Ibu…
Adakah kabarmu baik-baik saja
Tetap mendoa keselamatan
Seperti yang kerap kau ajarkan pada masa kecilku
Rendahkan hati ke dasar dzikir
Maka mutiara surga akan dilangsir…Sungguh
Hingga mendewasa serapal ujarmu tetap menegak Alif di jantungku
Menghunus lelangit takdir bahwa kita ibu-anak hingga desah nafas berakhir.
Begitulah ibu
Dalam sabar yang tak akan usai untuk kutakara untukku...
Pada siang yang memancarkan terang wajahmu
Aku belum mampu mejadi mentari yang menghangatkan hatimu
Aku belum mampu setulus sinar mata sang hari Yang mampu menyinari tiap sisi bumi
jiwamu
ibu ...
Dengan bahasa apa kan kusampaikan padamu
Aku mencintaimu
Meskipun tak sedalam cintamu padaku
Tapi yakinlah aku akan menjagamu dengan ketlusan Dan kasih sayang..meskipun dangkal
Ibu …
Kini ku jauh darimu bukan, bukan jauh dari dirimu
tapi jauh dari kasih dan sayangmu
jauh dari perhatian pun wujud perdulimu
ibu ...
Engkau harus tahu, tiada yang setulus kasihmu
biarlah kutunggu, bu
sampai nanti terucap kembali dari bibir manismu
serangkai kata yang kerap buatku merindumu
Ada tanya yang melilit dalam uluh hatiku.
Bersebab, rasa yang takkan pernah bisa untuk kubalas
Abdi sabar yang takkan pernah bisa ku takar. Kini...
Apa lagi yang bisa kuberi.
Setelah semua bahagia yang telah kau tumpahkan.
Menjadikan ku sebenar-benarnya insan Sang Surya.
Ibu...
Ku harap bahagia dalam damaimu
Nantikan aku disana
Agar kita bisa bertemu
Untuk memulai kehidupan yang sesungguhnya
Ibu...
Tanpamu aku netra
Seperti berada dalam gelap
Meraba untuk melangkah
Ibu...
Jangan biarkan aku hilang arah
Agar tak menambah bebanmu dihadap Tuhan
Cinta tulusmu yang menjadi penyemangat...
Pelukmu teduhkan jiwa ini Hantarkan luka pergi sejauh mungkin...
Tak kau biarkan hampa temani relungku
Aku mencintai abi satu kali
Ku harus mmencintaimu tiga kali...
Tanganmu hapuskan air mataku
Tapi sayangmu hapuskan duka batinku...
Selalu terucap namaku di bait doamu
Tangis batinku berucap "aku sayang ummi"
Biarkan cinta ini murni untukmu dalam doa dan sujudku...
Robbighfirli wa li walidaiya warhamhumma kama robaya nii shoghiroo..
Ibu ...
Dalam karibku pada sepi sungguh kekuatan damai hatiku ada bersamamu
Maka jadilah purnama bagi malamku Yang masih kelam oleh jejak jejak usang
Masa yang kukisahkan dalam pedih perih hatiku
Ibu
Kau adalah sosok wanita paling hebat
Diri mu tak pernah jenuh dan lelah Memberikan kasih sayangmu yang begitu besar untuk ku.
Di setiap doa mu terdapat nama ku
Di setia nafas ku,ada kasih sayang mu Terimakasih ibu atas segala yang telah kau berikan
semua jerih payah mu
semua kasih sayang mu
Dengan apapun di dunia ini
Kasih sayangmu
Semua ketulusan hatimu Tak dapat ku balas. Biarkan Tuhan yang akan membalas itu semua
Ibu...
Tak tahu sampai kapan purnama malam ini akan bertahan
Menahan sepi dan gelisah
Merindumu ditiap detik waktu
Merindu belaimu Merindu tutur lisanmu
Tak tahu sampai kapan aku disini
Sendiri...
Sudah tersiar (mungkin) lewat angin
Sekulum senyum meneroka nyata lewat jiwa berpeluh dahaga
Sudah kutitip jelmaan rindu bersama bayu menawar kuyu auramu
Tetap tercantik meski waktu mengikis hidup menepis
Nyenyakkah tidurmu dimalam ini ibu...
kan kupinta dengan rendahku pada angin
Jangan kau hembuskan dinginmu Yang menggigilkan hangat tubuh ibu
Kumohon pada malam
Damaikanlah sejenak lelah ibu dengan heningmu
Ibu istirahatlah dengan tenang dimalam ini
Ibu...
Terima kasih atas selimut do'a-do'a
Yang selalu engkau hantrakan untuk ku.
Terima kasih untuk petuah-petuah
Yang selalu engkau berikan untuk ku. Kelak...
Biarkan Tuhan yang akan menjadikan mu perempuan-perempuan berkalung sorban
Dan bidadari-bidadari calon penghuni surga.
Ibu,,,
di atas sajadahmu kau berurai air mata mendoakan anak-anakmu
Setiap malam ku pandangi raut wajah letihmu.
Bibir mungil yg masih nakal bergetar kala mencium keningmu
Dalam hati berbisik Kau adalah segalanya untukku,
Aku mencintaimu Ibu…
Allah...
Biarkan cinta ini terus kembangkan sayapnya
Meskipun ia tak sempurna di mata hamba lain-Mu...
Saat Ia menangis
Aku tak bisa merayu dengan setusuk es krim atau permen yang ku bisa hanya mendoakan...
Cintailah ibuku seperti cintanya untukku yang tak pernah ia biarkan aku menangis...
Jangan lagi biarkan air mata itu ada
Dekap ia dengan karunia-Mu
Karna ku tahu...
Kau tak kan biarkan ibuku menjatuhkan air matanya..
Setiap kata yang ia haturkan adalah petuah hidupku karna perkataan ibu adalah doa...
Hukum aku jika aku terkadang membuatnya jenuh...
Allah Ajari aku tuk membahagiakannya
Pahamkan aku tentang cara membuatnya tersenyum...
Aku tak peduli berapa kerutan yg ada di wajahnya...
Yang pasti ku tau ku sering membuatnya kecewa..
Ibu…
Setiap tetes hujan yang berderai di wajahmu, tak pernah tampak.
Namun aku melihat ada badai besar di dalam dirimu
Kau selalu mencintai badai itu.
Itulah aku dan ayah, badai besar yang takkan kau hapus dari memori emasmu yang takkan
mampu kusentuh.
Ibu…
Dadaku sesak
Terkadang memutar ulang rekaman yang telah tersimpan dalam benak.
Angin malam pun hanya mampu membelaiku agar tetap setenang hutan.
Tapi kini...
Aku tak mampu menatapmu lagi yang telah dihalangi bumi.
Selamat jalan, semoga kau bahagia.
Ibu...
akan ada yang lebih menggairahkan dari mengenangmu
Perempuan kumal berkerudung panjang
Yang menggendong tumpukan ranting kering garing
Tak ada yang lebih menakjubkan dari mengingatmu
Perempuan kampung bertongkat bambu langsing
Yang menggiring bebek-bebek gendut di pematang
Surga ada di telapak kakimu yang penuh lumpur
Cinta ada di matamu yang mulai lamur
Dan kasih ada di hatimu yang selalu jujur
Tapi luka dan air mata ini seakan terbawa pada sosok tubuhmu yang terkubur!
Ibu..
Tubuhmu yang kecil.
Namun mampu menahan beban yang besar.
Dibalik ragamu yang mungil.
Kamu mampu menahan derita.
Air matamu ...
Perihmu ...
Jeritanmu ...
Kau pendam sedalam-dalamnya.
Demi ku seorang.
Demi buah hati yang tercinta.
Dalam kertas tipis putih ini aku tumpahkan Rasa khilaf
Sesalku yang telah membentakmu.
Namun,tak lekangku bangga padamu.
Yang tak henti menyayangiku.
Walau seperti apapun diriku ini.
Ibu ...
Masih membentangkan tangannya.
Dalam peluk hangatnya.
Ibu...
Maafkan anakmu ini
Meski ku belum sempat memberimu hadiah istana
Megah lengkap dengan pelayan-pelayannya
Maka sebagai gantinya ada untaian do'a untukmu wahai ibuku ...
yang selalu kurangkai di setiap sujudku
Ya Alloh bangunkan rumah untuk ibuku di surga
Ibu...
Harusnya aku malu...
Ketika aku pun sdh menjadi seorang ibu
Tapi sejujurnya
Aku masih sangat membutuhkan peluk kasihmu...
Petuah petuahmu sangat aku butuhkan
Agar akupun dapat 'memeluk ' anak-anakku.
Memberikan kehangatan pada hati mereka.
Juga memberikan keteduhan pada hidup mereka,
Teduh...layaknya tatapan matamu.
Ibu...
Andai saat ini engkau ada di sini
Tentu mataku sudah terlelap sebelum dini begini.
Keresahanku selalu muncul sarat akan saat sepi.
"Mampukah aku menjadi kuat sepertimu?
Ibu…
Saat ini hari benar benar telah menepi,
Dalam hening tadi,
Dalam simpuh ku pada Illahi Robbi
Aku mohon agar engkau selalu di lindungi
Agar engkau punya waktu lebih banyak lagi
Untuk mengajarkanku bagaimana indahnya 'memberi'
Ibu..
Ingin kusiratkan segala tentangmu
Ingin kutumpahkan luapan terima kasih yang memenuhi rongga dadaku
Namun, apalah aku?
Hanya untaian nama yang belum bisa membuatmu bahagia
Aku hanya sepasang mata yang kadang membuatmu kecewa
Aku hanya seonggok daging dengan darah yang sering mengundang amarah
Ibu..
Tak ada bunga seindah dirimu
Tak ada cahaya seterang nasihatmu
Terima kasih Ibu