Anda di halaman 1dari 11

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Oleh
Sarce Pelo,S.Pd

Kelas/semester           : VII / II (Genap)

Tahun ajaran              : 2022 / 2023

Pertemuan                 :ke-4

Kompetensi dasar        : KD 3.12


Menelaah struktur dan kebahasaan fable/legenda daerah setempat yang
dibaca dan didengar

Materi ajar                 : Menceritakan kembali isi fabel

Materi Pembelajaran

 
A. Menelaah Struktur dan Kabahasaan Fabel

Binatang-binatang yang ada pada cerita fabel memiliki karakter seperti


manusia. Karakter mereka ada yang baik dan ada pula yang tidak baik.
Berikut adalah struktur dan kaidah kebahasaan yang terdapat di dalam
fabel.

1. Struktur Fabel

Bagian-bagian yang membangun sebuah teks secara


utuh disebut struktur. Febel memiliki struktur sebagai
berikut.

a. Orientasi, yaitu bagian yang menjadi awal cerita


fabel. Bagian ini berisi pengenalan tokoh serta penjelasan
latar tempat, waktu, atau suasana saat cerita terjadi.

b. Komplikasi, yaitu bagian dimana masalah atau


konflik pada cerita muncul hingga menjadi klimaks atau
acara puncak.

c. Resolusi, yaitu bagian penyelesaian konflik atau


pemecahan masalah yang dialami tokoh.

d. Koda, yaitu bagian akhir atau penutup cerita yang


berisi pesan dan amanat. Pada beberapa fabel, koda
sering kali tidak disertakan.

Perhatikan contoh struktur fabel berikut!


Cerita fabel Struktur
‘Gajah yang Baik Hati” fabel
Siang hari itu suasana di hutan sangat
terik. Tempat tinggal si Kancil, Gajah dan
Orientasi
lainnya seakan terbakar. Kancil kehausan.
Dia berjalan-jalan mencari air.
Di tengah perjalanan dia melihat kolam Komplikasi
dengan air yang sangat jernih. Tanpa sampai
pikir panjang dia langsung terjun ke klimaks
dalam kolam. Tindakan Kancil sangat
ceroboh, dia tidak berpikir bagaimana
cara naik ke atas. Beberapa kali Kancil
mencoba untuk memanjat tetapi ia tidak
bisa sampai ke atas.

Si Kancil tidak bisa berbuat apa-apa. Ia


hanya berteriak minta tolong. Teriakan si
Kancil ternyata terdengar oleh Si Gajah
yang kebetulan melewati tempat itu. “Hai,
siapa yang ada di kolam itu?”

“Aku.. Si Kancil sahabatmu.”

Kancil terdiam sesaat mencari akal agar


Gajah mau menolongnya.

“Tolong aku mengangkat ikan ini.”

“Yang benar kau mendapat ikan?”

“Benar..benar! Aku mendapatkan ikan


yang sangat besar.”

Gajah berpikir sejenak. Bisa saja ia turun


ke bawah dengan mudah tetapi
bagaimana jika naiknya nanti.

“Kau mau memanfaatkanku, ya Cil?” Kau


akan menipuku untuk kepentinganmu dan
keselamatanmu sendiri?” Tanya gajah.
Kancil hanya terdiam.

“Sekali-kali kamu harus diberi pelajaran,”


kata gajah sambil meninggalkan tempat
itu.

Gajah tidak mendengarkan teriakan


Kancil. Kancil mulai putus asa. Semakin
lama berada di tempat itu Kancil mulai
merasa kedinginan. Hingga menjelang
sore tidak ada seekor binatang yang
mendengar teriakannya.

“Aduh gawat! Aku benar-benar akan kaku


di tempat ini.” Dia berpikir apa ini karma
karena dia sering menjaili teman-
temannya.
Tidak lama, tiba-tiba Gajah muncul lagi. Resolusi
Kancil meminta tolong kembali.

“Bagaimana Cil?”.

“Tolong aku, aku berjanji tidak akan iseng


lagi”

“Janji?” gajah menekankan.

“Sekarang apakah kamu sudah sadar?


Dan akan berjanji tidak akan menipu,
jahil, iseng, dan perbuatan yang
merugikan binatang lain?”

“Benar Pak Gajah, saya benar-benar


berjanji.”
Gajah menjulurkan belalainya yang
panjang untuk menangkap Kancil dan
mengangkatnya ke atas. Begitu sampai
ke atas Kancil berkata.

“Terima kasih Pak Gajah! Saya tidak akan


pernah melupakan kebaikanmu ini.”
Sejak itu kancil menjadi binatang yang
sangat baik. Ia tidak lagi berbuat iseng
seperti yang pernah ia lakukan pada
beruang dan binatang-binatang yang
lainnya.
Koda
Mamang kita harus berhati-hati kalau
bertindak. Jika tidak berhati-hati akan
celaka. Jika kita hati-hati kita akan
selamat. Bahkan bisa menyelematkan
orang lain.

2. Kaidah Kebahasaan Fabel

Kaidah atau unsur kebahasaan fabel merupakan ciri dari


bahasa yang digunakan dalam teks fabel. Adapun kaidah
kebahasaan dalam teks fabel sebagai berikut.

a. Kata Kerja
Kata kerja dalam cerita fabel dikelompokkan menjadi
dua, yaitu kata kerja aktif transitif dan kata kerja aktif
intransitif.

1) Kata kerja aktif transitif adalah kata kerja aktif yang


memerlukan objek dalam kalimat. Misalnya memegang,
mengangkat, menyapa.

2) Kata kerja aktif intransitif adalah kata kerja aktif yang


tidak memerlukan objek dalam kalimat. Misalnya
kata diam.

b. Kata Sandang

Penggunaan kata sandang “si” dan “sang” dalam sebuah


cerita merupakan salah satu cara penulis untuk
menambah nilai estetika (keindahan) dalam cerita fabel
tersebut.

Contoh:

Pada suatu hari, si Monyet mengajak si Kura-kura


menanam pohon pisang.

c. Penggunaan Kata Keterangan Tempat dan Waktu

Dalam teks fabel biasanya digunakan kata keterangan


tempat dan waktu untuk menghidupkan suasana. Pada
keterangan tempat sering menggunakan kata depan “di”.
Pada keterangan waktu sering menggunakan kata depan
“pada”.

d. Penggunaan Kata Hubung

Kata hubung pada cerita fabel biasanya menggunakan


kata “lalu”, “kemudian”, dan “akhirnya”. Kata hubung
“lalu” dan “kemudian” memiliki makna yang sama. Kata
tersebut digunakan sebagai penghubung antarkalimat
dan intrakalimat. Kata “akhirnya” biasanya digunakan
untuk menyimpulkan dan mangakhiri informasi dalam
paragraf atau dalam teks.

Contoh:

1) Kura-kura memulai menangis. Hatinya sedih


bercampur marah. Ua lalu menggoyang-goyang pohon
pisang itu.

2) Akhirnya, si Monyet menyesali perbuatannya dan


mereka pun berbaikan.

e. Menggunakan Kalimat Langsung dan Tidak


Langsung

Ciri-ciri kalimat langsung sebagai berikut.

1) Menggunakan tanda petik (“ … ”).

2) Intonasi tinggi untuk kalimat Tanya, datar untuk


kalimat berita, dan tanda seru dilagukan dengan intonasi
perintah.

3) Kata ganti orang pertama dan kedua.

Contoh kalimat langsung

“Kura-kura, mari kita menanam pohon pisang,” ajak


Monyet.

Ciri-ciri kalimat tidak langsung sebagai berikut.

1) Tidak menggunakan tanda petik.


2) Intonasi pembaca datar.

3) Terdapat perubahan kata ganti orang.

4) Perubahan kata ganti:

orang pertama tunggal menjadi orang ketiga tunggal.

“saya”, “aku” menjadi “dia” atau “ia”

orang kedua tunggal menjadi orang pertama tunggal

“kamu”, “dia” menjadi “saya” atau nama orang

orang pertama jamak berubah menjadi orang ketiga


jamak; dan orang kedua jamak berubah menjadi orang
ketiga jamak.

“kita” dan “mereka”, “kalian”, “kami” menjadi “mereka”,


“kami”.

Contoh kalimat tidak langsung:

Dia mengerang kesakitan.

 Sumber materi :

1. Buku Bahasa Indonesia Kelas VII,  Kemendikbud (revisi 2016).


2. Buku Solatif Bahasa Indonesia kelas VII
3. Intern

LKPD KD 3.12 dan 4.12 Menelaah struktur dan kaidah kebahasaan teks fabel.
Nama :
Kelas/semester :

Petunjuk
1. Bacalah teks fabel berikut!
2 Tentukanlah struktur dari teks fabel tersebut

Kucing & Rubah


Suatu ketika seekor Kucing dan Rubah bepergian bersama. Dalam perjalanan,
mereka menyempatkan diri untuk mempersiapkan bekal di jalan. Mereka
berburu tikus liar di sini, ayam gemuk di sana yang pada akhirnya malah
memercikan pertengkaran-pertengkaran mengenai hasil buruannya.
Mereka mendebatkan mengenai jatah bekal dan siapa yang berburu lebih
banyak. Seperti yang biasa terjadi saat teman sedang berseteru, pembicaraan
mulai bersifat personal.
“Kamu pikir kamu pinter banget ya, Kucing?” kata si Rubah.
“Kamu mau pura-pura tau lebih banyak daripada aku? Jangan macam-macam,
Aku ini lebih cerdik dan licik darimu!”
“Yah,” balas si Kucing, “Kuakui aku hanya punya satu keahlian, tapi biar
kuberitahu, satu keahlian ini jauh lebih hebat dari ratusan akalmu!”
Saat itu juga, di dekat mereka, mereka mendengar terompet pemburu dan
gonggongan sekelompok anjing. Dalam sekejap Kucing itu naik ke atas
pohon, dan bersembunyi di antara dedaunan.
“Inilah kemampuanku,” serunya pada si Rubah. “Sekarang aku ingin tahu,
bagaimana akalmu mampu melewati pemburu dan anjing itu”
Seperti yang dikatakannya sendiri, Rubah memiliki begitu banyak rencana
untuk melarikan diri. Namun, sayangnya hal itu justru membuatnya tidak
dapat memutuskan mana yang akan dicoba terlebih dahulu.
Dia mengelak ke sana-sini dengan anjing-anjing yang terus mengejar di
belakangnya. Rubah melipatgandakan jejaknya, dia berlari dengan kecepatan
tinggi, dia memasuki selusin liang, tetapi semuanya sia-sia. Anjing-anjing itu
menangkapnya, dan segera mengakhiri bualan dan semua tipu-daya si Rubah.
Banyak jalan menuju Roma, namun kita hanya akan baru sampai ketika teguh
pada satu jalan. Satu akal sehat yang bekerja akan selalu lebih berharga
daripada banyak kecerdikan apalagi kelicikan.
Cerita Fabel Struktur
“Kucing dan Rubah” Fabel

Orientasi

Komplik
asi

Klimkas

Resolusi

Koda

Anda mungkin juga menyukai