Anda di halaman 1dari 2

WANITA ITU ADALAH IBU

Pengarang : Sori Siregar (12 November 1939)


Penerbit : Balai Pustaka
Tahun : 1982

Meninggalnya Laura membuat Hezan merasa begitu sangat kehilangan seseorang
yang kehilangan seseorang yang dicintainuya.Cinta Hezan yang mendalam terhadap istri
nya menyebabkan ia bertekad untuk tidak mempunyai istri lagi.Dengan hidup tetap
menduda,ia tidak merasa menghkianati cintanya kepada Almarhumah.Begitu pula ia
merasa sanggup membesarkan putri tunggalnya,Prapti,tanpa mengakhiri status duda
nya.Yang penting baginya,ia dapat menumpahkan kasih sayangnya kepada putrinya
seorang.
Sugguhpaun demikian,Hezan juga tak dapat membohongi dirinya sendiri bahwa
sesungguhnya ia begitu kesepian.Bertahun-tahunsejak istrinya meninggal,ia merasakan
kesepian itu.Namun,ia juga tidak ingin Prapti mengetahui apayang selama ini ia pendam
dengan penuh kegelisahan.
Kesepian yang dirasakan Hezan makin terasa mengganggunya setelah
Praptimenikah dengan Tonto.Mitos untuk mempertahankan diri sebagai suami yang
setia,justru masih menggelisahkannya,apabila ia ingat kemunaIikannya sekama ini.Di
depan anaknnya,Hezan berperan sebagai ayah yang taat beragama san setia mencintai
almarhumah.Namun,dibalik itu,Hezan mencari kepuasan lewat perempuan-perempuan
lain.Jadilah duda itu hidup seolah-olah dalam dua dunia;seorang ayah yang ideal dimata
putrinya,dan sebagai lelaki yang butuh kehangatan tubuh perempuan,dihadapan hati
nuraninya sendiri.
Sebelum itu,Prapti sendiri pernah mengusulkan agar ayahnya menikah lagi.Namun
ternyata,Hezan sendirimenanggapinya secara lain;dengan kawin lagi,ia khawatir hal itu
justru merupakan pengkhianatan terhadap cintanya kepada istrinya.almarhumah.aku
sebenarnya tidak tahu,gagasan yang di kemukakan Prapti kepadaku...Yang jelas aku
terkejut dengan saran yang diajukan Prapti.Betapa tidak,setelah lima belas tahu
mendampinginya dan membesarkannya setelah kepergianmu.Prapti menyarankan
kepadaku agar aku mencari penggantimu(hlm. 21).Begitulah,Hezan seolah-olah hendak
mengdukan persoalannya kepada Laura, almarhumah.
Apa yang dirasakan Hezan, dirasakan pula oleh Prapti berkenaan dengan usul agar
ayahnya mencari pengganti ibunya. 'Aku malah telah berbuat lebih jauh. Meminta ayah
untuk mencari pengganti ibu. Sampai dimana sebenarnya cintaku pada ibu? Mungkin
cintaku terlalu besar kepada ayah, yang membuatku melupakan ibu (hlm. 34).
Bagi Hezan, dalam perkembangannya kemudian, persoalannya bukan lagi pada
kekhawatirannya menghianati cinta kepada istrinya, melainkan kemunaIikannya sendiri.
Pada mulanya Hezan beranggapan bahwa tak ada artinya perkawinannya nanti jika hanya
karena hendak menghindari dosa. Karena bagaimanpun juga, perkawinannya itu mesti
dilandasi oleh perasaan cinta. Padahal cintanya sudah tumpah pada Laura. Yang jelas aku
tidak akan bisa menganggap istri baru seperti Laura. Cintaku kepada Laura tidak akan
dapat ku alihkan kepadanya. Lalu, apa artinya perkawinan tanpa cinta? (hlm. 49). Itulah
yang membuat Hezan lebih suka melakukan hubungan gelap tanpa nikah daripada harus
kawin, yang berarti mengalihkan cintanya dari Laura kepada wanita yang dinikahinya.
Belakangan, munculnya Nuning, sosok wanita yang sedikit banyak
mengingatkannya kepada Laura, Mulai mencairkan sikap Hezan dalam hal keengganannya
untuk menikah lagi. Ia mulai merasakan sesuatu yang lain, dan ia merasa cintanya tumbuh
kembali. 'Cinta kita adalah cinta tua.... Aku akan melupakan semua perasaan yang
terpendam ini. Kalau kau memang telah ditakdirkan untuk menjadi milikku, kau tidak akan
pernah bisa dirampas oleh siapa saja (hlm. 121). Nuning pula yang kemudian ia tetapkan
sebagai calon istrinya yang baru. Sementara Prapti sendiri telah menemukan sosok ibunya
pada diri Nuning. Maka, tidak alasan baginya untuk menolak Nuning sebagai ibu tirinya.
Apalagi, perempuan yag sudah mulai berumur itu pun merasakan hal yang sama:
datanglah, datanglah sekali lagi. Aku akan membukakan pintu ini lebar-lebar untukmu
(hlm. 123).
***
Novel ini sebenarnya lebih banyak mengungkapkan konIlik batin seorang ayah
yang merasa kesepian setelah istri tercintanya meninggal dunia. Bertahun-tahun ia
menduda, hanya karena ingin mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada putri
tunggalnya. Namun, dibalik itu semua, sesungguhnya ia telah membangun topeng
kemunaIikan. Diluar, duda itu mencari kehangatan kepada perempuan lain tanpa diketahui
sedikitpun oleh putrinya. Jadi, seputra itulah persoalan yang dikembangkan dalam novel
ini.
Yang menarik dalam novel ini adalah adanya usaha pengarang untu mengangkat
konIlik psikologis yang terjadi pada diri tokohnya. Pertentangan batin pada diri sang ayah
atau anak (Prapti) cukup menarik karena persoalannya memang tidaklah sederhana yang
diduga.
Novel ini meraih hadiah perangsang kreasi Sayembara Mengarang Roman Dewan
Kesenian Jakarta pada tahun 1978.

Anda mungkin juga menyukai