Anda di halaman 1dari 4

JANJI SENJA

karya : Taofan Nalisaputra


Setting: Rumah dengan halaman dan tempat duduk (bangku panjang)untuk bersantai

Adegan 1

Kala senja itu ibu dan anak gadisnya seperti biasa duduk di bangku panjang depan rumahnya.
Mereka tengah menatap senja menunggu, menanti sesesorang yang telah lama dinanti. Setelah
larut dalam diam beberapa saat, sang anak memulai pembicaraan.

Anak : Ibu … jangan kau ceritakab lagi apa pun tentang ayah.

Ibu : kenapa?

Anak : (sambil memandang kea rah langit senja0 karena ayah tak pernah datang dank u kira
memang tak akan pernah datang.

Ibu : (tenang) Ayahmu berjanji akan datang saat senja

Anak : ( agak meninggikan nada bicara) sudah tak terhitung lagi jumlah senja yang kita lalui …
disini … tempat ini … sedari dulu waktu aku masih dalam kandungan hingga kini, namun ayah
tak jua datang.

Ibu : (tetap tening sedikit parau) ayahmu lelaki yang baik. Ia akan datang. Ia pasti datang
menepati janjinya.

Anak : (terus mencerca) kenapa ayah berjanji akan datang saat senja kenapa tidak pagi atau siang
saja

Ibu: karena senja bukan akhir, ia adalah `permulaan sebuah hari.

Anak : ( sedikit emosi) HAAAH … Sudahlah! Aku tak mengerti maksud perkataan ibu itu
( berlalu masuk ke dalam rumah)

Ibu masih duduk di halaman rumah menatap senja dengan sejuta harap yang terpancar dari sorot
matanya. Sang anak keluar lagi dari dalam rumah dan berdiri di depan pintu, ia melihat ibunya
yang sedang duduk itu seolah ia akan menghampirinya namun ia urungkan niatnya. Baru saja
anak akan masuk kembali ke dalam rumah, ibunya memanggil.

Ibu : (sambil melambaikan tangan pada anaknya) duduklah sini!

Sang anak kemudian datang menghampiri ibunya, lalu duduk disampingnya. Mereka terdiam
sejenak sembari tetap menatap kea rah senja.

Ibu : Tidak rindukah kau pada ayahmu

Anak : Rindu … tapi itu dulu, sekarang tidak lagi

Ibu : (menatap tajam anaknya) Kenapa?

Anak : (diam sejenak) karena aku tak lagi menganggap senja sebagai ayahku, bagiku dia
hanyalah lelaki yang menitipkan benih pada ibu

Ibu : kau tak yakin ayahmu akan datang?

Anak : Maa bu, aku bahkan tak yakin ayah masih ingat pada kita

Ibu : (agak parau) kau tak akan bicara seperti itu saat kau dapati ayahmu datang kala senja.

Mereka berdua saling bertatapan, mata ibu seolah-olah akan menangis.

Ibu : (memalingkan muka) Tinggalkan ibu sendiri! (sambil mengusap air matanya)
Dengan langkah berat sang anak melangkah masuk ke dalam rumah.

(Lampu mati)

Adegan 2

Ibu duduk seperti biasa di depan rumah, tetap sembari menatap senja. Dari arah luar anaknya
datang dengan pakaian rapi, lalu duduk disamping ibunya.

Anak : Aku diterima bekerja di sebuah perusahaan di kota. Aku berencana akan tinggal disana,
dank u harap ibu mau ikut bersamaku tinggal di kota.

Ibu : ibu masih ingin menunggu Ayahmu di sini, di rumah ini setiap senja.

Anak : dimanapun itu kita akan tetap menikmati senja yang sama.

(ibu terdiam sembari tersenyum dan tetap menatap kearah senja)

Anak : ibu bisa menikmati senja bersamaku. ( mencoba membujuk)

Ibu : ibu hanya ingin menunggu Ayahmu disini, di rumah ini.

Anak : ( berdiri, kemudian melangkah sedikit maju dengan emosi) Mengapa ibu harus
menunggunya seperti ini? Menunggu seseorang yang tidak jelas dan tidak pasti kapan ia akan
kembali. Dia sudah lupa dengan kita, dank u pikir ia memang sudah lupa dengan kita. Coba ibu
pikirkan, sedari dulu waktu aku masih dalam kandungan hingga kini aku dewasa, sudah
bertahuntahun lamanya ia tak pernah kembali ke rumah ini. Bahkan aku sendiri tak pernah tau
wajahnya (diam ssejenak). Ku pikir sebaiknya ibu menikah lagi dan melupakan lelaki tidak
bertanggung jawab itu.

Ibu : (marah lalu berdiri mendekati anaknya dan membentak) pakai otakmu … !!! `( berbalik
meninggalkan anaknya sambil menangis masuk ke dalam rumah)

Sang anak kaget terheran-heran dengan apa yang dikatakan ibunya, kemudian ia duduk dengan
gelisah menunggu ibunya keluar.

(lampu redup fokus pada anak)

Anak : Ya Tuhan … Apa yang barusan aku katakana. Aku tak sehharusnya berkata itu pada ibu.
Ibu maafkan aku. ( sedikit menangis)

Sesaat kemudian ibu keluar dan berdiri di depan pintu melihat anaknya.

Anak : ( berlari mendekati ibunya lalu memeluknya) ibu maafkan aku … ( sambil menangis
dalam pelukan ibu)

Ibu : ( melepas pelukannya dan dengan tangannya memegang daagu mengangkat wajah anakny)
ayahmu terlalu bersih. Ibu tidak mungkin bisa menggantikannya dengan orang lain. (diam
sejenaak dsling berpandangan) jangan lagi berpikir untuk mencari orang lain sebagai ganti
Ayahmu. Karena ibu yakin Ayahmu akan datang pada suatu senja.

Sang anak menangguk perlahan kemudian kembali memeluk ibunya.

(lampu perlahan mati)

Adegan 3

Sudah 2 tahun berlalu, sang anak tinggal dan bekerja di kota. Ia pulang hanya sesekali
menjenguk ibunya. Sore itu seperti biasa, ibu tetap duduk didepan rumah menatap senja. Sang
anak datang dari arah luar membawa menghampiri ibunya. Ia lalu duduk berderet menatap senja
bersama ibunya. Setelah beberapa saat dalam kebisuan, sang anak memecah keheningan.

Anak : ibu … aku kan sudah bekerja, aku pun sudah dewasa …bukan remaja lagi

Ibu : lalu

Anak : aku … ingin menikah

Ibu : sudah ada yang melamarmu? siapa?

Anak : seseorang yang sudah cukup lama ku kenal. Dewasa, bertanggungjawab, dan kursa dia
mencintaiku.

Ibu hanya terdiam tidak menanggapi

Anak : Aku berharap ibu memberi restu untukku

Ibu masih terdiam, sang anak pun kembali memalingkan wajahnya ke arah senja sembari
memainkan bajunya dan jemarinya.

Ibu : ibu akan merestuimu. Tapi … kau juga harus meminta restu pada senja … ayahmu

Sang anak melongo terhheran-heran

Ibu : Tinggal lah dulu disini beberapa waktu. Ayahmu pasti akan datang. Ibu yakin.

Mereka berdua terdiam, sang anak masih dalam kebingungan akan sikap ibunya.

( lampu mati)

Adegan 4

Ibu masih duduk di depan rumahnya sore itu, menatap senja. Sang anak keluar dalam rumah
dengan pakaian yang sudah rapi.

Ibu : kau mau kemana?

Anak : Aku mau pergi. Dia sudah menungguku.

Ibu : kau tak mau menunggu ayahmu

Anak : Ayah mana yang harus kutunggu? Sudah berhri-hari aku disni, tapi ia tak jua datang.
Sudahlah bu, jika ia memang datang aku tak mau mengenalinya sebagai ayahku.

Ibu : Jaga ucapanmu! Maksudmu apa mengatakan hal demikian??

Anak : sudah sepantasnya kan. Ayah macam apa namanya yang tega meninggalkan anak dan
isterinya begitu lama. Hingga anaknya akan dipersunting orang lain pun ia taka da.

Ibu : Ayahmu tak seperti itu. dia laki-laki yang bertanggung jawab.

Anak : Ibu … sudah mengatakan itu berulang kali … sejak dulu aku masih kecil. Tapi apa?
Mana buktinya? Omong kosong

Ibu : Kau anak durhaka!

Anak : biarlah, taka pa aku durhaka pada orang yang telah durhaka pada keluarganya.

Ibunya kemudia terdiam. Matanya berkaca-kaca. Airmatanya nampak akan jatuh. Sang anak
berlalu meninggalkan ibunya. Ibu masih diam menatap senja dengan linangan air mata.
Ibu : ( berbicara pada senja) kau berjanji akan datang saat senja. Dan aku yakin kau akan datang.
Aku yakin kau tak akan melupakan cinta kita, melupakan dan buah hati kita. Aku akan tetap
menunggumu, sampai senja terakhir hidupku.

Anda mungkin juga menyukai