Anda di halaman 1dari 8

FABEL & LEGENDA

1. Pengertian Fabel
Fabel adalah salah satu jenis dongeng. Dongeng adalah cerita prosa yang tidak dianggap benar-
benar terjadi. Dongeng diceritakan untuk hiburan. Jadi Fabel adalah cerita dongeng yang
menampilkan binatang sebagai tokoh cerita.

2. Pengertian Legenda
Lengenda adalah cerita prosa rakyat yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar
terjadi, tetapi tidak dianggap suci dan oleh yang empunya cerita sebagai sesuatu yang benar-
benar terjadi dan juga dibumbui dengan keajaiban , kesaktian, dan keistimewaan tokohnya.

3. Ciri-ciri Fabel
 Tokoh utama binatang
 Alur ceritanya sederhana
 Cerita singkat dan bergerak cepat
 Karakter tokoh tidak diuraikan secara terperinci
 Gaya penceritaan secara lisan
 Pesan atau tema kadang-kadang dituliskan dalam cerita.
 Pendahuluan sangat singkat dan langsung

4. Jenis Fabel
Ditinjau dari watak dan latarnya, fabel dibedakan menjadi 2, yaitu fabel alami dan fabel adaptasi
a. Fabel Alami
Fabel alami menggunakan watak tokoh bintang seperti pada kondisi alam nyata.
Misalnya: kura-kura. Di dunia nyata kura-kura bergerak lambat. Jadi dalam fabel kura-kura
akan diberi watak lambat.
b. Fabel Adaptasi
Fabel adaptasi adalah fabel yang watak tokohnya tidak sesuai kenyataan.
Misalnya: siput yang kenyataannya lamban dalam fabel diberi watak tangkas, cepat, dan
gesit.
Ditinjau dari ada tidaknya pesan, fabel dibedakan menjadi 2, yaitu fabel dengan koda dan fabel
tanpa koda
a. Fabel dengan Koda
Fabel dengan koda yaitu, fabel yang menampilkan pesan secara eksplisit (jelas) diakhir
cerita.
b. Fabel tanpa Koda
Fabel tanpa koda yaitu, fabel yang tidak menampilkan pesan secara eksplisit (jelas) diakhir
cerita, melainkan tersimpan secara implisit (tersirat) di dalam cerita.
Ditinjau dari waktu kemunculannya, fabel dibedakan menjadi 2, yaitu fabel klasik dan fabel
moderen
a. Fabel Klasik
Fabel klasik merupakan cerita yang telah ada sejak zaman dahulu, tetapi tidak diketahui
persis waktu kemunculannya yang diwariskan secara turun temurun lewat sarana lisan.
Fabel klasik sudah ada sejak zaman India kuno dan yunani klasik. Di Indonesia bisa
ditemukan pada suku Melayu, Jawa, Sunda atau Toraja. Melayu dan Jawa menggunakan
tokoh kancil, Sunda menggunakan tokoh kera dan Toraja menggunakan kera hantu.
b. Fabel Moderen
Merupakan cerita yang muncul dalam waktu yang belum lama dan sengaja ditulis oleh
pengarang sebagai ekspresi kesastraan.
Contoh fabel modern antara lain Keledai yang dungu, Bona dan Rongrong.
Ciri-ciri fabel moderen :
 Ceritanya bisa panjang atau pendek
 Temanya sederhana
 Kental dengan petuah/moral
 Sifat hewani masih melekat

5. Jenis-Jenis Legenda
Legenda dibagi dalam empat jenis yaitu legenda keagamaan, legenda alam gaib, legenda
perorangan, dan legenda setempat.
a. Legenda Keagamaan
Legenda yang ceritanya berkaitan dengan kehidupan keagamaan. Legenda ini mengisahkan
tentang orang tertentu atau kelompok tertentu, misalnya cerita tentang para penyebar
islam di Jawa. Kelompok orang-orang ini di Jawa di kenal dengan wali songo. Mereka adalah
manusia biasa, tokoh yang memang benar-benar ada, tetapi dalam uraian ceritanya
ditampilkan sebagai figur-figur yang memiliki kesaktian. Kesaktian yang mereka miliki
digambarkan di luar batas manusia biasa.
b. Legenda Alam Gaib
Artinya cerita-cerita pengalaman seseorang dengan makluk gaib, hantu-hantu, siluman, dan
gejala-gejala alam gaib. Contoh : di Bogor Jawa Barat, ada legenda tentang Mandor Kebun
Raya Bogor yang hilang lenyap begitu saja waktu bertugas di kebun raya. Menurut
kepercayaan penduduk setempat, peristiwa itu disebabkan ia telah melangkahi setumpuk
batu bata yang merupakan bekas pintu gerbang Kerajaan Padjajaran. Pintu gerbang itu
menurut kepercayaan penduduk setempat, terletak di salah satu tempat di Kebun Raya
Bogor. Tepatnya tidak ada yang mengetahui. Oleh karana itu, penduduk setempat
menasehati para pengunjung agar jangan melangkahi tempat antara tumpukan batu bata.
Larangan tersebut muncul karena ada kemungkinan bahwa disanalah letak bekas pintu
gerbang kerajaan zaman dahulu itu, jika kita melanggarnya kita akan masuk ke daerah gaib
dan tidak dapat pulang lagi ke dunia nyata.
c. Legenda Perorangan
Merupakan cerita mengenai tokoh-tokoh tertentu yang dianggap benar-benar terjadi.
Contoh : Lutung Kasarung dari Jawa Barat, Rara Mendut dan Jaka Tingkir dari Jawa Tengah.

d. Legenda Lokal/Setempat
Artinya legenda yang berhubungan dengan terjadinya suatu tempat. Contoh : terjadinya
Danau Toba, terjadinya Gunung Tangguban Perahu.

6. Unsur Pembangun Cerita /Unsur Intrinsik Fabel dan Legenda


a. Tema
Tema adalah ide pokok sebuah cerita. Tema dalam fabel dan legenda adalah tema yang
berkaitan dengan moral dan sosial.
b. Alur/Plot
Alur merupakan unsur yang penting dalam sebuah cerita. Alur/plot adalah serangkaian
peristiwa yang mempunyai hubungan sebab akibat. Berdasarkan waktunya alur/plot dapat
dibagi atas tiga yaitu alur maju, alur mundur, dan alur campuran.
 Alur maju : serangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan waktu kejadian atau
waktu bergerak ke depan.
 Alur mundur : rangkaian peristiwa yang urutannya tidak sesuai dengan urutan kejadian
waktu atau cerita bergerak mundur.
 Alur campuran : rangkaian peristiwa yang urutannya merupakan campuran antara alur
maju dan mundur.
c. Penokohan
Penokohan adalah pelukisan gambaran jelas tentang seseorang dalam sebuah cerita. Ada
perbedaan tokoh dalam cerita fabel dan legenda. Tokoh utama dalam cerita legenda
merupakan seseorang yang mempunyai kekuatan dan kesaktian tertentu. Tokoh utama
pada fabel adalah hewan yang digambarkan dapat berbicara, mempunyai perasaan, dan
tingkah laku seperti manusia. Penokohan berkaitan dengan pelaku dan watak pelaku.
Berdasarkan pelaku dapat dibedakan atas dua yakni tokoh utama dan tokoh pembantu.
 Tokoh utama adalah tokoh yang selalu muncul dari awal sampai akhir cerita.
 Tokoh pembantu adalah tokoh yang muncul menyertai tokoh utama.
Berdasarkan perwatakannya, tokoh dalam legenda dan fabel dapat dibagi menjadi pemeran
protagonis dan antagonis.
 Tokoh protagonis adalah : tokoh yang mempunyai watak baik.
 Tokoh antagonis adalah : tokoh yang mempunyai watak jahat.
Penggambaran watak tokoh dapat dilihat dari perkataan, perbuatan, dan pikiran tokoh yang
digambarkan dalam cerita.
Pengarang dapat menggambarkan watak tokoh dengan dua cara yaitu :
 Analitik
Pengarang langsung memaparkan watak atau karakter tokoh. Pengarang menyebutkan
bahwa tokoh tersebut keras hati, keras kepala, dan penyayang.
 Dramatik
Penggambaran watak tokoh tidak digambarkan secara langsung, tetapi disampaikan
dengan cara berikut:
1) Tingkah laku tokoh terhadap tokoh-tokoh lain.
2) Dialog, berupa dialog tokoh bersangkutan dalam interaksinya dengan tokoh-tokoh
lain.
d. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara/pandangan yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk
menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita. Pada
cerita fabel dan legenda biasanya menggunakan sudut pandang orang ketiga.
e. Latar
Latar adalah bagian cerita atau landas tumpu yang mengacu pada masalah tempat dan
waktu terjadinya peristiwa, serta lingkungan sosial yang digambarkan untuk menghidupkan
peristiwa.
 Latar tempat
Latar tempat pada cerita legenda adalah tempat-tempat yang dikenal saat ini. Latar pada
cerita fabel biasanya di hutan, atau alam liar.
 Latar waktu
Latar yang menunjukan waktu kejadian pada cerita fabel dan legenda. Latar waktu yang
sering dipakai dalam cerita legenda dan fabel antara lain pada suatu hari, pada zaman
dahulu, serta penunjuk waktu seperti pagi hari, siang hari, malam hari.
 Latar suasana
Latar suasana berhubungan dengan suasana kejadian pada cerita legenda dan fabel. Latar
suasana dapat digambarkan lewat konflik yang dialami tokoh pada cerita.
f. Amanat/pesan
Amanat/pesan merupakan sesuatu yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.
Amanat/pesan dalam cerita fabel dan legenda kebanyakan bersifat moral.

7. Menceritakan kembali isi fabel/ legenda daerah setempat


a. Menentukan Tokoh dan Watak Tokoh
Untuk menceritakan kembali cerita fabel dan legenda kita harus membaca lebih dahulu
cerita tersebut. Kemudian harus menentukan tokoh dan watak tokoh.
b. Menentukan Rangkaian Peristiwa
Fabel dan legenda mempunyai pokok-pokok isi. Pokok isi tersebut menyusun cerita fabel
dan legenda. Pokok isi cerita tersebut dikembangkan menjadi cerita padu. Dari pokok isi
yang sudah dibuat kita dapat mengembangkan menjadi cerita baru dengan bahasa sendiri.
Akan tetapi, isi cerita yang dibuat tidak boleh berbeda dari pokok isi cerita tersebut. Agar
cerita lebih menarik, buatlah dengan bahasa yang komunikatif dan menarik.

8. Menelaah Struktur Fabel dan Legenda


Fabel dan legrnda termasuk dalam cerita prosa rakyat. Fabel dan legenda mempunyai struktur
yang sama. Struktur pada fabel dan legenda terbagi menjadi 4 bagian, yaitu orientasi,
komplikasi, resolusi, dan koda.
Secara umum orientasi berisi pengenalan tokoh, latar, watak tokoh, dan konflik.
Komplikasi berisi hubungan sebab akibat sehingga muncul masalah hingga masalah itu
memuncak. Resolusi berisi penyelesaian masalah. Koda berisi nilai moral yang
diungkapkan pengarang secara implisit pada akhir masalah.
a. Orientasi
Orientasi merupakan pembuka dalam cerita prosa rakyat. Orientasi berisi pengenalan tokoh
dan latar cerita. Pengenalan tokoh berkaitan dengan pengenalan pelaku (terutama pelaku
utama). Pengenalan ini meliputi kejadian yang dialami tokoh atau pelaku utama.
Pengenalan latar berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam
cerita. Latar digunakan pengarang untuk menghidupkan sebuah cerita dan meyakinkan
pembaca. Dengan kata lain, latar ini mengekspresikan watak, baik secara psikis maupun
fisik.
b. Komplikasi
Tahapan ini berisi urutan kejadian. Kejadian-kejadian ini dihubungkan secara sebab akibat.
Peristiwa satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa lain. Komplikasi muncul
akibat munculnya suatu konflik yang diceritakan pada tahapan pada tahapan orientasi.
Tahap ini ditandai dengan reaksi pelaku dalam cerita legenda atau fabel terhadap konflik.
Tahapan penjalinan konflik dimulai dari munculnya konflik, hingga konflik memuncak
(klimaks).
c. Resolusi
Resolusi merupakan suatu keadaan ketika konflik terpecahkan dan menemukan
penyelesaiannya. Tahapan ini ditandai dengan pengungkapan solusi dan berbagai konflik
yang dialami tokoh.
d. Koda
Koda merupakan akhir dari cerita prosa rakyat seperti legenda dan fabel. Koda bisa berisi
perubahan perilaku tokoh atau nilai-nilai yang dapat dipetik dari cerita tersebut.

Bacalah contoh fabel berikut dengan saksama!


Keledai, Serigala Gunung, dan Macan Tutul

Suatu hari seekor Keledai pergi mencari seekor Serigala Gunung ke sebuah gunung
yang sangat tinggi. Keledai itu sengaja mencari Serigala Gunung untuk berburu bersama di
sebuah hutan yang cukup lebat. Tidak lama keledai itu menaiki gunung, akhirnya dia
menemukan seekor Serigala Gunung sedang berjalan. Kemudian, serigala itu dia ajak untuk
berburu bersama. Serigala Gunung itu menerima ajakan dari si Keledai. Kini si Keledai dan
Serigala Gunung pergi ke hutan lebat itu, tetapi sebelum mereka memasuki hutan itu si Keledai
menemuai seekor Macan Tutul yang sedang tiduran di sebuah pohon besar. Si Keledai
kemudian mengajak si Macan Tutul itu pergi berburu bersama. Macam Tutul pun menerima
ajakan si Keledai. (Orientasi)
Setelah si Keledai mengumpulkan teman berburuhnya, yakni Serigala Gunung dan
Macan Tutul, mereka pergi bersama-sama memasuki hutan lebat untuk berburuh. Mereka
menangkap hewan-hewan dengan kerja sama yang baik. Hewan apapun bisa mereka tangkap
dengan mudah. Mereka berburuh dari pagi hinggah sore hari. Mereka berhasil mengumpulkan
hewan-hewan tangkapannya. Kemudian, mereka bawa hewan-hewan hasil buruan tersebut di
tempat terbuka. Hewan hasil buruan mereka terdiri atas seekor kelinci, kambing, rusa, kerbau,
kijang, dan sapi. Tiba waktunya mereka membagi hewan-hewan tangkapan tersebut.
Sang Macan Tutul menunjuk si Keledai untuk membagi hewan-hewan itu, “Keledai,
silahkan kau bagi makanan-makanan itu,”perintah Sang Macan tutul.
Keledai lalu menghitung dengan cermat hewan tangkapan mereka. Setelah si Keledai
menghitung, dia membagikan hewan-hewan itu secara adil dengan membagi tiga bagian yang
sama banyak. melihat pembagian itu, sang Macan Tutul sangat marah. Kemudian, dia
menerkam si Keledai hingga Keledai mati. Kini tumpukkan makanan pun telah bertambah.
Kemudian, sang Macan Tutul menoleh ke arah si Serigala Gunung.
“Sekarang kamu bagikan hewan-hewan itu, “ perintahnya dengan marah.
Sang Serigala Gunung mendekati makanan itu. Dia menumpuk kembali hewan-hewan
yang telah dibagikan oleh si Keledai menjadi tumpukan yang besar. Kemudian, dia menggigit
seekor kelinci di mulutnya untuk dirinya sendiri. Dia hanya memilih seekor kelinci yang
dagingnya sangat kecil dan tidak begitu berarti untuk sang Macan Tutul. (Komplikasi)
Macan Tutul yang tadinya marah kini mulai reda. Dia melihat keputusan sang Serigala
Gunung dengan tersenyum, “Kau sangat pandai dalam mengambil sebuah keputusan wahai
Serigala Gunung. Kau membagikan makanan ini dengan sangat adil. Apakah kau
mempelajarinya dari si keledai?” tanya Macan Tutul.
“Ya, aku belajar dari si Keledai,” jawab Serigala Gunung itu sambil pergi dari hadapan
Macan Tutul. (Resolusi)
“Aku juga tidak mau mengulangi nasib sama dengan keledai itu, “ celetuk sang
Serigala Gunung. Dalam hatinya, Serigala gunung sangat kecewa dengan keserakahan Macan
Tutul, dia berjanji tidak akan bekerja sama dan membantu Macan Tutul di kemudian hari.
(Koda)

7. Mencermati Penggunaan Kata/Kalimat pada Fabel dan Legenda


Selain dilihat dari struktur, fabel dan legenda juga memiliki karakteristik bahasa yang unik.
a. Penggunaan Sinonim dan Antonim pada Fabel
Sinonim adalah suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda, namun memiliki satu arti
atau pengertian yang sama atau mirip. Sinonim biasa juga disebut persamaan kata atau
padanan kata.
Contoh :
 binatang = fauna
 tanaman = flora
 bohong = dusta
 haus = dahaga
Antonim adalah lawan sinonim. Antonim menerangkan kebalikan makna suatu kata,
antonim jg disebut lawan kata.
Contoh :
 kurus = gemuk
 panjang = pendek
 maju = mundur
 tinggi = rendah
b. Menelaah Penggunaan Kalimat Langsung
kalimat langsung adalah kalimat yang merupakan hasil kutipan langsung dari pembicaraan
seseorang yang sama persis seperti yang dikatakannya.
Ciri-ciri kalimat langsung :
1) Pada kalimat langsung, kalimat petikan ditandai dengan tanda petik.
2) Tanda petik penutup ditaruh setelah tanda baca yang mengakhiri kalimat petikan.
3) Huruf pertama pada kalimat yang dipetik menggunakan huruf kapital.
4) Kalimat petikan dan kalimat pengiring dipisahkan dengan tanda koma (,).
5) Jika ada dua kalimat petikan, huruf awal pada kalimat petikan pertama menggunakan
huruf kapital. Sedangkan pada kalimat petikan kedua menggunakan huruf kecil kecuali
nama orang dan kata sapaan
6) Pola susunan kalimat langsung sebagai berikut:
a) Pengiring, “Kutipan.”
b) “Kutipan,” pengiring
c) “Kutipan,” pengiring, “kutipan.”

7) Tanda koma TIDAK dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian yang
menggiringnya dalam kalimat jika petikan langsung berakhir dengan tanda tanya dan
tanda seru.
8) Cara membaca pada kalimat kutipan intonasinya sedikit ditekan.
c. Penggunaan Kata Sandang Si dan Sang
Kata sandang adalah kata yang berfungsi menentukan dan membatasi kata benda dan kata
sifat. Kata sandang ditulis terpisah dari kata-kata yang mengikutinya. Macam-macam kata
sandang serta contoh penggunaannya dalam kalimat.
Macam-macam Kalimat Makna
kata sandang
Si 1. Si Keledai sedang berjalan di mengiringi nama tokoh
pinggir hutan. pengecilan/kurang hormat yang
2. Pada suatu hari, si Kancil melakukan ciri panggilan.
sedang mencari makan di
tengah hutan.
Sang 1. Cinderala menjadi sang juara meninggikan martabat
pada sayembara itu.
2. Sang Garuda terbang tinggi
mengharumkan nama
bangsa.
Sri Sri Maharaja duduk di penghormatan tokoh raja
singgasananya
Para 1. Para harimau menunggu penunjuk banyak tidak tentu
kedatangan si Kancil.
2. Para prajurit sudah bersiap
berperang.
Hang Hang tua pergi berlayar dengan penunjuk jenis pria yang
gagah berani dihormati
Dang Dang Zarima mendengar penunjuk jenis wanita yang
kedatangan musuh. dihormati
Yang Yang terhormat Raja Wijaya yang dihormati

d. Menggunakan Keterangan Tempat dan Waktu


Keterangan adalah fungsi kalimat yang mudah berpindah posisi. Keterangan dapat berada
di awal, di akhir, dan bahkan di tengah kalimat. Keterangan berfungsi memberi informasi
tambahan dalam suatu kalimat. Pada cerita legenda dan fabel, keterangan yang sering
digunakan adalah keterangan tempat dan keterangan waktu.
1) Keterangan tempat
Adalah jenis keterangan yang menunjukkan suatu tempat. Menggunakan kata depan di,
ke, dari, pada.
Contoh :
Ajisaka mulai berlayar dari Pulau Majeti. Setelah meninggalkan Sembada,
salah satu abdi setianya, ia melanjutkan perjalanan ke Medangkamulan bersama Dora.
Sesampai di Medangkamulan ia tinggal bersama Mbok Rondo Dadapan.
Pada paragraf tersebut dapat dilihat penggunaan kata hubung dari, ke, di. Kata hubung
dari menunjukkan tempat asal. Kata hubung ke menunjukkan tempat tujuan. Kata
hubung di menunjukkan letak tempat.
2) Keterangan Waktu
Adalah jenis keterangan yang menunjukkan waktu. Keterangan waktu menggunakan
kata pada, setelah, sebelum, sesudah, selama, sepanjang, dan kata temporal seperti
kemarin, sekarang, nanti, besok.
Contoh :
Pada suatu hari, si Kancil sedang berjalan-jalan di dekat ladang Pak Tani.

Anda mungkin juga menyukai