Disusun oleh :
Kelompok :4
Kelas : X.8
B. PERMASALAHAN
1. Bagaimana sejarah/latar belakang berdirinya Purbakala Situs Plawangan?
2. Bagaimana cara pelestarian Purbakala Situs Plawangan?
3. Siapa pihak-pihak yang terlibat dalam pelestarian purbakala Situs
Plawangan?
4. Bagaimana bidang-bidang pengembangan dan siapa pihak-pihak yang
terlibat dalam pengembangan dalam Situs tersebut?
5. Bagaimana kontribursi masyarakat terhadap purbakala Situs Plawangan?
C. PEMBAHASAN
1. Sejarah/Latar Belakang Berdirinya Situs Plawangan
Situs Plawangan terletak di
Desa Plawangan, Kecamatan Kragan,
Kabupaten Rembang. Situs ini
merupakan situs megalitikum dengan
temuan kerangka manusia dari
zaman logam tua atau paleometalic.
Fosil - fosil kerangka manusia di
Desa Plawangan ditemukan pada tahun 1977 dan dilakukan penggalian pada
tahun berikutnya oleh Dinas Purbakala. Dari hasil penggalian tersebut ditemukan
kerangka manusia purba yang terkubur di dalam tempayan atau belanga dengan
keadaan duduk. Bersama kerangka manusia ditemukan juga manik - manik,
gerabah, benda terbuat dari logam, keramik dan sebagainya yang berada di dalam
tempayan. Sayangnya hasil penggalian tersebut kini disimpan di Museum Pusat
Purbakala Jakarta, namun sebagian dari penemuan yang lain masih di sisakan di
Plawangan untuk keperluan penelitian lanjutan.
Situs Plawangan ditemukan secara tidak sengaja oleh tim Balai Arkeologi
Jakarta. Pada tahun 1976 tim tersebut melakukan penelitian situs Selodiri yang
berada di Desa Terjan, Kecamatan Kragan atau berjarak sekitar 5 km ke selatan
dari situs Plawangan. Penelitian di bukit Selodiri ini tidak menemukan adanya
fosil manusia. Kemudian pada tahun 1977, ada seorang warga dari Desa
Plawangan yang melaporkan temuan sebuah tulang kepada tim arkeolog tersebut.
Tulang inilah yang sebenarnya dicari - cari oleh tim Balai Arkeologi. Selanjutnya,
pada tahun 1977 hingga tahun 1983 dilakukan penggalian hingga menemukan
ribuan fosil serta benda purbakala.
Pada tahun 1985 di Desa Plawangan seorang nelayan menemukan dua
fosil manusia yang terkubur di dalam nekara perunggu. Penemuan nekara
perunggu ini memiliki keunikan yang sangat jarang sekali ditemukan di Indonesia
bahkan di Asia Tenggara. Keistemaan dari temuan nekara ini adalah kubur nekara
ditemukan dalam penggalian (ekskavasi) secara sistematis yang dilakukan oleh
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional yang sudah berlangsung tahun 1977 hingga
tahun 1990.
.
Salah satu bukti tingkah laku dan budaya manusia masalalu yang menarik
untuk diungkapkan adalah yang berhubungan dengan tradisi penguburan.
Penguburan memiliki arti dan peranan yang penting dalam proses kehidupan
manusia. Penguburan dianggap sebagai suatu perlakuan masyarakat dalam rangka
memperlakukan dan mengantar seseorang yang meninggal kembali menuju ke
alam kehidupan lain, yang disebut dunia roh atau dunia para leluhur. Aspek-aspek
dalam penguburan, khususnya penguburan primer, banyak yang menarik untuk
dikaji. Penelitian ini mengkaji tentang penguburan primer dengan melihat aspek-
aspek orientasi/arah bujur mayat/rangka yang dikubur, sikap badan dan anggota
badan mayat/rangka, serta jenis dan sebaran bekal kubur yang disertakan dalam
penguburan tersebut.
Dapat diketahui bahwa orientasi atau arah bujur mayat/rangka yang
dikubur sebagian besar mengarah ke gunung yang dianggap suci dengan
meletakkan bagian kaki searah dengan arah gunung. Mengenai sikap badannya,
umumnya dalam posisi lurus berbaring, tetapi dengan bermacam-macam variasi
sikap tangan dan kaki. Sedangkan jenis bekal kubur yang umum dijumpai adalah
periuk. Suatu hal yang cukup menarik dalam bekal kubur ini bahwa rangka/mayat
yang berjenis kelamin perempuan selalu ditemukan bekal kubur berupa periuk,
sementara itu yang berjenis kelamin laki-laki selalu dijumpai bekal kubur berupa
kapak atau tajak.
Pada tahun 1985, kata dia, di Desa Plawangan ditemukan dua rangka
manusia dikubur dalam nekara (kuali) perunggu. Temuan nekara perunggu
sebagai wadah kubur di Plawangan ini mempunyai keunikan yang jarang ditemui
di seluruh Indonesia, bahkan di Asia Tenggara, apalagi di dunia.
Keistimewaannya, kubur nekara ini ditemukan dalam suatu penggalian (eskavasi)
secara sistematis yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional yang
sudah berlangsung tahun 1977-1990. "Nekara perunggu temuan di Situs
Plawangan tersebut ternyata merupakan suatu wadah kubur untuk anak-anak. Di
dalam nekara tersebut ditemukan rangka anak-anak yang sudah hancur dan
berumur antara 8-10 tahun. Di bawah nekara ditemukan lagi satu rangka anak-
anak yang lebih muda usianya," ucap Junaedi.
Situs Plawangan sendiri diperkirakan merupakan sebuah necropolis atau
tempat penguburan dari abad pertama Masehi. Dari penggalian di situs itu tampak
bahwa manusia Plawangan pada 2.000 tahun silam memiliki cara penguburan
yang terbilang maju pada zamannya. Tubuh manusia dimasukkan dalam kuali atau
tempayan dan dikubur dalam tanah disertai dengan bekal kubur, seperti manik -
manik, periuk, dan kendi.
Kubur tempayan merupakan sebidang lahan yang digunakan sebagai lokasi
penguburan dan memiliki ciri tempayan digunakan sebagai wadah untuk
menempatkan jasad mayat. Jenis gerabah berbentuk tempayan memiliki rongga
dengan daya muat cukup besar untuk menyimpan bahan makanan dan minuman.
bahkan di beberapa situs arkeologi sisa tulang manusia atau rangka dalam posisi
jongkok dimasukkan ke dalam tempayan. Karakteristik kubur tempayan yang
ditemukan di Situs Plawangan adalah kubur tempayan bertutup dan sepasang
tempayan bertangkup. Kubur tempayan bertutup terdiri atas wadah tempayan
berbentuk silinder warna coklat kehitaman dengan dua buah tempayan berbentuk
bulat telur warna hitam keabu-abuan yang disusun tumpuk terbalik sebagai
penutupnya (tutup ganda), dan dua buah tempayan berbentuk bulat bola yang
ditangkupkan (sepasang tempayan bertangkup). Bentuk kubur sepasang tempayan
bulat bola bertangkup tidak memiliki hiasan dengan ukuran lebih kecil daripada
kubur tempayan silinder. Baik tempayan bulat silinder maupun tutup tempayan
bulat telur pada sekeliling badan bagian atas terdapat hiasan berupa lubang-lubang
tembus yang berjajar, sedangkan pada bagian bibimya dijumpai pola hias gores
(garis silang). Bekas striasi ditemukan pada bagian atas luar, sedangkan bagian
dalam tempayan dijumpai bekas pelandas dan tekanan jari tangan. Dengan
demikian teknik pembuatan tempayan yang berfungsi sebagai kubur tersebut
menggunakan tangan, tatap landas, dan roda putar. Di dalam wadah tempayan
silinder yang ditutup dengan dua buah tempayan ditumpuk secara terbalik terdapat
sisa rangka (individu, dewasa) yang dikuburkan secara primer (langsung) dengan
posisi jongkok. Sisa rangka tersebut diberi bekal kubur manik-manik (kaca dan
batu) di dalam tempayan, sedangkan di luar tempayan menempel cawan bulat dan
fragmen benda besi. Sementara itu di dalam wadah, tempayan bulat bola yang
ditangkupkan terdapat sisa rangka yang dikuburkan secara sekunder (tidak
langsung) dengan benda bekal kubur berupa manik-manik (kaca), cawan, dan
periuk. Hasil pertanggalan terhadap sisa tulang manusia menunjukkan usia absolut
302 ± 73 BP, meskipun demikian perlu dilakukan pertanggalan baik pada kubur
tempayan (silinder bertangkup, bulat bola bertangkup) maupun kubur nekara
perunggu (Haris Sukendar 1982; Boedhisampumo 1991; Aziz 1995).
D. PENUTUP
Simpulan
Jadi purbakala situs Plawangan merupakan salah satu situs megalitikum
dengan temuan kerangka manusia dari zaman logam tua atau paleometalic yang
dilestarikan dan dikembangkan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan
dikembangkan sebagai cagar budaya yang sangat penting untuk memaknai
tinggalan leluhur dan menjadikan inspirasi bagi generasi saat ini.
E. Foto Studi
Foto bersama di purbakala situs Plawangan
https://arkenas.kemdikbud.go.id/contents/read/news/asrq2k_1451362593/
pameran-arkeologi-#gsc.tab=0an, diakses pada Sabtu, 17 September 2022
pada pukul 19.37.