Halaman 2
UUD 45
*) (Deliar Noer,1995)
Taufik ismail, malu aku jadi orang Indonesia yayasan ananda 1998 jakarta Halaman
45
Nasionalisme burung-burung
Nasionalisme bukanlah tali ikatan antara satu jenis burung-burung
yang membedakan diri dari jenis-jenis burung yang lain.
Nasionalisme adalah persentuhan getaran hati nurani seluruh burungburung,seluruh biurung-burung.
Nasionalisme bukanlah pada wilayah hutan belantara mana burungburung boleh hinggap dan beterbangan.
Nasionalisme adalah kesepakatan antara semua jenis burung tentang
bagaimana memelihara, hutan yang indah dan sehat bagi kehidupan setiap
burung, setiap burung
Nasionalisme bukanlah burung yang dibikinkan sangkar oleh tuannya,
yang dinaikkan oleh ke puncak tiang di pagi hari kemudian diturunkan dan di
masukkan kandang di senja hari.
Nasionalisme adalah burung tanpa sangkar,adalah burung diangkasa
bebas, yang dari kebebasan itu hati dan kesadarannya belajar memahami
dan merancang sangkarnya sendiri
Nasionalisme bukanlah burung sangkar bamboo yang tunduk
menghormat burung sangkar emas, atau burung-burung sangkar emas
meludahi burung-burung sangkar bambu.
Nasionalisme adalah burng sangkar langit,burung sangkar alam
semesta, burung sangkar jagat raya yang tak dibatasi oleh garis kepentingan
kelas-kelas burung,oleh egoism, dan monopoli sejenis burung atas sejenis
burung yang lain.
Upacara
1
Di depan tubuhmu telanjang
Tuhan menggoda paling dalam
Siapakah yang menggerakkan angina
Diluarn itu: hingga tiupannya lain?
Hingga di segenap dinding
Menyorot mata-mata asing!
2
Demikianlah ku kira, ia
Mengikut kemana jua
Pilih mana diluar
TANAH AIR
Aku merindukanmu di ketinggian malam
Mencari wajahmu di dalam luka
Senantiasa aku sampaikan kabar kelam
Agar duka ini terbagi
Di pintumu yang terbuka
Aku mencintaimu dari kejauhan
Mengingat hela nafasmu lembut
Adakah kau kenang aku
Dari panjang jarak cuaca berkabut?
Depok,april 2001
(25 penyair perempuan, surat putih 2,risalah badai:Jakarta 2002)
Halaman 9
(Abidah el-khalieqy,2002:1)
ACEH MERDEKAKAH
Siapa yang menangis ibu
Airmatanya mengairi sungai
Darah bangsaku
Siapakah yang menahan duka itu ibu
Sesaknya membanjiri jalan
Ibukotaku
Siapakah yang berdoa ibu