Kode : GTBI-NS-1/24
Nim : 20016140
TEKS FABEL
Fabel adalah bentuk narasi, biasanya menampilkan hewan yang berperilaku dan
berbicara sebagai manusia, menyampaikan pelajaran moral dan seringkali dirumuskan secara
eksplisit di bagian akhir.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, fabel adalah cerita yang menggambarkan watak
dan budi manusia yang pelakunya diperankan binatang, berisi pendidikan moral dan budi
pekerti.
Menurut Kamus Oxford, fabel adalah sebuah cerita pendek, biasanya dengan binatang
sebagai tokoh, menyampaikan moral.
Fabel adalah cerita fiksi berupa dongeng yang menggambarkan budi pekerti manusia
yang diibaratkan pada binatang. Tokoh utama fabel adalah hewan yang jinak dan hewan yang
liar.
Karakter binatang dalam cerita fabel dianggap mewakili karakter manusia. Hewan di
fabel diceritakan mampu bertindak seperti manusia tetapi tidak menghilangkan karakter
binatangnya. Dilansir dari Kiddle.co, kisah-kisah yang diceritakan dalam dongeng biasanya
sangat sederhana dan mudah dipahami. Untuk memahami dongeng, pembaca atau pendengar
tidak perlu tahu semua tentang karakter, hanya satu watak penting. Karena alasan tersebut,
hewan atau binatang sering digunakan sebagai tokoh dalam dongeng fabel dengan cara yang
mudah dipahami karena selalu sama. Karakteristik hewan hampir selalu sama dari satu kisah ke
kisah fabel lainnya. Contoh watak hewan dalam fabel antara lain:
• Singa: mulia
• Ayam jago: sombong
• Merak: bangga
• Kancil: cerdik
• Rubah: licik
• Kuda: pemberani
• Kura-kura: rendah hati
• Keledai: pekerja keras
Biasanya, tokoh dalam fabel dibedakan menjadi tokoh yang baik dengan akhir yang
bahagia dan tokoh jahat yang berakhir sengsara atau mendapat akibat dari perbuatannya.
Ciri-ciri fabel
Terdapat beberapa ciri-ciri yang membedakan fabel dari bentuk sastra yang lain:
Unsur-unsur fabel Dalam struktur cerita fabel terdiri dari berbagai unsur pembentuknya.
Unsur-unsur fabel meliputi:
1. Tokoh
2. Penokohan
3. Watak Latar (setting)
4. Tema
5. Amanat
• Tokoh
Tokoh adalah orang atau hewan yang menjadi pelaku dalam cerita. Tokoh terdiri dari
tokoh protagonis, tokoh antagonis, tokoh utama atau tokoh pembantu (tokoh
tambahan).
Ciri-ciri tokoh utama adalah sebagai berikut:
1. Menjadi yang sering dibicarakan.
2. Sering muncul.
3. Menjadi pusat cerita, menggerakkan jalan cerita.
• Penokohan
Penokohan adalah pemberian karakter pada tokoh. Karakter bisa bersifat protagonis
(yang disukai) atau tokoh antagonis (yang tidak disukai).
• Watak
Watak tokoh dapat disimpulkan dari penggambaran tindakan tokoh, dialog tokoh, monolog,
komentar atau narasi penulis tentang tokoh tersebut dan penggambaran fisik.
• Latar (setting)
Latar adalah tempat dan waktu kejadian serta suasana dalam cerita. Terdapat tiga jenis
latar yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial.
• Tema
Tema adalah gagasan yang mendasari cerita. Tema dapat ditemukan dari kalimat kunci
yang diungkapkan tokoh atau penyimpulan keseluruhan peristiwa sebab-akibat pada
cerita
• Amanat
Amanat adalah pesan yang disampaikan penulis secara tidak langsung. Amanat
disimpulkan dari sikap penulis terhadap permasalahan yang diangkat pada cerita.
Jenis fabel
Dilihat dari pemberian watak dan latarnya, fabel bisa dikelompokkan menjadi dua jenis
yaitu:
• Fabel alami
Fabel alami adalah cerita binatang yang menggunakan tokoh hewan seperti pada
kondisi alam nyata. Contohnya, singa berwatak buas dan ganas, kancil bersifat cerdik,
dan lain-lain.
• Fabel adaptasi
Fabel adaptasi adalah cerita binatang dengan memberikan watak dengan mengubah
watak asli hewan pada dunia nyata dan menggunakan latar belakang lain bukan di alam
bebas.
Dilihat dari kemunculan pesan, fabel dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:
✓ Fabel dengan koda adalah cerita binatang dengan memunculkan pesan
pengarang secara eksplisit di akhir cerita.
✓ Fabel tanpa koda adalah cerita binatang tanpa pesan eksplisit pengarang di akhir
cerita.
Dahulu pada zaman Nabi Sulaiman, hiduplah lebah yang banyak sekali. Salah satu di antara
lebah itu adalah Dodo. Dodo adalah anak lebah yang telah ditinggal mati ibunya. Waktu itu
ibunya meninggal karena digigit kalajengking.
Kini ia hidup sebatang kara. Oleh karena itulah ia memutuskan untuk hidup mengembara.
Hingga akhirnya ia tiba di gurun pasir yang luas. Di tengah gurun itu Dodo merasa haus dan
kelaparan
“Aku harus segera mencari makan dan air, tapi aku harus mencari di mana?” pikir Dodo dalam
hati.
Tetapi Dodo tidak mau menyerah begitu saja. Ia bersikeras untuk mencari makanan dan air.
Setelah cukup lama terbang, dari kejauhan Dodo melihat air dan makanan.
Namun setelah mendekat, ternyata yang dilihatnya itu hanyalah hamparan pasir yang sangat
luas. Maka dengan rasa kecewa, Dodo kembali lagi terbang menyelusuri gurun.
Tak berapa lama kemudian ia langsung bertemu dengan seekor semut yang sedang kesusahan
membawa telurnya. Dodo pun mendekati semut itu.
“Baguslah! Kalau begitu mari kita mencari air dan makanan bersama?” Didi kembali
mengangguk.
Kemudian mereka bergegas pergi untuk mencari makanan. Setelah cukup lama menyusuri
gurun, mereka menemukan sebuah mata air yang berair bersih dan segar.
Di samping mata air itu terdapat sebatang pohon kurma yang berbuah lebat dan sangat manis.
Didi dan Dodo sangat gembira. Mereka segera minum dan makan sepuasnya.
Dua hari kemudian mereka menemukan sebuah tempat tinggal yang menurut mereka layak
untuk ditempati, yaitu di sebuah padang rumput yang luas.
Mereka disana tidak akan kekurangan makanan lagi karena di tepi padang rumput itu terdapat
banyak pohon buah-buahan dan sebuah mata air yang sangat bersih.
Didi dan Dodo hidup dengan rukun. Semakin hari persahabatan mereka semakin erat. Mereka
pun hidup dengan aman, tenteram dan bahagia selamanya.
Akhadiah, S., Arsjad, M. G., dan Ridwan, S. H. 1988. Pembinaan kemampuan menulis bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Rachmawati. 2014. Pasti Bisa Persiapan Cerdas Nilai Tinggi Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas
VIII. Jakarta: Penerbit Duta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.