasikan pada pertemuan seminar
nasional sastra anak membangun karakter anak melalui sastra anak. Yogyakarta.

Wahono, Sawali dan Drs. Mafrukhi. 2013. Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

10

Anda mungkin juga menyukai