Anda di halaman 1dari 4

Puisi Kehidupan Sosial

1. Tirai Kehidupan

Harkat martabat terpilah-pilah


Harta dan pangkat ukuran derajat
Kaya dan miskin jadi penghalang
Kemiskinan merupakan tembok penghadang

Yang kaya makin kaya


Yang miskin makin miskin
Tak akan seiring-sejalan
Tak pernah bisa se-iya sekata

Tak ada guna tak ada nilainya


Kemiskinan dipandang sebelah mata
Ucapan kata menerima
Penolakan hati penuh hina

Tuan siapa ?
Hamba siapa ?
Kasta Berbicara
Kebahagiaan dinilai hanya dengan harta

Hamba sadar tempat hamba dimana


Tuan boleh bangga karena tuan banyak harta
Tuan boleh bangga karena didalam tahta
Semua itu tidak artinya ketika ajal menerpa

2. Pedati Tua

Terseok-seok langkah wajah keriputnya


Tertunduk lemas menahan beban
Tumpukkan kilo terpanggul
Hujan keringat basahi badan

Tua raga jiwa muda


Semangat kekar mencari nafkah
Pegal tulang tiada rasa
Lapar dahaga terbiasa

Secangkir kopi jadi penghangat


Sebatang rokok kepulkan asap
Rintik hujan tak jadi penghalang
Kepalkan tangan mengangkat barang

Kesana-kemari mengais rezeki


Kuatkan badan tawarkan jasa
Membawa segenggam koin pelipur lara
3. Wong Cilik

Nafas kami terengah


Jerit kami tertahan
Jiwa kami meronta
Batin kami menangis

Para pedasi disegani


Pejalan kaki dicaci
Kekayaan bebas membungkam
Kebenaran hilang diabaikan

Para terhormat urus surat dipercepat


Kalangan melarat diperlambat
Bukan pelayanan masyarakat
Tapi pengabdian buat pejabat

Ratusan amplop terkantongi


Puluhan keluhan menumpuk
Nasib wong cilik tak peduli
Ribuan tenda digusuri

Lagi-lagi wong cilik harus tercekik


Tangan penguasa kian menggila
Peraturan daerah kian merambah
Wong cilik jadi sasaran panah

Kami berdiri di bumi pertiwi


Bukan untuk dihina dan di injak
Kami pertahankan negeri ini
Dari serakah penjajah hati rakyat

Kemana kami harus salurkan aspirasi ?


Dimana kami dapatkan keadilan sejati ?
Bukan janji-janji yang kami nanti
Tapi keadilan yang kami cari

Wahai penguasa negeri


Dengarkanlah jeritan kami...!

4. Tenun Hati

Merajut kasih warnai jiwa


Menyatu didalam hati
Terlukis dalam sanubari

Benang-benang asmara
Kuatkan pintalan cinta
Nyanyian janji hiasi hati

Saling memberi
Saling memiliki
Takkan pernah saling khianati
Itulah tenun hati nan suci
5. Jalan Gelap

Perjalanan hidup ini


Terasa begitu memilukan hati
Tersayat-sayat, tersendat-sendat

Kerikil kehidupan menghadang


Hujan derita tak pernah reda
Tak pernah minta lahir berlumur derita

Tak pernah hendaki hidup seperti ini


Kehendak Sang Pencipta
Harus tetap dijalani

Walau puing-puing derita


Selalu menutupi mata
Gelap nan hampa
Tak pernah tau arah tujuan

Arus derita selalu terbawa


Berlabuh ke dermaga nestapa
Pelabuhan hati terasa sunyi
Mengharap seberkas kasih cahaya Illahi

Puisi tentang Kehidupan Menyayat Hati

6. Telanjang Iman

Modernisasi peracun hati


Pakaian mahal menghumbar janji
Hiasi cemara-cemara gaya hidup mapan
Dengan burung-burung mode kehidupan

Tanah kubur menanti tangis


Kaum hawa tanggalkan pakaian iman
Bukan penutup yang dikenakan
Tapi tren mode ia banggakan

Senyum mulus di pamerkan


Kesana-kemari memasang aksi
Belahan dada tak asing lagi di hati
Operasi plastik pun dinanti-nanti

Rambut merah hiasi bibir gincu sepanjang hari


Tebar senyuman tawarkan obsesi diri
Penyesalan tak terasa di hati, dan kubur pun siap menanti
7. Tanah Waris Menangis

Kupersembahkan padamu
Sesuatu yang tak berharga bagimu
Kutinggalkan sesuatu
Secuil harta keringatku

Bongkahan tanah merah terkelupas


Melepas kepergianku dengan ikhlas
Kuburku menantiku
Dalam balutan doa dan bacaan ayat-ayat suci

Kutinggalkan pesan
Walau tak berkesan
Taburan bunga kini telah tiada
Kiriman doa kini telah lupa

Sejengkal tanah kini diperjual belikan


Bukannya mengenang hari kematian
Hanya sibuk pikirkan harta warisan

8. Negeriku

Dulu kau begitu damai


Aman tentram tak ada demonstran
Negeri yang penuh dengan kekayaan
Negeri gemah ripah loh jinawi

Bersatu teguh
Propinsi utuh
Kini semangat negeri telah runtuh
Luluh lantah diterjang badai politik

Gempa negeri kian kisruh


Bendera partai bikin rusuh
Suara pisah terdengar dimana-mana
Rakyat dengan aparat saling angkat senjata

Negeriku kini tersimpuh malu


Negeriku kini telah gersang
Ribuan nyawa terbang melayang

Oh Tuhan...
Apa salah negeriku ini
Kami rindu kedamaian

Bangkitlah tanah airku


Bangkitlah negeriku
Bangkitlah Indonesiaku

Anda mungkin juga menyukai