Penerbit
: Balai Pustaka.
Cetakan
: 44 tahun 2008
Tempat Terbit
: Jakarta.
Tahun Terbit
: 1992.
Tebal Buku
: 271 Halaman.
Jenis Kertas
: Soft Cover.
Harga Buku
: Rp. 50.000, Kategori
: Fiksi, Novel
Sinopsis
diam tidak kebagian cerita. Hal yang seperti itu tidak mungkin ada di
kehidupan masyarakat. Hal-hal lain memberikan kesan pertentangan antara
kaum kolot yang masih mempertahankan adat dan kaum muda yang ingin
merombak adat.
Menurut Bakri Siregar, diksi dalam Sitti Nurbaya tidak mencerminkan
gaya bahasa Marah Rusli sendiri, melainkan bahasa Melayu dengan "gaya Balai
Pustaka", yang diwajibkan penerbit itu. Akibatnya, gaya Rusli yang
dipengaruhi sastra lisan itu, yang sering mengabaikan perkembangan alur
untuk menjelaskan sesuatu "menurut kesenangan dan selera hati [penulis]",
dianggap kurang.
Sitti Nurbaya
Lemah lembut, penurut, anak yang berbakti.
Sitti Nurbaya adalah salah satu protagonis utama. Menurut penulis
cerpen dan kritikus sastra Indonesia Muhammad Balfas, Nurbaya
merupakan tokoh yang dapat mengambil keputusan sendiri, sebagaimana
terwujud ketika dia memutuskan untuk menikah Datuk Meringgih ketika
Meringgih mengancam ayahnya, kesediaannya untuk mendorong Samsul,
dan pelariannya dari Meringgih setelah ayahnya meninggal. Dia juga cukup
mandiri untuk pergi ke Batavia sendiri untuk mencari Samsul. Tindakannya
dianggap melanggar adat, dan ini akhirnya membuat dia diracuni.
Kecantikannya, sehingga disebut "bunga Padang", dianggap sebagai wujud
fisik dari hatinya yang baik dan beradab.
Samsul bahri
Samsul bahri adalah protagonis pria utama. Dia dinyatakan sebagai
orang yang berkulit kuning langsat, dengan mata sehitam tinta; namun, dari
jauh, dia dapat dikira orang Belanda. Sifat fisik ini dijelaskan oleh Keith
Foulcher, seorang dosen bahasa dan sastra Indonesia di Universitas
Sydney, sebagai wujud sifatnya yang suka menjadi seperti orang Belanda.
Penampilannya yang menarik juga dianggap sebagai wujud sifatnya yang
baik dan beradab.
Datuk Meringgih
Egois, pendendam, iri dengki.
Amanat
Akhir dari segala kehidupan adalah mati, tetapi mati jangan dijadikan
akhir dari persoalan hidup.
3.
Tema
4.
Alur
: Maju
Cerita novel Siti Nurbaya ini ceritanya benar-benar dimulai
dari eksposisi, komplikasi, klimaks, dan berakhir dengan pemecahan
masalah. Pengarang menyajikan ceritanya secara terurut atau
secara alamiah. Artinya urutan waktu yang urut dari peristiwa
A,B,C,D dan seterusnya.
5.
Latar( Setting)
Waktu
Suasana
Tempat
6.
penuh inovasi baru. Dan juga tak terpaut juga terkekang dengan adat istiadat
lama.
2. Psikologi pengarang (yang mencakup proses kreatifnya.
Psikologi pengarang: merasa terkekang dengan adat istiadat lama, dan melakukan
terobosan dengan mengarang buku novel, Siti Nurbaya.
3. Keadaan di lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial.
Keadaan yang terjadi: masih terkekang dalam kehidupan adat istiadat yang masih
kuno, baik dari segi ekonomi, politik dan sosialnya. Lalu pengarang berusaha
membuat terobosan baru dengan karyanya.
4. Pandangan hidup suatu bangsa dan berbagai karya seni yang lainnya.
Pandangan yang terjadi: pada saat itu pandangan karya seni cenderung monoton,
dan gaya bahsanya hanya itu saja, jadi Marah Rusli membuat gebrakan dengan
memunculkan gaya bahasa Melayu.
Kesimpulan
Dari gambaran novel Siti Nurbaya yang secara rinci telah memberikan
sebuah pengalaman yang sangat penting terhadap kehidupan sosial, karena kisah
tersebut menggambarkan nilai-nilai, baik nilai sosial, nilai kebudayaan , nilai
agama maupun nilai pendidikan. Sebagaimana telah kita ketahui tentang sikapsikap yang telah dilakukan oleh para tokoh, ada sikap-sikap yang perlu kita
contoh seperti samsul bahri dan sikap yang tidak perlu dicontoh adalah Datuk
Maringgih yang selalu meresahkan orang lain.
Berkali-kali buku Siti Nurbaya dibaca, berkali-kalin pula ditemukan
keindahan yang berbeda, berkali-kali ditemukan misteri yang tak sama . Novel ini
menggambarkan tentang cinta yang indah. Tentang patriotisme. Dan perjuangan
nilai-nilai kemanusiaan yang ada pada setiap zaman, secara garis besar novel ini
menggambarkan sebuah percintaan yang tidak sampai pada tujuan , walaupun
begitu kesetiaan tetap ada