Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENELITIAN SEJARAH DAN PENGEMBANGAN

PURBAKALA SITUS PLAWANGAN

Disusun oleh :

1) AHMAD SYARIEF HIDAYATULLAH (3)


2) NAFI` NUR AULIA (18)
3) RAISSA RAHMAWATI (27)
4) ZAHRANI NILAWATI WIJAYA MURTI (36)

Kelompok :4
Kelas : X.8

PEMERINTAH KABUPATEN REMBANG


DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 REMBANG
2022/2023
A. PENDAHULUAN
Pada masa Kerajaan Majapahit, Rembang sebagai kota ataupun
wilayah yang sudah berpemerintahan sendiri ataupun menjadi bagian dari
suatu negara bagian Kerajaan Majapahit masih belum bisa di buktikan
dengan jelas dan tepat. Hal ini di sebabkan sumber-sumber atau bukti-
bukti tertulis yang menceritakan Rembang dalam aktifitas kota maupun
pemerintah daerah tidak banyak di sebutkan. Berdasarkan sumber tertulis
masa Majapahit, nama Rembang memang telah di sebutkan di dalam Kitab
Negara Kertagama pada Pupuh XXI sebagai berikut: “…Menuruni surah
melintasi sawah, lari menuju Jaladipa, Talapika, Padali, Arnon dan
Panggulan langsung ke payaman, Tepasana ke arah kota Rembang sampai
di kemirakan yang letaknya di pantai lautan”. Kabupaten Rembang
merupakan kawasan pesisir Utara Pulau Jawa bagian timur Jawa Tengah
yang berbatasan dengan Jawa Timur. Letak tersebut merupakan salah satu
simpul strategis jalur pantai Utara Pulau Jawa. Kabupaten Rembang dapat
dicapai melalui transportasi darat jalan raya dan aksesibilitas semakin
meningkat dengan akan dilakukannya reaktifasi jalur rel kereta api lintas
bagian utara Pulau Jawa (Semarang-Demak-Kudus-Pati-Rembang). Secara
kewilayahan, Kabupaten Rembang memiliki kecenderungan berkembang
ke arah Barat dan Timur. Hal ini menandakan kuatnya jalur transportasi
regional pantai Utara Pulau Jawa. Dalam perkembangannya bentuk linier
Kabupaten Rembang juga berkembang ke arah Selatan, yang
menunjukkan keterkaitan erat Kabupaten Rembang dengan kawasan
sekitarnya, terutama dengan Kabupaten Tuban, Kabupaten Blora dan
Kabupaten Pati. Kondisi ini tentunya menjadi keunggulan dan daya tarik
yang bersifat geografis alami.
Secara umum, gambaran umum kondisi Kabupaten Rembang dapat
diuraikan sebagai berikut. Kabupaten Rembang merupakan kabupaten
paling timur di Provinsi Jawa Tengah dan terletak di Pantai Utara Jawa
Tengah. Kabupaten Rembang berbatasan dengan beberapa kabupaten lain
di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Batas-batas wilayah Kabupaten
Rembang adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Laut Jawa. Sebelah
Selatan : Kabupaten Blora. Sebelah Barat : Kabupaten Pati. Sebelah Timur
: Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur Kabupaten Rembang memiliki
luas wilayah 101.408 ha yang terbagi menjadi 14 kecamatan, 287 desa dan
7 kelurahan. Kecamatan yang memiliki luas wilayah terbesar adalah
Kecamatan Sale (10.715 ha) dan yang terkecil adalah Kecamatan Sluke
(3.759 ha).
Manfaat mempelajari situs sejarah yaitu  kita akan memiliki
pandangan yang lebih luas terhadap dunia, dengan belajar sejarah juga kita
bisa melihat sudut pandang yang berbeda setiap masalah yang terjadi,
kemudian kita bisa melihat bagaimana masalah itu dapat terjadi dan kita
bisa mengasumsikan apa yang akan terjadi akibat masalah, sebagai
panduan moral dan politik, sarana mengenal lebih dekat bangsa sendiri
dan bangsa-bangsa lainnya, memperkokoh identitas bangsa, latihan
berpikir menyeluruh (Holistik) dan multiperspektif, melatih berpikir
diakronis dan sinkronis.
Kabupaten Rembang memiliki situs cagar budaya yang tersebar
luas di Kabupaten Rembang. Salah satu diantara situs cagar budaya
tersebut adalah Situs Plawangan yang dalam situs tersebut ada benda cagar
budaya situs gerabah, situs penguburan mayat, dan aneka situs kerangka
manusia. Situs plawangan yang terletak di Desa Plawangan, Kecamatan
Kragan 35 km dari kota Rembang ke timur jurusan Surabaya. Luas 0,5 km
(milik Dinas Purbakala), yang terdapat peninggalan sejarah berupa
kerangka manusia yang diperkirakan hidup pada zaman logam awal
(Paleomatalik). Pada tahun 1977 telah ditemukan kerangka manusia, cara
penguburan mayat dengan sikap duduk dalam belanga, manik-manik,
gerabah, benda-benda logam, keramik, dan lain-lain.
Situs Plawangan terletak di Desa Plawangan, Kecamatan Kragan,
Kabupaten Rembang. Situs ini merupakan situs megalitikum dengan
temuan kerangka manusia dari zaman logam tua atau paleometalic. Fosil -
fosil kerangka manusia di Desa Plawangan ditemukan pada tahun 1977
dan dilakukan penggalian pada tahun berikutnya oleh Dinas Purbakala.
Dari hasil penggalian tersebut ditemukan kerangka manusia purba yang
terkubur di dalam tempayan atau belanga dengan keadaan duduk. Bersama
kerangka manusia ditemukan juga manik - manik, gerabah, benda terbuat
dari logam, keramik dan sebagainya yang berada di dalam tempayan.
Sayangnya hasil penggalian tersebut kini disimpan di Museum Pusat
Purbakala Jakarta, namun sebagian dari penemuan yang lain masih di
sisakan di Plawangan untuk keperluan penelitian lanjutan.
Situs Plawangan ditemukan secara tidak sengaja oleh tim Balai
Arkeologi Jakarta. Pada tahun 1976 tim tersebut melakukan penelitian
situs Selodiri yang berada di Desa Terjan, Kecamatan Kragan atau
berjarak sekitar 5 km ke selatan dari situs Plawangan. Penelitian di bukit
Selodiri ini tidak menemukan adanya fosil manusia. Kemudian pada tahun
1977, ada seorang warga dari Desa Plawangan yang melaporkan temuan
sebuah tulang kepada tim arkeolog tersebut. Tulang inilah yang
sebenarnya dicari - cari oleh tim Balai Arkeologi. Selanjutnya pada tahun
1977 hingga tahun 1983 dilakukan penggalian hingga menemukan ribuan
fosil serta benda purbakala.

B. PERMASALAHAN
1. Bagaimana sejarah/latar belakang berdirinya Purbakala Situs Plawangan?
2. Bagaimana cara pelestarian Purbakala Situs Plawangan?
3. Siapa pihak-pihak yang terlibat dalam pelestarian purbakala Situs
Plawangan?
4. Bagaimana bidang-bidang pengembangan dan siapa pihak-pihak yang
terlibat dalam pengembangan dalam Situs tersebut?
5. Bagaimana kontribursi masyarakat terhadap purbakala Situs Plawangan?
C. PEMBAHASAN
1. Sejarah/Latar Belakang Berdirinya Situs Plawangan
Situs Plawangan terletak di
Desa Plawangan, Kecamatan Kragan,
Kabupaten Rembang. Situs ini
merupakan situs megalitikum dengan
temuan kerangka manusia dari
zaman logam tua atau paleometalic.
Fosil - fosil kerangka manusia di
Desa Plawangan ditemukan pada tahun 1977 dan dilakukan penggalian pada
tahun berikutnya oleh Dinas Purbakala. Dari hasil penggalian tersebut ditemukan
kerangka manusia purba yang terkubur di dalam tempayan atau belanga dengan
keadaan duduk. Bersama kerangka manusia ditemukan juga manik - manik,
gerabah, benda terbuat dari logam, keramik dan sebagainya yang berada di dalam
tempayan. Sayangnya hasil penggalian tersebut kini disimpan di Museum Pusat
Purbakala Jakarta, namun sebagian dari penemuan yang lain masih di sisakan di
Plawangan untuk keperluan penelitian lanjutan.
Situs Plawangan ditemukan secara tidak sengaja oleh tim Balai Arkeologi
Jakarta. Pada tahun 1976 tim tersebut melakukan penelitian situs Selodiri yang
berada di Desa Terjan, Kecamatan Kragan atau berjarak sekitar 5 km ke selatan
dari situs Plawangan. Penelitian di bukit Selodiri ini tidak menemukan adanya
fosil manusia. Kemudian pada tahun 1977, ada seorang warga dari Desa
Plawangan yang melaporkan temuan sebuah tulang kepada tim arkeolog tersebut.
Tulang inilah yang sebenarnya dicari - cari oleh tim Balai Arkeologi. Selanjutnya,
pada tahun 1977 hingga tahun 1983 dilakukan penggalian hingga menemukan
ribuan fosil serta benda purbakala.
Pada tahun 1985 di Desa Plawangan seorang nelayan menemukan dua
fosil manusia yang terkubur di dalam nekara perunggu. Penemuan nekara
perunggu ini memiliki keunikan yang sangat jarang sekali ditemukan di Indonesia
bahkan di Asia Tenggara. Keistemaan dari temuan nekara ini adalah kubur nekara
ditemukan dalam penggalian (ekskavasi) secara sistematis yang dilakukan oleh
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional yang sudah berlangsung tahun 1977 hingga
tahun 1990.

.
Salah satu bukti tingkah laku dan budaya manusia masalalu yang menarik
untuk diungkapkan adalah yang berhubungan dengan tradisi penguburan.
Penguburan memiliki arti dan peranan yang penting dalam proses kehidupan
manusia. Penguburan dianggap sebagai suatu perlakuan masyarakat dalam rangka
memperlakukan dan mengantar seseorang yang meninggal kembali menuju ke
alam kehidupan lain, yang disebut dunia roh atau dunia para leluhur. Aspek-aspek
dalam penguburan, khususnya penguburan primer, banyak yang menarik untuk
dikaji. Penelitian ini mengkaji tentang penguburan primer dengan melihat aspek-
aspek orientasi/arah bujur mayat/rangka yang dikubur, sikap badan dan anggota
badan mayat/rangka, serta jenis dan sebaran bekal kubur yang disertakan dalam
penguburan tersebut.
Dapat diketahui bahwa orientasi atau arah bujur mayat/rangka yang
dikubur sebagian besar mengarah ke gunung yang dianggap suci dengan
meletakkan bagian kaki searah dengan arah gunung. Mengenai sikap badannya,
umumnya dalam posisi lurus berbaring, tetapi dengan bermacam-macam variasi
sikap tangan dan kaki. Sedangkan jenis bekal kubur yang umum dijumpai adalah
periuk. Suatu hal yang cukup menarik dalam bekal kubur ini bahwa rangka/mayat
yang berjenis kelamin perempuan selalu ditemukan bekal kubur berupa periuk,
sementara itu yang berjenis kelamin laki-laki selalu dijumpai bekal kubur berupa
kapak atau tajak.
Pada tahun 1985, kata dia, di Desa Plawangan ditemukan dua rangka
manusia dikubur dalam nekara (kuali) perunggu. Temuan nekara perunggu
sebagai wadah kubur di Plawangan ini mempunyai keunikan yang jarang ditemui
di seluruh Indonesia, bahkan di Asia Tenggara, apalagi di dunia.
Keistimewaannya, kubur nekara ini ditemukan dalam suatu penggalian (eskavasi)
secara sistematis yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional yang
sudah berlangsung tahun 1977-1990. "Nekara perunggu temuan di Situs
Plawangan tersebut ternyata merupakan suatu wadah kubur untuk anak-anak. Di
dalam nekara tersebut ditemukan rangka anak-anak yang sudah hancur dan
berumur antara 8-10 tahun. Di bawah nekara ditemukan lagi satu rangka anak-
anak yang lebih muda usianya," ucap Junaedi.
Situs Plawangan sendiri diperkirakan merupakan sebuah necropolis atau
tempat penguburan dari abad pertama Masehi. Dari penggalian di situs itu tampak
bahwa manusia Plawangan pada 2.000 tahun silam memiliki cara penguburan
yang terbilang maju pada zamannya. Tubuh manusia dimasukkan dalam kuali atau
tempayan dan dikubur dalam tanah disertai dengan bekal kubur, seperti manik -
manik, periuk, dan kendi.
Kubur tempayan merupakan sebidang lahan yang digunakan sebagai lokasi
penguburan dan memiliki ciri tempayan digunakan sebagai wadah untuk
menempatkan jasad mayat. Jenis gerabah berbentuk tempayan memiliki rongga
dengan daya muat cukup besar untuk menyimpan bahan makanan dan minuman.
bahkan di beberapa situs arkeologi sisa tulang manusia atau rangka dalam posisi
jongkok dimasukkan ke dalam tempayan. Karakteristik kubur tempayan yang
ditemukan di Situs Plawangan adalah kubur tempayan bertutup dan sepasang
tempayan bertangkup. Kubur tempayan bertutup terdiri atas wadah tempayan
berbentuk silinder warna coklat kehitaman dengan dua buah tempayan berbentuk
bulat telur warna hitam keabu-abuan yang disusun tumpuk terbalik sebagai
penutupnya (tutup ganda), dan dua buah tempayan berbentuk bulat bola yang
ditangkupkan (sepasang tempayan bertangkup). Bentuk kubur sepasang tempayan
bulat bola bertangkup tidak memiliki hiasan dengan ukuran lebih kecil daripada
kubur tempayan silinder. Baik tempayan bulat silinder maupun tutup tempayan
bulat telur pada sekeliling badan bagian atas terdapat hiasan berupa lubang-lubang
tembus yang berjajar, sedangkan pada bagian bibimya dijumpai pola hias gores
(garis silang). Bekas striasi ditemukan pada bagian atas luar, sedangkan bagian
dalam tempayan dijumpai bekas pelandas dan tekanan jari tangan. Dengan
demikian teknik pembuatan tempayan yang berfungsi sebagai kubur tersebut
menggunakan tangan, tatap landas, dan roda putar. Di dalam wadah tempayan
silinder yang ditutup dengan dua buah tempayan ditumpuk secara terbalik terdapat
sisa rangka (individu, dewasa) yang dikuburkan secara primer (langsung) dengan
posisi jongkok. Sisa rangka tersebut diberi bekal kubur manik-manik (kaca dan
batu) di dalam tempayan, sedangkan di luar tempayan menempel cawan bulat dan
fragmen benda besi. Sementara itu di dalam wadah, tempayan bulat bola yang
ditangkupkan terdapat sisa rangka yang dikuburkan secara sekunder (tidak
langsung) dengan benda bekal kubur berupa manik-manik (kaca), cawan, dan
periuk. Hasil pertanggalan terhadap sisa tulang manusia menunjukkan usia absolut
302 ± 73 BP, meskipun demikian perlu dilakukan pertanggalan baik pada kubur
tempayan (silinder bertangkup, bulat bola bertangkup) maupun kubur nekara
perunggu (Haris Sukendar 1982; Boedhisampumo 1991; Aziz 1995).

2. Upaya Pelestarian Situs Plawangan


Cara pelestarian purbakala Situs Plawangan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, mengatur bahwa semua Cagar Budaya di
Indonesia harus dilindungi dan Pemerintah harus melestarikan Cagar Budaya
tersebut. Namun dalam kenyataannya di Situs Plawangan Kabupaten Rembang
banyak benda - benda Cagar Budaya Situs Plawangan yang mengalami kerusakan
dan benda - benda tersebut terabaikan, bahkan mengalami kehilangan. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan pelestarian Situs Cagar Budaya
Plawangan Kabupaten Rembang dilihat dari perspektif Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya dan menganalisis model yang relevan
dalam Pelestarian Situs Cagar Budaya Plawangan Kabupaten Rembang.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis sosiologis. Hasil penelitian
menunjukkan secara normatif pelestarian cagar budaya Plawangan dilakukan
dalam rangka menjalankan amanat Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010
tentang Cagar Budaya. Sementara secara sosiologis pelestarian situs cagar budaya
disebabkan karena masyarakat tidak peduli dengan Situs Plawangan, sehingga
banyak terjadi kerusakan di Situs Plawangan. Kemudian model pelestarian Situs
Plawangan yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan
Olahraga Kabupaten Rembang tidak optimal. Oleh sebab itu, maka masyarakat
harus didorong kepedulian masyarakat terhadap pelestarian Situs Plawangan.

3. Pihak - Pihak Yang Bersangkutan Dalam Pelestarian Situs Plawangan


Pihak pihak yang terlibat dalam pelestarian purbakala situs Plawangan
adalah dari Jakarta, karena situs tersebut milik Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Pengelolanya adalah Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Penelitian Arkeologi Nasional.

4. Pengembangan serta pihak – pihak yang terlibat di Purbakala Situs


Plawangan
Bidang bidang pengembangan dalam purbakala situs Plawangan adalah
sebagai Cagar Budaya seperti melaksanakan program semacam kunjungan sejarah
ke Situs Plawangan mulai dari pelajar SMA sederajat sampai nantinya kepada
anak yang belajar di tingkat pendidikan PAUD untuk menumbuhkan rasa bangga
atas situs tersebut.
Pihak pihak yang terlibat dalam pengembangan purbakala situs Plawangan
dilakukan oleh Pusat Penilitian Arkeologi Nasional dalam penanganan situs
Plawangan. Pemkab dalam hal ini juga berkomitmen untuk mendukung dan
bersama - sama berupaya untuk pengembangan situs bersejarah tersebut.

5. Kontribusi Masyarakat Terhadap Purbakla Situs Plawangan


Kontribusi masyarakat terhadap purbakala situs Plawangan adalah seperti
mengadakan pameran Arkeologi untuk para pelajar sebagai ungkapan upaya
membedah dan memaknai tinggalan leluhur yang ada di Desa Plawangan serta
sebagai identitas bangsa. Keseluruhan pesan dalam pameran diharapkan dapat
memberi inspirasi kepada generasi sekarang khususnya pelajar dalam rangka
memperkuat identitas diri dalam menyelenggarakan kehidupan menuju masa
depan yang lebih arif dan bermartabat dan juga bisa menumbuhkan rasa saling
cinta dan peduli antar sesama masyarakat Indonesia.

D. PENUTUP
Simpulan
Jadi purbakala situs Plawangan merupakan salah satu situs megalitikum
dengan temuan kerangka manusia dari zaman logam tua atau paleometalic yang
dilestarikan dan dikembangkan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan
dikembangkan sebagai cagar budaya yang sangat penting untuk memaknai
tinggalan leluhur dan menjadikan inspirasi bagi generasi saat ini.
E. Foto Studi
Foto bersama di purbakala situs Plawangan

Foto saat mengisi daftar kunjungan purbakala situs Plawangan


Foto saat melakukan wawancara observasi pada juru kunci purbakala Situs
Plawangan
Foto dengan juru kunci purbakala situs Plawangan
KONTRIBUSI ANGGOTA KELOMPOK
1. Ahmad Syarief Hidayatullah (3) : Penyelenggara studi lapangan dan
pewawancara
2. Nafi` Nur Aulia (18) : Penyelenggara studi lapangan
3. Raissa Rahmawati (27) : Penyelenggara studi lapangan dan
penulis laporan
4. Zahrani Nilawati Wijaya Murti (36) : Penyelenggara studi lapangan dan
penanggung jawab transportasi
DAFTAR PUSTAKA
Sejarah lengkap purbakala situs Plawangan,
https://idsejarah.net/2016/09/situs-plawangan-rembang.html,
diakses pada Sabtu, 17 September 2022 pukul 19.07.

Pelestarian dan perkembangan serta pihak pihak yang terlibat pada


purbakala situs Plawangan,
https://www.researchgate.net/scientific-recruitment/?
utm_source=researchgate&utm_medium=community-
loggedout&utm_campaign=indextop, diakses pada Sabtu, 17 September
2022 pada pukul 19.20.

Kontribusi masyarakat terhadap purbakala situs Plawangan,

https://arkenas.kemdikbud.go.id/contents/read/news/asrq2k_1451362593/
pameran-arkeologi-#gsc.tab=0an, diakses pada Sabtu, 17 September 2022
pada pukul 19.37.

Anda mungkin juga menyukai