Anda di halaman 1dari 4

PENGADILAN

AHMAD TEA

Pelaku :

1. Orang I 4.Mulut 7. Otak


2. Hati 5.Telinga 8.Kaki
3. Mata 6.Tangan 9. Hidung

Orang I : Harapan untuk sembuh sepertinya sudah pupus. Kini aku hanya menunggu
kematian, sebab dokter meramalkan usiaku tinggal… ( Gelisah )
Diluar terdengar suara tiang listrik yang dipukul para ronda 12x
Orang I : (bangkit dan menatap jauh seolah ada yang dipikirkan). Pergi ke pantai, jalan-
jalan ke puncak bahkan ke semua mall telah aku lakukan untuk mengurangi beban yang selama
ini aku rasakan. Mereka bilang pergi ke puncak dapat sejenak melupakan masalah yang
menimpa.(hening). Semua telah aku lakukan, dan aku tak menemukan kebenaran ucapan itu…
(memegang dada seolah ada yang di rasakan yang begitu sakit, selanjutnya memegang tangan,
kaki mata dan hampir seluruh tubuh ia pegang,ia segera mengambil air dan obat yang ada
dimeja ), oh…,ohh sakitnya.( beberapa saat terlihat ia merasa tenang . Hari ini tepat 60 hari apa
yang dikatakan dokter itu,apa benar ajalku hari ini. (memegang dada seolah ada yang di rasakan
yang begitu sakit, selanjutnya memegang tangan, kaki mata dan hampir seluruh tubuh ia
pegang,ia menjerit seolah kesakitan yang amat sakit ) Tuhan jangan ambil nyawaku hari ini aku
belum siap. ( menjerit dan tak berdaya )
Terdengar seperti pasar malam, ada yang mengomel, menyumpah, menangis, berdzikir bahkan
ada suara-suara yang tidak jelas
Hati : Diam, jangan ribut ( hening, hanya terdengar suara detak jantung ). Baiklah
saya akan lanjutkan. Kita telah lama merencanakan seperti ini, kini kita telah memisahkan diri,
rencana yang telah kita susun jangan sampai gagal.
Koor : ya…saya setuju
Hati : Saudara-saudaraku, keindahan pantai mulai pudar karena kalah dengan prostitusi
terselubung mengatasnamakan tempat peristirahatan keluarga. Aku begitu sakit. Tapi itu tak
begitu sakit, justru yang membuat kita pening bahkan sampai muntah adalah bau busuk yang
dikeluarkan oleh mulut,mulut orang-orang seperti ini.
Mulut terhenyak kaget hendak ngomong namun dengan sigap Hati mendekati dan meneruskan
pembicaraannya. Hati yang terlihat begitu emosi dan marah mendekati bibir
Hati : Bermula darinya. Kita dipaksakan untuk mengiyakan apa yang dikatakannya.
Sekarang silahkan kalian keluarkan uneg-uneg yang selama ini menghimpit kalian, kita akan
menggelar pengadilan. Aku yang memimpin pengadilan dan mengatur siding ini agar berjalan
dengan tertib.( Mendekati mata yang dari tadi hanya diam menatap jauh harapan )mata seolah
mendapatkan angin segar ia bangkit dan mendekati bibir seolah memendam kebencian.
Mata : Tugas utama kami adalah mengamati keindahan, agar kami tetep bersukur dan
memuji ciptaannya. Memandang gunung, lereng lembah atau menikmati keramahan masyarakat.
Semua kami nikmati untuk meningkatkan ketaqwaan pada-Nya.( tiba-tiba terdengar isak tangis
yang diikuti air mata, dengan sedih dan tersendat mata melanjutkan dakwaannya )
Mata : kami sedikit demi sedikit terayu oleh ucapan mulut itu. Dia mengatakan bahwa
ada tempat yang paling indah dan menawan, dia mempengaruhi kami untuk dating ke
mall,merayu dan menggoda lelaki hidung belangi. Disana kami melihat,mendekati merayu dan
menggodanya. Dah akhirnya kamu pun pergi ke suatu tepat dan …( semua tertawa dan suasana
cair )
Kemudian Hati menenangkannya. Kini semua organ menjadi ribut mau mengeluarkan uneg-
uneg masing-masing
Hati : tenanggg..semua tenang, semua harap tenang. Semua akan mendapat giliran,
kini giliran telingan. Saya harap telinga berbicara singkat padat dan jelas, tak pake guyon, waktu
kita terbatas.
Telinga : ( Telinga maju ke tengah dan menyuruh mata untuk kebelakangnya ). Tugas
utama kami mendengar, meresapi makna dakwah dari para da’i, mendengarkan lantunan ayat-
ayat suci, menyimak guru yang sedang mengajar atau mendengarkan teman kami yang sedang
presentasi, namun setelah mulut merayu kami kesenangan kami berubah. Kami lebih senang
mendengar isu padahal hoax, fitnah atau suara desah yang membawa kemaksiatan, ini semuanya
bermula dari mulut. Untuk itu kami menuntut agar mulut ini di paku selamanya.(sambil pergi
menjauhi mulut)
Hidung : (sambil mengacungkan tangan dan menghampiri Hati) sekarang giliranku
Hati : ia disitu saja tak usah terlalu dekat. ( Hidung kembali ke posisinya )
Hidung : tugasku menghirup udara segarrrrrr ( sembari memperaktekannya)
Hati :durasi….atau saya potong,ayo singkat saja
Hidung : oohhh iya.maaf temannnn…tugasku menghirup udara segarrrrr…( sembari
memperaktekannya)
Hati :durasi….atau saya potong,ayo singkat saja
Mata : heyyyyy..kok seperti adegan yang tadi itu mah… ga lucu ach,mending kalau ada
yang tertawa. Langsung az.durasi,atau saya potong,ayo singkat saja!
Hati : (sambil mendekati mata).itu dialogku,masa kau rebut juga
Mata : ya sudah kembali ke persidangan…
Hati : ayo lanjutkan dialog tadinya lewat saja
Hidung : Mauku aku menghirup aroma bunga,dari mencium udara segar dan aroma
tersebut itulah aku bersyukur kepadaNya,namun sejak mulut mengajak menghirup aroma lain
yang katanya lebih wangi,kesenanganku berubah,kini aku lebih senang mencium parfum lelaki
hidung belang, tak puas mencium parfumnya aku mencium pipinya,tubuhnya dan…..(Hidung
pergi tak meneruskan,semua ternganga,Hati mengambil alih sidang)
Hati :sudah cukup…langsung saja sekarang giliranmu.
Kemaluan : (tak bergerak dari tadi dia duduk tersipu di belakang dari awal). Pemimpin
siding yang terhormat, bisakah aku berbicara disini saja,aku malu untuk keluar ( Hatipun
mengijinkannya).
Kemaluan : Aku ini organ yang terhormat. Aku tak mau menampakkan diri.aku ini sebuah
aib. Oleh karena itu aku selama ini menjaga kehormatanku,tapi sejak mulut merayuku, aku kini
menjadi barang yang tak berharga,menjadi murah dan sampah. Ttadinya aku mempunyai prinsip
bahwa aku suci,maka akupun harus mencari pasangan yang suci, tapi karena dia aku menjadi liar
jalang dan tak berharga, kehormatanku jatuh tak bernilai lagi. Aku tak berharga lagi (sambil
menangis pilu).Hukuman apapun tak aka ada yang setimpal untuk menghukumnya.
Tangan :Sudahlah…..(sambil mendekati dan mengelus-ngelus)sekarang giliranku.Kami
tangan,fungsikami untuk memegang atau mengambil bahkan bekerja keras untuk mendapat
ridho_Nya. Awalnya kami gunakan untuk membuka buku pengetahuan atau Kami lukis
keindahan sang pencipta atau kami mainkan alat music untuk melantunkan keindahan alam….
(sejenak terdiam )
Hidung : ahhh…terlalu bertele-tele, intinya saja
Hati : terus apa tuntutanmu padanya?
Tangan : tangan ini kami gunakan untuk memberi anak yatim, tapi sejak mulut berujar
lain, kami digunakan untuk memegang yang selama ini belum pernah kami sentuh. Kami colek,
sentuh bahkan memeluknya (nangis)
Mata : lantas apa tuntutanmu..?
Tangan : Kami menuntut mulut ini di cincang.
Kaki : Sudah lama kakmi tak masuk masjid,sudah lama kami tak melangkah ke majlis
ta’lim,sudah lama kami tak menjenguk makam kedua orang tua,kini kami lebih senang pergi ke
diskotik, atau pub sambil berjingkrak-jingkrak ga karuan. Semua kami lakukan karena
rayuannya.( dia menghampiri kemudian menendangnya.semua menjadi terpancing,suasana
menjadi ricuh, bahkan Hati pun seperti terpengaruh) suasana ramai, amarah mereka bangkit
mirip seperti suasana demonstran yang tak terarah
Otak : Sudah…sudahh…hai tenangkan kalian.(semua diam)
Hati : ya cukup…semua diam dan tenang(suasana sedikit tenang).sekarang terakhir
apa yang mau kamu tuntut otak?
Otak : (kaget dan terlihat panik )ehhhh…eu..sa..sayaaa..tidak menuntut apa-apa.(semua
terperangah dan serempah) hahhhhhhhh….
Otak : ya,aku tak menuntut apa-apa.
Mata : hey…kenapa kau terdiam.
Otak : (kesamping) aku lebih baik diam, andai aku ikut tuntut, takutnya nanti mulut
malah …aku juga menyadari semua yang mereka lakukan sebenarnya akulah actor
intelektualnya.
Hati : (melangkah seperti lemas, melirik ke sekitar). Jangan-jangan dia sama sepertiku,
makanya aku memilih untuk menjadi pemimpin sidang. Aku sangat sadar kalau akulah
pelakunya. Aku yang memaksa mulut dan yang lainnya untuk melakukan, aku pulalah yang
menjadi tangan kanan otak, akulah yang memaksakan untuk melakukannya, mengintruksikan
anggota lain untuk berbuat keluar dari fitrah dan kodratnya…..
( Hati tersungkur menangis, sedangkan tangan, kaki, Hidung mata dan lainnya terus mendekati
mulut, Mulut menjadi bulan-bulanan mereka ).
Otak :( mendekati otak ). Hey…kenapa? Apa kau telah sadar dengan apa yang
kaulakukan ?( Hati, terkejut dengan perkataan yang di keluarkan mulut, dengan sigap dia
mengusap matanya yang dari tadi mengeluarkan air mata)
Hati : ayo,kita ikut bersama mereka, takut mulut ikut bicara….
(Hati dan otak mendekati hendak ikut menghakimi mulut, sebelum keduanya mendekat terdengar
suara tiang listrik dan di susul suara adzan awal dari masjid yang tak jauh dari rumahnya).
Semua kembali ke awal,hening
Orang I : (bangun terperanjat)Astagfirulloh hal adzim……(dengan sedikit nafas ngos-
ngosan dia mengusap muka, dada dan memegang mulut.( dia melihat jam tangan yang masih
melekat di tangannya)…saatnya sholat dan minta ampun……( dia mengambil sejadah yang
terlipat rapi di kursi ruang keluarga…) hening.lampu mati.
- Selesai -

Anda mungkin juga menyukai