Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 4

GENRE TEKS BAHASA INDONESIA

MEMAHAMI, MENGANALISIS, DAN MENULIS


TEKS FABEL

OLEH :
BENI JULIANDA
20016066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
MEMAHAMI, MENGANALISIS, DAN MENULIS TEKS FABEL
Beni Julianda/NIM 20016066/GTBI-NS-5/14

A. Konsep Dasar Teks Febel

1. Fungsi Komunikatif Teks Fabel


Menurut [CITATION KBB18 \l 1033 ], fabel merupakan cerita yang menggambarkan watak dan
budi manusia yang pelakunya diperankan oleh binatang (berisi pendidikan moral dan budi pekerti).
Menurut[ CITATION Dan02 \l 1033 ] , tokoh utamanya yaitu binatang peliharaan dan hewan liar yang bisa
berbicara dan berakal budi seperti manusia. Artinya, fable merupakan cerita yang menceritakan
kehidupan hewan yang menyerupai perilaku manusia dan bersifat khayalan.
Fabel sering disebut dengan cerita moral karena terdapat pesan yang berkaitan erat dengan
moral. Karakter-karakter yang terdapat pada binatang tersebut diangggap mewakili karakter-karakter
manusia dan diceritakan mampu berperilaku seperti halnya manusia. Karakter mereka ada yang baik
dan ada yang tidak baik.
2. Lokasi Sosial Teks Fabel
Pengertian lokasi sosial adalah ialah lokasi atau tempat ditemukannya sebuah teks. Teks fabel
biasanya dapat ditemukan pada buku bacaan anak-anak, buku ajar, buku fiksi dan dapat dengan mudah
ditemukan di internet dengan berbagai macam situs yang menyediakannya secara gratis untuk para
pembaca. Tempat-tempat itulah yang disebut sebagai lokasi sosial teks fable.
3. Unsur Teks Fabel
Secara garis besar unsur yang membangun carita fabel dengan unsur yang membangun karya
sastra sama, karena fabel termasuk kedalam karya sastra. Ada beberapa unsur pembangun sastra
termasuk cerita fabel, diantaranya ; (a) Tema, merupakan makna cerita, gagasan sentral, atau dasar
cerita. (b) Tokoh, adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi. Tokoh dalam cerita menempati
posisi strategis sebagai pembawa dan menyampai pesan, amanat, atau sesuatu yang sengaja ingin
disampaikan kepada pembaca, (c) Plot, mengatakan, “Plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian,
namun setiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau
menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain”, (d) Latar, adalah tempat dan waktu kejadian serta
suasana dalam cerita atau dimana, kapan, dan bagaimana peristiwa itu terjadi.Latar waktu menjelaskan
kapan peristiwa itu terjadi, dan latar suasana menunjukkan bagaimana lingkungan sosial di sekitar
tokoh (e) Sudut pandang, merupakan bagaimana cara sebuah cerita tersebut dikisahkan. Sudut pandang
dibagi menjadi sudut pandang orang pertama, sudut pandang orang ketiga maha tahu, sudut pandang
orang ketiga terbatas, sudut pandang objektif atau dramatik[ CITATION Nur12 \l 1033 ]
4. Stuktur Teks Fabel
Teks fabel memiliki strruktur teks. Struktur teks adalah sesuatu yang membangun berdirinya
sebuah cerita. [ CITATION Zab14 \l 1033 ] menerangkan struktur yang dimiliki oleh teks fabel yaitu
orientasi, komplikasi, resolusi, dan koda. Orientasi adalah bagaian awal dari sebuah cerita fabel.
Orientasi ini berisi pengenalan cerita. Seperti pengenalan latar belakang, pengenalan tokoh, maupun
latar tempat dan waktu. Komplikasi merupakan klimaks atau puncak dari permasalahan cerita yang
sedang dialami oleh tokoh. Resolusi adalah jalan keluar dari permasalahn yang sedang dialami si tokoh
atau pemecahan masalah agar dapat menyelesaikan konflik yang dihadapi. Koda merupakan bagian
yang paling akhir dari cerita fabel. Koda biasanya berisi sebuah pesan atau amanat cerita yang
disampaikan penulis kepada pembacanya.
5. Karekteristik Kebahasaan Teks Fabel
Teks fabel atau cerita fabel supaya jelas ceritanya maka terdapat terdapat kaidah
kebahasaannya. Kaidah kebahasaan teks fabel antara lain, (1) Kata kerja, adalah semua kata yang
menggambarkan proses, perbutan, atau keadaan, Kata kerja terbagi menjadi kata kerja aktif taransitif
yang memerlukan objek dalam kalimat dan kata kerja aktif intransitif yang tidak memerlukan objek
dalam kalimat, (2) Penggunaan kata sandang si dan sang, kaidah penulisan si dan sang terpisah dengan
kata yang diikutinya. Kata Si dan sang ditulis dengan huruf kecil bukan huruf kapital, (3) Pengguaan
kata keterangan tempat dan waktu. Biasanya dalam teks fabel kata keterangan tempat dan kata
keterangan waktu untuk menghidupkan suasana. Untuk kata tempat biasanya menggunakan kata depan
di dan keterangan waktu biasanya digunakan pada atau kata yang menunjukkan informasi waktu. (4)
Penggunaan kata hubung lalu, kemudian, dan akhirnya. Kata lalu dan kemudian memiliki makna yang
sama, kata itu digunakan sebagai penghubung antarkalimat dan intrakalimat. Kata akhirnya biasanya di
gunakan untuk menyimpulkan dan mengakhiri informasi dalam paragraph atau dalam teks [ CITATION
Kem13 \l 1033 ]

B. Contoh Teks Fabel

Semut dan Kepompong


by: jayakartanews.com
Dikisahkan ada sebuah hutan yang sangat lebat, disana tinggallah bermacam-macam hewan, mulai dari
semut, gajah, harimau, badak, burung dan sebagainya.
Pada suatu hari tiba-tiba datanglah badai yang sangat dahsyat. Badai itu membuat panik seluruh hewan
penghuni hutan itu. Seketika semua hewan langsung panik dan berlari ketakutan menghindari badai
yang datang tersebut.
Keesokan harinya, matahari muncul dengan sangat hangatnya dan kicauan burung terdengar dengan
merdunya, namun apa yang telah terjadi? ternyata banyak pohon di-
hutan tersebut tumbang berserakan sehingga membuat hutan tersebut menjadi hutan yang berantakan.
Seekor Kepompong sedang menangis dan bersedih akan apa yang telah terjadi pada sebuah pohon yang
sudah tumbang. “Hu…. huu…. betapa sedihnya kita, diterjang badai tapi tak ada tempat satu pun yang
aman untuk berlindung,” Sang Kepompong sedih meratapi keadaannya.
Tiba-tiba dari balik tanah, muncullah seekor semut yang dengan sombongnya berkata, “Hai
kepompong, lihatlah aku, aku terlindungi dari badai kemarin, tidak seperti kau yang ada di atas tanah,
lihat tubuhmu, kau hanya menempel di pohon yang tumbang dan tidak bisa berlindung dari badai,” kata
sang Semut dengan kesombongnya.
Si Semut semakin sombong dan terus berkata demikian kepada semua hewan yang ada di hutan itu,
sampai pada suatu hari si Semut berjalan diatas lumpur hidup.
Ternyata Si Semut itu tidak mengetahui kalau ia berjalan diatas lumpur hidup yang bisa menelan dan
menariknya kedalam lumpur tersebut.
“Tolong…tolong…. aku terjebak di lumpur hidup… tolong”, teriak si semut meminta bantuan kepada
hewan lain. Lalu suara semut terdengar dari atas, “Kayaknya kamu lagi sedang kesulitan ya, semut?”
Semut menengok ke atas mencari sumber suara tadi, ternyata suara tadi berasal dari seekor kupu-kupu
yang sedang terbang di atas lumpur hidup tadi.
“Siapa kau?” tanya si Semut galau. “Aku adalah kepompong yang waktu itu kau hina,” jawab si Kupu-
kupu. Semut merasa malu sekali dan meminta bantuan si Kupu-kupu untuk menolong dia dari lumpur
yang menghisapnya.
“Tolong aku kupu-kupu, aku minta maaf waktu itu aku sangat sombong sekali bisa bertahan dari badai
cuma hanya karena aku berlindung dibawah tanah”.
Akhirnya kupu-kupu pun menolong si Semut dan semut pun selamat. Ia pun berjanji pada kupu-kupu
agar tidak lagi menghina semua makhluk ciptaan Tuhan yang ada di hutan tersebut.

Pesan moral dan pelajaran yang bisa kita ambil dari cerita dongeng fabel Semut dan
Kepompong adalah kita harus menyayangi dan menghormati semua makhluk ciptaan Tuhan.
Intinya semua ciptaan Tuhan harus kita kasihi dan tidak boleh kita menghina makhluk yang
lain.

C. Analisis
Pada bagian ini, penulis akan menganalisis sebuah contoh teks fabel berjudul “Semut dan
Kepompong” yang diambil dari jayakartanews.com.
1. Fungsi Komunikatif Teks
Teks fabel memiliki fungsi komunikatif untuk memberikan sarana yang potensial dalam
menanamkan nilai-nilai moral pada pembaca. Teks fabel yang berjudul “Semut dan Kepompong” ini
telah memenuhi fungsi komunikatif tersebut. Pembaca dapat belajar dan mencontoh dari si Kupu-kupu
yang disajikan dalam cerita, agar kita harus memiliki perilaku yang terpuji, pemaaf, dan menolong
siapa pun yang membutuhkan pertolongan. Sebaliknya pembaca diharapkan tidak meniru prilaku si
Semut yang sombong dan suka menghina.
2. Lokasi Sosial Teks
Teks cerita fabel sangat mudah ditemukan dalam kehidupan kita sehari-hari dan setiap. Setiap
pasti sudah pernah mendengar berbagai cerita maupun dongeng-dongeng yang menggunakan
binatang sebagai tokoh rekaannya. Teks cerita fabel dapat ditemui di ensiklopedia, buku bacaan
anak-anak, buku ajar, hingga internet. Teks cerita fabel yang berjudul “Semut dan Kepompong” ini
penulis temukan dalam sebuah blog di internet. Selain teks yang penulis jadikan contoh, pada blog
tersebut juga dimuat cerita fabel popular lainnya, seperti “Kelinci dan Kura-kura” karangan Aesop.
3. Unsur Teks
Teks cerita fabel memiliki unsur-unsur yang harus ada didalamnya. Diantaranya: unsur tema,
latar, tokoh, alur cerita atau plot, serta sudut pandang. Pada contoh teks fabel “Semut dan Kepompong”
ini sudah memenuhi unsur-unsur pembangan teks fabel. Misalnya untuk unsur latar terdapat pada
kalimat pertama :

Dikisahkan ada sebuah hutan yang sangat lebat, disana tinggallah bermacam-macam hewan, mulai dari
semut, gajah, harimau, badak, burung dan sebagainya.

Unsur tokoh atau penokohan yang terdapat dalam contoh teks cerita fabel ini adalah Semut,
Kepompong, dan Kupu-kupu. Untuk unsur plot atau alur cerita yang digunakan dalam cerita ini adalah
alur maju. Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga.
4. Struktur Teks
Struktur teks yang dimiliki oleh teks fabel adalah orientasi, komplikasi, resolusi, dan koda. Pada
contoh teks fabel “Semut dan Kepompong” ini sudah terdapat strukur-struktur yang membangun teks
fabel. Namun, pada orientasi, lebih tepatnya pada pengenalan tokoh tidak diuraikan lebih lengkap.
Sedangkan untuk komplikasi, klimaks atau puncak dari permasalahan cerita yang sedang dialami oleh
tokoh sudah tepat. Begitu juga, resolusi atau jalan keluar dari permasalahn yang sedang dialami tokoh
Semut agar dapat menyelesaikan konflik yang dihadapi sudah tepat.
5. Karekterisitik Kebahasaan
Teks fabel atau cerita fabel supaya jelas ceritanya maka terdapat terdapat kaidah
kebahasaannya. Teks cerita fabel “Semut dan Kepompong” ini telah memenuhi kaidah tersebut. Kata
kerja yang dapat ditemukan pada contoh teks “Semut dan Kepompong”. Penggunaan kata sandang Si
dan Sang terdapat pada kalimat “Sang Kepompong sedih meratapi keadaannya” dan “sampai pada
suatu hari si Semut berjalan diatas lumpur hidup”. Pengguaan kata keterangan tempat dan waktu
terdapat pada “Pada suatu hari tiba-tiba datanglah badai yang sangat dahsyat”. Penggunaan kata
hubung lalu, kemudian, dan akhirnya, terdapat pada kalimat “Lalu suara semut terdengar dari atas”, dan
“Akhirnya kupu-kupu pun menolong si Semut dan semut pun selamat”.

D. Menulis Teks Fabel Karya Beni Julianda


Rumah mewah itu berdiri di tengah perkotaan. Pemilik rumah adalah seorang pengusaha
sukses. Di garasinya tersusun mobil-mobil mewah dan mahal. Seperti kebanyakan orang kaya lainnya,
si pemilik rumah juga memeliki hewan peliharaan yaitu Kucing Persia. Kucing Persia adalah ras
kucing domestik berbulu panjang dengan karakter wajah bulat dan moncong pendek. Anehnya, entah
karena tidak percaya dengan orang lain, si pemilik rumah bukannya menggunakan jasa security untuk
menjaga rumahnya, melainkan menaruh seekor anjing Beauceron. Anjing jenis ini tidak hanya kuat,
tapi juga cerdas, penuh semangat, dan pemberani.
Anjing Penjaga
Oleh Beni Julianda
Di suatu rumah elite di area perkotaan, ada seekor Kucing Persia yang hidup sebagai peliharaan.
Dengan bulu yang panjang serta bola mata yang cantik membuat setiap manusia yang melihatnya
merasa gemas dan saban hari si Kucing diperlakukan layaknya anak raja. Di luar rumah, hidup pula
seekor anjing, sang Anjing ditugaskan untuk menjaga perkarangan rumah setiap waktu. Mereka hidup
dengan perlakuan yang berbeda.
Pada suatu hari, Si pemilik rumah harus pergi ke luar kota untuk mengurusi bisnis properti
miliknya. Si Kucing merasa kesepian dan yang lebih buruknya, bulu-bulunya yang lembut belum dielus
seharian. Untuk membunuh kesepiannya, si Kucing memutuskan keluar dari rumah untuk menyapa
sang Anjing yang selalu menatap pagar; bersiap-siap jika ada orang jahat yang ingin memasuki rumah.
“Apa yang kau lakukan di luar sini, bukankah kau memiliki tempat nyaman dan hangat di dalam sana?”
tanya sang Anjing. Dengan berat hati si Kucing menjawab “Aku kesepian, ruangan yang hangat saja
tidak akan membuatmu merasa cukup”.
Sang Anjing memikirkan bagaimana rasanya hidup di dalam rumah, layaknya yang dirasakan si
Kucing saban hari. “Bagaimana kalau kita ke dalam, aku meragukan bulu-bulumu ini akan rusak jika
kau berlama-lama di luar” bujuk sang Anjing. “Bagaimana dengan tugasmu? Bukankah kau harus
menjaga perkarangan ini?” tanya si Kucing.
“Sejak pertama kali aku di sini, pagar itu hanya di lewati oleh orang-orang baik dan orang yang telah
sering kulihat. Lagi pula jika ada orang jahat yang akan masuk, tentunya aku akan segera tahu dan akan
mengoyak leher orang jahat itu dengan taring-taringku ini” jawab sang Anjing dengan sangat yakin.
Kemudian, mereka memasuki rumah, sang Anjing terkapar pulas beberapa menit setelah
tubuhnya merasakan nyamannya ruangan hangat.
Untuk pertama kalinya, setelah bertahun-tahun semenjak sang Anjing ditugaskan menjaga
perkarangan. Seorang pria yang mengenakan pakaian serba hitam, membobol pagar rumah. Lalu,
keluar membawa satu mobil yang terpakir di garasi dengan leher yang baik-baik saja.
Ketika si pemilik rumah pulang, mendapati pagar rumahnya yang sudah jebol dan satu unit
mobil mewahnya hilang pintang, seketika mukanya pucat kesi. Si pemilik rumah yang merupakan
majikan sang Anjing sangat berang dan kecewa berat, terlebih pada sang Anjing yang telah ditugaskan
untuk menjaga perkarangan.
Selain kehilangan kesempatan mengoyak leher orang jahat, sang Anjing juga harus menerima
hukuman dari majikannya. Ia tak akan memperoleh makan untuk beberapa hari ke depan akibat
kecerobahannya sendiri Sedangkan si kucing kembali tidur di ruangan hangat dan nyaman setelah
dielus-elus sepanjang hari.

Pesan moral dan pembelajaran yang dapat diambil dari cerita ini adalah janganlah kita
meninggalkan pekerjaan atau kewajiban yang telah diamanahkan kepada kita. Meskipun kita
memiliki kesempatan untuk berbuat curang, akhirnya kita hanya merugikan orang lain dan
terutama diri kita sendiri.

Anda mungkin juga menyukai