Anda di halaman 1dari 2

Colonnes Sans Fin

Tiang tanpa akhir tanpa apa di atasnya


Tiang tanpa topang apa diatasnya
Tiang tanpa akhir tanpa duka lukaku
Tiang tanpa siang tanpa malam tanpa waktu
Tiang tanpa akhir menuju kemana kau dan aku
Yang langit koyak yang surga tumpah karena tinggi tikammu
Luka terhenyak neraka semakin galak dalam bobotmu
Tiang tanpa akhir ah betapa kecilnya kau jauh dibawah kakiku
Sutardji Calzoum Bachri

Parafrase :
Sajak Colonnes Sans Fin oleh Sutardji Calzoum Bachri ini ternyata dari bahasa Perancis yang
jika diartikan dalam bahasa Inggris menjadi coloumns without ends yang dimana dalam arti
bahasa Indonesia tiang tanpa akhir atau tiang tanpa ujung.
Puisi ini termasuk kedalam jenis anafora, yaitu pengulangan bunyi pada bentuk kata yang
sama di awal. Selain itu, tanda baca pada puisi ini ditiadakan sebagaimana penulis ingin
menunjukkan kepadatan puisi, serta tanda baca tersebut tidak dianggap perlu karena akan
mempermudah penafsiran makna puisi. Tema dari salah satu puisi karya Sutardji ini menurut
saya adalah tujuan hidup manusia.
Tiang itu tiada tapi sekaligus ada saat kita membayangkannya, oleh pancingan kata di dalam
puisi. tiang tanpa akhir tanpa apa diatasnya/tiang tanpa topang apa di atasku. Di langit tiada
tiang, seperti di dalam dunia ini, tiada Tuhan. Tapi ada tiang, seperti ada Tuhan, oleh
bahasa di dalam kitab suci yang mengatakan siapa dirinya.
Perjalanan hidup tiada akhir hingga saatnya kita nanti dipanggil oleh yang kuasa, karena
hidup ini sudah diatur oleh-Nya. Perjalanan hidup tanpa tujuan yang pasti tidak akan berhasil
untuk bertahan di derasnya jaman globalisasi seperti ini. Kita sebagai manusia harus memiliki
arah, namun tidak bisa dipungkiri juga apabila hidup merasakan senang dan bahagia
selamanya. Perjalanan hidup pasti memiliki lika-liku, seperti roda yang berputar, ada saatnya
berada pada keadaan yang bahagia, ada saatnya juga merasakan duka atau kesedihan. Siang
dan malam tak melihat waktu kita menjalani hidup. Dari kecil dilahirkan hingga menjadi
dewasa dan akhirnya bertemu dengan jodoh masing-masing, semuanya berjalan sesuai
dengan kehendak kuasa. Tidak berhenti disitu, kehidupan akan terus berlanjut kecuali yang
kuasa sudah menumpahkan amarah kepada langit. Mengguncangkan bumi dan membuat kita

berterbangan seperti anai-anai. Kematian semua makhluk hidup di bumi akan dibangkitkan
lagi di alam lain yaitu alam kebangkitan. Terlihatlah surga dan neraka di depan mata. Apabila
dalam hidup di dunia selalu mencari bekal untuk akhirat, maka amanlah dirinya dan berada di
surga. Sebaliknya dengan orang-orang yang hanya memikirkan urusan duniawi, pastinya
neraka akan melahap tubuhnya. Perjalanan hidup siapa yang tahu, kita hanya terus melangkah
sesuai dengan roda kehidupan, berusaha, dan berdoa agar sang kuasa tidak memberikan yang
terburuk bagi kita.
Menurut saya sajak ini berkisah tentang sebuah jalan yang tak terbatas dan tak terhingga.
Mungkin saja perjalanan manusia ini menuju ke surga atau neraka akan terasa jauh sekali.
Padahal waktu di bumi sangat terbatas. Sehingga kita diberi amanat bahwa ketika berada di
dunia harus memiliki tujuan hidup. Tidak hanya mencari uang untuk kebutuhan hidup, tidak
hanya mencari ilmu, tapi juga harus mencari pahala agar ketika bangkit dari kematian akan
hidup di surga. Karena kenikmatan di surga tak terbatas dan tak terjangkau pikiran manusia.

Nama : Luthfi Primadani K


Nomer : 14
Kelas : XII IPA 6

Anda mungkin juga menyukai