Disusun oleh :
Degina Anglesti - 19.96.1388
Ilmu komunikasi
Fakultas Ekonomi dan Sosial
Universitas Amikom Yogyakarta
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelecehan seksual merupakan tindakan seksual yang tidak diinginkan dan bisa
menyebabkan ketidaknyamanan serta berbahaya secara fisik maupun mental (Annisa,
2022). Korban pelecehan seksual akan merasa terancam, malu bahkan depresi. Pelecehan
seksual bisa terjadi pada siapa saja tidak memandang gender perempuan maupun laki-
laki. Pelecehan seksual juga termasuk permasalahan sosial yang sangat mengancam
kenyamanan hidup masyarakat. Salah satu kasus pelecehan seksual yang menjadi
perhatian publik baru-baru ini yaitu kasus pemerkosaan belasan santri perempuan di
Bandung. Kasus ini dilaporkan pada bulan Mei 2021. Korban dari kasus ini terjadi pada
13 santri perempuan yang berusia 13-16 tahun. Tersangka sendiri atau HW merupakan
pemilik dan pengurus pondok pesantren tersebut dan sudah melakukan perbuatan keji
tersebut dari tahun 2016 sampai 2021. HW sendiri diancam hukuman maksimal 15 tahun
penjara. Akibat dari kejadian ini, delapan santri harus melahirkan anaknya. Kejadian ini
tidak hanya menjadi berdampak bagi korban dan keluarga namun juga menyoroti dunia
pendidikan yang sangat miris (Siswanto, 2021). Hal serupa juga terjadi di Tangerang,
berdasarkan berita yang dirilis Kompas.com pada tangga 21 September 2021. Kasus ini
menimpa gadis yang berusia 13 tahun yang diperkosa sebanyak 10 kali oleh ayah tirinya
sejak tahun 2020. Akibat dari kejadian ini, korban mengalami trauma sehingga harus
dilakukan pendampingan psikologi (Naufal, 2021). Pelecehan seksual banyak sekali
terjadi kehidupan nyata yang membuat perempuan sering dianggap lemah di masyarakat.
Kasus tersebut menunjukkan rendahnya rasa menghargai rasa saling menghormati antar
gender.
Film adalah media komunikasi audio visual yang digunakan untuk menyampaikan
gagasan atau pesan melalui cerita yang dikemas secara menarik. Dibanding media
lainnya, film memiliki keunggulan tersendiri karena memiliki audio yang bisa didengar
dan visual yang bisa dilihat oleh penonton sehingga pesan yang disampaikan akan
diterima secara maksimal. Selain itu, alur cerita yang ditawarkan film sangat beragam.
Dalam film biasanya terdapat simbol dan makna yang merupakan representasi isi pesan
dari suatu film. Oleh karena itu, film biasanya dekat dan berkaitan dengan kehidupan
masyarakat, salah satu nya isu besar yang sering terjadi sehari-hari yaitu pelecehan
seksual pada perempuan.
Film Dear Nathan : Thankyou Salma merupakan salah satu film yang mengangkat
tentang pelecehan seksual terhadap perempuan. Dilansir dari databoks, film bergenre
drama yang rilis pada awal tahun 2022 ini telah sukses menjaring 100.000 penonton
dalam waktu dua hari dan menjadi film terlaris hingga Februari dengan 747.811 penonton
( Dihni, 2022). Film berdurasi 112 menit ini menggambarkan pelecehan seksual terhadap
perempuan dalam berbagai bentuk yang digambarkan melalui adegan-adegan dalam film.
Film ini juga memuat dampak yang terjadi pada perempuan yang mengalami pelecehan
seksual seperti ketakutan, terkucilkan serta frustasi. Selain itu, di akhir film juga
memperlihatkan keberanian dalam menegakkan keadilan pada korban pelecehan seksual
yang sering dipandang sebelah mata.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.2 Film
A. Definisi film
Film adalah jenis media elektronik yang paling kuno. Baru-baru ini, film
tersebut berhasil membawa ke layar lebar gambar-gambar fantastis yang tampak jauh
dari kenyataan. Film yang dijadikan sebagai salah satu jenis komunikasi massa yang
masih populer hingga saat ini. Dampak film terhadap kemanusiaan selama 70 tahun
terakhir sangat besar. (Liliweri 1991:153)
Film memiliki potensi untuk memiliki dampak positif atau buruk pada setiap
penonton. Film memiliki kemampuan untuk mempengaruhi bahkan mengubah dan
membentuk karakter penonton melalui pesan-pesan yang dikandungnya.
Fungsi terutama untuk hiburan. Namun, dalam film substansi kapasitasnya
bersifat instruktif, sekaligus edukatif dan, yang mengejutkan, memikat. film publik
dapat dimanfaatkan sebagai mekanisme pembelajaran bagi peningkatan usia yang
lebih muda dalam struktur pembangunan dan karakter negara. Kapasitas instruktif
dapat dicapai dengan asumsi bahwa film secara luas menghasilkan film atau narasi
otentik secara objektif pada sebuah film yang selaras pada pandangan masyarakat.
B. Jenis-jenis Film
Menurut Effendy (2003) film dapat dibedakan berdasarkan jenisnya, ada film
cerita, berita, dokumenter, serta kartun.
1) Film Cerita
Pada jenis film yang memuat sebuah kisah sehingga dapat ditampilkan pada
sebuah pergelaran atau beberapa bioskop dengan diperankan oleh berbagai aktor
terkenal. Jenis fim ini sering dikreasikan sehingga akan memiliki sebuah unsur
yang menarik penontonnya.
2) Film Berita
Jenis film ini sering juga disebut dengan newsreel, jenis film ini merupakan
film yang mengangkat dan membahas sebuah fakta ataupun peristiwa yang
memang benar adanya. Sesuai dengan namanya maka film ini saat disuguhkan
kepada masyarakat akan mengandung unsur atau nilai berita.
3) Film Dokumenter
Jenis film ini memfokuskan kepada karya yang diciptakan sesuai dengan
kenyataan yang telah terjadi pada masa lalu dan diangkat menjadi sebuah karya
film. Tetapi film dokumenter berbeda dengan film berita.
4) Film Kartun
jenis film ini dibuat dengan animasi sehingga lebih digemari oleh anak
kecil. Contoh dari film kartun yaitu film snow white, mickey mouse, tom and jerry,
dan masih banyak jenis film kartun yang terkenal di dunia perfilman.
3) Konsentrasi penuh
Dalam pengalaman menonton di bioskop film memiliki tujuan utama. Nyaman
dan berkonsentrasi untuk bisa memperhatikan dan menghayati sebuah film.
4) Identifikasi Psikologis
Suasana yang disajikan pada bioskop bisa menyebabkan hati dan pikiran kita
ikut terbawa dengan cerita film yang ditampilkan.
D. Unsur-unsur Film
1) Produser
Unsur yang paling penting dan utama pada sebuah tim produksi film adalah
produser. Karena produser adalah pihak yang memiliki tanggung jawab seutuhnya
kepada hal-hal yang dibutuhkan pada saat produksi film.
2) Sutradara
Pada saat produksi film sutradara bertanggung jawab untuk memberi arahan
akan semua alur jalan cerita film yang akan diproduksi serta saat pemindahan cerita
dari naskah skenario yang kemudian dituangkan kepada proses produksi.
3) Penulis Skenario
Skenario dibutuhkan untuk menggambarkan visualisasi pada cerita yang
ditulis kemudian naskah tersebut menjadi acuan pada proses produksi film.
4) Penata Kamera (Kameramen)
Kameramen memiliki tanggung jawab pada saat proses pengambilan gambar
saat proses produksi film.
5) Penata Artistik
Penata artistik bertanggung jawab untuk menyuguhkan dan menciptakan kesan
artistik dalam film yang sedang diproduksi.
6) Penata Musik
Penata musik memiliki tanggung jawab pada pengisian musik yang akan
dimasukan pada film nantinya.
7) Editor
Editor memiliki tanggung jawab pada pengeditan gambar yang telah diambil
oleh kameramen..
8) Pengisi dan Penata Suara
Pengisi suara bertanggung jawab untuk mengisi suara para pemeran yang ada
di film.
9) Bintang Film (Pemeran)
Bintang film merupakan orang-orang yang membintangi para tokoh-tokoh
pada film tersebut.
Pelecehan Seksual
Teori Representasi
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, F. (2022). Pelecehan Seksual: Definisi, Ciri-ciri, hingga Cara Mencegah.
https://www.idntimes.com/life/inspiration/fajrina-annisa-putri/definisi-pelecehan-
seksual-c1c2
Dihni, V. A. (2022). Film Dear Nathan: Thank You Salma Tembus 700 Ribu Penonton,
Terlaris di Indonesia | Databoks.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/02/08/film-dear-nathan-thank-you-
salma-tembus-700-ribu-penonton-terlaris-di-indonesia
Naufal, M. (2021). Gadis 13 Tahun Jadi Korban Kekerasan Seksual di Kota Tangerang,
Kasus Dilaporkan Sejak 2020.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/09/21/18434821/gadis-13-tahun-jadi-
korban-kekerasan-seksual-di-kota-tangerang-kasus
Siswanto. (2021). Seperti Apa Kasus Dugaan Perkosaan Belasan Santri Perempuan di
Bandung? https://www.suara.com/news/2021/12/13/115003/seperti-apa-kasus-dugaan-
perkosaan-belasan-santri-perempuan-di-bandung
Lusianukita, L. (2020). Representasi Kekerasan terhadap Perempuan pada Film 27 Steps of
May. Interaksi Online, 8(4), 31-43.
Rochmah, S. (2021). Representasi kekerasan dalam Film Midsommar: analisis semiotika
Roland Barthes (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).
Rawung, L. I. (2013). Analisis Semiotika Pada Film Laskar Pelangi. ACTA DIURNA
KOMUNIKASI, 2(1).
Fadilah, U. N. (2021). Representasi body shaming pada Film Imperfect: Karir, Cinta &
Timbangan (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).
Situmeang, I. O. (2017). Representasi Wanita Pada Iklan Televisi Wardah Cosmetic (Analisis
Semiotik Roland Barthes Wardah Inspiring Beauty Versi True). SEMIOTIKA: Jurnal
Komunikasi, 9(1). https://doi.org/10.30813/s:jk.v9i1.11
Surahman, S., Corneta, I., & Senaharjanta, I. L. (2020). Female Violence Pada Film Marlina
Si Pembunuh Dalam Empat Babak (Analisis Semiotika Roland Barthes). SEMIOTIKA:
Jurnal Komunikasi, 14(1). https://doi.org/10.30813/s:jk.v14i1.2198
Sumakud, V. P. J., & Septyana, V. (2020). Analisis perjuangan perempuan dalam menolak
budaya patriarki (Analisis Wacana Kritis–Sara Mills Pada Film “Marlina Si Pembunuh
Dalam Empat Babak”). SEMIOTIKA: Jurnal Komunikasi, 14(1).
https://doi.org/10.30813/s:jk.v14i1.2199
Valerina, W. (2013). Representasi Kekerasan Seksual Pada Perempuan. Jurnal
Komunitas, 2(1)
Furkan, E. B. F., & Putra, D. K. S. (2017). You Look Disguisting: Kritik Atas Citra
Kecantikan Telaah Semiotika John Fiske terhadap Representasi Feminisme
Modern. SEMIOTIKA: Jurnal Komunikasi, 9(2). https://doi.org/10.30813/s:jk.v9i2.19
Moelong, L. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja Rosdakarya.
Moleong, L. (2011). Metodoogi Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja Rosdakarya.
Moleong, L. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja Rosdakarya.
Herdiansyah, H. (2010). Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu0Ilmu Sosial. Jakarta:
Salemba Humanika
Pujileksono, S. (2015). Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. Kelompok Intrans
Publishing.