Anda di halaman 1dari 11

PUISI BERANTAI TENTANG IBU

Ibu…
Adakah kabarmu baik-baik saja
Tetap mendoa keselamatan
Seperti yang kerap kau ajarkan pada masa kecilku
Rendahkan hati ke dasar dzikir
Maka mutiara surga akan dilangsir…Sungguh
Hingga mendewasa serapal ujarmu tetap menegak Alif di jantungku
Menghunus lelangit takdir bahwa kita ibu-anak hingga desah nafas berakhir.

Ibu…kini anakmu sudah menjadi dewasa.


Ketika langkah kecilku mendaki lelangit yang pekat.
Dan hempasan badai ombak yang dasyat.
Aku belajar akan kebenaran dalam hidup.
Dalam bait-bait do'a yang engkau bekalkan
Dan petuah-petuah indah yang selalu engkau ingatkan.

Bu…manakala bulan masih memacarkan cahaya di pangkuan mu.


Biarlah ku usap gugus keringat sisa duka kemarin.
Tetaplah pada sajadah melantunkan lafaz surga Hingga silih detik hari esok tiba.
Aku tetap pada jejakmu.

Ibu ... Dalam jarak pandang yang mudah kujangkau


Dalam diam menatap gerak harimu
Ada sesak yang tak bisa ku ungkap.
Ada rasa yang ingin kusampaikan.
Nafasku tercekat ... Aku diam dalam doa.
Aku gadismu yang pemalu
Ingin mengucapkan kata sayang yang masih menggantung di langit doaku
Ibu...
Menatap wajahmu membawa kedamaian di hatiku
Ketegaranmu inspirasiku
Semangatmu menguatkanku
Ketika aku jatuh tanganmu terulur
Ketika aku terluka air matamu mengalir
Ketika aku bahagia senyummu ikut terukir

Begitulah ibu
Dalam sabar yang tak akan usai untuk kutakara untukku...
Pada siang yang memancarkan terang wajahmu
Aku belum mampu mejadi mentari yang menghangatkan hatimu
Aku belum mampu setulus sinar mata sang hari Yang mampu menyinari tiap sisi bumi
jiwamu

ibu ...
Dengan bahasa apa kan kusampaikan padamu
Aku mencintaimu
Meskipun tak sedalam cintamu padaku
Tapi yakinlah aku akan menjagamu dengan ketlusan Dan kasih sayang..meskipun dangkal

Ibu …
Kini ku jauh darimu bukan, bukan jauh dari dirimu
tapi jauh dari kasih dan sayangmu
jauh dari perhatian pun wujud perdulimu

ibu ...
Engkau harus tahu, tiada yang setulus kasihmu
biarlah kutunggu, bu
sampai nanti terucap kembali dari bibir manismu
serangkai kata yang kerap buatku merindumu
Ada tanya yang melilit dalam uluh hatiku.
Bersebab, rasa yang takkan pernah bisa untuk kubalas
Abdi sabar yang takkan pernah bisa ku takar. Kini...
Apa lagi yang bisa kuberi.
Setelah semua bahagia yang telah kau tumpahkan.
Menjadikan ku sebenar-benarnya insan Sang Surya.

Ibu ... Aungguh ku tak sanggup melihat Air matamu


Senyummu adalah bahagiaku
Tangismu adalah lukaku.
Andai ku bisa menggantikan bebanmu Ibu
Ku kan ikhlas menjalaninya
Untuk membalas semua pengorbananmu
Sejak aku kau kandung hingga kini ku tumbuh dewasa
Jarak ialah doa peneduh cinta

Meski berbilang entah kita dapat meramu temu


Namun sedekap kasih tulus yang telah kau singgahkan di hati
Masih terkenang sepanjang waktu.
Senyummu masih melengkung sesabit purnama dalam gelapku.
Ingin kujenguk dirimu meski hanya dalam mimpi
Lalu kukisahkan perihal seberapa jauh aku berlari
Mengejar selaksa cita dengan sepenuh nurani.

Terlalu sempurna kasihmu ibu...


Kau basahi dahaga di gersang hidupku..
Kau selimuti maaf di langkah salahku...
Kan kubalas apa ibu...
Kiada terbalas oleh hinaku ibu...
Tangiskupun harus menjadi darah Tuk gantikan tangis lelahmu sejak menimangku...
Ibu...
Pulas tertidur ragamu dalam peluk sang bumi
Tinggalkan aku dalam sunyi

Ibu...
Ku harap bahagia dalam damaimu
Nantikan aku disana
Agar kita bisa bertemu
Untuk memulai kehidupan yang sesungguhnya

Kemana lagi ku cari ruang


Yang selalu menggariskan lengkung senyummu?
Namun masih terpatri di benakku petuah mu.
Yang takkan karam diminum waktu.
Semoga kelak dapat lukiskan kebanggaan
Yang sukar merobek duka.

Ibu...
Tanpamu aku netra
Seperti berada dalam gelap
Meraba untuk melangkah

Ibu...
Jangan biarkan aku hilang arah
Agar tak menambah bebanmu dihadap Tuhan
Cinta tulusmu yang menjadi penyemangat...
Pelukmu teduhkan jiwa ini Hantarkan luka pergi sejauh mungkin...
Tak kau biarkan hampa temani relungku
Aku mencintai abi satu kali
Ku harus mmencintaimu tiga kali...
Tanganmu hapuskan air mataku
Tapi sayangmu hapuskan duka batinku...
Selalu terucap namaku di bait doamu
Tangis batinku berucap "aku sayang ummi"
Biarkan cinta ini murni untukmu dalam doa dan sujudku...
Robbighfirli wa li walidaiya warhamhumma kama robaya nii shoghiroo..

Ibu ...
Dalam karibku pada sepi sungguh kekuatan damai hatiku ada bersamamu
Maka jadilah purnama bagi malamku Yang masih kelam oleh jejak jejak usang
Masa yang kukisahkan dalam pedih perih hatiku

Ibu
Kau adalah sosok wanita paling hebat
Diri mu tak pernah jenuh dan lelah Memberikan kasih sayangmu yang begitu besar untuk ku.
Di setiap doa mu terdapat nama ku
Di setia nafas ku,ada kasih sayang mu Terimakasih ibu atas segala yang telah kau berikan
semua jerih payah mu
semua kasih sayang mu
Dengan apapun di dunia ini
Kasih sayangmu
Semua ketulusan hatimu Tak dapat ku balas. Biarkan Tuhan yang akan membalas itu semua

Ibu...
Tak tahu sampai kapan purnama malam ini akan bertahan
Menahan sepi dan gelisah
Merindumu ditiap detik waktu
Merindu belaimu Merindu tutur lisanmu
Tak tahu sampai kapan aku disini
Sendiri...
Sudah tersiar (mungkin) lewat angin
Sekulum senyum meneroka nyata lewat jiwa berpeluh dahaga
Sudah kutitip jelmaan rindu bersama bayu menawar kuyu auramu
Tetap tercantik meski waktu mengikis hidup menepis
Nyenyakkah tidurmu dimalam ini ibu...
kan kupinta dengan rendahku pada angin
Jangan kau hembuskan dinginmu Yang menggigilkan hangat tubuh ibu
Kumohon pada malam
Damaikanlah sejenak lelah ibu dengan heningmu
Ibu istirahatlah dengan tenang dimalam ini

Ibu...
Terima kasih atas selimut do'a-do'a
Yang selalu engkau hantrakan untuk ku.
Terima kasih untuk petuah-petuah
Yang selalu engkau berikan untuk ku. Kelak...
Biarkan Tuhan yang akan menjadikan mu perempuan-perempuan berkalung sorban
Dan bidadari-bidadari calon penghuni surga.

Ibu,,,
di atas sajadahmu kau berurai air mata mendoakan anak-anakmu
Setiap malam ku pandangi raut wajah letihmu.
Bibir mungil yg masih nakal bergetar kala mencium keningmu
Dalam hati berbisik Kau adalah segalanya untukku,
Aku mencintaimu Ibu…

"Ahhhh...!!!"betapa kata itu menyakitkanmu ibu..


Meski sedemikian singkat, sejatinya kau memahami..
Ada bakti yang sedang ku ingkari...
Acapkali pada sunyi yang bertahta.
Engkau tak pernah goyah melepas kasihmu.

Mungkinkah kau setegar itu?


ku tau dimatamu banyak menyimpan kegelisahan.
namun, enggau bisa berpegang pada huruf-huruf yang berlafazkan nama allah.
Ibu engkau lah panutanku.
Mawar Dani mesti terkadang aku lelah dalam mengeja amarahmu,
Namun kutahu tiap ejaan murka kau selalu menyelipkan doa tulus.
kau wanita terindah yang paling kukagumi.

Allah...
Biarkan cinta ini terus kembangkan sayapnya
Meskipun ia tak sempurna di mata hamba lain-Mu...
Saat Ia menangis
Aku tak bisa merayu dengan setusuk es krim atau permen yang ku bisa hanya mendoakan...
Cintailah ibuku seperti cintanya untukku yang tak pernah ia biarkan aku menangis...
Jangan lagi biarkan air mata itu ada
Dekap ia dengan karunia-Mu

Karna ku tahu...
Kau tak kan biarkan ibuku menjatuhkan air matanya..
Setiap kata yang ia haturkan adalah petuah hidupku karna perkataan ibu adalah doa...
Hukum aku jika aku terkadang membuatnya jenuh...
Allah Ajari aku tuk membahagiakannya
Pahamkan aku tentang cara membuatnya tersenyum...
Aku tak peduli berapa kerutan yg ada di wajahnya...
Yang pasti ku tau ku sering membuatnya kecewa..

Ibu, deraimu tentang suka dukaku


Ikhlasmu mengalahkan air yang mengalir paling bening
Pelukmu hangat tak sepanas matahari
Ibu, entah kini, esok atau lusa, selalu ku panjatkan do'a
Pengorbananmu semoga berbalas surga ...
Bawa aku ke surga bersamamu bu ...

Ibu…
Setiap tetes hujan yang berderai di wajahmu, tak pernah tampak.
Namun aku melihat ada badai besar di dalam dirimu
Kau selalu mencintai badai itu.
Itulah aku dan ayah, badai besar yang takkan kau hapus dari memori emasmu yang takkan
mampu kusentuh.

Ibu…
Dadaku sesak
Terkadang memutar ulang rekaman yang telah tersimpan dalam benak.
Angin malam pun hanya mampu membelaiku agar tetap setenang hutan.
Tapi kini...
Aku tak mampu menatapmu lagi yang telah dihalangi bumi.
Selamat jalan, semoga kau bahagia.

Ibu...
akan ada yang lebih menggairahkan dari mengenangmu
Perempuan kumal berkerudung panjang
Yang menggendong tumpukan ranting kering garing
Tak ada yang lebih menakjubkan dari mengingatmu
Perempuan kampung bertongkat bambu langsing
Yang menggiring bebek-bebek gendut di pematang
Surga ada di telapak kakimu yang penuh lumpur
Cinta ada di matamu yang mulai lamur
Dan kasih ada di hatimu yang selalu jujur
Tapi luka dan air mata ini seakan terbawa pada sosok tubuhmu yang terkubur!
Ibu..
Tubuhmu yang kecil.
Namun mampu menahan beban yang besar.
Dibalik ragamu yang mungil.
Kamu mampu menahan derita.
Air matamu ...
Perihmu ...
Jeritanmu ...
Kau pendam sedalam-dalamnya.
Demi ku seorang.
Demi buah hati yang tercinta.
Dalam kertas tipis putih ini aku tumpahkan Rasa khilaf
Sesalku yang telah membentakmu.
Namun,tak lekangku bangga padamu.
Yang tak henti menyayangiku.
Walau seperti apapun diriku ini.

Ibu ...
Masih membentangkan tangannya.
Dalam peluk hangatnya.

Ibu...
Maafkan anakmu ini
Meski ku belum sempat memberimu hadiah istana
Megah lengkap dengan pelayan-pelayannya
Maka sebagai gantinya ada untaian do'a untukmu wahai ibuku ...
yang selalu kurangkai di setiap sujudku
Ya Alloh bangunkan rumah untuk ibuku di surga
Ibu...
Harusnya aku malu...
Ketika aku pun sdh menjadi seorang ibu
Tapi sejujurnya
Aku masih sangat membutuhkan peluk kasihmu...
Petuah petuahmu sangat aku butuhkan
Agar akupun dapat 'memeluk ' anak-anakku.
Memberikan kehangatan pada hati mereka.
Juga memberikan keteduhan pada hidup mereka,
Teduh...layaknya tatapan matamu.

Ibu...
Andai saat ini engkau ada di sini
Tentu mataku sudah terlelap sebelum dini begini.
Keresahanku selalu muncul sarat akan saat sepi.
"Mampukah aku menjadi kuat sepertimu?

Ibu…
Saat ini hari benar benar telah menepi,
Dalam hening tadi,
Dalam simpuh ku pada Illahi Robbi
Aku mohon agar engkau selalu di lindungi
Agar engkau punya waktu lebih banyak lagi
Untuk mengajarkanku bagaimana indahnya 'memberi'

Ibu..
Ingin kusiratkan segala tentangmu
Ingin kutumpahkan luapan terima kasih yang memenuhi rongga dadaku
Namun, apalah aku?
Hanya untaian nama yang belum bisa membuatmu bahagia
Aku hanya sepasang mata yang kadang membuatmu kecewa
Aku hanya seonggok daging dengan darah yang sering mengundang amarah

Ibu..
Tak ada bunga seindah dirimu
Tak ada cahaya seterang nasihatmu
Terima kasih Ibu

Anda mungkin juga menyukai