Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nurjuwita Qomariah

Nim : 117110021
Jurusan/Semester : Pendidikan Bahasa Indonesia/VI
Mata Kuliah : Sastra Bandingan

KARAWANG-BEKASI
Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi


Tidak bisa teriak “merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
Terbayang kami maju dan berdegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening dimalam sepi


Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliput debu.
Kenang, kenanglah kami

Kami sudah coba apa yang kami bisa


Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan


Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan dan harapan


Atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening dimalam sepi


Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami


Teruskan, teruskanlah jiwa kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus digaris batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami


Yang tinggal tulang-tulang diliput debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

The Young Dead Soldier


Archibald MacLeish

The young dead soldiers do not speak


Nevertheless they are heard in the still houses:
(who has not heard them?)

They have a silence that speaks for them at night


And when the clock counts.

They say,
We were young. We have died. Remember us.

They say,
We have done what we could
but until it is finished it is not done.

They say,
We have given our lives
but until it is finished no one can know what our lives gave.

They say, Our deaths are not ours,


they are yours,
they will mean what you make them.

They say,
Whether our lives and our deaths were for peace and a new hope

or for nothing
we cannot say. it is you who must say this.

They say,
We leave you our deaths,
give them their meaning,
give them an end to the war and a true peace,
give them a victory that ends the war and a peace afterwards,
give them their meaning.
We were young, they say,
We have died.
Remember us.

Prajurit yang Mati Muda


Archibald MacLeish

Prajurit-prajurit muda yang telah mati tak dapat bicara


tetapi mereka didengar di rumah- rumah sunyi
( siapa tidak mendengar mereka? )

Mereka dalam diam berbicara padamu di malam hari


Dan ketika jam dinding berdetak

Mereka berkata,
Kami (masih) muda, kami (telah) mati. Ingatlah kami.

Mereka berkata,
Kami telah bekerja apa yang kami dapat
Tetapi sampai selesai (kerja) belum apa-apa

Mereka berkata,
Kami telah memberikan jiwa kami.
Tetapi sampai selesai tak seorang pun tahu pengorbanan kami

Mereka berkata,
Kematian kami bukan milik kami
(kematian) Itu milikmu.
(kematian) Itu berarti bila engkau (member) arti

Mereka berkata,
Baik kehidupan dan kematian kami untuk perdamaian dan sebuah harapan baru

Atau tidak untuk apapun


Kami tidak dapat berkata, itu kamu yang harus berkata ini

Mereka berkata,
Beri mereka keinginan mereka,
Beri mereka sebuah ahir peperangan, perdamaian yang sesungguhnya
Beri mereka sebuah kemenangan dalam ahir peperangan, perdamaian yang abadi.
Beri merka keinginan mereka.
Kami masih muda, mereka berkata,
Kami telah mati
Ingatlah kami.

Analisis Bandingan puisi “Karawang Bekasi” Chairil Anwar dan “The Young Dead
Soldier“Archibald MacLeish

Hubungan Intertekstual dari kedua puisi ini yaitu memiliki latar belakang yang sama
dengan mengangkat tema tentang kepahlawanan dan perjuangan. Puisi “Kerawang Bekasi”
mengandung arti bahwa pada zaman penjajahan dahulu, terdapat pertempuran di Kerawang
dan Bekasi. Banyak para pejuang bangsa yang gugur di medan pertempuran. Jika dimaknai
keseluruhan puisi penyair (Chairil Anwar) memiliki harapan ialah mengharapkan kita untuk
terus mengenang jasa pahlawan dan melanjutkan perjuangannya. Puisi “The Young Dead
Soldier” memiliki makna yang tidak jauh beda dengan puisi “Kerawang Bekasi”. Pada puisi
itu mengandung makna tentang perjuangan para prajurit muda dalam peperangan membela
perdamaian. Sama halnya dengan puisi “Kerawang bekasi”, pada puisi itu juga
mengungkapkan pada pembaca untuk tetap mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur
dan terus melanjutkan perjuangannya dalam menegakkan perdamaian demi harapan yang
lebih baik.
Persamaan lain selain tema dari kedua puisi ini yang memiliki kesamaan, kedua
pengarang puisi tersebut juga mempunyai latar belakang yang sama yaitu hidup dimasa
peperangan dan kehidupan yang tidak dalam ketentraman. Sedangkan perbedaan yang ada
pada kedua puisi tersebut yaitu terlihat dari segi tujuan/arti atau maksud dari masing-masing
penyair. Puisi “ Kerawang Bekasi” mengandung maksud untuk meraih kemerdekaan dan
harapan. Sedangkan untuk puisi “The Young Dead Soldier” mengandung maksud untuk
menegakkan perdamaian setelah peperangan.
Puisi “The Young Dead Soldier” dikatakan memiliki pengaruh terhadap puisi chaeril
anwar “Karawang-Bekasi”. Karena puisi chairil anwar ini dianggap menjiplak atau mengikuti
puisi Archibald MacLeish. Walaupun sebenarnya hal itu tidaklah benar. Pada puisi
Kerawang-Bekasi bisa dianggap seperti tafsir bangsa Indonesia pada zaman perjuangan fisik
terhadap puisinya Archibald Macleish yang berjudul The Young Dead Soldiers. Dengan
“mengubah dirinya” karya sastra bisa menembus yang namanya ruang dan waktu. Hal itu
sangat sering terjadi sehingga pembaca tidak memiliki kesempatan dan kemampuan untuk
berhubungan langsung dengan karya sastra yang berasal dari zaman atau negeri lain. Jika
demikian halnya maka kita tidak perlu gegabah memandang rendah seorang penyair yang
terpengaruh oleh penyair lainnya. Seperti halnya pengaruh kemiripan puisi antara puisinya
Chairil Anwar yang berjudul Kerawang-Bekasi dengan puisinya Archibald Macleish yang
berjudul The Young Dead Soldiers.

Anda mungkin juga menyukai