Anda di halaman 1dari 12

12 mei,1998

Mengenang elang mulya,hery hertanto,


Hendriawan lesmana dan hafidsbin royan
Empat syuhada berangkat pada suatu malam,gerimis air mata
Tertahan dihari keesokan,telinga kami lekapkan ke tanah kuburan
Dan simaklah itu sedu sedan,
Mereka anak muda pengembara tiada sendiri, mengukir reformasi
Karena jemu deformasi, dengarkan saban hari langkah sahabatsahabatmu beribu menderu-deru
kartu mahasiswa telah disimpan dan tas kuliah turun dari bahu.
Mestinya kalian jadi insinyur dan ekonom abad dua puluh satu,
Tapi malaikat telah mencatat indeks prestasi kalian tertinggi di
Trisakti bahkan di sekuruh negeri,karena kalian berani
Mengukir alfabet pertama dari gelombang ini dengan
Darah arteri sendiri.
Merah putih yang setengah tiang ini, merunduk di bawah garang
Matahari,tak mampu mengibarkan diri karena angina lama
Bersembunyi,
Tapi peluru logam telah kami patahkan dalam doa bersama,dan
Kalian pahlawan bersih dari dendam,karena jalan masih
Jauh dan kita perlukan peta dari tuhan.

Halaman 2

UUD 45

Di negeri tempat pada yang serba sakti


Ada saja orang masih percaya
UUD 45 sudah lama dilantik jadi semacam Dewa
Mata rabun menyangka dia memancarkan kesaktian
Dari dia mantera pembangunan di gumamkan
Dalam paduan suara yang penuh keteraturan
Haram ada penjamahan,apalagi pelengkapan
Amanat dari penyusunannya di lupakan
Dia harus disempurnakan
Tapi dia jadi kitab steril yang dibebas-hamakan
Dia bahkan dinaikkan eselon jadi Tuhan
Kepadanya secara periodic sesajen dihidangkan
Anak anak kecil sampai anak-anak berkumis dipertakut-takuti
Pikiran mereka dibekukan dan dibebalkan
Ketika 25 pelanggaran dilakukan terang-terangan *)
Laras pestol ke tengkuk oposisi ditodongkan.
1998

*) (Deliar Noer,1995)

Taufik ismail, malu aku jadi orang Indonesia yayasan ananda 1998 jakarta Halaman
45

Doa Kemarau Politik yang Teramat


Panjang
Kata kaum terpelajar
Supaya Negara kuat
Rakyat harus lemah
Aku masuk hutan,aku dikerumuni oleh pepohonan,suara burung,tanah
becek,dan dedaunan.
Ramai-ramai mereka berkata padaku:wahai pengembara,tatapan
matamu aneh,dan kakimu melangkah dengan mantap seolah-olah kami
adalah milikmu.
Terkejut aku oleh pertanyaan itu: kalian adalah tanah airku!,ucapku,
kalian adalah negeriku. Nama-nama kalian tercantum dalam surat-surat
kepemilikan administrasi negaraku. Kalian adalah milik bapak-bapakku
disana!
Menjadi ributlah mereka oleh ucapanku,mereka memekik-mekik
membisingkan telingaku: kami tidak paham apa yang kau ucapkan. Kami
tidak mengerti tanah air,negeri,Negara dan kepemilikan. Kami hanya
mengenal tuhan, yang menciptakan kami,,yang memiliki kami, yang berhak
atas kami,yang mengasuh,memelihara dan menyantuni kami
Aku lari terbirit-birit. Tak tahan telingaku oleh kata-kata mereka,
karena pada saat yang bersamaan aku ndengar suara dan kata-kata mereka,
karena pada saat yang bersamaan aku dengar suara dan kata-kata yang
sama jauh dari kedalaman hati nuraniku sendiri
Aku berlari ke padang-padang kosong, namun kudengar juga pekikan
pekikan yang sama.
Aku pergi kepantai,ketepian samudera,keangkasa dan kekosongan,
namun kudengar juga pekikan-pekikan yang sams.
Akhirnya aku berteriak-teriak, kulemparkan suara serakku kelangit
luas yang membentang dalam jiwaku sendiri:Aku mengerti itu semua!
Bahkan akulah yang paling menerti itu semua! Kalian telah dimiliki oleh
mereka yang tak berhak memiliki. Tetapi tahukah kalian, bahwa aku
sendiripun,bahwa kalian semua, manusia-manusia berdarah daging berakal
dan berperasaan juga dimiliki mereka!

Negara adalah rumah yang kami bangun bersama-sama,kemudian


kami menjadi budak didalamnya
Kami mempersiapkan kursi untuk bapak dan ibu kamu,kami memasak
makanan untuk mereka,kami membersihkan sepatu mereka,kami menjadi
alas kaki buang air besar mereka
Kami adalah lantai yang setiap saat diinjak-injak oleh sepatu dan
sandal mereka. Kami adalah debu yang setiap pagi disapu oleh pelayanpelayan mereka. Kami adalah perabot-perabot mati yang sewaktu-waktu
diganti apabila bapak dan ibu sudah menghendaki.
Negara adalah rumah kami, namun bapak-ibulah yang memilikinya
Rakyat adalah kompor untuk memasak makanan untuk mereka,masyarakat
adalah air untuk mandi mereka, massa adalah tegel-tegel lantai yang
diperlakukan sebagai nomer-nomer dan jumlah.
Nasib kami tak terkirakan,hujan atas kami senantiasa
membanjirkan,kemarau kami terlampau panjang.
Bagi segala kehendak dan kepentingan Negara, telah tersedia
pelayan,peralatan,fasilitas,,uang dan senapan.
Tapi bagi kehendak kami para rakyat? Bagi kepentingan kami
masyarakat? Bagi kemauan kami massa? Apa yang tersedia? Kalau kami
kelaparan,kepada siapa akan melapor? Kalau kami kesakitan? Siapa yang
akan menampung? Kalau kamiterinjak,siapa yang akan mendengar rintihan
kami? Kalau kami terusir, siapa yang ikut pergi menemani?
Kami dipaksa untuk makan ketela,dan itu tidak cukup,karena mulut
kami harus mengatakan bahwa yang kami makan adalah roti.
Badan kami panas-panasan dan kesakitan, dan itu tidak cukup,
sebeb kepada Koran-koran kami harus mengaku bahwa tubuh kami sehat wal
afiat.
Hati kami gundah, perasaan kami menderita, pikiran kami bingung,
langkah-langkah kami terbuntu, dan itu tidak cukup, sebab kepada dunia
luas kami harus mengatakan bahwa kami telah menikmati
kemakmuran,keadilan,dan kemerataan pembangunan.
Kami tidak punya tempat dirumah kami sendiri, kami tidak ikut
menikmati makanan yang kami masak sendiri, kami tidak menghirup air dari
sumur yang kami gali sendiri.
Negara kami hanya bersemayam di dalam mimpi dan dambaan
Perasaan kami, masa depan kami tersembunyi di dalam kehangatan darah
dan tetesan keringat kami sendiri.
Kata kaum terpelajar
Supaya Negara kuat

Rakyat harus lemah


Dan kami tidak ingin mengatakan
Bahwa agar rakyat kuat
Negara harus lemah
Sebab kami tidak mencita-citakan
Kerakusan yang sama
Kami hanya memimpikan
Tawar menawar yang seimbang
Untuk pemerataan dan kesepadanan (Emha ainun nadjib,1993:218)

Nasionalisme burung-burung
Nasionalisme bukanlah tali ikatan antara satu jenis burung-burung
yang membedakan diri dari jenis-jenis burung yang lain.
Nasionalisme adalah persentuhan getaran hati nurani seluruh burungburung,seluruh biurung-burung.
Nasionalisme bukanlah pada wilayah hutan belantara mana burungburung boleh hinggap dan beterbangan.
Nasionalisme adalah kesepakatan antara semua jenis burung tentang
bagaimana memelihara, hutan yang indah dan sehat bagi kehidupan setiap
burung, setiap burung
Nasionalisme bukanlah burung yang dibikinkan sangkar oleh tuannya,
yang dinaikkan oleh ke puncak tiang di pagi hari kemudian diturunkan dan di
masukkan kandang di senja hari.
Nasionalisme adalah burung tanpa sangkar,adalah burung diangkasa
bebas, yang dari kebebasan itu hati dan kesadarannya belajar memahami
dan merancang sangkarnya sendiri
Nasionalisme bukanlah burung sangkar bamboo yang tunduk
menghormat burung sangkar emas, atau burung-burung sangkar emas
meludahi burung-burung sangkar bambu.
Nasionalisme adalah burng sangkar langit,burung sangkar alam
semesta, burung sangkar jagat raya yang tak dibatasi oleh garis kepentingan
kelas-kelas burung,oleh egoism, dan monopoli sejenis burung atas sejenis
burung yang lain.

Nasionalisme bukanlah burung-burung tawanan yang dijatah makan


minumnya pagi dan sore, serta ditentukan apa yang boleh dimakannya dan
apa yang tak boleh diminumnya
Nasionalisme adalah pemberian pengakuan dan peluang bahwa burungburung mengerti apa yang berhak dimakannya dan apa yang terlarang untuk
diminumnya.; berbeda dengan jenis hewan lain misalnya yang bernama
manusia.
Nasionalisme tidak punya tuan, nasionalisme hanya punya tuhan,
nasionalisme burung-burung tidak bersedia di dipunyai oleh tuan,
nasionalisme burung hanya bersedia dipunyai oleh tuhan.
Sebab jika tuan memilikinya, ia tak boleh memiliki tuannya. Tetapi jika
tuhan memilikinya, itu brarti ia akan juga memiliki tuhannya.
Sebab tuhan memiliki hak untuk menjadi dictator ,untuk menindas dan
memperbudak, namun ia tak melakukannya; sedangkan para tuan tak
memiliki kewenangan untuk menjadi dictator ,untuk menindas dan
memperbudak namun mereka rajin melakukannya
Nasionalisme burung-burung tidak mempersoalkan disarang
pepohonan apa telornya menetas, oleh karena itu, segenap burung dimuka
bumi mencicit-cicit apabila ada jenis binatang tertentu menebang pohonpohon sehingga mereka kehilangan tempat untuk membuat sarang
Nasionalisme burung-burungtidak mempersoalkan apa warna telor
mereka berbentuk bulat atau lonjong, oleh karena itu segenap burungburung di muka bumi mendongakkan paruh-paruh mereka apabila ada jenis
binatang tertentu yang menyeragamkan bentuk telor mereka
Nasionalisme burung-burung tidak mempersoalkan apa warna bulu
atau berapa besar ukiuran tubuh mereka, oleh karena itu segenap burungburung di muka bumi mengepakkan sayap-sayap mereka apabila ada jenis
binatang tertentu yang memangkas bulun bulu mereka dan membonsai
tubuh-tubuh mereka.
Nasionalisme burung-burung adalah negeri cinta kasih yang dibatasi
oleh cakrawala dan biru langit sungai gunung-gunung hutan, samudera dan
pulau-pulau
Hanyalah torehan garis dan warna warni dalam kanvas lagu pujaan mereka
kepada tuhan

Nasionalisme burung-burung adalah kesepakatan untuk menjaga


kemerdekaan bagi seluruh anak alam; Negara burung-burung adalah
pembagian tempat untuk saling memerdekakan satu sama lain
Jika burung-burung rajawali, burung-burung hanyu, serta butrungburung raksasa lainnya bergerombol untuk mematuki burng-burung kecil dan
merampas jatah-jatah makan minum dan kemerdekaan mereka; maka jagad
cinta kasih terbelah menjadi dua negeri yang satu negeri para penindas,
lainnya negeri para tertindas nasionalisme burung-burung terluka dan
meneteskan darah karena seluruh burung-burung kecil dimana saja di
permukaan bumi, terjaring menjadi satu Negara yang tergetar hati
nuraninya.

Untuk 28 oktober 1989

(Emha ainun nadjib,1993:220)

Upacara
1
Di depan tubuhmu telanjang
Tuhan menggoda paling dalam
Siapakah yang menggerakkan angina
Diluarn itu: hingga tiupannya lain?
Hingga di segenap dinding
Menyorot mata-mata asing!
2
Demikianlah ku kira, ia
Mengikut kemana jua
Pilih mana diluar

Kuyup dalam cahaya


Aku bertekad dalam gelap ruang
Dan dari sekilat cahaya:menangkap baying ujudnya?

(emha ainun nadjib,1993:27)

TANAH AIR
Aku merindukanmu di ketinggian malam
Mencari wajahmu di dalam luka
Senantiasa aku sampaikan kabar kelam
Agar duka ini terbagi
Di pintumu yang terbuka
Aku mencintaimu dari kejauhan
Mengingat hela nafasmu lembut
Adakah kau kenang aku
Dari panjang jarak cuaca berkabut?

Depok,april 2001
(25 penyair perempuan, surat putih 2,risalah badai:Jakarta 2002)

Halaman 9

Telah kubaca sejarah


(1)
Telah kubaca sejarah
Dalam buku-buku berdarah
Ribuan kata menjelma pahlawan
Disbanding pemerkosa
Penjagal dan pembohong
Penjilat bertingkat-tingkat
Seperti tangga istana
Tetapi ini halaman paling sunyi
Sebuah nama menjelma:teroris!
Bersanding dengan mujahid
Dermawan
Biliuner
Melengkapi halaman sejarah
Dari kemiskinan pahlawan sejati
Untuk mati demi tanah suci
(2)

Gua Tsaur bergetar di bukit Afghan


Seorang pemuda menahan nafss
Dari gempuran senjata penebas
Karena jjhad menjadi kemuliaan
Di puncak gunung penghinaan
Dia yang hijrah dan terusir dari tanah
Menyebut Allah sang adidaya
Dan bukan amerika
Diburu jutaan peluru
Dikepung ribuan maut
Menengok pucat wajah sahabatnya
Dan berbisik:
laa tahzan mullah omar, inna allaha
Maka sang laba-laba utusan-pun
Menutup gua
Dengan jarring-jaring terbarunya
Mengecoh semua radar
Dan sinyal sinyal
Para pemburu usamah

(25 penyair perempuan, surat putih 2,risalah badai:Jakarta 2002)

(Abidah el-khalieqy,2002:1)

ACEH MERDEKAKAH
Siapa yang menangis ibu
Airmatanya mengairi sungai
Darah bangsaku
Siapakah yang menahan duka itu ibu
Sesaknya membanjiri jalan
Ibukotaku
Siapakah yang berdoa ibu

(hamama rijal syam,2002:28)

(25 penyair perempuan, surat putih 2,risalah badai:Jakarta 2002)

Anda mungkin juga menyukai