Anda di halaman 1dari 3

Judul Cerpen Pekerjaan

Cerpen Karangan: Kevin Mahendra


Kategori: Cerpen Inspiratif, Cerpen Keluarga
Lolos moderasi pada: 30 January 2017
Pekerjaan Itulah yang aku lakukan setiap hari. Semenjak suami tercintaku menghembus napas
terakhirnya aku harus bekerja lebih banyak untuk menghidupi anak-anakku yang tercinta. Itulah tugas
seorang ibu, terutama bila kedua anak kembar ini hanyalah keluarga yang aku miliki. Berangkat kerja
sebelum anak-anak bangun dan pulang malam hanya untuk meilihat kedua anak sudah tertidur. Hal ini
sudah menjadi rutin bagiku. Bahkan liburan sudah menjadi hal yang asing dan masa yang lampau.
Sebenarnya aku menyukai bekerja di belakang meja seharian. Apakah ini karena aku tahu aku
melakukan ini untuk anak-anakku? Atau karena pekerjaan sudah menjadi rutin? Aku sudah tidak tahu
lagi.
Tetapi Hari ini adalah hari yang berbeda. Bangun pagi untuk melihat anak-anak masih tertidur. Aku
siap-siap untuk kerja dan berangkat ke kantor sebelum matahari terbit. Sesampai di kantor, seperti
biasa aku yang pertama dan kantor masih kosong. Aku jalan ke meja kerjaku, di sana ada foto
keluarga dengan aku di tengah dan kedua anakku di sebelahku, foto yang sangat kucintai dengan
kedua anakku dengan senyum yang indah, foto tersebut adalah foto terakhir sebelum aku dipromosi
ke perkerjaan ini. Di sebelah foto keluarga tersebut ada sebuah komputer dimana semua pekerjaanku
berada. Di ujung meja terdapat telepon berwarna hitam. Di bawah telepon terdapat laci-laci berisi
kertas. Di belakang meja terdapat kursi yang sudah rusak, tapi masih bisa digunakan jadi aku tidak
terlalu peduli.
Aku duduk di kursi dengan nyaman dan berbaring di kursi. Aku melihat lampu di atasku yang terang
dan berpikir-pikir. Apakah hari ini akan menjadi hari yang sama? Aku berhenti memikirkan hal-hal
yang aneh dan menyalakan komputer. Setelah komputer dinyalakan aku mulai melakukan tugas yang
diberikan oleh atasanku. Atasanku akan senang bila melihatku tidak berhenti bekerja dari pagi sampai
malam.
Waktu berlalu dengan cepat dan kantor sudah penuh tanpa aku menyadarinya. Dengan tiba-tiba di
tengah kesibukanku suara telepon berdering secara mendadak. Aku lihat handphoneku dan
mengangkatnya.
Halo ini dengan siapa?
BUNDA! Masa nggak tau ini siapa suara anak kecil menjawab
Oh anakku tersayang, tidak sekolah?
Kan hari ini nggak masuk, hehehehe bunda pura-pura lupa ya
Oh iya, bunda lupa. Sambil aku memikirkan kembali kenapa hari ini tidak masuk
Bunda! Bolehkan aku buat kue
Boleh, kalau mau beli barangnya bisa kan?
Bisa kok kan aku udah besar, love you
Love you too
Aku pun tutup telepon dan kembali bekerja sambil tersenyum mengetahui anaknya masih meminta
izin kepadanya.

Jam berjalan sangat cepat dan pada akhirnya waktu menunjukan pukul 13.50. Sedikit lelah tetapi
masih puas dengan pekerjaan yang aku lakukan. Tanpa aku menyadari, atasanku berdiri di
belakangku. Aku langsung berdiri dan senyum di depannya.
Siang Boss aku memulai dengan senyuman yang terpaksa
Siang dia menjawab dan mulai tersenyum
Butuh bantuan apa boss? dia bertanya
Oh, aku hanya ingin kamu di kantorku jam 17.00 dia menjawab dan pergi dengan santainya.
Aku duduk lagi dan menyalakan membuat peringatan untuk jam 16.55. Aku kembali bekerja dengan
tugas baru yang didapat. Waktu berjalan cepat dan tanpa aku menyadarinya peringatan yang aku
buat tiga jam yang lalu mengingatkanku.
Aku berdiri dan berjalan ke kantor atasanku. Kantor atasanku ditutupi dengan dinding kaca yang
membuatnya dengan mudah melihat situasi kantor. Aku ketok pintu kaca dan masuk.
Sore boss, bapak tadi meminta aku untuk datang kemari
Iya, silahkan duduk Dia menjawab dengan menunjukan kursi kosong di depannya
Aku duduk di kursi yang ditunjuknya dan siap mendengarkan hal yang ingin dia katakan.
Jadi.. saya punya berita bagus untukmu.. bagaimana dengan promosi? Bapak melihat bahwa kamu
selalu datang paling pagi dan pulang paling malam, itu yang bapak sebut dedikasi, jadi bagaimana?
I-i-i ini beneran pak? aku menjawab terkejut
Ya iyalah! Jadi.. apakah kamu akan bilang ke anak-anakmu? dia jawab dengan senyuman
Iya pak makasih! Aku izin pulang cepat boleh pak? aku bertanya dengan harapan yang tinggi
Silahkan dia jawab dengan senyuman yang sama
Makasih pak makasih banyak aku tersenyum dan menjabat tangannya
Aku berdiri dari kursi dan lari ke meja untuk mengambil barang-barangku dan buru-buru pulang ke
rumah. Sampai ke rumah aku membuka pintu dan melihat anak tersayangku yang sibuk membuat
kue.
Bunda pulang dan mempunyai berita bahagia! aku berteriak dengan senang
BUNDA! mereka berdua berteriak dan lari ke aku dan memelukku
Bunda bawa berita bahagia, coba kalian tebak deh sambil memeluk kembali dan rasanya seperti di
surga saat melihat senyuman anak-anakku
Pasti bunda pulang cepat pasti karena untuk membantu buat kue!
Kue? aku bertanya dengan bingung
Iya! Kan besok ulang tahun kami!
Ulang tahun.. aku berpikir
Kita tahu bunda sibuk dan tidak bisa bantu merayakan ulang tahun kami selama empat tahun,
makasih ya bunda udah mencoba untuk datang kali ini mereka mengatakannya dengan senyuman
yang paling indah dan memeluk aku lebih erat
Pada saat ini juga, aku terkejut. Dan mulai bertanya-tanya dengan diriku sendiri.
Bagaimana aku melupakan ulang tahun anakku sendiri? Apakah aku terlalu sibuk bekerja dan
melupakan tentang mereka? sambil menurunkan kepalaku.

Aku peluk mereka lebih erat dan menyesal aku kerja terlalu banyak. Aku berjanji pada diriku sendiri
aku akan keluar dari pekerjaan itu. Aku tidak mau kehilangan saat-saat yang penting. Tanpa aku
menyadari air sudah keluar dari mataku.
Maafkan bunda anak-anak, maafkan bunda sudah jarang di rumah, maafkan bunda tidak bisa
merayakan ulang tahun kalian.. Maafkan bunda ya.. izinkan bunda menebus kejauhan kita ya anak
kesayangan bunda aku bergumam sambil memeluk mereka
Nggak apa-apa kan bunda sibuk bekerja untuk kita, bunda masih ingin merayakan ulang tahun kami
kan? mereka tersenyum
Iya Aku senyum dan mengusapkan air mataku. Aku akan berjanji untuk menjadi ibu yang lebih baik.
Sejak hari itu aku mengutamakan anak-anakku, aku keluar dari pekerjaan itu dan mulai bekerja di
rumah. Penghasilannya mungkin tidak sama tapi setiap hari aku bisa bertemu dan berbicara dengan
anak-anakku, dan hal tersebut lebih berharga dibandingkan penghasilan.
Cerpen Karangan: Kevin Mahendra
Cerita Pekerjaan merupakan cerita pendek karangan Kevin Mahendra, kamu dapat mengunjungi
halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

Anda mungkin juga menyukai