Anda di halaman 1dari 45

KUMPULAN

PUISI-PUISI

Karya: Ami Siti Aminah

MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) PURWAKARTA


Jalan Veteran No 229 Telp (0264) 8220765 Purwakarta 41118

2011
My Diary

Diary,

Ku tuangkan isi hatiku padamu

Tak seuntai kata pun kusembunyikan darimu

Karena kau rahasiaku

Tiada satu orang pun yang tahu

Tentang riwayat hidupku

Dikala aku senang, sedih, gembira dan terluka

Kau siap tuk mendengarkan

Diatas liku-liku hidup

Menjadi anugrah tersendiri

Mengobati batin yang tergoncang

Laksana api memadamkan hatiku.


IBU

Ibu,

Sentuhan lembut tanganmu

Mampu menangani masalah

Pelukan hangat tubuhmu

Mampu menyejukan hati

Sembilan bulan kau mengandungku

Ketegaran membuat kau semangat

Jerit payah yang tak terhitung

Ketulusan yang selalu ada

Ibu,

Pengorbanan yang kau pertaruhkan

Perjuangan yang kau pertahankan

Tak ternilai dengan sebuah materi

Kini, kami hadir untukmu

Begitu besar cinta yang kau tanamkan

Kaulah sesosok pahlawan bagiku.


TERSAKITI

Malam berganti siang

Siang berganti malam

Tapi mengapa hidup terasa perih?

Apa salah dan dosaku?

Ketika mentari bersinar

Hatiku sudah tertutup

Dalam dekap gelap

Yang sangat menyakitkan

Kucoba merubah segalanya

Sedikit menjadi lebih baik

Namun, mimpi-mimpi sudah hilang

Tinggalah luka yang tergores dalam.


Patah Hati

Saat duduk termenung

Sendiri tiada yang peduli

Tentang hati yang perih

Tercabik menusuk jantung

Haruskah ku mati karena cinta?

Yang membawa dalam luka

Hingga raga tak sanggup tuk berkata

Kendatipun ombak datang

Tak kan pernah ku hiraukan

Karena ku tahu

Hati ini rapuh untuk selamanya.


TAUBAT

Di hening malam hadir

Bulan tersenyum manis

Melihat sisi hidupku

Penuh dengan rekayasa

Tuhan,

Ridhoilah niat hati nurani

Patuh pada semua ajaran-Mu

Menjadi insan yang bertakwa

Kau berikan aku hidup

Agar menggemakan seluruh alam

Merangkul manfaat bumi

Demi pengabdianku pada-Mu.


Kekuasaan Alam

Pagi buta membasahi bumi pertiwi

Asap terbal menyelimuti pegunungan

Cerahnya Sang Surya pagi

Menerangi alam jagat raya

Daun-daun melambaikan tangannya

Seolah memberi salam padaku

Sesaat ku menatap langit

Merenungi ciptaaan di bumi

Saat dunia tergores

Alam memberikan nasehat

Hancur leburnya bumi

Tak kuasa tuk berlari

Sangat berarti makna alam

Dapat menyelamatkan dunia

Dari kerusakan dan kepunahan

Yang terjadi dalam proses kehidupan.


KECEWA

Saat kubuka dua bola mata

Hariku terlihat kusam

Bagaikan raga tak bernyawa

Hatiku kecewa mendegar dentuman palsu

Batinku terombang ambing

Serasa dunia tak lagi bersahabat

Apakah diriku masih pantas membuka pintu maaf baginya?

Merelakan kenyataan yang terjadi

Menjadi sebuah cermin diri.


Rindu Yang Terpendam

Tak bisa lagi ku berkata

Tentang hati yang rindu ini

Masihkah dia mengingatku?

Mengingat kenangan kita dulu

Kini sepi yang selalu hadir

Dalam setiap saat dan waktu

Menunggu kehadiranmu lagi

Dapatkah kau membaca isi hatiku?

Hati yang terluka batin yang tersiksa

Karena setia menjaga cinta yang kita bina

Kasih,

Aku rindu padamu

Rindu yang selalu datang

Disaat kau pergi tinggalkanku.


Sebuah Penantian

Kupu–kupu sore berterbangan

Mewaranai hijau padi

Berkelana mencari yang ku nanti

Hingga jiwa tak sanggup tuk bersaksi

Setitik embun pergi dariku

Menjauh dari kemusnahan

Mendambakan hari yang indah

Selang waktu pun hidup kembali

Memberi isyarat padaku

Bahwasanya penantian itu

Ternyata sungguh menyakitkan

Akankah ada jawaban dari penantianku ini?

Menunggu seperti yang ku harapkan

Menjadi sebuah kenyataan.


JENUH

Disini ku masih sendiri

Diam tanpa sesuatu

Berkata tiada makna

Andaikan aku ada di sampingku

Mungkin tak kan begini adanya

Hanya kejenuhan yang kudapatkan

Sesuatu tiada yang menjemputku

Menyembuhkan rasa jenuh

Mengobati duri perih yang tertindas

Merahnya darah

Tak semerah darahku

Sedih datang silih berganti

Merintih perih menjadi suri.


Cinta Lama Bersemi Kembali

Aku sangsi melihat dirinya

Harus berbuat apa pada dunia

Cinta yang selama ini ku nantikan

Hadir dengan tangan terbuka

Engkau muncul bagaikan dewa langit

Menjemput permaisuri yang menunggu

Menunggu cintanya bersemi kembali

Ku berjanji atas nama cinta

Untuk menjaga cinta suci

Sebab ku tahu

Kau tercipta untukku.


Bencana Alam

Sejenak otak berpikir

Meratapi realita yang terlihat

Kini lenyap hangus tiada

Ketika alam berkata lain

Dia akan melampiaskan amarahnya

Dan siap beraksi

Memberi bencana pada bumi

Sungguh tak disangka

Alam yang dulu elok

Berubah tertiup sapuan badai

Pepohonan menangis deras

Menyesalkan pada tangan manusia

Menebarkan salam berduri.


Penyesalan Diri

Dihening tiba

Kuberdoa pada Sang Kuasa

Atas apa yang ku perbuat selama ini

Tidak mendapatkan hasil

Tuhan,

Suara hati inilah yang bicara pada-Mu

Terniang dosa yang tertumpuk banyak

Hidup begitu hampa bagiku

Tanpa cinta dan kasih sayang-Mu

Tiada daya dan upaya selain pertolongan dari-Mu

Andai waktu bisa ku putar

Tidak akan ku ulangi itu kembali

Kini hanya dapat kusesali yang tiada arti

Mungkin ini yang bisa kurenungi

Beta berharap pada Sang Ilahi

Kelak nanti akan mendapatkan kebahagiaan yang abadi.


Perjalanan Hidup

Dinginnya malam,

Laksana ombak di tepian pantai

Mengguyur seluruh badan

Tanpa adanya beban

Hidup yang kutempuh

Sungguh berat kujalani

Jauh dari kebahagiaan

Dekat dengan kesedihan

Semangat yang kutancapkan

Hilang dengan seketika

Entah jera yang merasuk

Akhir dari perjalanan hidupku.


MERINDUKANMU

Sunyi sepi terus menghampiri

Bayang wajahmu datang menghantui

Seolah dunia mati tanpamu disisiku

Kebaikanmu kan kukenang selalu

Walau disini hati terasa sakit

Karena, tak kuasa menanggung batin yang tercabik

Air turun di mukaku

Membanjiri hati yang rindu ini

Menjadi sebuah bukti

Aku ingin bertemu untuk terakhir kalinya

Tanpa menyakitimu lagi

Dan tak akan melepaskan dirimu untuk selamanya.


Sejarah Hidup

Tatkala Tuhan menciptakanku

Menjadikan aku seorang manusia

Yang diberi akal dan pikiran

Dengan segala kehendak-Nya

Diciptakan dari segumpal darah

Tumbuh membuat daging

Hingga akhirnya membentuk sesosok manusia

Manusia yang terlahir dengan sempurna

Oh, Tuhan…

Terimalah pengakuanku

Pengakuan hati kecil hamba-Mu

Tuk patuh pada perintah-Mu

Dan jauh dari larang-Mu.


Kasih Tak Sampai

Rindu,

Rindu yang kian memuncak

Ku tak bisa melihatnya lagi

Hanya rindu yang menemani

Bila waktu dapat kuulang

Seakan dia pun selalu hadir

Dalam setiap mimpiku

Karena dia, karena dia

Hidupku jadi bahagia

Tatapan wajanya,

Lembut hatinya,

Serta sopan tingkah lakunya

Kasih,

Dimanakah dirimu kini berada?

Serasa hidup ini sepi

Karena denganmu

Hidupku lebih sempurna.


GURU

Dunia gelap tanpa seoreng guru

Pengetahuan seakan tampak surau

Dengan jasamu,

Aku memahami arti sebuah ilmu

Tanpamu,

Aku tidak tahu apa-apa

Kau berikan ilmu yang begitu luas

Untuk bergelut menerangi cakrawala

Menjunjung era dunia

Guruku,

Terima kasih atas pengorbananmu

Kau tak mengenal lelah, waktu ataupun merasa terbebani

Hati yang terdalam bergumam

Tak akan melupakan jasa-jasa pahlawanmu

Pembuka mata hati anak-anak bangsa.


TEGAR

Melihat birunya air laut

Menembus batu karang

Tak rentan walau badai menghadang

Tetap tegar mencoba bertahan

Aku malu pada diriku

Tidak bisa seperti batu karang

Yang tegar dalam pengabdian

Melawan berbagai rintangan

Apakah aku mampu setegar itu?

Berbuat dengan ikhlas

Bersabar menghadapi cobaan.


Mengukir Prestasi

Khayalan angan telah hilang

Gemerlap bintang kan kuraih

Mendengar bisikan menuju harapan

Mula-mula dilihat dari perjuangan

Ternyata cukup membanggakan

Inikah peluang bagi diriku?

Galau mencekram kebodohan

Memuaskan diri setiap insan

Menuju padang kebaktian.


Kekuatan Qalbu

Ketentarman qalbu menghasilkan damai

Terangkai seribu kekuatan cinta

Menggaung melampaui seruan angin

Berbagai hambatan terus memaksa

Bersenjatakan kesucian batin

Perisai keramahan sanubari

Logika tak lagi berfungsi

Usaha yang tiada henti

Ingat akan sebuah keteguhan

Memurnikan kesetiaan terhadap keyakinan.


Lukisan Dunia

Laut biru menghantam ombak pantai

Dari ufuk timur terbitlah Sang Fajar

Syair lagu merasuk batinku

Melalui celah-celah jari

Segores tinta menuliskan cerita

Bagai kilat menyambar langit biru

Menyentuh palung yang tergambar indah

Melukiskan alunan lagu

Kepada bumi yang melindungi

Tak kan hanyut menembus atmosfer

Walaupun hanya terlintas saja.


Bangkit Semangatku

Setetes air menembus bebatuan

Perlahan tapi pasti

Dari sudut pandangan

Menepis dalam jiwa

Bangkit… bangkit semangatku

Masih banyak prestasi yang jarus ditempuh

Berangan-angan kita wujudkan

Menampilkan putra-putri masa depan

Para pahlawn telah gugur bersimpuh darah

Mengalir disekujur tubuhnya

Memberi hidup akan jasa pengorbanan

Menghidupkan makna pada bumi pertiwi

Indonesia…. Indonesia kebanggaanku

Aku tak kan lengah menjagamu

Mewujudkan harapan anak-anak bangsa

Demi meraih rasa persatuan.


KASMARAN

Malam semakin indah

Melihat bulan purnama tertawa

Bintang bersembunyi dari sinarnya

Memberikan cahyanya padaku

Hati ini dilema akan cintanya

Meluluhkan perasaan terdalam

Seperti air mengalir pada tempatnya

Cinta,

Apakah cinta ini yang kurasa

Ibarat dawai bersenandung mesra

Menenangkan hasrat cinta

Kala burung bernyanyi ceria.


KESEPIAN

Mentari pagi menyengat tubuhku

Seluruh darah mengalir lambat

Sepi yang kian ada

Hampa yang jatuh terlukiskan

Kesal dendam tiada pengobatan

Marah akan rasa khayalan

Berjuta kesepian selalu menerpa

Pemberian dari Sang Ilahi

Mengikat kebahagiaan

Menerima kejenuhan.
Balas Jasamu

Renungan malam mengusik telinga

Mawar merah memberi kesejukan

Agar mengabulkan permintaanku

Berikanlah kebahagiaan padanya

Duhai ibu,

Duhai ayah,

Naluri melantunkan doa

Dapat membalas jasa keindahan

Kau tempat aku bersandar

Meringankan beban masalah

Untuk memikul amanah

Mencuri setiap sesal diri.


Cinta dalam hati

Angin bertiup sepoi-sepoi

Dalam hati merasa akit

Segenggam jantung berdebar-debar

Menyentuh lubuk kalbu

Hanya hatiku yang tahu

Akan cinta murni

Tersimpan terus bagai hujan

Menitihkan airnya dalam raga

Jauh di dasar samudra

Melatih keabadian cinta

Menundukan semua pandangan

Pada keangkuhan meraih keinginan.


PERPISAHAN

Dalam ruang kumenunggu

Dalam jiwa kuragu

Sejuta tanya menghampiriku

Tak pernah terbayangkan waktu kian berganti

Sehingga kita ada di gerbang perpisahan

Saat kebersamaan terjalin

Merukunkan setiap perbedaan

Itulah kenangan manis kita

Apakah jalan ini yang terbaik ?

Berpisah untuk menggapai cita

Berjuang demi memetik asa

Namun ketahuilah

Cinta dan kasih ini tak pernah mati.


MATAHARI

Cahya bening menerawng

Surya menyingsing lunglai

Membangkitkan aura manusia

Seakan terbawa kemenangan hidup

Porosnya Sang Surya berputar

Membaluti akan pencerahan

Dengan sengatan sinarmu

Kegersangan menyapa segala arah

Menepis sedih menyilaukan mata

Betapa anggun pesoanmu

Kilau dasar memejamkan panas.


KEMATIAN

Mengerikan memahami makna kematian

Tidak ada seseorang yang menolong

Ketika jasad terlepas dari ruh

Ketika itu pula maut merenggut

Batu nisan menjadi bukti

Manusia telah meninggalkan nama

Kain kafan menutupi dengan sendirinya

Mati,

Yang sudah ada waktunya

Menghampiri yang dikehendaki

Mencabut karena balas budi.


Ketika Nafas Terenggut Maut

Hembusan nafas mengeluarkan gundah

Sepoi-sepoi awan melelahkan jasad

Hina insan bergelut tajam

Mengerahkan sunyi canda tawa

Saat dunia berganti dari porosnya

Astronomi udara terlempar hangus

Lenyap bagai terperosoknya ceceran air

Maut menghampiriku dalam setiap langkah

Dan nafas pun akan terhenti

Mengiringi jejak hidup

Sampai jati diri kembali pada asal-Nya.


CERMIN

Jari hati melukiskan penghidupan

Suara angin memecahkan pasir halus

Di dalam getirnya keperihan

Hitam yang menutup khayalan

Kekejaman tangan membunuh mata batin

Sungai kecil terbengkalai terabaikan

Angin terkikis rasa bersalah diri

Berlayar menepis warna abadi

Diri…

Diri inikah yang mendobrak takdir dunia?

Jika saja alam mampu berseru

Ku minta ulangi kehidupan mayaku.


Ketika Bumi Merintih

Goresan tanah terperosok dekat

Pohon-pohon mematikan senja

Merakit sentuhan hangat

Kuning merah rembulan berkelam

Menggigil udara jatuh berleburan

Seluk-beluk samudra menghiasi rumah

Tak sanggup ku menampung

Berjejal menerobos barisan laut

Uap senyap terlalu ganas

Gemerincing petir menyapa dirimu

Dan virus-virus pun berlari meninggalkan dunia

Melihat bumi merintih kesakitan.


JERITAN

Indahnya melihat alam

Ombak bergelut dengan pantai

Pasir putih menindas bebatuan

Hingga akhirnya…

Jiwa rag menjerit sekeras besi

Nista yang melelahkan perkataan

Di sudut ukir ku pasrah

Tanah dan air pun bercecer begitu saja

Surau pulau yang terbentang

Menghentikan aliran usaha

Tidak akan menjawab jeritan pahit

Yang tenggelam ke dalam sebuah tangisan.


BENCI

Langit terlihat redup

Hari terdengar mendung

Mentari mengalihkan cahya sinarnya

Jika sanubari tak lagi berbisik

Bergegas menuju suatu keangkuhan

Mati terasa hidup terabaikan

Waktu terus mendobrak garis lintang

Berteriak setiap detik

Tidak mungkin ku berdiam diri

Melalaikan waktu dengan penyesalan

Apalah arti bagi hidupku

Wahai dunia,

Masihkah kau melihat jerit pahitku ini?

Kadang sunyi menertawakan

Kadang rugi menyayat hati.


Nuansa Bening

Pelangi senja mengadahkan lilitan surya

Kilauan air bertumpuk warna

Perkataan menghasilkan seni

Sepoi udara tampak manis

Walau hujan berarahkan berlawanan

Hijau kuning langit berselendang

Di dalam keteraturan musik

Fajar melukiskan angkasa

Rautan daun terdampar mempesona

Bongkahan kayu meliputi pepohonan

Melestarikan cagar budaya pertiwi

Paru-paru dunia menjadi saksi sejarah.


Kisahku Yang Terkubur

Sebuah langkah mengikuti jejakku.

Merakit setiap kata

Dan alihkan dunia cakra

Kisah hidupku,

Terkubur dalam catatan memori

Rangkaiannya menarik keindahan

Menjelma bagai dewi amor

Dalam kenyataan semu

Ku ubah emas menjadi perak

Berdiri mencuri suatu kenangan

Terjal berlari kencang

Takut sandaran mati

Menerpa kegundahan menjemput diri.


Sebuah Tanya

Mata terpaku tiada pasti

Separuh hati menaruh Tanya

Bibir terkunci menatap hari

Meledakan semua rasa yang ada

Serpihan jiwa berbunyi merdu

Segala raga tertumpah dalam untaian

Seribu tanya ada pada hati

Mawar-mawar mengharumkan suasana

Berkejaran tuk meraih cita

Menjawab akan sebuah pertanyaan.


Putus Asa

Menangis menahan sepi

Melarutkan semua emosi

Sendiri tiada peduli

Seakan dunia sudah mati

Tuhan…

Berikan aku waktu

Waktu indahku tertinggal jauh

Merangkak keluar dari jeruji tajam

Lantunan kepedihan lumpuh

Melawan semua getirnya luka hati

Bebas… bebas…bebas

Hanya itu yang terpendam

Menebarkan sayap-sayap terindah

Menelusuri panorama jati diri.


Indahnya Panorama Senja

Alam terbentang luas

Pohon yang rindang di selimuti mega-mega

Memantau langit terhampar syahdu

Ibarat burung terbang tinggi

Melayang jauh tanpa henti

Awan seakan tersenyum manis

Melihat senja penuh rona

Hujan turun sangat lembut

Menyuburkan tanah merah

Dingin menusuk menembus qalbu hati

Indahnya senja ku lihat dekat

Aku terpaku diam membisu

Inikah anugerah Ilahi yang ku dapati.


Ramadhan itu Indah

Ramadhan hadir dengan membawa rahmat

Alangkah fitrah dan suci qalbu ini

Berbondong-bondong manusia memetik pahala

Menghitamkan dosa segala keburukan

Menyambut ramadhan penuh suka cita

Berpuasa adalah menahan haus dan lapar

Hawa nafsu dikendalikan karena ketaatan-Nya

Raga ini sujud mencari keridhoan-Nya

Malam tak kan lelah tuk beribadah

Asma Allah bergema dimana-mana

Lantunan tasbih mendamaikan jiwa insan

Menebarkan kalimat-kalimat suci pada-Nya

Ramadhan yang indah

Akankah hati kecil bertemu denganmu lagi?

Bulan yang ditunggu semua manusia

Mengumpulkan amal demi pengabdian pada-Nya.


Rumahku Surgaku

Tempat aku bersandar

Dari kepanasan dan kehujanan

Di kala itu, kau melindungiku

Suatu terindah yang amat besar

Terciptanya suasana harmonis

Sandiwara yang tiada henti

Di atas panggung kemegahan

Melepaskan beban kegelisahan

Laksana sebuah istana raja

Baunya bagai kasturi yang menjalar

Tak kan hancur walau goncangan datang

Karena keabadian cinta yang kau tebarkan.


MELATI

Putih warnamu yang elok

Harum menghangatkan insan yang lara

Seperti partikel-partikel atom

Tetap kuat pada pendiriannya

Udara malam sangat menggigil kulit

Langkah hidupmu nampak bidadari

Menerawang wajah indah tertutupi

Andaikan aku menjadimu

Bisa mengeluarkan aroma

Yang mampu membara dalam jiwa.


SAHABAT

Kaulah anugerah terindahku

Menjagaku, menyayangiku dan mengertikanku

Kau adalah obat yang paling jitu

Meredakan semua persoalan

Coretan garis ada dalam tubuhmu

Tergenggam gugusan di danau persahabatan

Di balik hatimu yang lembut

Tersimpan berjuta kenangan manis

Titisan tangan halusmu

Mampu menenangkan mata batinku.

Anda mungkin juga menyukai