Anda di halaman 1dari 104

Ada Sisa Sisa Suara

Ada sisa-sisa suara yang bergema dalam dada


Aku tak mendengar apapun, gemuruh di luar pintu,
ia terus mengejarku, ia terus menghatuiku
Mengendalikan seluruh gerak dan naluriku

Ada akal yang masih bening, ada budi yang masih jernih
Bertarung serentak bergumul bola-bola api,
ia terus membelenggu, ia ingin melukaiku,
membalut semua indra akal fikirku

Ada yang tak dapat aku lepas meskipun berulang aku
coba
Waktu berputar semakin cepat, aku telah jauh
tertinggal
Ada yang tak pantas aku sandang, setumpuk
penghargaan
Lebih baik kutelan kata-kataku, angan-anganku
hu hu hu hu hu hu hu...

Ada akal yang masih bening, ada budi yang masih jernih
Bertarung serentak bergumul bola-bola api,
ia terus membelenggu, ia ingin melukaiku,
membalut semua indra akal fikirku

Ada yang tak dapat aku lepas meskipun berulang aku
coba
Waktu berputar semakin cepat, aku telah jauh
tertinggal
Ada yang tak pantas aku sandang, setumpuk
penghargaan
Lebih baik kutelan kata-kataku, angan-anganku
ho ho ho ho ho ho ho


Ada Yang Tak Mampu Kulupa
Ada yang tak mampu kulupa
bulu lembut di keningmu
yang meremang kala kukecup
dan ketika kusibak rambutmu

Ada yang tak hendak kubuang
serangkaian kenang-kenangan
yang tergambar di gelap malam
dan tersimpan di pucuk daunan

reff.
Langit di atas simpang jalan
menemaniku bernyanyi
bagai gejolak pohon nan runtuh
bersama gitar bersama sepi
bersama luka dan cinta
aku masih sempat bernyanyi lagi

Ada yang mesti kupikir lagi
melepas dendam dan sakit hati
dan berjuang membunuh benci
Tuhan, jagalah tanganku ini



Aku Ingin Pulang
Kemanapun aku pergi
Bayang bayangmu mengejar
Bersembunyi dimanapun
S' lalu engkau temukan
Aku merasa letih dan ingin sendiri

Ku tanya pada siapa
Tak ada yang menjawab
Sebab semua peristiwa
Hanya di rongga dada
Pergulatan yang panjang dalam kesunyian

Aku mencari jawaban di laut
Ku sadari langkah menyusuri pantai
Aku merasa mendengar suara
Menutupi jalan
Menghentikan petualangan
Du du du

Kemanapun aku pergi
Selalu ku bawa bawa
Perasaan yang bersalah datang menghantuiku
Masih mungkinkah pintumu ku buka
Dengan kunci yang pernah kupatahkan
Lihatlah aku terkapar dan luka
Dengarkanlah jeritan dari dalam jiwa

Aku ingin pulang uhuu
Aku harus pulang uhuu
Aku ingin pulang uhuu
Aku harus pulang uhuu
Aku harus pulang


Aku Pasrah Kepada Kebenaran
Dengan tulus aku memohon ampun padamu
Engkau memasang wajah garang dan tetap menekanku
Percuma saja aku yang telah menyerah
Bersikeras pun aku tak berdaya
Hidup dan mati bukan ada di tanganmu
Tapi Tuhan yang telah mengatur

Masa laluku memang sangat pekat dan hitam
Namun rasanya aku belum terlambat bertobat
Gambar burung hantu yang lekat di lengan
Potret kegagalanku sangat pahit
Aku pasrahkan kepada kebenaran
Mungkin nasib suratan tangan

Ada yang ingin aku titipkan
sebelum aku pergi jauh
Istri dan anakku tak bersalah, jangan dilibatkan
Biarlah aku tanggung sendiri
dosa yang telah kuperbuat
Hanya Tuhan yang tahu ketulusan hati ini
Semoga aku dimaafkan

Ada yang ingin aku titipkan
sebelum aku pergi jauh
Istri dan anakku tak bersalah, jangan dilibatkan ho
Biarlah aku tanggung sendiri
dosa yang telah kuperbuat
Hanya Tuhan yang tahu ketulusan hati ini
Semoga aku dimaafkan
Hanya Tuhan yang tahu ketulusan hati ini
Semoga aku dimaafkan


Anak
Aku temukan anak kecil kurus terkapar
Menutup wajah dengan telapak tangannya
Aku gamit ia terperanjat
melompat terbangun dan menatapku dengan nanar
Lantas berlari bersembunyi
di balik bayang-bayang pekat

Aku panggil ia dengan suara lembut
Dijulurkan kepala menatap curiga
Dari sudut matanya mengalir
tetes air bening bercampur dengan keringat
Dari tingkahnya yang gelisah,
dari bibirnya yang bergetar
ada yang ingin dikatakan
du du du du du du du du du du du du du du du du du

Aku rengkuh dalam pelukanku
Kutanya, "Apa gerangan yang terjadi?"
Sambil terisak diceritakan sejujurnya
Terpaksa ia mencuri karena lapar yang ditanggung
tak tertahankan lagi
Namun dari nama yang disandangnya
aku curiga ada yang tak wajar
Dan aku ingin tahu lebih jauh
du du du du du du du du du du du du du du du du du

Aku antar ia pulang kembali ke rumah
Betapa terkejut aku dibuatnya
Benarkah dari istana megah ini
dapat terlahir anak yang mirip gelandangan
Tapi setelah aku masuk di dalamnya
memang terasa ada yang hilang

Rumah ini tak ubahnya seperti neraka
Ayah ibunya sibuk sendiri nan cerai berai
Akhirnya ia pun memilih pergi
Barangkali di luar sana dapat dijumpai
Kasih sayang yang diimpikan, perhatian yang dibutuhkan
Nah, sekarang coba siapa yang salah?
du du du du du du du du du du du du du du du du du
du du du du du du du du du du du du du du du du du

Apakah Ada Bedanya
Apakah ada bedanya hanya diam menunggu
dengan memburu bayang-bayang? Sama-sama kosong
Kucoba tuang ke dalam kanvas
dengan garis dan warna-warni yang aku rindui
Apakah ada bedanya bila mata terpejam?
Fikiran jauh mengembara, menembus batas langit
Cintamu telah membakar jiwaku
Harum aroma tubuhmu menyumbat kepala dan fikiranku
Di bumi yang berputar pasti ada gejolak
Ikuti saja iramanya, isi dengan rasa
Di menara langit halilintar bersabung
Aku merasa tak terlindung, terbakar kegetiran
Cinta yang kuberi sepenuh hatiku
Entah yang kuterima aku tak peduli,
aku tak peduli, aku tak peduli
Apakah ada bedanya ketika kita bertemu
dengan saat kita berpisah? Sama-sama nikmat
Tinggal bagaimana kita menghayati
di belahan jiwa yang mana kita sembunyikan
dada yang terluka, duka yang tersayat, rasa yang
terluka





Apakah Mungkin
Apakah mungkin engkau merasakan
rindu seperti yang aku derita?
Jauh terbentang bukit dan lautan
Waktu pun seperti berhenti berdetak

Apakah mungkin gelora cintaku
dapat kautangkap? Kukirim lewat angin
Aku khawatir kalimat yang kutulis,
kurangkai berhari-hari tetap tak berbalas

Kadang-kadang bumi kucurigai
menyembunyikan jawabanmu
Kupelihara kegelisahan untuk mengasah
ketajaman rasa, kepekaan jiwa

Apakah mungkin gelombang di laut
getarnya terasa sampai ke puncak bukit?
Langkah di pesisir pasti tinggalkan jejak
Ingin kutelusuri sampai di cakrawala

Kadang-kadang bumi kucurigai
menyembunyikan jawabanmu
Kupelihara kegelisahan untuk mengasah
ketajaman rasa, kepekaan jiwa

ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho


Asmara Satu Ketika
(hm ho ha ha ) hu
Ketika kubuka jendela kegetiran datang menyergap,
ah
Apakah karena hembusan angin bawa aroma rumput
basah?
Gemuruh air hujan menumpas nyanyianku
tentang asmara yang sirna terkubur dalam dada
Aku kembali terduduk di atas kebekuan bara hati

Ketika ' ku berjalan sendiri menyusuri sungai berliku
Apakah langkah kubawa ke hulu ataukah ke muara?
Gemuruh suara hati menikam kebisuan
ketika cintaku kandas terkubur dalam jiwa
Aku kembali terduduk di atas kebekuan bara hati

(hm ha ha hu hu hu hu hu) hu

Gemuruh air hujan menumpas nyanyianku
tentang asmara yang sirna terkubur dalam dada
Aku kembali terduduk di atas kebekuan bara hati

Oh, malam dengarkanlah syair dari nyanyi anku
Barangkali akan dapat menolongku
Coba bawakan dia meski hanya lewat mimpi
Oh, kelam bicaralah, ho ho, demi semi cintaku
hu ho ho ho ho ho demi semi cintaku
hu ho ho ho ho ho demi semi cintaku
hm hm hm demi semi cintaku
hu ho ho ho ho ho demi semi cintaku


Ayah Aku Mohon Maaf
Dan pohon kemuning akan segera kutanam
Satu saat kelak dapat jadi peneduh
Meskipun hanya jasad bersemayam di sini
Biarkan aku tafakkur bila rindu kepadamu

Walau tak terucap aku sangat kehilangan
Sebahagian semangatku ada dalam doamu
Warisan yang kau tinggal petuah sederhana
Aku catat dalam jiwa dan coba kujalankan

Meskipun aku tak dapat menungguimu saat terakhir
Namun aku tak kecewa mendengar engkau berangkat
Dengan senyum dan ikhlas aku yakin kau cukup bawa
bekal
Dan aku bangga jadi anakmu

Ayah aku berjanji akan aku kirimkan
Doa yang pernah engkau ajarkan kepadaku
Setiap sujud sembahyang engkau hadir terbayang
Tolong bimbinglah aku meskipun kau dari sana

Sesungguhnya aku menangis sangat lama
Namun aku pendam agar engkau berangkat dengan
tenang
Sesungguhnyalah aku merasa belum cukup berbakti
Namun aku yakin engkau telah memaafkanku

Air hujan mengguyur sekujur kebumi
Kami yang ditinggalkan tabah dan tawakkal

Ayah aku mohon maaf atas keluputanku
Yang aku sengaja maupun tak kusengaja
Tolong padangi kami dengan sinarnya sorga
Teriring doa selamat jalan buatmu ayah tercinta


Bahasa Matahari
Seringkali aku tak mampu menangkap
isyaratmu lewat cuaca
Matahari, ombak di laut
sering membisikkan
yang bakal terjadi

Kadangkala aku memilih berdusta
mengkhianati suara hati
Sesungguhnya kejujuran
dapat menangkal semua malapetaka
Mari kita mencoba bersahabat dengan alam,
bumi, langit dan matahari
Bahasa mereka kita pelajari
Tentunya dengan kalimat jiwa yang rahasia
Tuhan menghendaki kita pelihara
bumi beserta s' luruh isinya

du du du du du du du du du du du du du
Untuk itu kita harus memahami
du du du du du du du du du du du du du
bahasa matahari

Sesungguhnya aku tak mampu menjawab
ketika anakku bertanya,
"Kemanakah angin berhembus,
seberapa banyakkah tempat berteduh?"
Mari kita mencoba bersahabat dengan alam
bumi, langit dan matahari
Bahasa mereka kita pelajari
Tentunya dengan kalimat jiwa yang rahasia
Tuhan menghendaki kita pelihara
bumi beserta s' luruh isinya

Untuk itu kita harus belajar
bahasanya semak belukar
du du du du du du du du du du du du du
Untuk itu kita harus memahami
du du du du du du du du du du du du du
bahasa matahari


Berita Kepada Kawan
Perjalanan ini
Trasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk
Disampingku kawan

Banyak cerita
Yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan

Tubuhku terguncang
Dihempas batu jalanan
Hati tergetar menatap
kering rerumputan

Perjalanan ini pun
Seperti jadi saksi
Gembala kecil
Menangis sedih

Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika di kutanya mengapa
Bapak ibunya tlah lama mati
Ditelan bencana tanah ini

Sesampainya di laut
Kukabarkan semuanya
Kepada karang kepada ombak
Kepada matahari

Tetapi semua diam
Tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri
Terpaku menatap langit

Barangkali di sana
ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana

Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga
dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan
Bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada
Rumput yang bergoyang


Berjalan Di Hutan Cemara
Berjalan di hutan cemara
Langkahku terasa kecil dan lelah
Makin dalam lagi
Ku ditelan fatamorgana

Tebing tanah basah di pinggir jalan setapal
Seperti garis wajahmu
Teduh dan kasih
Makin dalam lagi
Ku dicengkam kerinduan

Kabut putih melintas di jalanku
Jarak pandangku dua langkah ke depan
Ada seberkas cahaya
Menembus rimbun dedaunan
Sanggupkah menerangi jalanku

Dan aku berharap
Kapankah kiranya
Sampai di puncak sana
Aku kan bertanya siapa diriku
Aku kan bertanya siapakah Kamu
Aku kan bertanya siapa mereka
Aku kan bertanya siapa kita


Berjalan Diam Diam
Berjalan diam-diam ternyata banyak makna
Setiap sudut dapat aku lihat
semua yang tersembunyi serta merta kubuka
Kotor berdebu, kumuh dan kusam
Seperti apa adanya

Angin menampar-nampar membuatku terperangah
Aku terhenti di kaki bukit
Ranting kering kerontang patah berderak-derak
Sejuta anak sakit dan lapar
menari-nari di mataku, bernyanyi-nyanyi di jiwaku

Gemuruh tanah runtuh menimpa kepala
seiring jerit ngilu menyayat
Gemuruh gumam doa, gerimis air mata
Simpati hanya lewat jendela
Terlampau jauh untuk diraih
Bunga-bunga karang merenda buih air, pecahkan
gelombang
Mereka terus merangkak menggapai batang angin
kita tak melihat ho... ho ho

Mari kita bersama-sama berkaca
Lihat luka bernanah di wajah kita
Berjalan diam-diam ternyata lebih bermakna
Semuanya berbicara sejujurnya

Gemuruh tanah runtuh menimpa kepala
seiring jerit ngilu menyayat
Gemuruh gumam doa, gerimis air mata
Simpati hanya lewat jendela
Terlampau jauh untuk diraih
Bunga-bunga karang merenda buih air, pecahkan
gelombang
Mereka coba merangkak menggapai batang angin
kita tak melihat ho... ho ho

Mari kita bersama-sama berkaca
Lihat luka bernanah di wajah kita
Berjalan diam-diam ternyata lebih bermakna
Semuanya berbicara sejujurnya

Berjalan diam-diam ternyata lebih bermakna
Semuanya berbicara sejujurnya


Biarkanlah Hati Bicara
Coba diam sejenak, amati suara angin
Barangkali di sana ada yang engkau cari
Coba dekapkan wajahmu di bawah sinar lampu
Tak perlu kau katakan, rindumu telah terbaca ho..
Tumpahkanlah lewat nyanyian
Salah satu cara untuk menyiasati rindu
Kadang-kadang tanpa terasa
tetes air mata membasahi pipi

Coba katakan padaku apa yang engkau inginkan
Barangkali aku mampu melepaskan dukamu
Coba kau dekap hening terbang menembus waktu
Tak perlu kau risaukan luka dan kepedihan hm hm
hm
Setidaknya aku dapat
mengajakmu larut dalam gelora nyanyianku
Kadang-kadang tanpa terasa
mataharimu telah bersinar ceria kembali

Simpanlah mimpimu dalam kehangatan mentari
ketika embun masih menggantung
Pejamkan mata, rebahkan jiwa,
biarkanlah hati yang bicara

Kau tak pernah tahu kapan dukamu terobati
Meskipun hujan t' lah mulai turun
Pejamkan mata, rebahkan jiwa,
biarkanlah hati yang bicara

hm ho


Biarlah Aku Diam
Biarlah aku buang di tengah lautan
Kerinduan yang bergelora memecahkan kepala
Semoga terhempas gelombang dan berhenti
mengejarku
Bahkan pernah kucuri sehelai rambutnya
Aku tanam di depan pintu jelas ada maksudnya
Setiap pagi aku langkahi agar dia yang terjerat
dalam bayang-bayanganku
Mungkin aku telah keliru mencoba melupakannya
Kalah dengan semua suara-suara yang menghujat
Walau jauh di dasar hati masih aku simpan
senyumnya
Bagaimanakah? Harus bagaimana?
Biarlah aku diam di tengah gelombang
Aku tunggu tetesan embun, kuhirup sampai tuntas
Bayanganya melompat-lompat, bermain dalam
fikiran,
bermain dalam impian
Mungkin aku telah keliru mencoba melupakannya
Kalah dengan semua suara-suara yang menghujat
Walau jauh di dasar hati masih aku simpan
senyumnya
Bagaimanakah? Harus bagaimana?
Rasakah yang harus kubela? Atau suara mereka?
Biarkanlah aku sendiri
Aku perlu waktu untuk merenung, hu hu hu hu
berfikir, dan kemudian memutuskan
ho ho ho du du du du du du du du du
ho ho ho du du du du du du du du du
ho ho ho du du du du du du du du du
ho ho ho du du du du du du du du du
ho ho ho du du du du du du du du du
ho ho ho du du du du du du du du du

Bias Warna
Warna dalam gugusan alis mata
sering terbaca menyesatkan
Sementara di dalam bergejolak,
di luarnya justru seperti bisu

Biru membersitkan kasih yang tulus
Kadang ditafsirkan keliru
Pergumulan yang sengit dengan hidup
Memaksa kita sering pura-pura

Sapuan kuas, nyanyian puisi harus lahir
dari renungan, mengendap di jiwa
dan tuangkan sejujurnya
Rindu, dendam, kata hati
mesti diterjemahkan dalam bahasa yang jernih

Hitam menenggelamkan sisi gelap
Mata sering terpaksa berlagak buta

Sapuan kuas, nyanyian puisi harus lahir
dari renungan, mengendap di jiwa
dan tuangkan sejujurnya
Rindu, dendam, kata hati
mesti diterjemahkan dalam bahasa yang jernih
Marah, luka, duka jiwa
mesti ditumpahkan dengan suara lantang

ho ho ho ho ho ho ho ho
ho ho ho ho ho ho ho ho


Biduk Telah Sarat Dan Kutambatkan
Dengar suara angin berdesau semilir
menyentuh legam lenganku telanjang
tengah duduk menunggu fajar
Semburat sinar merah matahari

Lihat pucuk-pucuk daunan melambai
Berbagai kenangan silih berganti
mengisi jiwa, menguak dada
Kepak kelelawar pecahkan bintang

Ingin aku sapa sekejap Kau sirna
seperti di telan bianglala
Getar batang pinus gelombang samudra
Teguhkan bibirku sebut namaMu

Dengar derap langkah serentak terhenti
Menyimak lirih bisikan kalbuku
Ada yang tertinggal, ada yang hilang
Begitu kelam dan sangat dalam

Tinggal sepotong ranting erat kugenggam
Tolong, sambutlah persembahan ini
Heningnya malam bekukan embun
Biduk telah sarat dan kutambatkan

Bingkai Mimpi
Dalam kepekatan mimpiku
wajahMu tersembunyi
Alam semesta, matahari, bintang, rembulan
Semua datang sujud buatMu
Menikam cinta paling dalam
Du du du du du du du
du du du du du
Dari sudut manakah gerangan
aku dapat segera mulai
melukiskan Engkau yang kasat mata namun ada
Bahkan mengalir dalam darah
Hidup t' lah kujanjikan buatmu
Garis-garis aku satukan
menampilkan watak yang beringas
Titik-titik aku kumpulkan
menampilkan rona geriap
Terlalu jauh dari wajahMu
yang agung, teduh, dan kasih
Kini kuyakini sepenuhnya Engkau tak mungkin
kugambar
Tinggal kumohon ampunanMu atas kelancangan
mimpiku
Dalam kesejukan nafasMu
aku khusyuk sembahyang
Barangkali dapat kutafsirkan makna firmanMu
Peluklah aku dalam damai,
siramilah dengan cinta
Garis-garis aku satukan
menampilkan watak yang beringas
Titik-titik aku kumpulkan
menampilkan rona geriap
Terlalu jauh dari wajahMu
yang agung, teduh, dan kasih
Kini kuyakini sepenuhnya Engkau tak mungkin
kugambar
Tinggal kumohon ampunanMu atas kedangkalan
mimpiku
Du du du du du du du du
du du du du du du du du
du du du du du du du
du du du du du


Bunga Bunga Cinta
Geriapnya seperti sejuta bintang
Pancaran matamu bening cemerlang
Aku pun terkesima, hilanglah kata-kata,
degup jantungku menggelegak,
gelora cinta pun deras mengalir tak terbendung

Semburatnya seperti cipratan embun
tergambar dalam senyumanmu teduh
Ulurkanlah tanganmu, alirkanlah cintamu
Aku terpana tanpa daya
Letih berpacu mengejar impian, bunga cinta

Aku memang lelaki yang tak beruntung
Tak punya apapun yang dapat kubanggakan
Sementara engkau terlalu sempurna
Hampir hanya terwujud dalam bayang-bayang,
hanya dalam bayang

Semburatnya seperti cipratan embun
tergambar dalam senyumanmu teduh
Ulurkanlah tanganmu, alirkanlah cintamu
Aku terpana tanpa daya
Letih berpacu mengejar impian, bunga cinta

Getar-getar cintaku dan cintamu
Terwujudlah semua angan-anganku
Aku ada bersamamu, engkau ada bersamaku
Selamat pagi isi bumi, selamat tinggal bayang-
bayang sepi
Selamat tinggal bayang-bayang sepi


Cahaya Hidupku
Kemarin aku melupakanmu
Kemarin aku tak ingat kamu
Namun engkau tersenyum

Dan kini sampai akhir hidupku
Ku mohon jangan tinggalkan aku
Selalu dekat dengamu
Engkaulah segalanya

Rasa sesal tak pernah datang di awal
Ketika, ketika mata rasa dan kata sudah tak berguna
Teringat satu masa ketika aku terlupa
Terlupa akan cinta yang ada di dalam dada
Ku terpesona dengan wanita berbeda
Terpikat dengan sinar cahaya berbeda
Wanita lain yang belum tentu setia
Cahaya yang tidak akan bersinar lama

Tidak seperti sinarmu engkau wanita pujaan hatiku
Malu ku mengakui kesalahanku padamu
Jujur hati ini tak bisa tidur
Ku siapkan waktu berdua denganmu
Saat dimana tak bisa kuganti dengan hatiku
Cinta yang tlah kau beri tak dapat terganti
Hanya dengan untaian kata maaf dari hati ini
Kau cahaya hidupku

Kemarin aku melupakanmu
Kemarin aku tak ingat kamu
Namun engkau tersenyum

Aku adalah lelaki yang akan dibenci
Ketika ku sakiti hati wanita yang mengasihi
Dia beri hati kubalas dengan dusta
Dia beri cinta kubalas dengan luka
Aku terpesona dengan wanita berbeda
Terpikat dengan sinar cahaya berbeda
Wanita lain yang belum tentu setia
Cahaya yang tidak akan bersinar lama

Tidak seperti sinarmu engkau wanita pujaan hatiku
Malu ku mengakui kesalahanku padamu
Jujur hati ini tak bisa tidur
Ku siapkan waktu berdua denganmu
Saat dimana tak bisa kuganti dengan hatiku
Cinta yang tlah kau beri tak dapat terganti
Hanya dengan untaian kata maaf dari hati ini
Kau cahaya hidupku

Kemarin aku melupakanmu
Kemarin aku tak ingat kamu
Namun engkau tersenyum


Camelia 1
Dia Camelia
puisi dan pelitamu
kau sejuk seperti titik embun membasahi daun
jambu
di pinggir kali yang bening

sayap-saayapmu kecil lincah berkeping
seperti burung camar
terbang mencari tiang sampah
tempat berpijak kaki dengan pasti
mengarungi nasibmu
mengikuti arus air berlari

dia Camelia
engkaukah gadis itu
yang selalu hadir dalam mimpi -mimpi di setiap
tidurku
datang untuk hati yang kering dan sepi
agar bersemi lagi
hmm ... bersemi lagi

kini datang mengisi hidup
ulurkan mesra tanganmu
bergetaran rasa jiwaku
menerima harum namamu

Camelia oh Camelia
Camelia oh Camelia
Camelia oh Camelia
Camelia 2
Gugusan hari-hari
Indah bersamamu Camelia
Bangkitkan kembali
Rinduku mengajakku kesana

Inginku berlari
Mengejar seribu bayangmu Camelia
Tak peduli kau kuterjang
Biar pun harusku tembus padang ilalang

Tiba-tiba langkahku terhenti
Sejuta tangan telah menahanku
Ingin kumaki mereka berkata
Tak perlu kau berlari
Mengejar mimpi yang tak pasti
Hari ini juga mimpi
Maka biarkan ia datang
Di hatimu... di hatimu...

Camelia 3
Di sini dibatu ini
Akan kutuliskan lagi
Namaku dan namamu
Maafkan bila waktu itu
Dengan tuliskan nama kita
Kuanggap engkau berlebihan
Sekarang setelah kau pergi
Kurasakan makna tulisanmu
Meski samar tapi jelas tegas
Engkau hendak tinggalkan kenangan
Dan kenangan
Disini kau petikkan kembang
Kemudian engkau selitkan
Pada tali gitarku
Maafkan bila waktu itu
Kucabut dan kubuang
Kau pungut lagi dan kau bersihkan
Engkau berlari sambil menangis
Kau dakap erat kembang itu
Sekarang baru aku mengerti
Ternyata kembangmu kembang terakhir
Yang terakhir
Oh Camelia, katakanlah ini satu mimpiku
Oh oh oh oh oh
Camelia, maafkanlah segala silap dan salahku
Disini dikamar ini
Yang ada hanya gambarmu
Kusimpan dekat dengan tidurku
Dan mimpiku


Camelia 4
Senja hitam ditengah ladang
Dihujung permatang engkau berdiri
Putih diantara ribuan kembang
Langit diatas rambutmu
Merah tembaga
Engkau memandangku
Bergetar bibirmu memanggilku
Basah dipipimu air mata
Kerinduan, kedamaian oh

Batu hitam diatas tanah merah
Disini akan kutumpahkan rindu
Kugenggam lalu kutaburkan kembang
Berlutut dan berdoa
Syurgalah ditanganmu, Tuhanlah disisimu
Kematian adalah tidur panjang
Maka mimpi indahlah engkau
Camellia, Camellia oh

Pagi, engkau berangkat hati mulai membatu
Malam, kupetik gitar dan terdengar
Senandung ombak dilautan
Menambah rindu dan gelisah
Adakah angin gunung, adakah angin padang
Mendengar keluhanku, mendengar jeritanku
Dan membebaskan nasibku
Dari belenggu sepi

Catatan Seorang Penyair
Pengembara, penyair jalanan
Sepi ia semadi di dalam sanggar
Langlang jagat raya
sekejap dari dalam bilik
Berbantal setumpuk buku
Memasang mata dan fikiran

Ada kabar apakah gerangan
dari bumi belahan seberang?
Kami rindu suasana baru
Di sini telah terasa pengap,
di sini telah terasa gelap

Perjalanan di dalam batin
Merangkak di atas langit,
menyusuri semua ngarai
Banyak yang tersembunyi
dan belum sempat terungkapkan
Rahasia lingkar Bima Sakti
Misteri mesti diuraikan

Mari kita kupas seluruhnya
Jangan sisakan barang sedikit
Langkah baru segera kita ambil
Mengakhiri cerita kusam
Salin dengan cerita indah

Mengembara, menembus ruang,
batas mimpi-mimpi, dan alam sadar
Lewat tiga langkah pandangan dan fikiranmu
Tetapi kadangkala kabur
Terpaut jarak terlampau jauh

Marilah kita coba dengarkan
jalan fikirannya yang cemerlang
Siapa tahu dapat kita mengerti
Jangan lihat siapa bicara
tapi dengar apa katanya

Cerita Cinta Suminah dan Tukang Sapu
Malam yang pekat terasa menyiksa
Duduk sendirian di bangku pasar
Nyamuk terbang layang sesekali hinggap
Menunggu pagi datang, menunggu kehidupan

Ia enggan tertidur, ia enggan bermimpi
Senyum yang menawan gadis kebaya jingga ho ho ho
Dinyalangkan matanya, dipeluk erat bayangnya
Suminah pilar timur anak pedagang sayur

Dicari sesobek kertas, dicari sepotong arang
Ia menggambar sebisanya
Asal bisa terungkapkan perasaan yang menggebu
"Suminah, aku cinta kamu!"
Berjalan mengendap-endap menuju sudut pilar timur
Disorongkan hati yang terpanah hm
Semoga hm Suminah mengerti ho ho ho ho

Cinta cucu Adam begitu sederhana
tapi makna yang tersimpul begitu agung
Seorang tukang sapu punya cara sendiri
meramu adonan cinta, ia berhak menikmati

Dicari sesobek kertas, dicari sepotong arang
Ia menggambar sebisanya
Asal bisa terungkapkan perasaan yang menggebu
"Suminah, aku cinta kamu!"
Berjalan mengendap-endap menuju sudut pilar timur
Disorongkan hati yang terpanah ho
Semoga hm Suminah mengerti ho ho ho ho


Cinta Di Kereta Biru Malam
Semakin dekat aku memandangmu,
semakin tegas rindu di keningmu
Gelora cinta membara di pipimu
Gemercik hujan di luar jendela
Engkau terpejam bibirmu merekah
mengisyaratkan hasrat di tanganmu
Selimut biru yang kau ulurkan kepadaku
Penahan dingin di kereta Biru Malam
Kau nyalakan gairah nafsuku, kau hela cinta di
dadaku
hm..

Kau ciptakan musik irama tra la la la la la la
Kau ciptakan gerak irama tra la la la la
Kau ciptakan panas irama tra la la la la la la
Kau ciptakan diam irama tra la la la la ha ha ha ha
la la la la hm hm la la la la hm hm la la la la

Butir keringat basah bersatu
Deru nafas birahi pun bersatu
Kereta makin pelan dan berhenti hm hm
Kuulurkan lembut tanganku, kubenahi kusut gaunmu
Engkau tersenyum pahit dan menangis
Selimut biru yang kau ulurkan kepadaku
kini basah bersimbah peluh kita berdua
Kuhempaskan lelah tubuhku, kubuang cinta di
dadaku
hm..

Kuciptakan janji irama tra la la la la la la
Kuciptakan ingkar irama tra la la la la
Kuciptakan dosa irama tra la la la la la la
Kuciptakan diam irama tra la la la ha ha ha ha
la la la la hm hm la la la la hm hm la la la la


Cinta Sebening Embun
Pernahkah engkau coba menerka
apa yang tersembunyi di sudut hati?
Derita di mata, derita dalam jiwa
kenapa tak engkau pedulikan?

Sepasang kepodang terbang melambung
Menukik bawa seberkas pelangi
Gelora cinta, gelora dalam dada
kenapa tak pernah engkau hiraukan?

Reff:
Selama musim belum bergulir
Masih ada waktu untuk saling membuka diri
sejauh batas pengertian
Pintu tersibak, cinta mengalir sebening embun
Kasih pun deras mengalir
cemerlang sebening embun

du du du du du du du du du du hu
Pernahkah engkau coba membaca
sorot mata dalam menyimpan rindu?
Sejuta impian, sejuta harapan
kenapakah mesti engkau abaikan?

Selama musim belum bergulir
Masih ada waktu untuk saling membuka diri
sejauh batas pengertian
Pintu tersibak, cinta mengalir sebening embun

Kasih pun mulai deras mengalir
cemerlang sebening embun

Selama musim belum bergulir
Masih ada waktu untuk saling membuka diri
sejauh batas pengertian
Pintu tersibak, cinta mengalir sebening embun

ho ho hu hu hu hu hu hu
du du du du du du du du
du du du du du du du du


Cintaku Kandas Di Rerumputan
Aku mulai resah menunggu engkau datang
Berpita jingga, sepatu hitam
Kau bawa cinta yang kupesan ho...
Aku mulai ragu dengan keberanianku
Berapa cinta kau tawarkan?
Berapa banyak yang kau minta? Ha
Aku merasa terjebak dalam lingkaran membiusku
namun dorongan jiwa tak sanggup kutahan
Iblis manakah yang merasuk
aku memilih cara ini?
Mungkin karena ' ku merasa tak punya apa-apa
Dan ketika engkau datang
aku pejamkan mataku
Samar kudengar suaramu lembut memanggil namaku
Seketika sukmaku melambung
Kuputuskan untuk berlari menghindarimu sejauh
mungkin
Cintaku kandas di rerumputan
ho ho ho ho ho ho ho ho ho
du du du du du du du du du
du du du du du du ho ho ho ho
du du du du du du du du du du du du du du du
Aku mulai sadar cinta tak mungkin kukejar
Akan kutunggu, harus kutunggu
sampai saatnya giliranku
Dan ketika engkau datang
aku pejamkan mataku
Samar kudengar suaramu lembut memanggil namaku
Seketika sukmaku melambung
Kuputuskan untuk berlari menghindarimu sejauh
mungkin
Cintaku kandas di rerumputan
ho ho ho ho ho ho ho ho ho
du du du du du du du du du
du du du du du du ho ho ho ho
du du du du du du du du du du du du du du du
ho ho ho ho ho ho ho ho ho
du du du du du du du du du
du du du du du du ho ho ho ho
du du du du du du du du du du du du du du du

Cita Cita Kecil Si Anak Desa
Aku pernah punya cita-cita hidup jadi petani kecil
Tinggal di rumah desa dengan sawah di sekelilingku
Luas kebunku sehalaman ' kan kutanami buah dan
sayuran
Dan di kandang belakang rumah kupelihara
bermacam-macam peliharaan
Aku pasti akan hidup tenang, jauh dari bising kota
yang kering dan kejam
Aku akan turun berkebun mengerjakan sawah
ladangku sendiri
dan menuai padi yang kuning bernas dengan istri dan
anakku
Memang cita-citaku sederhana sebab aku terlahir
dari desa
Istriku harus cantik, lincah, dan gesit
Tapi ia juga harus cerdik dan pintar
Siapa tahu nanti aku ' kan terpilih jadi kepala desa
' kan kubangkitkan semangat rakyatku dan kubangun
desaku
Desaku pun pasti mengharap aku pulang
Akupun rindu membasahi bumi dengan keringatku
Tapi semua itu hanyalah tergantung padaNya jua
Tapi aku merasa bangga setidak-tidaknya ku punya
cita-cita
Tapi aku merasa bangga setidak-tidaknya ku punya
cita-cita
Demikianlah Cinta
Kata demi kata ku rangkai untukmu
Nampaknya tak sepenuhnya kau mengerti
Memang yang ku tulis kalimat bersayap
karena begitulah puisi
Namun sesungguhnya
Aku hanya ingin mengatakan
Aku cinta kamu
Cinta seperti kupu-kupu yang terbang melayang
Sayapnya warna-warni memabukkan
Bila kau kejar ia terbang semakin jauh
Bayangnya pun tak mampu kau raih
Bila engkau diam ia akan datang menghampiri
Hinggap di hatimu
Kekasihku ulurkan jemari tanganmu
Dekaplah aku ke dalam helaan nafas
Oh, rindu biarkanlah terbakar
Oh, cemburu biarkanlah membara
Sebab, oh, demikianlah cinta


Dendang Kita Bersama
Setiap nyanyian cinta mesti terdengar lembut,
penuh bisikan rindu, penuh kembang pemanis
Air mata pun tetes, getar jantung berdetak
Puisi jingga kita terlena

Dendang belantara orkes kehidupan
kadang jantan perkasa, kadang rintih memelas
Angin gunung dan ngarai bagai konser simfoni
Adanya kekal, adanya abadi

Kawan, mari kita coba fikir sejenak
bila kita tengah mabuk asmara
Bumi menjadi sempit, langit pun menjepit
Lalu lalang kehidupan terhenti

Kenapakah setiap kali kita merasa kehilangan?
Aku usulkan singkirkan saja
Kita dengar nyanyian alam, kita simpan jadi
nyanyian
ho ho ho hm... du du du du du hm hm...

Dendang kebebasan gema potret merdeka
lahir dari jiwa tenteram sejahtera
Setiap orang pun bebas untuk turut bernyanyi
meskipun sumbang lepas terdengar

Kawan, mari kita coba fikir sejenak
bila kita tengah mabuk asmara
Bumi menjadi sempit, langit pun menjepit
Lalu lalang kehidupan terhenti

Kenapakah setiap kali kita merasa kehilangan?
Aku usulkan singkirkan saja
Kita dengar nyanyian alam, kita simpan jadi
nyanyian
ho ho ho hm... du du du du du hm hm... ho...


Dan Hari Ini Engkau
Lembut suara seruling entah siapa gerangan yang
meniup
Bak tetes embun tatkala kau terjaga
Tak ada lagi tanda tanya apakah esok bakal jadi
milikmu

Dan sinar matahari merangkak bangkit tinggalkan
kaki langit
Menyongsong hari ini yang penuh harapan
Berkemaslah tinggalkan masa silam yang dibelenggu
kegelapan

Marilah kita bersyukur
Bersama-sama ucap Alhamdulillah
Dan kita peringati setiap kali dengan Zikrullah
Kita buka langkah baru lembar-lembar keindahan
dengan Bismillah

Dan hari ini engkau dengan tegar
Ucapkan selamat tinggal kepada kebodohan
Kepada terik jalanan
Kepada langkah yang termangu dan kau bawa
Dengan hati goyah


Dengarkanlah Kata Kataku
Secepat mungkin engkau harus berhenti
menghabiskan nafas di luar
Kenikmatan dunia sering membuat lena
Tak ada yang dapat mencegah
selain engkau sendiri
Sebelum terjerumus semakin jauh
sebaiknya engkau berhenti
Secepat mungkin engkau harus pulang
menghabiskan mimpi yang hilang
Kenyataan hidup terkadang menyakitkan
Tak ada yang mampu merubah
selain engkau sendiri
Sebelum senja merebut mentari
sebaiknya engkau berhenti
Secepat mungkin engkau harus padamkan
bara api panas membakar
Gemerlap cahaya akan segera sirna
bersama turunnya senja
Dengarkanlah dengan hatimu
Jangan engkau dengar dengan jiwa buta
Dengarkanlah kata-kataku
Jangan engkau melihat siapa aku
Dengarkanlah kata-kataku
Jangan engkau melihat siapa aku
Dengarkanlah dengan hatimu
Jangan engkau dengar dengan jiwa buta
Dengarkanlah kata-kataku
Jangan engkau melihat siapa aku
Dengarkanlah dengan hatimu
Jangan engkau dengar dengan jiwa buta
Dengarkanlah kata-kataku
Jangan engkau melihat siapa aku

Di Manakah Matahariku
Pokok pinus di tengah hutan
terduduk ia sendiri
menjerit tak bersuara
Angin gunung basa-basi
menyapa dan terbang entah ke mana

hu hu hu ho ho

Jalan setapak terbungkus kabut
darahku dan jiwaku
menyatu ditelan bumi
kerlap-kerlip kunang-kunang
memancarkan kebisuan

Aku berjalan hanya dengan mata hati,
bernafas hanya dengan tekad
Aku mendaki penuh dengan teka-teki
Di manakah matahariku?

Aku terantuk sebatang dahan
melintang di depanku
menghentikan pengembaraan
Tanda tanya, gundah hati
kapankah akan terjawab?

Di sinilah, di dalam dada
menetes temurun cintaku bara hidup
Di sinilah di dalam jiwa
mengalir hasratku mengikuti petunjukMu
mengikuti petunjukMu


Di Tikungan Jalan Cintaku Tertambat
Sebelumnya aku tak pernah peduli
sampai aku melihat alismu
Sebelumnya tak pernah aku perhitungkan
kehadiranmu dalam hati
Di tikungan jalan mata kita bertaut
Ada getar-getar dari balik jeruji pagar
hm ho ho ho ho ho ho ho ho
Sebenarnya ' ku dapat langsung mendatangimu
namun tak ada keberanian
Hanya lewat kerlingan yang sengaja kupertajam
dan bersiul nyanyian cinta (mm)
Di tikungan jalan jiwaku kini tertambat
Ada lagu yang mengalun dari balik rimbun daun
Sekali waktu aku secara tak sengaja
melihatmu tengah bercumbu
di balik jendela kaca ho
ho ho ho robek jantungku
ho ho ho luka sangat dalam
ho ho ho kau tak pernah tahu
ho ho ho ho tak ada yang tahu
Sebenarnya ' ku dapat langsung mendatangimu
namun tak ada keberanian
Hanya lewat kerlingan yang sengaja kupertajam
dan bersiul nyanyian cinta (mm)
Di tikungan jalan jiwaku kini tertambat
Ada lagu yang mengalun dari balik rimbun daun
Sekali waktu aku secara tak sengaja
melihatmu tengah bercumbu
di balik jendela kaca ho ho ho
ho ho ho robek jantungku
ho ho ho luka sangat dalam
ho ho ho kau tak pernah tahu
ho ho ho ho tak ada yang tahu
ho ho ho robek jantungku
ho ho ho luka sangat dalam
ho ho ho kau tak pernah tahu
ho ho ho ho tak ada yang tahu


Dia Lelaki Ilham Dari Sorga
Dia yang berjalan melintasi malam
adalah dia yang kemarin dan hari ini
akan selalu menjadi ribuan cerita
karena dia telah menempuh semua perjalanan
Dia berjalan dengan kakinya,
dia berjalan dengan tangannya,
dia berjalan dengan kepalanya
tetapi ternyata ia lebih banyak berjalan dengan
pikirannya

Dia jelajahi jagat raya ini
dengan telanjang kaki dan tubuh penuh daki
Meskipun ia lebih lapar dari siapapun,
meskipun ia lebih sakit dari siapapun
ia menempuh lebih jauh dari siapapun
Meskipun ia lebih miskin dari siapapun,
meskipun ia lebih nista dari siapapun
Tetapi ternyata ia lebih tegak perkasa dari siapapun

Batu-batu seperti menyingkir
sebelum ia datang, sebelum ia lewat
Semak-semak seperti menguak
sebelum dia injak, sebelum dia menyeberang
Ia berjalan dengan matanya,
ia berjalan dengan perutnya,
ia berjalan dengan punggungnya
tetapi ternyata ia lebih banyak berjalan dengan
fikirannya

Gadis-gadis selalu menyapa
karena dia tampan meskipun penuh luka
Kata-katanya tak bisa dimengerti
Tetapi selalu saja akhirnya terbukti
ia lelaki gagah perkasa,
ia lelaki ilham dari sorga,
ia lelaki yang selalu berkata,
"bahwa kita pasti akan kembali lagi kepadaNya."
du du du du du du du du du du du du
Doa Sepasang Petani Muda
Mari kita tunggu datangnya hujan
Duduk bersanding di pelataran
sambil menjaga mendung di langit
agar tak ingkar, agar tak pergi lagi
Kasih, kemarilah duduk merapat
sama-sama tengadahkan wajah
agar lebih tegar kita memohon
turunnya hujan basahi bumi ini
Kau dengar ada jeritan
ilalang yang terbakar dan musnah
Usah menangis
simpan di langit
Jadikan mendung
segera luruh jatuh ke bumi
Basahi ladang kita yang butuh minum
basahi sawah kita yang kekeringan
basahi jiwa kita yang putus asa
Kemarau ini begitu mencekam
Kasih, kemarilah duduk merapat
sama-sama tengadahkan wajah
agar lebih tegar kita memohon
turunnya hujan basahi bumi ini
Kau dengar ada jeritan
ilalang yang terbakar dan musnah
Usah menangis
simpan di langit
Jadikan mendung
segera luruh jatuh ke bumi
Basahi ladang kita yang butuh minum
basahi sawah kita yang kekeringan
basahi jiwa kita yang putus asa
Kemarau ini begitu mencekam

Dongeng Dari Negeri Antah Berantah
Hormatilah jabatanku, putra tunggal kepala
kampung
Punya hak untuk tolak pinggang memerintah hm...
hu...
Kupelihara kesombongan, sorot mata segalak
mungkin
untuk menjaga martabat dan wibawa

Hari ini aku dipanggil menghadap ayah terhormat
Melaporkah tugasku mengelola dagang model putra
bangsawan
Cara yang aku terapkan gampang, tak perlu berfikir
yang penting bisa memanfaatkan kesempatan,
jabatan ayahku
semua berjalan lancar
hm... ho.. ho..

Betapa aku tersinggung dengan seorang patriot
Berani ia mengecam tingkahku hm... ho...
Untung saja lima pengawalku segera melingkus
tulang belulang
Caci maki aku semburkan di kupingnya:

"Kuingatkan sekali lagi, aku putra kepala kampung
Jangan coba melawan kalau tak ingin susah,
sebaiknyalah kau diam
Aku jalankan perintah ayahanda yang agung
menindas nyali rakyatku agar tak banyak tingkah,
agar semua bisu
menurut selalu patuh."
hm hm hm

Inilah cerita keji dari negeri antah berantah
Sepantasnyalah jadi timbangan bagi kita hm... hu..
Meskipun hanya dongengan tapi cukup meremas
jantung
Semoga saja takkan terjadi di negri ini.
ho ho hm hm hu...... hm hm hm ho ho ho ho ho ho
ho


Dosa Siapa
Kudengar suara jerit tangismu
sesepi gunung
Kulihat bening bola matamu
sesejuk gunung

Oh oh engkau anakku
yang menanggungkan noda
sedang engkau terlahir
mestinya sebening kaca
Apa yang dapat kubanggakan
Kata maafku pun belum kau mengerti

Dosa siapa, ini dosa siapa
salah siapa, ini salah siapa
Mestinya aku tak bertanya lagi

Kudengar ceria suara tawamu
menikam jantung
Kulihat rona segar di pipimu
segelap mendung

Oh oh engkau anakku
yang segera tumbuh dewasa
dengan selaksa beban
mestinya sesuci bulan
Apa yang dapat kudambakan
Kata sesalku pun belum kau mengerti

Dosa siapa, ini dosa siapa
Salah siapa, ini salah siapa
Jawabnya ada di relung hati ini

Dua Menit Ini Misteri
Dalam keranda hitam tubuhmu terbujur
Ada misteri yang tak pernah terungkap
Alis matamu tebal menyimpan rahasia
Adakah waktu akan mampu mengurai

Kematian ini memisahkan kita,
Selamat jalan ho

Dzaffin
Sinar bulan jatuh di arena ini
Lelaki menari mengatur langkah hati
Perempuan berhidung mancung
Garis putih di kening bekas berkerudung
Malam ini mereka berdandan,
malam ini mereka berkencan ho..
Ada yang menyematkan kembang di sisi telinga,
ada yang bercerita panjang mimpi semalam,
ada yang diam gelisah kekasihnya tak datang
Mereka seperti kuda binal
yang lepas dari terali kandang ho..
menampak padang rumput subur ho.....
di arena dzaffin

Makin malam suasana semakin panas
Seorang lelaki mabuk turun menari,
perempuan bersorak gembira,
penabuh gendang pun makin bersemangat
Malam ini mereka lupakan ho..
kesepian di rumah seharian
Sayang ketika bulan mulai beranjak
penjaga kandang pun mulai berdatangan
memasang mata kejam di wajah nan keras
Pulang, Aminah, pulanglah, Saleha ho..
Gadis-gadis pun pergi meninggalkan ho.....
arena dzaffin


Eksekusi
Apalagi yang ingin kau katakan? Mumpung aku masih
di sini
Tumpahkan saja segala-galanya, mungkin aku dapat
membantu
Setidaknya akan kukabarkan, derita tengah kau
tanggung
Dingin terali, dingin ubin tua, dingin matamu
memandang
ho ho ho ho ho...

Ini sisir rapikan rambutmu, rasakan senyum matahari
Engkau masih seperti dulu, murah senyum, dan
ramah tamah
Di ujung peluru kau ketemu ajal, tebus kekeliruan
Bertobatlah jiwa dan raga
Tuhan Maha Pengampun
ho ho ho ho ho ho...

Syukur bila lagu ini sampai tembus ke alam baka
Aku kirim doa kesejukan agar sukmamu tenteram
istirah
Atas nama bangsa yang bijak dosamu turut terkubur
Atas nama semua kerabatmu aku memaafkan kamu
ho ho ho ho ho ho
Elegi Esok Pagi
Izinkanlah kukecup kenigmu
Bukan hanya ada didalam angan
Esok pagi kau buka jendela
Kan kau dapati seikat kembang merah
Engkau tahu aku mulai bosan
Bercumbu dengan bayang-bayang
Bantulah aku temukan diri
Manyambut pagi membuang sepi
Izinkanlah aku kenang sejenak perjalanan oh oh oh
oh
Dan biarkan kumengerti
Apa yang tersimpan dimatamu oh oh
Barangkali di tengah telaga
Ada tersisa butiran cinta
Dan semoga kerinduan ini
Bukan jadi mimpi di atas mimpi
Izinkanlah aku rindu pada hitam rambutmu oh oh oh
oh
Dan biarkan ku bernyanyi
Demi hati yang risau ini oh oh

Episode Cinta Yang Hilang
Ke manakah akan kucari lagi
butir-butir cintaku yang lama kubuang?
Apakah pada gelombang lautan
atau hiruk pikuk jalanan?
Semua sungai ingin kususuri,
semua bukit akan kudaki,
semua padang belantara akan kutembus
Harus kutemukan lagi sebutir cintaku yang hilang
ditelan dusta kemarau panjang

Kapankah akan kudengar lagi
nyanyian angin dan denting gitarmu?
Apakah pada pancaran rembulan
atau tubuh-tubuh panas jalanan?
Semua bumi ingin kujejaki,
semua langit akan kudaki,
semua bintang-bintang akan kutembus
Harusku temukan lagi sebutir cintaku yang hilang
Ditelan dusta kemarau panjang

Frustasi
Semalaman
aku terbaring di sini
di balik dinding
bambu yang tua aku sendiri

Buku jariku
meregang, aku ingin berdiri
tapi bulu kudukku
menari lembut dihembus angin

Aku bernyanyi untuk menahan letih
Bukan jatuh cinta padamu, gadis manis
Telah kupejamkan semua mata
bagi cinta kasih yang gemerlapan
Biar kubenahi hasrat di hati
Ke mana pun langkah ' kan kubawa lari
Tubuh dan sukmaku yang dalam sakit
dibakar semangat bumi yang semakin
tak bisa kumengerti

Sekarang pun
aku masih ragu-ragu
mesti ke manakah
mataku memandang jauh?

Aku bernyanyi untuk menahan letih
Bukan jatuh cinta padamu, gadis manis
Telah kupejamkan semua mata
bagi cinta kasih yang gemerlapan
Biar kubenahi hasrat di hati
Ke mana pun langkah ' kan kubawa lari
Tubuh dan sukmaku yang dalam sakit
dibakar semangat bumi yang semakin
tak bisa kumengerti


Gadis Remang Remang
Waktu kau bicara
berhamburlah bujuk manis bagai madu
Melantunkan segala pujian
Bergelora dada setiap lelaki
yang mendengar

Waktu kau menatap
kau rentang busur, kau lepas anak panah
Menuju sasaran akurat
Berbungalah dada setiap lelaki
yang terlena

Gadis, jalan yang kau tempuh rasanya keliru
Malam yang bening ini engkau perlakukan
rumah kegelapan
Aku nasihatkan kepadamu
Tak semua lelaki gampang tergoda
Tak akan lama kau dapat bertahan
di dalam nista

Waktu telah berjalan
Semua mata merobekmu hina dina
Hanya tinggallah satu jalan
Bertobat dan kubur semua kenangan,
gadis jalang

Gadis, mimpimu kusut masai seperti sampah
Malam yang bening ini engkau perlakukan
rumah kegelapan
Aku nasihatkan kepadamu
Tak akan lama nikmat dapat kau reguk
Tak akan lama kau dapat bertahan
di dalam nista

Haruskah Aku Menyerah
Haruskah aku menyerah melawan kebisingan?
Suara hatiku, jeritan jiwaku
menggumpal dalam tanda tanya

Haruskah aku mencari suara-suara burung
di tengah lautan, di atas matahari?
Untuk kugubah jadi nyanyian ho

Semua bukit telah aku coba daki,
semua laut kuseberangi
Agar semakin besar rasa keyakinanku
bahwa masih ada nafas di dalam jantungku
untuk kulanjutkan keheningan
du du du du du du du du
du du du du du du du
du du du du du du du du
du du du du du du du

Haruskah aku mencari suara-suara burung
di tengah lautan, di atas matahari
Untuk kugubah jadi nyanyian ho

Bahwa masih ada nafas di dalam jantungku
untuk kulanjutkan keheningan
du du du du du du du du
du du du du du du du
du du du du du du du du
du du du du du du du

hu hu hu hu hu
hu hu hu hu hu

Hemat Cintamu
Berhentilah sebelum terlambat
Kau terjerumus semakin jauh
Berdiri di pinggir kegelapan

Di sini, di pancuran yang bening
Coba basuh wajah dan jiwamu
Endapkan hasrat dalam dada

Biarkan asmara tumbuh wajar
Bersemi dan kembang selaras langkah
Tak perlu berebut tulang tanpa isi
Sama dengan berebut kebodohan

Hemat cintamu
Simpanlah putik jauh di dalam
Taburkan senyuman
Bangkitkan hidup dan gairah

Berhentilah sebelum terjebak
dalam lingkaran yang memabukkan
Menyingkirlah dari pusaranya

Percayalah pada kebenaran
Ia akan datang menuntunmu,
mengangkatmu dari kegelapan
mengajakmu dalam ketegaran

Hemat cintamu
Jangan kau tabur di jalanan
Belibis pun terbang
Kaki berlumpur bertebaran

Hemat cintamu
Jangan kau tabur di jalanan
Belibis pun terbang
Kaki berlumpur bertebaran

Hemat cintamu
Jangan kau tabur di jalanan
Belibis pun terbang
Kaki berlumpur bertebaran

Hidup 5
Di laut alun gelombang deras menerjang tebing,
batu karang ho, adakah Kamu
Di padang ilalang yang tandus,
kemuning, kering terbakar, tersandar lesu,
adakah Kamu?

Aku cari, selalu kucari
di manakah adanya Kamu?
Aku ingin memekik, kupanggil namaMu
Jantung rasa terbelah menahan pekikan diam

Ingin rasanya kuterjang kelam
Ingin kuungkap rahasia malam
Agar rembulan, agar matahari
bersatu untuk mengasuh jiwaku

Kini aku terbaring menunggu Kamu
Datanglah, oh! Datanglah dalam pelukanku ho...

La la la la la la la la la la la
la la la la la la la la la la la
la la la la la la la la la la la
la la la la la la la la la la la

Di padang kembang melati ada perahu bertolak
menembus pekat ho, adalah Kamu?
Di hati terang benderang nyanyian sorga bergema
menikam dada, adalah Kamu?

Aku cari, selalu kucari
Di manakah adanya Kamu?
Aku ingin memekik, kupanggil namaMu
Jantung rasa terbelah menahan pekikan diam

Ingin rasanya kuterjang kelam
Ingin kuungkap rahasia malam
Agar rembulan, agar matahari
bersatu untuk mengasuh jiwaku

Kini aku terbaring menunggu Kamu
Datanglah oh! Datanglah dalam pelukanku ho

La la la la la la la la la la la
la la la la la la la la la la la
la la la la la la la la la la la
la la la la la la la la la la la
la la la la la la la la la la la
la la la la la la la la la la la

Hidup I
Pernah kucoba untuk melupakan Kamu
dalam setiap renunganku
Melupakan semua yang Kau goreskan
pada telapak tanganku
Dan juga kucoba untuk meyakinkan fikiranku
bahawa sebenarnya Engkau tak pernah ada
bahawa bumi dan isinya ini tercipta kerana
memang harus tercipta

Bahawa Adam dan Hawa tiba-tiba saja turun
tanpa kerana makan buah khuldi dahulu
Dan aku lahir juga bukan kerana campur tanganMu
Hanya kerana ibu memang seharusnya melahirkanku

Tetapi yang kurasakan kemudian
hidup seperti tak bererti lagi
Dan ternyata bahawa hanya kasih sayangMu
yang mampu membimbing tanganku
Oh oh yang mampu membimbing tanganku

Tuhan maafkanlah atas kelancanganku
mencoba meninggalkanMu
Sekarang datanglah Engkau bersama angin
Agar setiap waktu aku bisa menikmati kasihMu (2X)

Hidup II
Malam ini aku mesti pulang
untuk segera tidur di kamarku yang gelap
Meskipun sebenarnya aku ingin tetap tinggal
untuk menikmati bintang untuk menikmati bulan

Sebentar lagi Kasih beri aku waktu
untuk sekadar mengucapkan selamat malam
Meskipun aku tak dapat melihat wajahMu
tapi hembusan angin cukup menyatakan
kehadiranMu untukku

Dan sekarang aku telah tidur sendiri di kamarku
yang gelap dan dingin penuh angan-angan
Dan sekarang aku telah pulang kembali ke rumah
yang kotor dan kecil penuh cita-cita

Di sinilah di kamarku yang gelap ini
Aku ingin menumpahkan kerinduanku
Di sinilah di kamarku yang dingin ini
Aku ingin menangis di pangkuanMu

Hari ini aku pergi sembahyang
untuk mendekatkan diri kepadaMu
Semoga Kau tahu apa yang kumaksudkan
Semoga Kau lebur dosa dan kesilapanku

Hidup III
Sekarang aku tengah tengadah ke langit
Berjalan di atas bintang-bintang
Bersembunyi dari bayangku sendiri
Yang sengaja kutinggalkan di atas bukit

Barangkali tanganMu tak kan lagi mengejarku
Untuk merenggut segenap hidupku
Aku yang sembunyi di bawah kulitku sendiri
Kapan lagi akan mampu berdiri

Lihatlah kedua belah tanganku
Yang kini nampak mulai gementar
Sebab ada yang tak seimbang
Antara hasrat dan beban
Atau kerna jiwaku yang kini mulai rapuh
Gampang digoncangkan angin

Lihatlah bilik di jantungku
Denyutnya tak rapi lagi
Seperti akan segera terhenti
Kemudian sepi dan mati


Hidup IV
Oh rentangkan tanganMu
bersama datang malam
agar dapat kurebahkan kepala
pada bulan di lenganMu

Oh hembuskanlah
nafas iman ke dalam sukma
agar dapat kuyakini
hidup dan kehidupan ini

Di gunung kucari Kamu
Di sini pun kucari Kamu
Di manakah kutemui Kamu
Untuk dalam genggamanMu

Oh bisikkanlah
Kemanakah langkah mesti kubawa
Agar pasti akan bertemu
Untukku tumpahkan rindu

Di lenganMu kutemukan cinta
Di mataMu memancar makna
Rindu ini tak tertahan lagi
Untuk menangis di pangkuanMu
Hidupku MilikMu
Ketika aku mencari cahayaMu
menerobos lewat celah dedaunan
Besilangan semburatMu dalam kabut
Aku terpaku, aku terpana,
aku larut di dalam nyanyian burung-burung
Gemuruh di dadaku
sirna bersama keheningan rimba raya

Ketika aku mendengar suaraMu
Bergema di ruang dalam jiwa,
mengalir sampai ke ujung jemari
Aku mengepal, aku tengadah
Rindu yang aku simpan membawa aku terbang,
menjemput bayang-bayang
Senyap ditelan keheningan rimba raya

Apapun t' lah aku coba dan tak henti bertanya
Setiap sudut, setiap waktu tak surut ' ku mencari
Ke mana, di mana aku lepas dahaga
Kepada siapa aku rebah bersandar
Tak mungkin kubuang
rindu yang semakin dalam bergayut
Hidupku memang milikMu, hanya untukMu
hm hm

Ke mana, di mana aku lepas dahaga
Kepada siapa aku rebah bersandar
Tak mungkin kubuang
rindu yang semakin dalam bergayut hm
Hidupku memang milikMu, hanya untukMu
ho ho ho ho

Hidupku memang milikMu, hanya untukMu
ho hanya untukMu


Hidup II
Malam ini aku mesti pulang
untuk segera tidur di kamarku yang gelap
Meskipun sebenarnya aku ingin tetap ti nggal
untuk menikmati bintang untuk menikmati bulan

Sebentar lagi Kasih beri aku waktu
untuk sekadar mengucapkan selamat malam
Meskipun aku tak dapat melihat wajahMu
tapi hembusan angin cukup menyatakan
kehadiranMu untukku

Dan sekarang aku telah tidur sendiri di kamarku
yang gelap dan dingin penuh angan-angan
Dan sekarang aku telah pulang kembali ke rumah
yang kotor dan kecil penuh cita-cita

Di sinilah di kamarku yang gelap ini
Aku ingin menumpahkan kerinduanku
Di sinilah di kamarku yang dingin ini
Aku ingin menangis di pangkuanMu

Hari ini aku pergi sembahyang
untuk mendekatkan diri kepadaMu
Semoga Kau tahu apa yang kumaksudkan
Semoga Kau lebur dosa dan kesilapanku


Huru Hara
Sepasang mata elang mengintai dari langit,
membakar-bakar dan buka keriuhan
entah apa yang dimaui
Huru-hara pun semakin tak terkendali,
merentak di sana-sini
Semestinya kita picingkan mata dan telinga
dan bahu membahu mengusirnya

ho ho hm hu

Sepasang tangan kasar menjulur dari bumi,
menghembus-hembuskan suara memuakkan,
memfitnah di kanan-kiri
Huru-hara pun semakin tak terkendali,
merentak di sana-sini
Semestinya kita picingkan mata dan telinga
dan bahu membahu mengusirnya

ho ho hm hm hm
du du du du du du hm hm hu hu hu

Dengarlah suara gaib dalam dan berwibawa
menyirami sekujur kekacauan, meniupkan kesegaran
Huru-hara pun seketika terhenti
Kedamaian mulai semi
Seharusnya kita dengar apa yang dikatakan
barangkali dialah yang benar

ho ho.. hu.. du du du du du du du hu hu hm hm
du du du du du du du du du du du du
du du du du du du du du
du du du du du du du du du du
du du du du du du du
hu hu hu hu hu
Ingin Kupetik Bintang Kejora
Mengapa kau tak melihat apa yang aku fikirkan
Semuanya terbuka terbaca di mataku
Mengapa kau tak peduli isyarat yang kukirimkan
lewat sejuta puisi, lewat selaksa bunga

Engkau tetap diam membeku
Kau tepiskan mimpi-mimpiku
Kuhunus pedang cinta, kupekikkan asmara
Semula kau tetap diam
kemudian kau tersenyum
Ingin kupetik bintang kejora
untuk kusematkan di dadamu,
di jantungmu

Mengapa hanya namamu terpatri dalam jiwaku
Haruskah aku menyerah sebelum aku coba

Engkau tetap diam membeku
Kau tepiskan mimpi-mimpiku
Kuhunus pedang cinta, kupekikkan asmara
Semula kau tetap diam
kemudian kau tersenyum
Ingin kupetik bintang kejora
untuk kusematkan di dadamu,
di jantungmu

Isyu
Engkau pasti menuduhku
telah bersekutu dengan setan
Menyangka apa yang kumiliki
aku dapat dari dusta
Engkau mulai kasak-kusuk,
bergunjing ke sana-sini
melilitkan isyu di leherku
mengipaskan suasana panas
Entah apa yang harus kujelaskan
Aku enggan bicara
yang penting suara dalam jiwaku
adalah kebenaran
Biarpun hanya Tuhan yang mendengar
Du du du du du du du du du du
Ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Engkau pasti menduga-duga
aku telan yang bukan milikku
Coba buka catatan di langit
di sana kusimpan kebenaran
Entah apa yang harus kujelaskan
Aku enggan bicara
yang penting suara dalam jiwaku
adalah kebenaran
Biarpun hanya Tuhan yang mendengar
Du du du du du du du du du du
Ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Du du du du du du du du du du du
Ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Du du du du du du du du du du du
Ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Du du du du du du du du du du du
Ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Isyu, isyu, isyu, semua hanya isyu
Isyu, isyu, isyu, semua hanya isyu


Jakarta I
Selamat pagi padamu, Jakarta
di pintumu kau tak sambut tanganku
Hanya suara tawamu kudengar parau, Jakarta
dan nafasmu gemuruh gemerlapan
Seperti sengaja kau ciptakan untukku
Sementara, masih tersisa gema doa di mulutku
Inikah Jakarta? Hanya beginikah sikapmu Jakarta?
Atau aku yang salah bila kukatakan kau tak ramah?
Debu-debu panas di jalanan
nampak sepi dari cinta dan kasih sayang
Tidak seperti di kampungku yang hijau
Di sini takkan kutemui lagi suara seruling
yang ditiup lelaki kecil sambil berbaring
di punggung kerbau yang digembalakannya
Atau nyanyian bambu-bambu seperti musik simfoni
mengiringi anak-anak telanjang bermain
Berkejaran di pematang basah
Selamat malam padamu, Jakarta
Di manakah kau sembunyikan kekasihku?
Atau mataku yang tak mampu lagi mengenali
wajahnya?
Sebab, tak ada bau lumpur dan rumput di rambutnya
Seperti ketika dia masih tinggal di kampung
Suka bercanda berdua di bawah malam purnama
Inikah Jakarta? Hanya beginikah kiranya Jakarta?
Kau cambuk punggung siapa saja
yang kalah atau yang tetap bertahan
Bahkan di sini matahari seperti
enggan terbit dari timur lagi
Tidak seperti di kampungku yang damai
Matahari selalu terbit dari sela bukit biru
Dengan warna kuning kemerahan di atas hijau
dedaunan
Di bawah burung-burung mulai berterbangan
Di sini aku makin rindu kampungku
Di sini aku makin cinta kampungku
Bersabarlah akan kutundukkan Jakarta untukmu
Jakarta II
Ada yang difikirkan sebelum tertidur
Anaknya yang mungil dan bermata jernih
Ada yang disesali kenapa berangkat
Tinggalkan kampung halaman yang ramah tamah

Dikenang kembali wajah bulat telur istrinya
dengan lengan yang legam dan rambut kemerahan
terbakar matahari
Seperti didengar lagi gerit daun pintu bambu,
lenguh sapi perahan, dan anak-anak angsa bermain
di halaman

Apa yang dibayangkan tentang Jakarta
ternyata sangatlah jauh berbeda
Apa yang diimpikan terpaksa ditanggalkan
Semangatnya yang membara perlahan padam

Kini ia tidur terlentang di pinggiran jalan
Berselimut sarung tua bekal dari kerabatnya yang
masih tersisa
Ingin ditulis sepucuk surat buat istrinya
bahwa di Jakarta ini bukanlah tempat yang ramah
dan dia ingin kembali

Tapi sebagai lelaki ia pantang menyerah
Meski badai melanda ia terus melangkah
Ada sepotong doa tersimpan di saku
Kenangan merah jingga memaksanya bertahan


Read more: http://www.wowkeren.com/lirik/lagu/ebiet_g_ade/jakarta-
ii.html#ixzz2k3WXODSJJakarta II
Ada yang difikirkan sebelum tertidur
Anaknya yang mungil dan bermata jernih
Ada yang disesali kenapa berangkat
Tinggalkan kampung halaman yang ramah tamah

Dikenang kembali wajah bulat telur istrinya
dengan lengan yang legam dan rambut kemerahan terbakar
matahari
Seperti didengar lagi gerit daun pintu bambu,
lenguh sapi perahan, dan anak-anak angsa bermain di
halaman

Apa yang dibayangkan tentang Jakarta
ternyata sangatlah jauh berbeda
Apa yang diimpikan terpaksa ditanggalkan
Semangatnya yang membara perlahan padam

Kini ia tidur terlentang di pinggiran jalan
Berselimut sarung tua bekal dari kerabatnya yang masih
tersisa
Ingin ditulis sepucuk surat buat istrinya
bahwa di Jakarta ini bukanlah tempat yang ramah
dan dia ingin kembali

Tapi sebagai lelaki ia pantang menyerah
Meski badai melanda ia terus melangkah
Ada sepotong doa tersimpan di saku
Kenangan merah jingga memaksanya bertahan


Kalian Dengarkan Keluhan
Dari pintu ke pintu
Kucoba tawarkan nama
Demi terhenti tangis anakku
Dan keluh ibunya
Tetapi nampaknya semua mata
Memandangku curiga
Seakan hendak telanjangi
Dan kulit jiwaku
Apakah buku diri ini selalu hitam pekat
Apakah dalam sejarah orang mesti jadi pahlawan
Sedang Tuhan di atas sana tak pernah menghukum
Dengan sorot mata yang lebih tajam dari matahari
Kemanakah sirnanya
Nurani embun pagi
Yang biasanya ramah
Kini membakar hati
Apakah bila terlanjur salah
Akan tetap dianggap salah
Tak ada waktu lagi benahi diri
Tak ada tempat lagi ' tuk kembali


Kado Kecil Buat Istri
Istriku, dengar, dengarlah
dekaplah aku, dekaplah
Aku sangat mencintaimu ho
Mari kita buang duka
Istriku, coba bayangkan
anak kita yang bakal lahir
Kita pasti menyayanginya ho
Mari kita bagi suka
Hendaknya pertengkaran kecil
segera dapat diatasi
Bahkan jadi penyegar cinta kita
Hendaknya perkawinan ini
bukan sekedar cinta kasih
Tapi juga sebuah tanggung jawab
Mari tuntas kita reguk
satu gelas bersama
Bahagia oh! bahagia
Istriku mari renungkan
jalanan terjal berliku
Kita bakal melewatinya ho
Mari kita gandeng tangan
Istriku duduk istirah
atur nafasmu dan tenang
Kita akan segera berangkat ho
belayar menembus pekat
Hendaknya kita ' kan berlabuh
di pantai yang penuh kembang
Harum wangi semerbak
adalah sorga hm
Kita akan buang sauh
berenang ke pinggiran
Peluklah aku dan peluklah
Leburkan jiwa raga kita
kemudian berikrar
Bahagia oh! bahagia
hm du du du du du


Kalian Boleh Coba
Jemari tanganmu
menari di atas
bilah-bilah piano

Menyanyi bersama
lagu yang kucipta
khusus buat kita berdua

Kalian boleh dengar,
kalian boleh simak
kami jalin suara
Kalian boleh lihat
cara kami merajut
benang-benang asmara
ho ho ho ho ho ho ho

Malam makin larut
Lelawa beterbangan
di atas kepala kita

Doa kita telah usai
Nyanyian kita pun tuntas
tumpah ruah di udara

Kalian pasti lihat,
kalian pasti baca
wajah kami berdua
Kalian boleh tebak
cara kami memilih
putik-putik asmara
ho ho ho ho ho ho ho

Sesungguhnya sangat mudah,
sesungguhnya sangat sederhana
Kami saling memberi,
kami saling mengerti

Ho ho pastilah langit terasa bersih
Nafas harum aroma bunga mawar
Menemani kita bernyanyi bersama
ho ho ho ho ho ho ho
ho ho ho ho ho ho ho

Sesungguhnya sangat mudah,
sesungguhnya sangat sederhana
Kami saling memberi,
kami saling mengerti

Ho ho pastilah langit terasa bersih
Nafas harum aroma bunga mawar
Menemani kita bernyanyi bersama
ho ho ho ho ho ho ho
ho ho ho ho ho ho ho


Kapankah Kita Berlabuh
Kapankah kita ' kan merapat
di pantai yang kita impikan
untuk menangis sepuas hati,
untuk melepaskan derita ini

Kapankah kita ' kan rasakan
harumnya kembang setaman
Sekian lama kita hanya berlayar
hanya kenal lautan dan lautan

Akan ke manakah kita ini
terlempar jauh, teramat jauh
Sampai di manakah kita kini
Tak nampak lagi kaki langit

Bahtera ini kecil,
gampang terbawa angin
Sekelompok batu karang siap meremukkan
Kapankah kita ' kan berlabuh

Kapankah kita ' kan bertemu
laut yang bening dan biru,
kembang warna warni,
desis ikan bernyanyi
tembang manis, teramat manis

Kapankah kita ' kan berlabuh
Rinduku menggumpal di pantai
Jangan hanya diam
Mari kita berdoa
Berhembuslah angin ke sana

Akan ke manakah kita ini
terlempar jauh, teramat jauh
Sampai di manakah kita kini
Tak nampak lagi kaki langit

Bahtera ini kecil,
gampang terbawa angin
Sekelompok batu karang siap meremukkan
Kapankah kita ' kan berlabuh


Kau Rengkuh Mentari Kau Dekap Rembulan
Rambutmu tergerai ditiup angin
seperti gelombang di samudera
Kau berdiri di padang Sahara
Tubuhmu kotor mandi keringat
Matamu tajam seperti elang
Kau menangkap kilau kedalaman
Kau rengkuh mentari
Kau sirami tubuhmu dengan kemilau cahaya
terpancar ke seluruh penjuru jagat raya
Kau dekap rembulan
Kau lumuri wajahmu dengan sinar keteduhan
menyelimuti bumi beserta isinya
Kami menangis merinduimu,
kami merintih mencintaimu
ho ho
Dalam doa ' ku selalu memuja
Keselamatanmu dan sahabat
serta seluru umat di dunia
Kau rengkuh mentari
Kau sirami tubuhmu dengan kemilau cahaya
terpancar ke seluruh penjuru jagat raya
Kau dekap rembulan
Kau lumuri wajahmu dengan sinar keteduhan
menyelimuti bumi beserta isinya
Kami menangis merinduimu,
kami merintih mencintaimu
Kami menangis merinduimu,
kami merintih mencintaimu
Kami menangis merinduimu,
kami merintih mencintaimu
ho
Kami merintih merinduimu,
kami menangis mencintaimu


Kembara Lintasan Panjang
Perjalanan yang tak pernah kuduga
menelusuri kemarau,
melangkahi hari-hari gelap,
mengais di bumi yang panas

Pemahaman makna yang maha sulit
Menerjemahkan khayalan,
melengkapi semua kenyataan
hidup di alam semesta

Matahari menumbuhkan jaringan fikiran
Kehangatannya mesti kita hayati
Mata hati mungkin jauh lebih banyak melihat
kejujuran sering terkubur di dasar jiwa

Perjalanan yang tak pernah selesai
kecuali atas kehendakNya
Memahami inti kehidupan
Keletihan pun tak terasa

Matahari menumbuhkan jaringan fikiran
Kehangatannya mesti kita hayati
Mata hati mungkin jauh lebih banyak melihat
kejujuran sering terkubur di dasar jiwa,
sering terbenam di bawah mata


KepadaMu Aku Pasrah
KepadaMu aku pasrahkan
seluruh jiwa dan ragaku
Hidup dan mati ada di tanganMu
Bahagia, sedih ada di jariMu

Cukup lama aku mencari,
menembus pekat dan menerjang kelam,
menyusuri langkah yang makin jauh
Adalah firmanMu pemandu jalanku

Batu gunung tetap tegap tegar
meski angin geram menerpa
Batu karang tak hendak terhempas
meski ombak menerjang terjang
Rindu keteguhan imanku
Hamparan langit biru ho ho
Kering air mata hapuslah duka
Adalah firmanMu pemandu jalanku

KepadaMu aku memohon
nyalakan semangat, bangkitkan nyali,
robohkan tantangan ombak lautan
Rahasia hidup mesti terpecahkan


Kesaksian Anak Sampah
Perjalanan yang menakjubkan
membuka mata fikiranku
Angin laut menyeret langkahku ke seberang
Aku ingin melihat di sana,
di balik bukit yang tandus

Perjalanan yang menggetarkan
menggugah hati nuraniku
Seorang bocah merangkak timbunan sampah
Ia mengais sisa makanan
Keringat deras mengucur

Ketika aku tanya ia tersenyum jabat tanganku
Ia tak pernah tahu siapa gerangan ayah-ibunya
Yang masih diingat angin pesisir
Ketika ia dihempas ombak ke pantai

Sejak saat itu yang dia tahu
setiap hari harus di sini
Berebut sisa dengan cacing dan burung
untuk menyambung nafas
Dialah anak sampah

Semakin jauh ke lembah di bawah cemara aku
merenung
Gemercik air pancuran tak memberiku isyarat
apapun
Bayangan anak sampah menghantuiku
Gejala apakah yang tengah terjadi?

Mungkin Tuhan yang mengirimkan saksi
bahkan kita tak ambil peduli
Terbuktilah kita semakin jumawa
Mari tanya bayangan di kaca
Dia tak pernah berdusta

Ketegaran Hati Seorang Pengemis Dan Anaknya
Kututupi wajah dari terik matahari
Kuseka keringat dengan punggung tangan
Mari kita berteduh di bawah bayangan gedung
Sembunyikan duka, lapar, dahaga

Kugandeng tanganmu, jemari yang kurus
Hayati kemiskinan merangkak ke depan
Anakku tercinta, tengadahlah ke langit
Tuhan pasti mendengar doa kita

Semua langkah yang kita buat
meninggalkan jejak di bumi
Semua nafas yang kita hirup
membawa kristal kehidupan
Singkirkanlah cemburu, buanglah tanda tanya
Tentang kehendakNya membagi nikmat ho
Mungkin yang buat kita masih tersimpan di sorga
Menunggu kita siap menerima

Semua langkah yang kita buat
meninggalkan jejak di bumi
Semua nafas yang kita hirup
membawa kristal kehidupan
Singkirkanlah cemburu, buanglah tanda tanya
Tentang kehendakNya membagi nikmat ho
Mungkin yang buat kita masih tersimpan di sorga
Menunggu kita siap menerima


Ketika Aku Mulai
Ketika masih belum banyak tahu
Hidup ini kuanggap begitu mudah
Hanya menghirup udara dan menghembuskan
kembali
Seperti bermain-main, tak ada beban kupikul di
pundakku

Ketika aku mulai kenal gelora
ingin kujelajahi s' luruh sudut bumi
Entah berapa lamanya, entah berapa jauhnya
' kan kutuang dalam jiwa
Dan aku mulai bertemu banyak kesulitan

Malam, tunjukkanlah keheninganmu
Aku tengah bercermin dalam gelap
Telah jauh perjalanan yang aku tempuh,
telah banyak peristiwa aku lihat
Dan sekarang aku merasa berhutang untuk mengisi
kemerdekaan
Meskipun hanya lewat nyanyian kuhembuskan ruh
perjuangan

Ketika aku mulai beranjak tua
hari-hari terasa semakin singkat
Saatnya untuk mengabdi, berkorban untuk bangsaku
Menembus keterlambatan
Saat aku lahir perang telah usai
Ketika Duka Menyeruak
Ketika engkau datang menawarkan gagasan
kulihat di matamu tak ada yang kau sembunyikan
Aku mulai bertanya, "Di mana cakrawalamu?"
Langit seketika cerah tatkala engkau tersenyum

Kata-katamu mengalir, merambah nadi dan jiwa
ketika angin terhenti, memberi nafas di dada ho ho
Kata-katamu memberi sejuta warna dan makna
bagi kehidupanku, bagi perjalananku
di bumi fana dan di alam kekal

Ketika engkau pergi langit bumi pun menangis
Jejak pengembaraanmu terpatri dalam di dadaku

Kata-katamu mengalir, merambah nadi dan jiwa
ketika angin terhenti, memberi nafas di dada ho ho
Kata-katamu memberi sejuta warna dan makna
bagi kehidupanku, bagi perjalananku
di bumi fana dan di alam kekal
di bumi fana dan di alam kekal


Khilaf
Makin jauh kau terkubur lingkaran angan-angan
Engkau tak sanggup lepas dari belenggu
Terbenam dalam mimpi yang melambung jauh ke
sorga
Dan lupalah segala-galanya

Matamu kaubutakan, telinga tak mendengar
perjalanan roda dunia
Engkau menipu diri, menyusup dalam lumpur
Terbang melayang hinggap di keindahan semu

Kawan, demi Tuhan aku rela menangis
Bila saja air mataku dapat membuka kesadaranmu
Kembali melintasi sisa hari dengan bertobat
Buang jauh-jauh mimpi yang memabukkan
Terbukalah mata, marilah kita jalan bersama

Entah apa yang kautangkap dengan kataku ini
Aku masih tetap menghormatimu
Cobalah berfikir waras, hadapi semua tentangan
Maafkan aku terpaksa meninggalkanmu
Maafkan aku terpaksa meninggalkanmu


Kita Hanya Bidak Bidak Catur
Jangan terlampau lama engkau membuang waktu
Pastikan dengan diam berangkatlah segera
Kita hanya bidak-bidak cuma punya satu jalan
Merangsak maju ke depan, menggilas rintangan
Sedetik kita lengah dapat berarti banyak
Terlalu dilambungkan mimpi, fikiran pun terkunci
Bencana dan keberuntungan sama-sama nikmat
Menyerah kepada takdir hidup terasa lega
Kita hanyalah bidak-bidak catur
Akan dimainkan selama masih mengasyikkan
Maka jangan bertingkah salah dan membosankan
Tuhan di mana-mana
du du du du du du du du du du du du du du du
du du du du du du du du du du ho
du du du du du du du du du du du du du du du
du du du du du du du du du du
Kita hanyalah bidak-bidak catur
Akan dimainkan selama masih mengasyikkan
Maka jangan bertingkah salah dan membosankan
Tuhan di mana-mana, Tuhan Maha Mendengar

Konserto Doa
Ke mari berkumpul, duduk melingkariku,
semua anakku tercinta
Ada yang ingin kuwasiatkan
sebelum aku harus pergi jauh

Jalan kalian masih luas terbentang,
pandai-pandailah memilih
Iman di tangan jangan dilepas
Jadikan azimat penuntun hidup

Terimakasih kami tak terhingga
Petua ayahanda akan kami simpan
di dalam sanubari yang paling dalam
Menjadi pedoman memilih jalan

Legalah sudah hatiku sekarang
Mendengar janji kalian ucapkan
kerna zaman ini tengah bergolak,
membawa iklim buruk panas menyesatkan

Tuhan, bimbinglah anak dan cucuku
yang muda memang banyak lupa
T' lah kutanamkan iman di dada
Semoga mereka memilih jalanMu

hu hu hu hu hu hu hu hu hu hu hu hu hu

(Terimakasih kepadaMu, Tuhan
Engkau tak berpaling dari kami yang lalai
Luluskanlah doa kami bersama
untuk kesehatan ayah tercinta,
untuk seluruh umat seisi dunia
Amin)


Kontradiksi Di Dalam
Aku sering merasa kesal serta bosan
menunggu matahari bangkit dari tidur
Malam terasa panjang dan tak berarti
sementara mimpi membawa pikiran makin kusut

Maka wajar saja bila aku
berteriak di tengah malam
Itu hanya sekedar untuk mengurangi
beban yang memberat di kedua pundakku

Aku ingin segera bertemu dengan wajahmu, pagi
untuk kucanda dan kucumbu
Di situ kudapat cintaku

Aku sering merasa muak serta sedih
bila setiap kali harus kusaksikan
wajah-wajah dusta masih tega tertawa
sementara korban merintih di kedua kakinya

Aku ingin segera bertemu dengan wajahmu, pagi
untuk kucanda dan kucumbu
Di situ kudapat cintaku


Kosong
Ketika diam menjerat aku ke dalam ruang hampa
Angin berhembus, tajam mengiris, menusuk
rembulan
BayanganMu seperti lenyap disapu gelombang
Perahuku terombang-ambing dan tenggelam

Ketika hening merenggut aku ke dalam galau jiwa
Suara ranting meronta-ronta, merobek mentari
DekapanMu masih terasa hangat dalam darah
Bintang-gemintang bersembunyi dalam kelam

Kosong, ho ho pikiran hampa menerawang
Kosong, ho ho langit terasa semakin gelap
Entah bermimpi tentang apa, terpenggal-penggal
ho..
Entah sujud kepada siapa aku berserah

Kosong, ho ho pikiran hampa menerawang
Kosong, ho ho langit terasa semakin gelap
Mestinya aku hanya diam dalam tawakal ho
atau kuurai air mata dalam sembahyang
atau kuurai air mata dalam sembahyang


Kugandeng Tangan GaibMu
Aku ingin mengikutiMu betapa pun jauh
Perjalanan yang bakal mengasyikkan
Menyeberangi laut, menjelajah awan,
menembus langit dan bintang-bintang

Kugandeng tangan gaibMu, dingin pun menjalar,
merasuk kesegenap nadiku,
mengalirkan cinta, meneteskan kasih
Dalam pelukanMu aku terlena

Gemuruh yang aku dengar, adakah suaraMu?
Gemersik daun bergeser aku memanggilMu
Gema yang berputar-putar mengurung mencekam
Aku merasa terpencil sendirian

Getaran di dalam dada turun satu-satu
Bencana demi bencana telah kulewati
Jiwa raga kupasrahkan hanya kepadaMu
Di sinikah, di bukit ini kita ' kan bertemu

Aku hanya ingin bertanya dan butuh jawaban
untuk mengubur segala kekacauan
Di simpang jalan aku harus memilih
berhenti ataukah kulanjutkan

Gemuruh yang aku dengar, adakah suaraMu?
Gemersik daun bergeser aku memanggilMu
Gema yang berputar-putar mengurung mencekam
Aku merasa terpencil sendirian

Getaran di dalam dada turun satu-satu
Bencana demi bencana telah kulewati
Jiwa raga kupasrahkan hanya kepadaMu
Di sinikah, di bukit ini kita ' kan bertemu

Aku hanya ingin bertanya dan butuh jawaban
untuk mengubur segala kekacauan
Di simpang jalan aku harus memilih
berhenti ataukah kulanjutkan

hm hm hm hm hm hm hm du du du du du du du du
du


Kupu Kupu Kertas
Setiap waktu engkau tersenyum
Sudut matamu memancarkan rasa
Keresahan yang terbenam
Kerinduan yang tertahan
Duka dalam yang tersembunyi
Jauh di lubuk hati
Kata katamu riuh mengalir bagai gerimis

Seperti angin tak pernah diam
Selalu beranjak setiap saat
Menebarkan jala asmara
Menaburkan aroma luka
Benih kebencian kau tanam
Bakar ladang gersang
Entah sampai kapan berhenti menipu diri

Kupu kupu kertas
Yang terbang kian kemari
Aneka rupa dan warna
Dibias lampu temaram

Membasuh debu yang lekat dalam jiwa
Mencuci bersih dari segala kekotoran
Aku menunggu hujan turunlah
Aku mengharapkan badai datanglah
Gemuruhnya akan
Melumatkan semua kupu kupu kertas

Kupu kupu kertas
Yang terbang kian kemari
Aneka rupa dan warna
Dibias lampu temaram

Kupu kupu kertas
Yang terbang kian kemari
Aneka rupa dan warna
Dibias lampu temaram

Kupu kupu kertas
Yang terbang kian kemari
Aneka rupa dan warna
Dibias lampu temaram


Lagu Untuk Sebuah Nama
Mengapa jiwaku mesti bergetar
sedang musikpun manis kudengar
mungkin karena kulihat lagi
lentik bulu matamu
bibirmu dan rambutmu yang kau biarkan
jatuh berderai di keningmu
makin mengajakku terpana
kau goreskan gita cinta

mengapa aku mesti duduk disini
sedang kau tepat didepanku
mestinya kau berdiri berjalan kedepanmu
kusapa dan kunikmati wajahmu
atau kuisyaratkan cinta
tapi semua tak kulakukan
kata orang cinta mesti berkorban

mengapa dadaku mesti bergoncang
bila kusebutkan namamu
sedang kau diciptakan bukanlah untukku
itu pasti tapi aku tak mau perduli
sebab cinta bukan mesti bersatu
biar kucumbui bayanganmu
dan kusandarkan harapanku
jatuh berderai dikeningmu


Lakon Anak Anak Bencana
Mengapa begitu ganas engkau bergejolak?
Semburkan api sebarkan panas ke segala penjuru
ho ho ho hidup kami belum lagi sempat kecukupan
Mengapa datang begitu cepat bencana yang dahsyat?

hm hm... ho ho ho ho ho

Lihatlah, ho... anak-anak kami ho....
Mereka yang hilang kesempatan ho...
main sembunyi dan belajar di sekolah desa
Serentak semuanya duduk bingung di sudut barak
Nampaknya belum sepenuhnya dapat mengerti
apa yang sebenarnya tengah dialami
Sebuah bencana terjadi seperti mimpi
Tuhan, tunjukkanlah jalanan kami

Mengapa begitu cepatnya semua musnah?
Lahar melanda pemukiman yang kami cintai hm hm
hm
Izinkanlah kami berfikir yang mungkin keliru
bahwa Engkau tengah menguji ketabahan kami
hm hm hm ho ho ho ho ho

Derita, ho... anak-anak kami ho.....
teronggok ho... dalam penampungan ho..
Kami khawatir bila terlalu lama menderita
Pupus harapan dan dapat merubah jiwa mereka
Menyaksikan betapa kejinya hidup
Hati yang bening dapat berubah keruh
Sebuah bencana terjadi seperti mimpi
Tuhan, tunjukkanlah jalanan kami

hm... ho.. ho ho ho ho ho.... ho ho ho
hm... ho.. ho ho ho ho ho.... ho ho ho
Langit Terluka
Jala api, lidahnya terjulur menyengat wajah bumi
Awan terbakar, langit berlubang menganga
menyeringai bagaikan terluka
Pohon-pohon terkapar letih tanpa daya
Mata air terengah-engah, dahaga
Burung-burung hanya basa-basi berkicau
Lapisan jagat terkelupas
Semua karena ulah kita
Warisan untuk anak cucu nanti ho ho ho ho

Jala api, lidahnya berkelit saat ingin kutangkap
Terlampau naif angan-angan yang kurajut
untuk menyelamatkan dunia
Setiap detik ingin kutanam pepohonan
Mata air kuluahi embun surgawi
Burung-burung kuajari bernyanyi-nyanyi
Kuhapus semua mimpi buruk
dan mekarlah bunga-bunga
Masa depan buat mereka ho ho

Bila matahari bangkit dari tidur
aku mulai berfikir, bagaimanakah caranya
bila sinar rembulan mulai merah menyala?
Aku masih berharap kearifan Yang Kuasa

Bila matahari bangkit dari tidur
aku mulai berfikir, bagaimanakah caranya hu hu
bila sinar rembulan mulai merah menyala?
Aku masih berharap kearifan Yang Kuasa
Dari jendela kamarku dapat aku dengar
Gemercik suara air kali yang tak pernah berhenti
Jangan sampai terhenti biarpun langit terluka


Lolong
Jembatan batu di sebelahku diam
Pancuran bambu kecil memercikkan air
Menghempas di atas batu hitam
Merintih menikam sepi pagi

Pucuk-pucuk cemara bergoyang-goyang
Diterpa angin dingin bukit ini
Seperti mengisyaratkan doa
Rahasia alam diam di sekitarnya

Di sini pun aku mencari Engkau
Setiap kali ku panggili namaMu
Namun selalu saja hanya gema suaraku
yang terdengar rindu

Gadis manis duduk di sebelahku
Menyematkan kembang di saku bajuku
Dan bercerita tentang sepasang burung
Yang bercumbu di atas dahan

Tetapi sepi tetap bergayut di dada
Selalu kuteriakkan kata "Di mana?"
Tetapi rindu tetap bergayut di dada
Selalu kuteriakkan kata "Di mana?"

Ketika pulang aku turun ke kali
Dan berkaca di atas air
Kulihat wajahku letih dan tua
Tapi aku berusaha tertawa
Anggap hidup hanya sandiwara
yang kan berakhir segera


Masih Ada Waktu
Bila masih mungkin kita menorehkan batin
Atas nama jiwa dan hati tulus ikhlas
Mumpung masih ada kesempatan buat kita
Mengumpulkan bekal perjalanan abadi
Hoo..oo..du..du...du..ouoo...ouoo

Kita pasti ingat tragedi yang memilukan
Kenapa harus mereka yang tertimbun tanah
Tentu ada hikmah yang harus kita petik
Atas nama jiwa mari heningkan cipta

Kita mesti bersyukur bahwa kita masih diberi waktu
Entah sampai kapan tak ada yang bakal dapat
menghitung
Hanya atas kasihnya hanya atas kehendaknya kita
masih bertemu matahari
Kepada rumpun di lalang kepada bintang gemintang

kita dapat mencoba meminjam catatanNya
Sampai kapankah gerangan
Waktu yang masih tersisa
Semuanya menggeleng semuanya terdiam semuanya
menjawab tak mengerti
Yang terbaik hanyalah segera bersujud mumpung
kita masih di beri waktu


Menjaring Matahari
Kabut, sengajakah engkau mewakili pikiranku
pekat, katamu peralat menyelimuti matahari
aku dan semua yang ada di sekelilingku
merangkak menggapai dalam kelam

mendung, benarkah pertanda akan segera turun
hujan
deras, agar semua basah yang ada di muka bumi
siramilah juga jiwa kami semua
yang tengah dirundung kehalauan

roda jaman menggilas kita
terseret tertatih-tatih
sungguh hidup sangat diburu
berpacu dengan waktu

tak ada yang dapat menolong
selain yang di sana
tak ada yang dapat membantu
selain yang di sana

dialah Tuhan
dialah Tuhan
oh, oh, oh Tuhan
hmm, hmm, hmm Tuhan


Mimpi Di Parangtritis
Engkau terlena dalam pelukan dingin malam
Matamu terpejam, kembang masih erat kau genggam
Butir pasir beterbangan, sinar bulan berkilauan
Kau tersenyum dalam diam
Kau tertidur makin lelap
Seperti bintang wajahmu gemerlap
Kudekap erat sukmamu, kuselimuti tubuhmu

Aku terjaga, pekik ombak Laut Selatan
Matahari pagi di atas puncak bukit karang
Sebatang pohon kering, membelah matahariku
' ku bertanya kepadamu,
"Mimpi indahkah kau semalam?"
Kiranya kini kau t' lah hilang musnah
seperti namamu yang kutulis di pasir
ditelan ombak Pantai Laut Selatan

Anda mungkin juga menyukai