Anda di halaman 1dari 10

CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL AIR MATA CINTA

KARYA SHINEEMINKA

ABSTRAK

Citra Perempuan dalam novel Air Mata Cinta karya Shineeminka. Tujuan penelitian ini
adalah mendeskripsikan citra perempuan dalam novel Air Mata Cinta karya Shineeminka
berdasarkan pandangan feminisme. Jenis penelitian ini tergolong penelitian kepustakaan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data dalam
penelitian ini adalah data tertulis berupa teks novel yang memuat citra perempuan dalam novel
Air Mata Cinta karya Shineeminka. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan dua cara yakni teknik baca dan teknik catat. Data penelitian ini
dianalisis dengan menggunakan tinjauan feminisme. Hasil penelitian dalam novel Air Mata
Cinta karya Shineemika yaitu citra diri dan citra sosial. Citra diri meliputi citra fisik dan citra
psikis, sedangkan citra sosial meliputi citra perempuan dalam keluarga dan citra perempuan
dalam masyarakat. Gambaran Citra ditinjau dari aspek fisik dalam novel ini digambarkan
sebagai gadis yang cantik dan gadis dewasa. Gambaran Citra ditinjau dari aspek psikis yaitu
sebagai makhluk berperasaan dan berpikir. Citra perempuan sebagai ibu rumah tangga mampu
menjadi sebagai seorang ibu yang penyayang, pekerja keras, serta mampu merawar anak-
anaknya. Sebagai anak yang tidak terbatasi dan anak yang menuruti keinginan orang tua
walaupun sempat menolak. Sebagai istri yang bertanggung jawab, istri yang menyayangi suami,
istri yang baik. Citra perempuan dalam masyarakat yaitu memiliki rasa peduli terhadap sesama,
memiliki hubungan yang baik. Citra perempuan dalam berpendidikan yaitu mampu menempuh
pendidikan tanpa tekanan orang tua dan perempuan yang mampu bersaing sebagai perempuan
yang cerdas.

Kata Kunci: citra perempuan, novel, feminis

1. PENDAHULUAN
Kemajuan zaman yang semakin hari semakin pesat mem,buat manusia semakin
menghadapi daya saing yang tinggi termaksud perbedaan perempuan dan laki-laki yang
bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan dan yang bersifat bentukan budaya yang dipelajari
dan disosialisasikan sejak kecil. Pembedaan ini sangat penting, karena selama ini sering
sekali mencampur adukan ciri-ciri manusia yang bersifat kodrati dan yang bersifat bukan
kodrati (gender). Perbedaan peran gender ini sangat membantu kita untuk memikirkan
kembali tentang pembagian peran yang selama ini dianggap telah melekat pada manusia
khususnya perempuan dan laki-laki dalam membangun gambaran relasi gender yang
dinamis dan tepat serta cocok dengan kenyataan yang ada di masyarakat. Perbedaan
konsep gender secara sosial telah melahirkan perbedaan peran perempuan dan laki-laki
dalam masyarakat. Secara umum “gender” diartikan sebagai perbedaan peran, tanggung
jawab, fungsi dan bahkan ruang tempat dimana manusia beraktivitas. Sedemikian
rupanya gender ini melekat pada cara pandang kita, sehingga kita sering lupa seakan-akan
hal itu merupakan sesuatu yang permanen dan abadi sebagaimana permanen dan abadinya
ciri biologis yang dimiliki oleh perempuan dan laki-laki.

Citra perempuan adalah gambaran atau cerminan sosok perempuan yang merupakan
makhluk yang sangat menarik. Citra perempuan sangat berkaitan erat dengan karya sastra,
secara gamblang banyak karya sastra yang menuliskan cerita tentang citra perempuan
sebab, perempuan merupakan aspek yang unik dan menarik untuk dibahas dan ditulis
dalam karya sastra. Karya sastra selalu menyediakan ruang terbuka pada setiap objek yang
diperbincangkan salah satunya melalui novel. Novel merupakan salah satu diantara bentuk
sastra yang paling peka terhadap cerminan dan pencitraan bagi masyarakat. Karya sastra
banyak mengungkapkan persoalan kehidupan. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
kehidupan, baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan terungkap dalam karya
sastra.

Dewasa ini sukar memberikan suatu ‟gambaran‟ perempuan dan kepribadiannya


secara bulat, karena sejak dahulu perempuan telah menampilkan dirinya dalam berbagai
cara. Terlebih-lebih penampilan itu ditujukan dalam sifat dan sikap terhadap masalah yang
dihadapinya antara lain perannya sebagai istri, ibu, maupun sebagai anggota masyarakat.
Salah satu ciri perbedaan perempuan pada masa kini dengan perempuan pada zaman
Kartini adalah perempuan masa kini ingin, bersedia, boleh dan bahkan diarahkan mengisi
dua perananya yaitu (1) berperan dalam rumah tagga sebagai istri dan ibu, (2) berperan di
luar rumah. Namun, pada umumnya perempuan digambarkan memiliki sifat pasrah, halus,
sabar, setia, berbakti, dan sifat yang lain, misalnya kritis, cerdas, berani menyatakan
pendiriannya.

\Novel Air Mata Cinta di terbitkan di Jawa Barat oleh Bintang Media, cetakan pertama
pada November tahun 2018 dengan jumlah halaman sebanyak 468 halaman. Novel Air
Mata Cinta ini adalah novel pertama dari sosok penulis Shineeminka. Perempuan yang
lahir di daerah Bogor, penulis ini sangat mengidolakan Tereliye karena hampir semua
karya Tere Liye selalu berhasil membuat dia termehek-mehek. Selain menulis novel Air
Mata Cinta Shineeminka juga menulis novel lainya yang masih berkaitan dengan
perempuan. Setelah menjalani rute yang cukup panjang. Alasan peneliti memilih judul ini
yaitu karena kelaziman novel indonesia moderen tokoh perempuan selalu dicitrakan
sebagai perempuan yang tertindas terus- menerus oleh laki-laki atau tidak diperbolehkan
menjadi seorang pemimpim dalam berumah tangga, sedangkan dalam novel ini berbeda
dalam novel ini perempuan dicitrakan sebagai perempuan yang dibebaskan menjadi
seorang pemimpin dalam rumah tangga, perempuan yang menempuh pendidikan,
perempuan yang bisa berdiri sendiri sehingga peneliti mengambil judul atau novel ini.

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka yang
menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah citra perempuan
dalam novel Air Mata Cinta Karya Shineeminka berdasarkan pandangan feminisme?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang citra perempuan dalam
novel Air Mata Cinta Karya Shineeminka yang berdasarkan pandangan feminisme.
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini seperti yang dikemukakan sebagai berikut.
a. Sebagai bahan informasi bagi para peneliti lain yang akan melakukan penelitian lain
yang relevan.
b. Sebagai tambahan wawasan bagi para pembaca atau penikmat sastra mengenai sosok
seorang perempuan.
c. Sebagai sumbangan pemikiran tentang unsur feminisme bagi para peneliti yang
relevan.

Sastra adalah ekspresi pengalaman mistis dan estesis manusia melalui media bahasa
sebagai kreativitasnya yang bersifat imajinatif (Sehandi, 2016: 6). Aristoteles (dalam
Pradotokusumo, 2005 :5) menyatakan bahwa bersastra merupakan kegiata utama manusia
untuk menemukan dirinya di samping kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan,
dan filsafat. Karya sastra yang termasuk karya seni peka tanggap terhadap kebenaran
universal. Fungsi penyair atau pengarang sastra bukan untuk melukiskan apa-apa yang
sungguh- sungguh terjadi, melainkan apa yang mungkin terjadi.

Luxemburg (dalam Wicaksono, 2014: 8) menjelaskan beberapa ciri yang selalu muncul
dari defenisi-defenisi yang pernah diungkapkan, yaitu :
a. Sastra merupakan ciptaan atau kreasi bukan pertama-tama imitasi.
b. Sastra bersifat otonom (menciptakan dunia sendiri), terlepas dari dunia nyata.
c. Sastra mempunyai ciri koherensi atau keselarasan antara bentuk dan isinya.
d. Sastra menghidangkan sintesa (jalan tengah) antara hal-hal yang saling
bertentangan.
e. Sastra berusaha mengungkapkan hal yang tidak terungkapkan.
Fananie (dalam Wicaksono, 2014: 10)

2. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Dikatakan deskriptif karena dalam penelitian ini mendeskripsikan data berdasarkan
kenyataan-kenyataan secara objektif, sesuai dengan data yang ditemukan. Dikatakan
kualitatif karena dalam penjelasan konsep- konsep yang berkaitan satu sama lain
dilakukan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat, bukan menggunakan angka-
angka statistik. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tertulis berupa teks
novel, yang memuat citra perempuan dalam novel Air Mata Cinta Karya Shineeminka
Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data tertulis dalam novel Air
Mata Cinta Karya Shineeminka yang diterbitkan oleh Bintang Media cetakan pertama
tahun 2018 dan terdiri dari 468 halaman. Dalam hal ini, peneliti tidak terlepas dari buku-
buku atau literatur yang dianggap menunjang dan relevan dalam penelitian ini.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam peneltian ini yaitu
menggunakan teknik baca dan catat karena datanya yang berupa teks. Adapun langkah-
langkahnya yaitu membaca isi, keseluruhan novel Air Mata Cinta karya Shineeminka
secara teliti dan berulang-ulang untuk mengetahui isi keseluruhan novel dan hal-hal yang
berkaitan dengan citra perempuan pada novel Air Mata Cinta karya Shineeminka.
Kemudian mencatat data-data yang diperoleh dari hasil bacaan citra perempuan.
3. HASIL PENELITIAN
Novel Air Mata Cinta karya Shineeminka merupakan novel yang mengambil latar
di Bandung. Novel Air Mata Cinta ditulis oleh pengarang bernama Shineeminka. Novel
ini menceritakan tentang kehidupan perempuan yakni Citra, Zahra, Salma, Umi, Uni rere,
Aisyah, Neli, Desi, Riani, Flora, Bela, Nurul, Ayana, Mirna, Alia, Dela, Naila, Sari,
Nathaniel, Naya, Weni, Laras, Nati, Delisha. Tokoh yang difokuskan atau yang lebih
berperan aktif dalam novel Air Mata Cinta karya Shineeminka ini adalah Citra, Zahra,
Naila, Desi, Nurul, Riani dan uak. Tokoh utama dalam novel ini adalah Citra. Novel air
mata menceritakan kisah seorang perempuan yang tinggal di Jakarta untuk
menyelesaikan studi kuliahnya. Di sisi lain, ada juga permasalahan yang harus dihadapi
Citra dalam menjalin sebuah hubungan. Citra merasa tersakiti ketika mengetahui
kekasihnya (Dion) menghamili perempuan lain, yang merupakan teman kosnya sendiri.
Hingga menyebabkan sebuah pertengkaran antara Citra dan Dion yang berakhir dengan
kata pisah.
Dengan seiring berjalanya waktu Citra telah dijodohkan oleh orang tuanya tanpa
sepengetahuan dia, yang tanpa disadari ternyata calon suaminya adalah laki-laki yang ia
kenal. Begitupun dengan Danang yang sudah menikahi perempuan lain bernama Inara
Adinda Citra. Setelah resepsi, Danang dipersilahkan untuk menjemput istrinya tanpa
berpikir panjang Danang langsung menuju kekamar calon istrinya. Danang selalu
dihantui oleh wajah Citra yang dicintai secara Diam- diam, Danang membuka pintu dan
sangat terkejut setelah melihat pengantin perempuanya ternyata Inara Adinda Citra
wanita yang selama ini Danang cintai secara diam-diam. Keduanya saling terdiam tanpa
mengeluarkan suara Citra segera mencium tangan Danang yang menjadi pengantin laki-
lakinya. Meraka dikaruniai tiga orang anak yang dimana anak laki-laki pertamanya
meninggal dunia dan digantikan oleh kehadiran anak laki-laki yang sedang Citra
kandung. Citra yang dulunya jauh dari kata soleha setelah menikah dengan seorang
Dokter Danang ia tidak pernah meninggalkan aturan islam. Citra sangat menikmati
dirinya sebagai ibu rumah tangga dan masih berstatus pelajar. Citra mencapai apa yang ia
idamkan selama hidupnya, menjadi seorang Dokter dan seorang penulis atas dorongan
dari suami juga karena hobi membacanya. Novel Air Mata Cinta karya Shineeminka ini
keseluruhannya mengajarkan kita bagaimana arti dari sebuah perjuangan, kehidupan, dan
keikhlasan dalam hidup demi keluarga yang harmonis. Bahkan dalam novel Air Mata
Cinta karya Shineeminka digambarkan bagaimana tokoh Citra tetap mejalani kisah
hidupnya bersama dengan lelaki yang ia cintai dengan sepenuh.
Gambaran tokoh Citra dari segi fisik dapat dilihat dari segi penampilan
( penampilan yang dapat dilihat secara kasat mata) mulai dari gaya berpakaian, postur
tubuh, dan penampilan secara keseluruhan yang merupakan gambaran nyata bisa dilihat
dari luar. Berdasarkan citra diri perempuan dalam novel Air Mata Cinta karya
Shineeminka difokuskan pada gambaran tokoh Citra.
Secara fisik Citra digambarkan sebagai gadis cantik. Hal ini terlihat dalam kutipan
berikut:
“ Cantikan pake jilbab tahu, Cit. Muka kamu jadi terlihat lebih bercahaya. Aurahnya
keluar.‟‟ Pujian itu citra dapatkan dari Dela, sang pengantin yang sudah duduk manis
disamping lelaki yang baru 3 hari lalu resmi jadi suaminya.
“ Masa sih, mbak? Bukannya mukaku malah aneh, ya, kalau make jilbab?”
“Kata siapa?”
“ Kata aku barusan,” Jawab Citra asal. Dela tertawa “Di antara semua pagar ayu, kamu
yang paling cantik. Saking cantiknya sampe beberapa temen Mas Ikhsan nanyain nama
kamu ke Mbak,” bisiknya. Citra hanya tertawa mendengar penuturan Dela. Setelahnya, ia
berjalan menghampiri saudara-saudaranya yang lain. (Shineeminka, 2018: 66).
Dari kutipan tersebut menggambarkan bahwa secara fisik Citra di gambarkan
sebagai gadis yang sangat cantik dilihat dari paras wajahnya. Dari semua pujian yang
Citra dapatkan tentunya berharap bisa membuat Citra termotivasi agar tetap terus
mengenakan jilbab sama seperti sepupu-sepupunya sampai seterusnnya. Namun, ia hanya
membalasnya dengan senyuman tipis.
Perempuan sebagai makhluk individu, selain terbentuk dari aspek fisik, juga
terbangun oleh aspek psikis. Ditinjau dari aspek psikisnya, Citra digambarkan sebagai
makhluk yang berperasaan dapat dilihat pada kutipan berikut.
Citra terkekeh geli mendengar pertanyaan Danang. Ia mematikan kompor lalu
berbalik sehingga bisa memandang wajah kekasih halalnya dengan jelas.
“Kata sayang tidak akan cukup untuk menggabarkan perasaanku padamu, Mas,” ucap
Citra lembut.
Senyuman menghiasi wajah tampan Danang. Jawaban sang istri sungguh membuat
hatinya terasa begitu damai. (Shineeminka, 2018: 378).
Dari kutipan tersebut juga menggambrakan bahwa perempuan yang berperasaan.
Citra yang memiliki rasa sayang terhadap suaminya sangatlah besar, rasa sayang Citra
terhadap suaminya sudah tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Sebagai seorang perempuan dewasa pemikiran perempuan tidak terlepas dari
kehidupan dalam keluarga. Hal ini disebabkan karena keluarga merupakan salah satu
institusi yang tidak terlepas dari institusi yang lebih besar. Oleh karena itu, perempuan
dalam eksistensinya sebagai anggota keluarga dapat berperan aktif bagi terwujudnya
keluarga yang harmonis.
Citra perempuan sebagai ibu rumah tangga yang akan dibahas adalah gambaran
mengenai tokoh Citra sebagai seorang ibu rumah tangga yang sangat menyayangi anak-
anaknya. Hal ini terlihat pada kutipan.
“Tangisan Ibrahim membangunkan Citra dari tidurnya. Meskipun mata terasa begitu
berat, ia berusaha untuk tetap terjaga. Dengan penuh kasih sayang, ia menyusui Ibrahim.
Tangan sang putra yang sudah sudah dapat mengepal, menggenggam jari telunjuk Citra.
Rasa kantuk Citra sirna saat melihat mata Ibrahim yang berbinar cemerlang menatapnya.
Wajah Ibrahim mirip sekali dengan Danang, apalagi matanya. Kalau Citra memandang
mata putra kecilnya itu, ia merasa sedang menatap mata danang.
“Sudah kenyang sayang,?” tanya Citra. Ia ikut tersenyum saat Ibrahim tersenyum, “Tidur
lagi, ya, sama Kakak dan Abi. Lihat Kakak sama Abi masih tidur.” Ia melihat Danang
dan Delisha yang masih terlelap di tempat tidur. (Shineeminka, 2018:374).
Dari kutipan tersebut menjelaskan peran Citra sebagai ibu rumah tangga yang
menyayangi anaknya. Citra terbangun dari tidurnya pada saat tengah malam walaupun
matanya sangat kantuk dan Citra harus terbangun karena harus menyusui anaknya yang
tengah bangun walaupun mata terasa berat namun rasa kantuk Citra hilang seketika
melihat mata anaknya yang berbinar telah menatapnya.
Masa depan seorang anak banyak ditentukan lingkungan keluarga tempat ia
dilahirkan dan dibesarkan streotipe-streotipe gender yang telah diperkenalkan sejak kecil
oleh masyarakat sekitarnya. Anak dapat berperan dengan baik dalam masyarakat di masa
depan apabila ia mendapatkan dukungan keluarga, ia besar dalam cinta dan kasih sayang.
Pada masa kini seorang anak dituntut untuk sekolah setingggi mungkin, seperti yang
tergambar dalam novel Air Mata Cinta karya Shineeminka. Citra berperan sebagai anak
yang sedang menempuh pendidikan dan yang dibebaskan oleh orang tuanya agar
menempuh pendidikan setinggi mungkin. Hal ini terlihat pada kutipan berikut.
“Jakarta makin panas aja, yah? Kok kamu betah sih tinggal di sini?”
“Tuntutan hidup, ma. Kalau aja UI ada di Bandung, bukan di Jakarta, aku pastikakan
tetap tinggal di Bandung. Kota indah sejuk nyaman, bukan kota balatak lagi panas,”
jawabnya asal serauya meletakkan segelas air ves yang sudah dicampur dengan sirop rasa
melon (Shineeminka, 2018: 97).
Dari kutipan tersebut menjelaskan bahwa Citra tidak terbatasi kehidupanya
terutama untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin, Citra tinggal hanya di indekos
walaupun susananya sangat panas dan jauh dari orang tua.
Selain sebagai istri, perempuan juga dapat menjalankan peranannya sebagai
pendamping hidup suami dan anak-anaknya walaupun sedang dengan menempuh
pendidikan, sebagai juru masak masak, sebagai guru untuk anak-anaknya di rumah.
Adapun peran Citra sebagai istri dalam novel Air Mata Cinta karya Shineeminka dapat
dilihat dalam kutipan berikut.
“Mas mau minum apa?” “Apa saja.?
“Marjan rasa melon mau?”
“Apa saja, sayang.” (Shineeminka, 2018:195).
Dari kutipan tersebut Citra menunjukan dan memperlihatkan tanggung jawabnya
sebagai seorang istri untuk menjalankan perannya dalam rumah tangga yaitu dengan
menyiapkan minuman untuk suaminya. Citra mebuatkan air minum marjan rasa melon
untuk suaminya.
Sebagai makhluk sosial, seseorang membutuhkan manusia lain. Demikian juga
dengan perempuan. Hubunganya dengan manusia lain dapat bersifat khusus maupun
umum. Tergantung pada sifat hubungan tersebut. Hubungan manusia dengan masyarakat
dimulai dari hubungan antar pribadi, hubungan pribadi dengan masyarakat, termasuk
anggapan seorang perempuan terhadap kampungnya.
Hubungan antara Citra dan Zahra sangatlah baik. Zahra adalah istri dari seorang
Dokter Ali sahabat Danang yang sama-sama berjuang di salah satu kampus Jakarta.
Zahra yang selalu ada untuk Citra pada saat senang maupun sedih. Bahkan pada saat
Citra putus dengan kekasihnya Zahra berusaha untuk menenangkan Citra. Hal ini terlihat
dalam kutipan berikut.
Zahra menyeka pipi Citra. “Sudah, jangan nangis. Sayang air mata kamu kebuang Cuma-
Cuma. Dion nggak pantes buat kamu tangisin.”
“Tapi kamu juga nangis,” gerutu Citra. Ia pun menyeka pipi Zahra yang juga basah oleh
air mata.
“Kalau aku nggak apa-apa. Toh ini tangisan seorang sahabat untuk sahabat yang ia
sayangi,” jawab zahra sambil tertawa>
“Makasih bangat, Ra. Kamu memang sahabat terbaik aku.” (Shineeminka, 2018: 40).
Dari kutipan tersebut menjelaskan bahwa hubungan antarpribadi Citra dan Zahra
sangatlah baik. Zahra sangat baik dan sangat peduli pada Citra. Ketika Citra menangis
Zahra juga ikut menangis karena tidak bisa melihat sahabatnya disakitin oleh laki-laki.
Zahra sangat sayang sama Citra sehingga ia tidak bisa melihatnya bersedih, mereka selalu
saling menguatkan satu sama lainnya.
Selain pada Zahra Citra juga memiliki hubungan yang baik kepada Nurul. Hal ini terlihat
pada kutipan.
“Siapa Dokter Danang, Ra?” tanya Nurul.
“Itu.... sahabatnya Mas Ali yang pernah aku kenalin ke kamu dulu.”
“Oh, yang orangnya sopat banget, ya? Terus kalau ngomong bikin hati adem dengernya,”
puji Nurul, mengingat kembali sosok Danang.
Citra menatap Nurul dengan pandangan sulit untuk dimengerti. “Tumben kamu muji
lelaki.”
Wajah Nurul bersemu merah. “Di-dia emang baik, Cit. A-ku ngomong apa adanya.”
“Eh kok kamu malah gugup sih?” goda Citra, membuat wajah Nurul semakin memerah.
“Kayaknya dia ada rasa nih sama Dokter Danang.” (Shineeminka, 2018: 91).
Dari kutipan tersebut menjelaskan bahwa selain kepada Zahra Citra juga
berhubungan sangat baik dengan Nurul. Citra dan Nurul sedang mengombrol disuatu
tempat, Citra membuat Nurul merasa sangat malu oleh tingkahnya dengan membawa-
bawa nama Danang.
Hubungan antara Citra dan Ali sangatlah baik. Ali memiliki profesi seorang
Dokter. Dokter Ali menegur Citra pada saat ketika melihat sahabat istrinya sedang
menuju pintu belakang. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
“Citra, kamu mau kemana?”
Langkah Citra terhenti saat berpapasan dengan Ali, suami Zahra yang merangkap juga
sebagai dosennya.
“Ma-mau beli siomay, Dok,” celetuk Citra gugup. Ia merutuki kebodohannya. Kenapa
mesti bohong? Padahal jujur saja kalau ia ingin pulang.
“Kamu lapar? Ini ada snack.” Ali menyodorkan kotak berisi snack yang memang
disediakan untuk para ibu pengajian.
“Tidak, Dok, saya maunya makan siomay!” tolak Citra. “Kalau kamu mau siomay,
tunggu saja. Kebetulan teman saya lagi beli siomay. Sebentar lagi pasti balik..”
“Tidak usah, Dok, biar saya beli sendiri.” Citra menolak dengan sopan.
“Ya sudah,” jawab Ali, akhirnya membiarkan Citra pergi. Citra tersenyum lebar lantas
meninggalkan rumah Ali. (Shineeminka, 2018: 8).
Kutipan tersebut menjelaskan hubungan Citra dan Ali sangatlah baik. Ali suami
Zahra yang merupakan sahabat dekat Citra sendiri. Dokter Ali juga sahabat Danang yang
sama- sama menjalani tugas disalah satu kampus Jakarta.
Citra perempuan dalam masyarakat novel ini berbicara tentang eksistensi
perempuan yaitu Citra dilingkungan masyarakat. Dalam novel Air Mata Cinta karya
Shineeminka tokoh Citra yang terlihat kasihan pada nenek yang menjual gorengan, Citra
membayangkan pada dirinya sendiri bagaimana rasanya pada saat ia menjual mulai dari
pagi sampai sore namun, pembeli hanya sedikit apalagi sama sekali tidak laku. Hal ini
terdapat pada kutipan.
“Nenek aku beli bakwannya tiga, tempenya tiga, sama lontongnya empat ya.”
“Iya, Neng.” Dengan wajah penuh ramah, nenek itu memasukkan bakwan, tempe, dan
lontong ke kantong kertas.
Citra memberi selembar uang Rp50.000 pada nenek itu.
“Maaf, neng, ada uang kecil tidak?”
Citra menggeleng
“neng, tunggu dulu, ya. Coba Nenek tukerin dulu uangnya ke tukang bubur yang ada
diseblah.”
Citra mencegah nenek itu pergi. “Tidak usah, Nek. Kembalinyya buat Nenek saja.”
“Tapi Neng?”
“Sudah, tidak apa-apa. Makasih ya, nek.” Citra bergegas kembali naik dalam mobil
(Shineeminka, 2018: 226).
Dari kutipan tersebut menjelaskah bahwa Citra yang berbuhungan dengan
masyarakat sangatlah baik. Citra merasa kasihan pada nenek yang menjual gorengan dan
Citra membeli dengan tidak mengambil uang kembaliaanya. Nenek itu sempat mau
menukarkan uang Citra untuk kembalianya, namun Citra mengahalangi nenek itu dan
pamit untuk pergi tanpa meminta uang kembalian.
Dalam novel Air Mata Cinta karya Shineeminka digambarkan pula perempuan
dalam bidang pendidikan. Dimana perempuan mampu bersaing sebagai perempuan yang
cerdas dan mampu menunjukan dirinya sebagai perempuan yang rela jauh dari keluarga
demi mencapai pendidikan yang mereka inginkan. Citra dapat menyeselesaikan studi
kuliahnya dan telah menjadi seorang Dokter sekaligus sebagai seorang penulis. Hal ini
terdapat pada kutipan berikut.
Beneran naskaku diterima, Mas?” tanya Citra. Ia tidak percaya saat membaca surel yang
isinya tentang pemberitahuan kalau naskanya diterima.
Perjuangan dan kesabaran berujung manis.
Setelah itu, resmi sudah Citra memiliki dua profesi. Sebagai dokter dan
penulis.Tiga tahun berlalu, sudah empat karyanya yang dibukukan. Walaupun tidak best
seller, itu sudah cukup untuk membagikan sebuah pemahaman yang baik bagi para
pembaca yang setia menunggu setiap karyanya (Shineeminka, 2018: 467).
Dari kutiapn tersebut Citra adalah wanita yang mampu meraih dua profesi tanpa
ada kata lelah yang ia jalani. Citra melanjutkan studi kuliahnya hingga meraih profesi
seorang dokter setelah menikah. Citra melanjutkan studi kuliahnya setelah menikah dan
mempunyai anak, namun tidak jadi penghalang buat Citra untuk tetap berkarya. Di sisi
lain Citra memiliki hobi membaca sehingga mampu membuatnya sebagai seorang
penulis.
4. SIMPULAN
Berdasarkan dari uraian hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan, yakni citra
perempuan dalam novel Air Mata Cinta karya Shineeminka sebagai berikut:
a. Citra perempuan yang dikaji adalah citra diri perempuan dari aspek fisik dan psikis.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara fisik tokoh Citra digambarkan
sebagai gadis sebagai gadis yang cantik dan gadis yang sudah dewasa. Dari segi psikis
Citra digambarkan sebagai makhluk yang berperasaan dan berpikir.
b. Citra perempuan dari segi keluarga yang terdapat dalam novel Air Mata Cinta yaitu
dalam novel tersebut Citra telah memposisikan dirinya sebagai mana mestinya. Ia
memperhatikan keluarganya, perempuan yang sadar akan tanggung jawabnya apakah ia
sebagai seorang anak, sebagai ibu rumah tangga dan sebagai istri dalam lingkungan
keluarganya.
c. Citra perempuan dalam masyarakat pada novel Air Mata Cinta karya Shineeminka
memperlihatkan di dalam masyarakat tokoh utama Citra yang memiliki hubungan baik
dengan orang yang ada disekitrnya. Dia sangat peduli terhadap orang lain.
d. Citra perempuan yang terakhir yaitu citra perempuan dalam pendidikan. Pada novel Air
Mata Cinta karya Shineeminka memperlihatkan menempuh sebuah pendidikan tanpa
tekanan orang tua dan perempuan yang mampu bersaing sebagai perempuan yang
cerdas.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai citra perempuan dalam novel Air Mata Cinta karya
Shineeminka, dapat ditemukan beberapa saran bagi berbagai pihak:
 Bagi peneliti lebih lanjut
Peneliti ini hanya dibatasi pada masalah citra perempuan dalam novel Air Mata
Cinta karya Shineeminka menggunakan kajian feminisme. Dalam peneliti ini hanya
membahas citra perempuan yang dilihat dari citra diri perempuan, dalam keluarga,
masyarakat, dan pendidikan. Oleh karena itu, disarankan agar peneliti selanjutnya
ruang lingkup kajian lebih diperluas lagi.
 Bagi penikmat satra
Pembaca sastra dapat mengambil nilai- nilai positif yang terdapat pada novel
untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai