Anda di halaman 1dari 5

A.

Tema

Tema yaitu gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di
dalam teks. Tema pada cerita anak yang berjudul “Kancil dan Kambing” tersebut mengenai
kehidupan hewan atau biasa kita kenal dengan Fabel, namun lebih spesifiknya yaitu
“Tolong-menolong terhadap sesama”

B. Tokoh / Penokohan

Tokoh, yaitu pelaku dalam karya sastra. Seperti pada cerita anak tersebut, terdapat banyak
tokoh. Tokoh dalam analisis ini adalah tokoh hewan, diantaranya :

 Kelinci
 Kambing
 Gajah
 Harimau
 Anak-anak gajah

Karya sastra dari segi peranan dibagi menjadi 2, yakni tokoh utama dan tokoh tambahan.
Tokoh utama biasa disebut protagonis, dan tokoh tambahan yaitu antagonis, tritagonis, dan
figuran. Ada 4 jenis tokoh yang digambarkan dalam cerita anak tersebut, antara lain:

Protagonis yaitu tokoh yang menjadi aktor atau pemeran utama dan mempunyai sifat yang
baik, selain itu namanya juga sering muncul. Dimana hal tersebut tergambar pada tokoh
binatang Kelinci dan Kambing. Kelinci memilliki sifat baik,penolong, dan ramah. Bisa dilihat
dari tingkah lakunya yang mau menolong kambing buta yang sedang kehausan dan menolong
gajah yang sedang dalam ancaman harimau. Kambing juga memiliki sifat baik dan penolong,
dimana ia mau diajak untuk bekerja sama dengan kelinci yang tidak bisa berjalan. Jadi
didalam cerita tersebut keduanya berperan sebagai sosok yang saling melengkapi. Kelinci
tidak bisa berjalan namun bisa melihat dan kambing bisa berjalan namun tidak bisa melihat.
Nah, kelebihan dari masing-masing tokoh inilah yang kemudian digunakan sebagai alat bantu
membantu sehingga dapat menguntungkan satu sama lain.

Antagonis: Tokoh ini menjadi pemeran yang menjadi lawan daripada tokoh
protagonis. Tokoh antagonis memiliki watak yang negatif seperti: iri, jahat, kejam, sombong,
angkuh, serakah dan lain-lain. Seperti yang tergambar pada tokoh binatang Harimau, ia
memiliki sikap yang dinilai kurang baik. Bisa dilihat pada konflik yang terjadi antara dirinya
dan gajah, ditunjukkan pada kalimat “sana-sana pergi aku lagi sibuk”. Dari situ, terkesan
bahwa ia memiliki watak negatif yaitu kejam. Yang tidak memiliki rasa iba terhadap sesama
jenis bintang, karena ia akan memangsa anak-anak gajah, bahkan induknya.

Tritagonis: Tokoh ini adalah tokoh penengah. Tokoh ini biasanya memiliki sifat yang
positif, arif, bijaksana, detektif (pencari jalan keluar), dls. Tokoh yang termasuk dalam
kategori ini terdapat pada bintang Kancil yang memiliki watak pemberani karena mampu
menjadi penegah dari masalah yang ada dalam cerita tersebut. Yaitu membantu si gajah
dalam memecahkan masalah yang dialami. Kancil mampu mengelabuhi serangan harimau
dengan ide cemerlang yang telah dibuatnya, sehingga harimau tidak jadi memangsa induk
gajah dan anak-anaknya.

Figuran: Tokoh ini merupakan tokoh pendukung yang memberikan kesan penguat cerita dan
tambahan warna saja. Jelas sekali, figuran pada cerita tersebut terdapat pada tokoh binatang
anak-anak gajah. Disini, anak-anak gajah tidak memiliki peran yang begitu penting, hanya
sebagai pelengkap saja.

C. Plot

Plot adalah hubungan yang mengaitkan satu kejadian dengan kejadian lainnya sehingga
saling berhubungan yang memicu terjadinya krisis dan menggerakkan cerita menuju klimaks
(puncak konflik). Dengan kata lain, adanya suatu peristiwa dibenturkan dengan peristiwa
lain, yang saling bergesekan sehingga memantik konflik. Plot inilah yang sesungguhnya
menggerakan cerita dari awal sampai akhir yang menghiasinya jalannya cerita tersebut
dengan ketegangan, konflik dan penyelesaian (ending).

Singkatnya, plot yaitu cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya
dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan
peristiwa yang lain.

Di bawah ini contoh pemaparan plot dalam cerita anak yang berjudul " Kancil dan Gajah "
tersebut.

Disebuah hutan tinggallah seekor kelinci yang tidak bisa berjalan karena kakinya yang
pincang. Saat ia mencari air minum, di tepi sungai ia bertemu Kambing buta yang tengah
sekarat karena kehausan. Bergegas kelincipun memberinya minum. Setelah keadaan
kambing kembali normal, mereka pun membuat sepakat untuk saling membantu untuk
mempermudah aktivitas mereka. Dimana si kambing menjadi sarana transportasi kelinci,
dan si kelinci menjadi petunjuk jalannya. Sampai suatu ketika saat sedang menyusuri jalan,
mereka berdua bertemu Gajah besar yang sedang menangis, karena ancaman harimau yang
akan membunuhnya. Dengan perasaan iba dan bawaanya yang suka menolong, akhirnya
kelinci memberi solusi atau jalan keluar. Yaitu dengan mengelabuhi harimau, seakan dengan
terlihat meyakinkan, kelinci telah lebih dahulu memakan daging gajah. Harimau awalnya
tidak percaya ia bisa membunuh gajah yang tubuhnya puluhan kali lipat lebih besar dari
tubuh kelinci. Namun dengan gertakan dan tatapan tajam kelinci, harimau pun percaya
bahwa gajah tealah mati ditangan kelinci. Akhirnya harimau lari ketakutan menjauh dari
kelinci dan selamatlah gajah beserta anak-anaknya dari terkaman harimau kejam itu.

D. Alur

Alur adalah pergerakan cerita dari waktu ke waktu, urut-urutan kejadian dalam sebuah cerita
atau rangkaian peristiwa demi peristiwa dari awal hingga akhir.

Alur mengatur jalannya cerita hingga membuat cerita itu bernalar. Dalam sebuah cerita, alur
harus bersifat detail dan kompleks. Detail, yang berarti dalam menentukan alur, penulis harus
betul-betul memikirkan agar cerita dapat berjalan dan tidak menimbulkan pertanyaan bagi
pembaca. Sedangkan kompleks, alur yang ada harus mencangkup keseluruhan cerita, tidak
boleh ada bagian cerita yang inkoheren. Terapat dua jenis alur yaitu alur maju, mundur, dan
alur campuran.

Pada cerita binatang diatas menggunakan alur maju, karena ceritanya mengalir. Dari
mengisahkan tentang kondisi fisik kancil yang kemudian bertemu kambing buta. Lalu
mereka berdua bersahabat dan bertemu gajah yang sedang ada masalah yaitu nyawanya
dalam ancaman harimau. Akhirnya masalah gajah pun terselesaikan atas bantuan kelinci.

Setting (Latar)

Setting atau latar mengacu pada waktu, suasana, dan tempat terjadinya cerita tersebut. Latar
akan memberikan persepsi konkret pada sebuah cerita pendek. Ada 3 jenis latar dalam sebuah
cerpen yakni latar tempat, waktu dan suasana.

 Latar waktu : Pagi hari, ditandai pada dialog gajah "Pagi ini, ketika aku
sedang mencari makanan untuk anak-anakku”
 Latar suasana : Menyeramkan, karena pada akhir ceritanya
menampakkan kesan mistis yang tergambar melalui suasana
Sabtu malam di dalam rumah bawah tanah, dimana terdapat
banyak binatang seperti sarang laba-laba, suara kelelawar, dan
kecoa. Bahkan mereka menemukan banyak pil kecil-kecil,
kemungkinan itu adalah sejenis narkoba.

Damai, terlihat pada sikap Doni yang selalu baik terhadap Dedi
meski sering diacuhkan. Namun berkat kesabarannya, diakhir
cerita mereka berdua mampu menjadi tim yang kompak dalam
memecahkan suatu masalah.

 Latar tempat : Di hutan, ditandai pada kalimat pertama paragraf pertama


"Pada suatu hari, hiduplah seekor Kelinci dengan kakinya yang
pincang. Ia tinggal di sebuah hutan. Karena kakinya yang
pincang, ia sangat kesulitan ketika mencari makanan dan
minuman.

Di sungai, ditandai pada kalimat "Ia pun segera membantu


kambing tua menuju sungai tersebut.”

E. Sudut Pandang

Sudut pandang merupakan strategi yang digunakan oleh pengarang cerpen untuk
menyampaikan ceritanya. Baik itu sebagai orang pertama, kedua, ketiga. Bahkan acapkali
para penulis menggunakan sudut pandang orang yang berada di luar cerita.

Dalam cerita tersebut, menggunakan sudut pandang orang ketiga. Pada teknik sudut pandang
orang atau pihak ketiga. Kata rujukan yang digunakan ialah “dia/ia” atau “nama tokoh” dan
bisa juga dengan kata rujukan “mereka (jamak)”.

Dalam cerita tersebut, sudut pandang orang ketiga menggunakan kata rujukannya yaitu “ia”.
F. Gaya bahasa

Gaya bahasa merupakan ciri khas sang penulis dalam menyampaikan tulisannya kepada
publik. Baik itu penggunaan majasnya, diksi dan pemilihan kalimat yang tepat di dalam
cerpennya.

Pada cerita fabel diatas, saya tidak menemukan adanya majas namun saya menemuan
bebrapa diksi (pilihan kata) didalamnya, diataranya :

Pincang : Timpang kakinya atau timpang jalannya (Karena pembawaan sejak lahir, terkilir,
kena beling, dls)

Sekarat : Dalam keadaan saat-saat menjelang kematian (menjelang ajal tiba)

G. Nilai Didaktis

Nilai didaktis bertujuan menyampaikan tema moral atau kebenaran yang lebih banyak kepada
penonton/pembaca.

Nilai didaktis atau ajaran moral yang dapat dipetik dari cerita binatang(fabel) tersebut yakni :

“Berbuat baiklah, dengan cara tolong-menolong misalnya. Karena setiap kebaikan yang kita
lakukan walau hanya sebesar dzarrah(kecil) pasti kebaikan itu akan terbalaskan dengan
kebaikan juga. Dan Janganlah kita berbuat jahat, karena kejahatan akan membawa pada
kesia-siaan bahkan kesengsaraan yang pada akhirnya menjadikan kita merugi karena
mendapat balasan keburukan(adzab) dari yang Maha Kuasa.”

Anda mungkin juga menyukai