Anda di halaman 1dari 6

Oleh : Dina Aidah Norasari

Saat senggang waktu


Aku selalu dicabik rindu
Juga ditampar sendu

Sayangku,
Dunia seperti selalu menantangku
Seolah mudah mengingatkanku
Tentang kisah kala itu

Di kedai kopi tua favoritmu


Kita pernah berjanji dengan lugu
Sampai tua akan setia melagu
Berjanji akan menunggu
Bila pergi lebih dulu

Sayang, sebentar dulu


Ingatkah kamu dihari itu
“Dia jalang” makimu
Besoknya kalian bercumbu
Aku yang tergugu

Tak papa sayangku


Kurasa saat ini kau pun tahu
Kau bukan satu-satunya yang merinduiku
Akupun begitu, aku rindu aku
Karena aku kehilanganku

Selepas hari kau berlalu


Oleh: Hana Alyati
LEBIH ADA HARGANYA DARIPADA HARGA

Lebih ada harganya daripada harga


Dikala diam ia memahami
Jikalau mulut pun mampu mengucap
Lebih berhargalah ia karena hatinya yang mengucap

Lebih ada harganya daripada harga


Dikala mendengar ia memahami
Jikalau telinga pun tak mampu mendengar
Lebih berhargalah ia karena hati yang mendengar

Lebih ada harganya daripada harga


Dikala melihat ia memahami
Jikalau mata pun tak mampu melihat
Lebih berhargalah ia karena hati yang melihat

Bukan hanya dua tiga pulau terlewati


Namun mampu ia dapati
Itulah Menghargai

Bukan hanya jurang yang terloncati


Namun jurang pun terjembatani
Itulah Menghargai

Bukan hanya tali persaudaraan yang melekati


Namun juga ada hati yang merasa teramat pekat
Itulah Menghargai

Di Bumi
Manusia senang apabila
Dipuji
Dihormati
Dan dihargai
Bukan dengan sebuah harga, tapi sebuah
Penghargaan
Penghormatan
Ataupun Pujian

Namun yang di Langit bahkan diatas langit


DIA lebih berhak
Dipuji
Dihormati
Dihargai
Lebih dari sebuah
Penghargaan
Penghormatan
Maupun pujian

2 Maret 2018, Tanger, Maroko


Oleh :
Manarul Hidayah* _S1 Sidi Mohammed Ben Abdellah,Fes
Terniang termenung sendiri
Dalam ruang hampa yang pengap
Dalam ruang yang sangat sunyi
Dalam suasana hati yang gundah gelisah..
Disudut ruang terbersit cahaya lilin
Memberikan penerangan diruang yang gelap
Menyinari seluruh sudut ruang dalam hati
Yang selalu terngiang wajah yang dicinta
Wahai angin yang bertiup kencang diluar sana
Sudikah engkau menyampaikan isi hatiku
Sebuah perasaan yang sudah lama ku pendam
Yang tak pernah tersampaikan dari mulutku yang kaku

Bunda…
Dalam doa ku meminta maafmu
Dalam tangis ku memohon ampunanmu
Dalam mimpi ku bersujud dikakimu
Memohon ampun atas dosa dan kesalahanku padamu

Bunda..
Kau memiliki telaga kasih sayang yang tak pernah kering
Energy cinta yang kau miliki takkan pernah pudar
Dekapan kasih sayangmu lebih lembut dari kapas
Cintamu bagaikan tetesan air yang ada di samudera luas

Bunda..
Aku begitu mencintaimu, aku begitu merindukanmu
Pengorbananmu begitu tulus hingga aku sulit untuk membalasnya
Doaku selalu ku panjatkan untukmu.. Kasih sayangmu begitu besar
Pelukanmu begitu hangat hingga aku selalu terjaga dalam tidurku.
Oleh: Layyinah CH*

Tersedak lamunan ditengah kerumunan,

Berbagai makhluk tuhan dihadapkan

Saling berhadapan dalam suatu situasi Yang diharuskan

Mereka sebut itu dengan kehidupan

Campur baur serdadu yang beradu

Terkadang menjadi padu meski dengan mudah tersulut “adu”

Meraka dalihkan satu atas yang “hanya” mereka mau

Mereka sebut itu atas aku dan kamu

Manusia cukuplah dengan dimanusiakan

Meskipun tak sedikit “manusiawi” yang terabaikan

Gemuruh tawa perlahan mengawan

Mereka sebut itu hanyalah permainan


Dahulu dikatakan bak panggung sandiwara

Dimana kita berdiri bahkan berjongkok tak ada beda

Muslihat tampak nyata yang nyata tertutup tawa

Mereka petuahkan itulah dunia yang mendunia

*Penulis adalah Mahasiswi program sarjana di Universitas Ibnu Tufail tahun 2014/2015

Anda mungkin juga menyukai