Meninggalnya Laura membuat Hezan merasa begitu sangat kehilangan seseorang yang kehilangan seseorang yang dicintainuya.Cinta Hezan yang mendalam terhadap istri nya menyebabkan ia bertekad untuk tidak mempunyai istri lagi.Dengan hidup tetap menduda,ia tidak merasa menghkianati cintanya kepada Almarhumah.Begitu pula ia merasa sanggup membesarkan putri tunggalnya,Prapti,tanpa mengakhiri status duda nya.Yang penting baginya,ia dapat menumpahkan kasih sayangnya kepada putrinya seorang. Sugguhpaun demikian,Hezan juga tak dapat membohongi dirinya sendiri bahwa sesungguhnya ia begitu kesepian.Bertahun-tahunsejak istrinya meninggal,ia merasakan kesepian itu.Namun,ia juga tidak ingin Prapti mengetahui apayang selama ini ia pendam dengan penuh kegelisahan. Kesepian yang dirasakan Hezan makin terasa mengganggunya setelah Praptimenikah dengan Tonto.Mitos untuk mempertahankan diri sebagai suami yang setia,justru masih menggelisahkannya,apabila ia ingat kemunaIikannya sekama ini.Di depan anaknnya,Hezan berperan sebagai ayah yang taat beragama san setia mencintai almarhumah.Namun,dibalik itu,Hezan mencari kepuasan lewat perempuan-perempuan lain.Jadilah duda itu hidup seolah-olah dalam dua dunia;seorang ayah yang ideal dimata putrinya,dan sebagai lelaki yang butuh kehangatan tubuh perempuan,dihadapan hati nuraninya sendiri. Sebelum itu,Prapti sendiri pernah mengusulkan agar ayahnya menikah lagi.Namun ternyata,Hezan sendirimenanggapinya secara lain;dengan kawin lagi,ia khawatir hal itu justru merupakan pengkhianatan terhadap cintanya kepada istrinya.almarhumah.aku sebenarnya tidak tahu,gagasan yang di kemukakan Prapti kepadaku...Yang jelas aku terkejut dengan saran yang diajukan Prapti.Betapa tidak,setelah lima belas tahu mendampinginya dan membesarkannya setelah kepergianmu.Prapti menyarankan kepadaku agar aku mencari penggantimu(hlm. 21).Begitulah,Hezan seolah-olah hendak mengdukan persoalannya kepada Laura, almarhumah. Apa yang dirasakan Hezan, dirasakan pula oleh Prapti berkenaan dengan usul agar ayahnya mencari pengganti ibunya. 'Aku malah telah berbuat lebih jauh. Meminta ayah untuk mencari pengganti ibu. Sampai dimana sebenarnya cintaku pada ibu? Mungkin cintaku terlalu besar kepada ayah, yang membuatku melupakan ibu (hlm. 34). Bagi Hezan, dalam perkembangannya kemudian, persoalannya bukan lagi pada kekhawatirannya menghianati cinta kepada istrinya, melainkan kemunaIikannya sendiri. Pada mulanya Hezan beranggapan bahwa tak ada artinya perkawinannya nanti jika hanya karena hendak menghindari dosa. Karena bagaimanpun juga, perkawinannya itu mesti dilandasi oleh perasaan cinta. Padahal cintanya sudah tumpah pada Laura. Yang jelas aku tidak akan bisa menganggap istri baru seperti Laura. Cintaku kepada Laura tidak akan dapat ku alihkan kepadanya. Lalu, apa artinya perkawinan tanpa cinta? (hlm. 49). Itulah yang membuat Hezan lebih suka melakukan hubungan gelap tanpa nikah daripada harus kawin, yang berarti mengalihkan cintanya dari Laura kepada wanita yang dinikahinya. Belakangan, munculnya Nuning, sosok wanita yang sedikit banyak mengingatkannya kepada Laura, Mulai mencairkan sikap Hezan dalam hal keengganannya untuk menikah lagi. Ia mulai merasakan sesuatu yang lain, dan ia merasa cintanya tumbuh kembali. 'Cinta kita adalah cinta tua.... Aku akan melupakan semua perasaan yang terpendam ini. Kalau kau memang telah ditakdirkan untuk menjadi milikku, kau tidak akan pernah bisa dirampas oleh siapa saja (hlm. 121). Nuning pula yang kemudian ia tetapkan sebagai calon istrinya yang baru. Sementara Prapti sendiri telah menemukan sosok ibunya pada diri Nuning. Maka, tidak alasan baginya untuk menolak Nuning sebagai ibu tirinya. Apalagi, perempuan yag sudah mulai berumur itu pun merasakan hal yang sama: datanglah, datanglah sekali lagi. Aku akan membukakan pintu ini lebar-lebar untukmu (hlm. 123). *** Novel ini sebenarnya lebih banyak mengungkapkan konIlik batin seorang ayah yang merasa kesepian setelah istri tercintanya meninggal dunia. Bertahun-tahun ia menduda, hanya karena ingin mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada putri tunggalnya. Namun, dibalik itu semua, sesungguhnya ia telah membangun topeng kemunaIikan. Diluar, duda itu mencari kehangatan kepada perempuan lain tanpa diketahui sedikitpun oleh putrinya. Jadi, seputra itulah persoalan yang dikembangkan dalam novel ini. Yang menarik dalam novel ini adalah adanya usaha pengarang untu mengangkat konIlik psikologis yang terjadi pada diri tokohnya. Pertentangan batin pada diri sang ayah atau anak (Prapti) cukup menarik karena persoalannya memang tidaklah sederhana yang diduga. Novel ini meraih hadiah perangsang kreasi Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1978.